Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

S DENGAN PENYAKIT ANEMIA


Di Ruang Teratai RSUD Loekmono Hadi Kudus
Dosen Pengampu : Nila Putri Purwandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 8 (PSIK-3A) :

1. Aldam Fajar Ahmad (2018012028)


2. Alya Ayurahma Widyastri (2018012031)
3. Diah Ayu Mia Zunita (2018012041)
4. Elsa Erilia Andriani (2018012045)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah Asuhan Keperawatan Ny.S
dengan Anemia di Ruang Teratai RSUD Loekmono Hadi Kudus yang merupakan tugas
kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Sholawat serta salam kami ucapkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW serta keluarga dan kerabatnya.

Kami juga berterimakasih kepada ibu Nila Putri Purwandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai materi ini.

Kami juga menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan. Dan atas kesempatan yang telah diberikan untuk membaca makalah ini, kami
ucapkan terima kasih.

Kudus, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................2

Daftar Isi.........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan..........................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Tujuan.................................................................................................................5

Bab II Isi.........................................................................................................................6

A. Definisi................................................................................................................6
B. Etiologi................................................................................................................7
C. Patofisiologi........................................................................................................8
D. Pathway...............................................................................................................11
E. Manifestasi Klinik...............................................................................................12
F. Komplikasi...........................................................................................................13
G. Penatalaksanaan...................................................................................................14

Bab III Asuhan Keperawatan..........................................................................................20

A. Kasus...................................................................................................................20
B. Pengkajian...........................................................................................................20
C. Analisa Data........................................................................................................25
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan.........................................................................28
E. Intervensi Keperawatan.......................................................................................29

Bab IV Penutup...............................................................................................................36

A. Kesimpulan.........................................................................................................36
B. Saran....................................................................................................................36

Daftar Pustaka.................................................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
(protein pengikat O2) berada di bawah nilai normal yang menyebabkan darah tidak
dapat mengikat O2 sebanyak yang diperlukan oleh tubuh (Riyanti et al,2008).
Kejadian anemia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007
menunjukkan 19,7% anemia diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1%
laki-laki dan 9,8% anak-anak. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2010 yaitu sementara lebih dari 10% anak usia sekolah di Indonesia
mengalami anemia. Departemen Kesehatan dalam Kirana (2011) menunjukkan
penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50% dan wanita usia subur
(WUS) 26,9%. Dari data analisis Riskedas 2007 prevalensi anemia pada remaja
Indonesia mencapai 92,6% (Hasrul, Hadju & Citrakusumasari,2010). Anemia
pada populasi ibu hamil menurut kriteria yang ditentukan WHO dan pedoman
Kemenkes 1999, yakni sebesar 37,1% dan prevalensinya hampir sama antara
bumil perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%).
Di Jawa Tengah remaja dengan anemia cukup tinggi mencapai angka 43,2%
(Profil Kesehatan Prov. Jateng,2010). Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup (711
kasus) mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013
yaitu sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup (688 kasus). Cakupan ibu hamil
mendapat Fe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 yakni sebesar 92,5% lebih
tinggi dibandingkan dengan cakupan pemberian tablet Fe 90 di Indonesia yaitu
sebesar 85,1% (Kemenkes RI,2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2010
prevalensi anemia pada remaja sebanyak 11,27% dimana 6,4% terjadi pada remaja
putri. Berdasarkan data dari puskesmas Mranggen I kejadian anemia pada tahun
2014 sebanyak 3% dan untuk wilayah Sumberejo sendiri tahun 2014 terdapat
26,4% anemia terjadi pada remaja putri.

4
Banyaknya kasus anemia yang masih terjadi khususnya pada remaja putri dan
ibu hamil menujukkan bahwa masih banyak remaja dan ibu hamil yang kurang
mengkonsumsi makanan yang baik khususnya makanan yang mengandung zat
besi. Pada ibu hamil menujukkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai
pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada masa selama kehamilan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menentukan asuhan keperawatan pada pasien anemia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi anemia
b. Untuk mengetahui tipe-tipe anemia
c. Untuk mengetahui etiologi anemia
d. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
e. Untuk mengetahui pathway anemia
f. Untuk mengetahui komplikasi anemia
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis anemia
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia

5
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Price (1996),sebagaimana dikutip oleh Arif Muttaqin (2009:394) mengatakan bahwa
anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan
volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan darah, elemen
tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
,1999)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh berkurang
Tipe-tipe anemia :
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,2010)
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun
di bawah tingkat normal (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi,2009 )
2. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi,2009)
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia
makrositiknormokrom, anemia ini sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu ( Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi,2009)

6
4. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsung
tulang biasanya mampu mengompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah
merah baru 3x atau lebih dibanding kecepatan normal (Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi,2009 )
5. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah salah satu dari hemoglobinopati
sekunder karena kelainan struktur hemoglobin. Gangguan struktur terjadi pada
fraksiglobin dari molekul hemoglobin (Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi,2009 )
6. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritropoetin, beberapa eritropoetin terbukti diproduksi di luar
ginjal karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung bahkan pada
klien yang ginjalnya telah diangkat. Klien yang mengalami hemodialisis jangka
panjang akan kehilangan darah ke dalam dialiser sehingga dapat mengalami
defisiensi besi, defisiensi asam folat terjadi karena vitamin dapat terbuang ke
dialisat (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi,2009)
B. Etiologi
1. Aru W. Sudoyo dkk (2010:1130) mengemukakan bahwa etiologi pada Anemia
Defisiensi Besi yakni :
a. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :
1) Saluran genetalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia
2) Saluran kemih : hematuria
3) Saluran napas : hemoptoe
b. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (biovailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C dan rendah daging)
c. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
d. Gangguan absorbsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik

7
2. Anemia Aplastik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Faktor genetik
b. Obat-obatan dari bahan kimia yang berlebihan
c. Infeksi
d. Iradiasi
3. Anemia Megaloblastik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Defisiensi vitamin B12
b. Defisiensi asam folat
c. Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat
d. Gangguan sintesis DNA
4. Anemia Hemolitik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Anemia sel sabit
b. Malaria
c. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
d. Reaksi transfuse
5. Anemia Sel Sabit (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Stres fisik
b. Demam
c. Trauma
6. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis
(https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Kehilangan darah saat hemodialisis
b. Rendahnya tingkat nutrisi
C. Patofisiologi
Patofisiologi anemia defisiensi besi memiliki beberapa etiologi. Yang pertama
faktor nutrisi,ketika mengkonsumsi makanan rendah zat besi atau tidak ada
mikronutrien tersebut dan dilakukan secara terus menerus maka akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara jumlah pemasukan dan pengeluaran zat besi.
Bila dibiarkan, maka cadangan zat besi dalam tubuh akan menurun terus-
menerus sehingga cadangan zat besi dalam tubuh menjadi kosong. Karena tidak
adanya cadangan zat besi dalam tubuh,maka akan menyebabkan eritropoiesis (proses
pembentukan sel darah merah) terhambat. Akibat terhambatnya mekanisme
eritropoiesis menyebabkan kadar hemoglobin menurun hingga dibawah normal
sehingga terjadilah anemia.

8
Ketika kadar Hemoglobin turun hingga dibawah normal dan menyebabkan
anemia, maka akan memicu terjadinya disfagia(sakit saat menelan akibat kerusakan
epitel hipofaring) sehingga nafsu makan menurun dan dapat menyebabkan BB
turun/tidak ada pertambahan BB pada ibu hamil (bila dibandingkan sebelum hamil).
Pada saat itu terjadi dapat disebut sebagai ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Disisi lain, ketika nafsu makan menurun diiringi
konsumsi makanan yang kurang serat terjadi, maka akan menyebabkan sulit defekasi
dan biasanya disertai rasa nyeri sebagai gejala konstipasi.
Anemia juga dapat menyebabkan turunnya suplai O2 ke beberapa bagian tubuh
seperti di kepala menyebabkan kepala menjadi pusing berkunang-kunang sehingga
dapat dikategorikan sebagai nyeri akut. Ketika seseorang mengalami pusing
berkunang-kunang maka dapat menyebabkan tidur yang tidak nyenyak atau sering
terbangun ketika tidur yang dapat disebut sebagai gangguan pola tidur dan ditandai
dengan munculnya kantung dibawah mata.
Sering terbangun ketika tidur juga dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas
sehingga mengalami keletihan. Disamping itu, turunnya suplai O2 juga dapat
mengakibatkan wajah dan kulit pucat,serta mukosa bibir kering sebagai tanda
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Yang kedua, faktor kebutuhan besi meningkat. Pada masa kehamilan
kebutuhan besi meningkat hingga dua kali lipat dibanding sebelum hamil serta
volume darah bertambah hingga 50%. Bila saat terjadi kehamilan porsi makan dengan
kandungan gizi kurang dari kebutuhan ibu + janin maka kebutuhan mikronutrien (Fe)
kurang atau defisit yang mengakibatkan pemasukan dan pengeluaran zat besi bagi
tubuh tidak seimbang.
Bila berlanjut maka cadangan zat besi akan menurun dan kosong sehingga
proses eritropoiesis terhambat, kadar Hemoglobin(Hb) turun hingga dibawah normal
dan terjadilah anemia yang dapat menyebabkan beragam masalah seperti yag telah
diuraikan di penjelasan faktor yang pertama tadi.
Hal yang sama dalam proses sebelum terjadinya anemia defisiensi besi juga
terdapat pada faktor gangguan absorbsi besi dan faktor perdarahan menahun. Hanya
saja pada faktor gangguan absorbsi besi seperti adanya kolitis ulseratif/kronik yang
menyebabkan inflamasi menyebar dan deskuamasi pada mukosa kolon dan rektum
sehingga terjadi perdarahan,penyempitan,pemendekan dan penebalan yang

9
menyebabkan absorbsi besi tidak optimal sehingga akan menyebabkan pemasukan
dan pengeluaran zat besi bagi tubuh tidak seimbang.
Bila berlanjut maka cadangan zat besi akan menurun dan kosong sehingga
proses eritropoiesis terhambat, kadar Hemoglobin(Hb) turun hingga dibawah normal
dan terjadilah anemia. Pada faktor perdarahan menahun di saluran kemih seperti
hematuria yang disebabkan oleh penyakit nefron/glomerulus pada ginjal yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan,eritrosit keluar bersama urine, pemasukan dan
pengeluaran zat besi bagi tubuh tidak seimbang. Bila berlanjut maka cadangan zat
besi akan menurun dan kosong sehingga proses eritropoiesis terhambat, kadar
Hemoglobin(Hb) turun hingga dibawah normal dan terjadilah anemia.
Pada faktor perdarahan menahun di saluran napas seperti hemoptoe(batuk
darah) yang disebabkan bronkitis dapat menstimulasi produksi sitokin inflamasi.
Sitokin-sitokin inflamasi memicu sintesis hepsidin. Meningkatnya hepsidin
menyebabkan absorbsi besi di usus berkurang sehingga pemasukan dan pengeluaran
zat besi bagi tubuh tidak seimbang. Bila berlanjut maka cadangan zat besi akan
menurun dan kosong sehingga proses eritropoiesis terhambat, kadar Hemoglobin(Hb)
turun hingga dibawah normal dan terjadilah anemia.
Pada faktor perdarahan menahun di saluran genitalia seperti menorrhagia (haid
berlebihan) mengakibatkan banyak eritrosit dan zat besi yang ikut keluar sehingga
lama-kelamaan dapat menyebabkan pemasukan dan pengeluaran zat besi bagi tubuh
tidak seimbang. Bila berlanjut maka cadangan zat besi akan menurun dan kosong
sehingga proses eritropoiesis terhambat, kadar Hemoglobin(Hb) turun hingga
dibawah normal dan terjadilah anemia.

D.

10
PATHWAY ANEMIA (DEFISIENSI BESI)

Perdarahan Faktor Keb. Besi Gangguan


Menahun Nutrisi Absorbsi Besi

Sal. Kemih Sal. Genitalia Sal. Napas Makanan rendah zat Masa Kehamilan Kolitis Ulseratif/kronik
besi/ -

Keb. Besi mningkat 2x ,V. Inflamasi berulang


Hematuria Menorrhagia Hemoptoe darah + 50%
Pemasukan &
pengeluaran zat Besi
tak imbang
Pd mukosa kolon &
Porsi makan < keb. Ibu
Penyakit Haid Disebabkan Bronkitis rektum
+janin
Nefron/glome Berlebih
rulus

Keb. Nutrisi kurang Perdarahan Menahun Bila berlanjut


Prdarahan Eritrosit+ zat
besi ikut kluar Memicu
produksi sitokin
inflamasi Akibat salah informasi
Eritrosit+ zat
besi ikut kluar
bersama urine
Defisien Pengetahuan
Memicu sintesis
Hepsidin Pmasukan & pngeluaran
zat besi tak imbang

Terus-menerus

Hepsidin Cadangan zat besi


menurun

Pemasukan &
pengeluaran zat Besi
tak imbang Absorbsi besi di Cadangan Fe kosong
usus -

Eritropoesis trhambat

Gangguan Pola
tidur
Kadar Hb

Intoleran Aktivitas
Muncul kantung
mata Keletihan
Kadar Hb < normal

Mudah Sering terbangun Tubuh Lemas


Anemia lelah,letih saat tidur

Penurunan suplai O2 Di Kepala Pusing berkunang Nyeri


- kunang
Kolionychia/kuku Disfagia
sendok

Nyeri akut
+ makan & minum
kurang serat Nafsu makan
Wajah,kulit
pucat,mukosa bibir
kering

Bila brlanjut
Sulit defekasi
+ nyeri

BB trun/ tetap
Ketidakefektifan
pada BuMil
Perfusi Jaringan
Konstipasi

11
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D. Manifestasi Klinik

Gejala umum anemia : badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang dan
telinga mendenging (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam/ Interna Publishing/2010)
Gejala khas tipe-tipe anemia :
1. Anemia Defisiensi Besi (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam/ Interna
Publishing/2010)
a. Koilonychia : kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip sendok
b. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
c. Stomatitis angularis (cheilosis) : adanya peradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan
d. Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
f. Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, es,
lem dan lain-lain
2. Anemia Aplastik (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi/ Arif Muttaqin/2009)
Onset anemia aplastik biasanya bertahap. Ditandai dengan kelemahan, pucat dan
manifestasi anemia lainnya. Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan
pansitopenia. Gejala lain yang berkaitan adalah defisiensi trombosit dan sel darah
putih. Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan :
a. Ekimosis dan petekie (perdarahan kulit)
b. Epistaksis (perdarahan hidung)
c. Perdarahan saluran cerna
d. Perdarahan saluran kemih
e. Perdarahan susunan saraf pusat

Perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu-satunya pada


sepertiga klien. Apabila granulosit juga terlibat biasanya klien mengalami demam,
faringitis akut atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan

12
3. Anemia Megaloblastik (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi/ Arif Muttaqin/2009)
a. Secara bertahap menjadi lemah, cepat lelah dan pucat
b. Terjadi merah pada lidah serta diare ringan
c. Kerusakan medula spinalis mengakibatkankan kekacauan mental dan kesulitan
mempertahankan keseimbangan
4. Anemia Hemolitik (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi/ Arif Muttaqin/2009)
Diaantaranya berupa ikterus akibat meningkatnya kadar bilirubin dalam darah,
tapi tidak di urine (acholuric jaundice), hepatomegali, splenomegali, kholelitiasis
(batu empedu), ulkus
5. Anemia Sel Sabit (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi/ Arif Muttaqin/2009)
a. Infark pada berbagai organ seperti ginjal, paru-paru dan susunan saraf pusat
b. Pada anak berupa kegagalan untuk tumbuh normal, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan serta sering terserang infeksi bakteri, khususnya infeksi
pneumokok
c. Limpa membesar, tetapi karena adanya infark berulang menyebakan limpa
menjadi atrofi dan tidak berfungsi sebelum anak mencapai usia 8 tahun. Proses
ini disebut outosplenektomi. Kepekaan terhadap infeksi menetap selama hidup
d. Tangan dan kaki bengkak, terasa sakit, meradang (sindrom tangan kaki yang
dikenal sebagai daktilitis) terlihat pada sekitar 20% sampai 30% anak-anak
umur di bawah 2 tahun. Daktitis diakibatkan oleh iskemia dan infark tulang
metakarpal serta tulang metatarsal, keadaan tersebut disertai demam
6. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis (Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi/ Arif Muttaqin/2009)
a. Penurunan kelemahan
b. Peningkatan tingkat energi
c. Peningkatan perasaan sehat
d. Perbaikan toleransi terhadap latihan
e. Toleransi yang lebih baik terhadap penanganan dialisis

13
E. Komplikasi

1. Anemia Defisiensi Besi (https://www.alodokter.com/anemia)


a. Kesulitan aktivitas karena lelah
b. Gangguan irama jantung (aritmia)
c. Gagal jantung
d. Hipertensi pulmonal
e. Komplikasi kehamilan antara lain kelahiran atau bayi prematur
f. Gangguan proses tumbuh kembang pada bayi dan anak-anak
g. Rentan terkena infeksi
2. Anemia Aplastik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Gagal jantung akibat anemia berat
b. Kematian akibat infeksi dan perdarahan akibat sel-sel lain ikut terkena
3. Anemia Megaloblastik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Komplikasi kehamilan (kelahiran atau bayi prematur)
b. Gangguan sistem saraf
c. Penyakit kudis, ditandai dengan adanya perdarahan di bawah kulit dan sekitar
gusi
4. Anemia Hemolitik (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
tinggi sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hati, limpa, kulit,
jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut
(hemokromotosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan,
kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung
5. Anemia Sel Sabit (https://www.academia.edu/19742039/Anemia)
a. Sering terjadi infeksi
b. Menurunnya faal paru dan ginjal
c. Infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus
dan dapat berakhir dengan impotensi
6. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis
(https://www.academia.edu/19742039/Anemia )
a. Detak jantung tidak teratur atau luar biasa cepat terutama saat berolahraga

14
b. Pemebesaran otot-otot dalam hati yang berbahaya
c. Gagal jantung

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. 1) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2) Ds : pasien mengatakan nafsu makan menurun, sulit untuk menelan
Do : BB tetap dari sebelum hamil sampai hamil bulan ketiga (51kg),
membran mukosa pucat, kuku rapuh
3) Tujuan tindakan : kebutuhan nutrisi menjadi seimbang
4) Kriteria hasil :
a) Asupan makanan tercukupi
b) Berat badan bertambah
5) Renpra atau intervensi
a) Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan
yang cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi
b) Atur diet yang diperlukan ( yaitu menyediakan protein tinggi,
menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam )
b. 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimiawi
2) Ds : pasien mengatakan sakit kepala
Do : pasien tampak menahan sakit
3) Tujuan tindakan : nyeri dapat berkurang
4) Kriteria hasil : pasien tidak terlihat merasakan nyeri, pasien dapat
beristirahat
5) Renpra atau intervensi :
a) Cek adanya riwayat alergi obat
b) Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya
c) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
d) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan
yang memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat
membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan potensial

15
c. 1) Konstipasi berhubungan dengan asupan diet kurang
2) Ds : pasien mengatakan tidak dapat BAB, BAB kurang dari 2x dalam
seminggu
Do : feses keras dan berbentuk, terdapat nyeri tekan pada abdomen
3) Tujuan tindakan : pasien dapat defekasi secara teratur ( setiap hari )
4) Kriteria hasil : kemudahan saat BAB, feses lembut
5) Renpra atau intervensi :
a) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk
volume dan warna dengan cara yang tepat
b) Ajarkan pasien mengenai makanan-makanan tertentu yang membantu
mendukung keteraturan (aktivitas) usus
c) Buatlah jadwal untuk BAB dengan cara yang tepat
d) Dukung peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi
d. 1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
2) Ds : pasien mengatakan tidur hanya 5 jam saat malam, sering terbangun
saat tidur
Do : saat pengkajian pasien tampak sering menguap
3) Tujuan tindakan : pasien dapat memenuhi kebutuhan tidurnya selama 7-8
jam setiap malam
4) Kriteria hasil : jam tidur bertambah, pola tidur teratur, kualitas tidur
meningkat
5) Renpra atau intervensi :
a) Monitor pola tidur pasien dan jumlah tidur
b) Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur untuk memfasilitasi
perpindahan dari terjaga menuju tidur
c) Anjurkan untuk tidur siang hari jika diindikasikan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh
e. 1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
2) Ds : pasien mengatakan mudah lelah, letih
Do : pasien tampak pucat, tekanan darah 90/60mmHg
3) Tujuan tindakan : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh

16
4) Kriteria hasil : warna kulit normal ( tidak pucat ), mudah dalam melakukan
aktivitas harian
5) Renpra atau intervensi :
a) Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan sosial
b) Intruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan
kesehatan terkait peran dalam beraktivitas secara fisik, sosial, spiritual
dan kognisi
c) Perbaiki defisit status fisiologis sebagai prioritas utama
d) Monitor intake atau asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat
f. 1) Keletihan berhubungan dengan kurang tidur
2) Ds : pasien mengatakan kurang konsentrasi
Do : wajah pasien tampak layu
3) Tujuan tindakan : pasien dapat beraktivitas secara normal
4) Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, dapat melakukan aktivitas sehari-
hari
5) Renpra atau intervensi :
a) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan perkembangan
b) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga ketahanan
g. 1) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
2) Ds : pasien mengatakan badan lemas
Do : turgor kulit tidak elastis
3) Tujuan tindakan : perfusi jaringan kembali efektif
4) Kriteria hasil : turgor kulit kembali elastis, wajah pasien tidak pucat
5) Renpra atau intervensi :
a) Monitor aliran oksigen
b) Berikan oksigen tambahan seperti yang ditambahkan
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas
h. 1) Defisien pengetahuan berhubungan dengan salah informasi
2) Ds : pasien mengatakan pada masa kehamilan makan dengan seadanya

17
Do : pasien tidak mengetahui apa itu penyakit anemia, pasien tampak
kebingungan saat menjawab pertanyaan
3) Tujuan tindakan : pengetahuan pasien dapat bertambah
4) Kriteria hasil : praktik gizi yang sehat, pola penambahan berat badan
5) Renpra atau intervensi :
a) Kaji adanya keterbatasan finansial yang dapat mempengaruhi
pembelian makanan yang disarankan
b) Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan yang sesuai dengan
diet yang disarankan
c) Sediakan contoh menu makanan yang sesuai
d) Informasikan kepada pasien jangka waktu pasien harus mengikuti diet
yang disarankan
2. Penatalaksanaan Medis
a. Anemia Defisiensi Besi
(https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/anemia-defisiensi-
besi/penatalaksanaan)
1) Modifikasi diet
Defisiensi besi sering kali terjadi karena kurangnya asupan besi.
Modifikasi diet dapat membantu untuk mencegah rekurensi ADB dan
dapat diterapkan dengan terapi besi.
2) Terapi kondisi penyerta
Penyakit yang sering kali menyertai ADB adalah :
a) Gangguan haid
b) Perdarahan gastrointestinal
c) Perdarahan saluran kemih
d) Infeksi cacing
e) Gangguan ginjal

Pengobatan dilakukan sesuai dengan masing-masing kondisi tersebut

3) Terapi besi oral


Dosis rekomendasi asupan besi untuk ADB adalah besi elemental 150
– 200 mg/hari.

18
4) Terapi besi parenteral
Terapi besi ini dapat diberikan apabila pasien mengalami kegagalan
terapi oral.
5) Transfusi darah
Diindikasikan pada pasien dengan Hb < 6 – 8 g/dl terutama pada ibu
hamil dengan gawat janin, hemodinamik tidak stabil, perdarahan aktif,
iskemia organ karena ADB berat.
b. Anemia Aplastik (http://repository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah%20BAB
%20II.pdf)
1) Transfusi darah.
2) Atasi komplikasi dengan antibiotik dan hygine yang baik untuk
mencegah timbulnya infeksi.
3) Kortikosteroid dosis rendah pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
4) Androgen seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon,
dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi retensi air dan
garam, perubahan hati, dan amenore.
5) Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit.
6) Transplantasi sumsum tulang.
c. Anemia Megaloblastik
(http://repository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah%20BAB%20II.pdf)
Pengobatan meliputi perbaikan defisiensi diet dan terapi penggantian
dengan asam folat vitamin B12.
d. Anemia Hemolitik
(http://www.alodokter.com/anemia-hemolitik)
1) Suplemen asam folat dan suplemen zat besi
2) Obat imunosupresan
3) Suntik imunoglobulin
4) Transfusi darah
e. Anemia Sel Sabit
(http://www.alodokter.com/anemia-sel-sabit)
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Mengatasi krisis sel sabit
3) Penanganan nyeri

19
f. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik
(http://repository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah%20BAB%20II.pdf)
Pemberian kobalt dan eritropoetin, dapat diberikan transfusi darah
merah seperlunya.

20
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang wanita hamil usia 25 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing
berkunang-kunang dan badan lemas. Pasien mengatakan sering merasa lelah dan letih, kurang
berkonsentrasi, nafsu makan berkurang, kesulitan menelan, kesulitan saat BAB (BAB kurang
dari 2x dalam seminggu), BAK 3-4x dalam sehari, sakit bagian dada. Saat pengkajian pasien
tampak pucat, wajah pasien tampak layu. Pasien mengatakan hanya makan seadanya pada
saat hamil dan tidak mengkonsumsi tablet Fe, pasien merasa gelisah dengan kondisinya,
ketika ditanya pasien tampak kebingungan saat menjawab pertanyaan. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, kulit kering, turgor kulit tidak elastis,
kuku rapuh, berat badan 51 kg, feses keras dan berbentuk, warna urine sedikit keruh. Dari
hasil pemeriksaan TTV didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, RR 22x/menit, nadi
78x/menit dan suhu 37oC, hasil auskultasi pada dada didapatkan bunyi jantung S1 dan S2,
bunyi paru vesikuler dan tidak terdapat bunyi paru tambahan.

A. Pengkajian
Tanggal masuk : 25 Oktober 2019
Jam masuk : 07.00 WIB
No. RM : 217755
Tanggal pengkajian : 25 Oktober 2019
Jam pengkajian : 07.30 WIB
Diagnosis medis : Anemia
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Ny.S
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Suku/bangsa : Jawa

21
Alamat : Desa Getas Pejaten Rt 1 Rw 12, kecamatan Jati,
kabupaten Kudus, Jawa Tengah
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.K
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Getas Pejaten Rt 1 Rw 12, kecamatan Jati,
kabupaten Kudus, Jawa Tengah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : pusing berkunang-kunang
b. Riwayat kesehatan sekarang : sering merasa lelah, mudah letih,
konsentrasi berkurang, nafsu makan berkurang, tidak dapat BAB, kesulitan
menelan, dan sakit bagian dada.
c. Riwayat kesehatan dahulu : tidak memperhatikan nutrisi, makan
seadanya, tidak mengkonsumsi tablet Fe
d. Riwayat kesehatan keluarga : ibu pasien pernah mengalami anemia
pada usia 20 tahun
3. Pemeriksaan Fisik persistem

Tinggi badan : 155cm

Berat badan sebelum hamil : 51kg

Berat badan sekarang (bulan ketiga kehamilan) : 51kg

a. Sistem Kardiovaskuler
1.) Kaji nadi : frekuensi nadi 78x per menit
2.) Periksa tekanan darah : 90/60 mmHg
3.) Cek suhu tubuh : 370 C
4.) Inspeksi membran mukosa dan warna kulit : klien tampak pucat
5.) Palpasi dada : apeks jantung teraba pada interkosta ke 5 mid klavikula
sinistra
6.) Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2

22
7.) Palpasi adanya edema di ekstremitas dan wajah, palpasi CRT
(Capillary Refill Time) : tidak terdapat edema pada ekstremitas atas
maupun bawah dan wajah, CRT selama 3 detik
8.) Periksa adanya jari – jari tubuh dan pengisian kapiler di kuku : kuku
rapuh
9.) Kaji adanya tanda – tanda perdarahan : tidak ada perdarahan
b. Sistem Pencernaan
1) Inspeksi abdomen : tidak terdapat lesi
2) Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
3) Kaji adanya nausea (mual) dan vomitus (muntah) : pasien tidak merasa
mual maupun muntah
4) Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet :
pasien makan seadanya
5) Kaji adanya perubahan selera makan dan kemampuan menelan : nafsu
makan pasien menurun, pasien merasakan kesulitan ketika menelan
6) Kaji adanya perubahan BB : BB tetap 51kg
7) Kaji pola eliminasi : feses keras dan berbentuk, BAB kurang dari 2x
dalam seminggu
8) Inspeksi adanya kolostomi, kondisi stoma, dan kulit : tidak terdapat
kolostomi
9) Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait
sistem GI : tidak memiliki riwayat obat
c. Sistem Respirasi (Pernapasan)
1) Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi : pasien bisa
bernafas normal
2) Kaji respiratory rate, irama, dan kualitasnya : RR 22x/menit, irama
teratur
3) Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk
diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal :
tidak ada penggunaan otot bantu dalam pernafasan
4) Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema : tidak ada
nyeri tekan pada trakea

23
5) Auskultasi seluruh area paru, kaji suara paru normal dan adanya
bunyi paru patologis : bunyi paru vesikuler, tidak terdapat bunyi paru
tambahan
6) Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum, cek
warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah : tidak
ada keluhan batuk
7) Kaji adanya keluhan SOB (Shortness of breath) atau sesak napas,
dyspnea dan orthopnea : tidak ada keluhan sesak nafas, dyspnea
maupun orthopnea
8) Inspeksi membran mukosa dan warna kulit : membran mukosa dan
warna kulit pucat
9) Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi
pernapasan pasien : posisi semi fowler
10) Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan
berapa lama telah merokok : pasien tidak memiliki riwayat merokok
11) Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostik
: tidak memiliki riwayat obat
d. Sistem Syaraf Pusat
1) Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : compos
mentis (sadar sepenuhnya)
2) Kaji status mental : sehat
3) Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami
gangguan : pasien dapat melihat, mendengar, mencium dan berbicara
dengan baik
4) Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar atau panas dan baal : tidak ada
5) Kaji fungsi motorik : pasien dapat menggenggam dengan baik
6) Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempegaruh
SSP : tidak memiliki riwayat obat
e. Sistem Perkemihan :
1) Kaji kebiasaan pola BAK, output atau jumlah urine 24 jam, warna,
kekeruhan dan ada tidaknya sedimen : pasien BAK 3-4x dalam sehari,
urine sedikit keruh

24
2) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria, dan
hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih : tidak ada keluhan
maupun riwayat infeksi saluran kemih
3) Palpasi adanya distensi bladder (kandung kemih) : tidak ada distensi
kandung kemih
4) Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon
catheter, urostomy, supra publik catheter : tidak ada
5) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang
terkait dengan sistem perkemihan : tidak memiliki riwayat obat
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme : pasien tidak merasakan
nyeri otot, kram maupun spasme
2) Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi : pasien tidak mengalami
kekakuan sendi maupun nyeri sendi
3) Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion),
kekuatan otot : pergerakan tangan dan kaki pasien normal atau baik
4) Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh :
pasien dapat duduk, berjalan dan berdiri dengan baik
5) Kaji adanya tanda – tanda fraktur atau dislokasi : tidak terdapat tanda-
tanda fraktur maupun dislokasi
6) Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem
muskuloskeletal : tidak memliki riwayat obat
g. Sistem Integument
1) Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan
kulit : turgor kulit tidak elastis, kulit kering
2) Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor : pucat, kulit kering
3) Kaji adanya luka, bekas operasi, drain, dan dekubitus : tidak terdapat
luka, bekas operasi, drain maupun dekubitus
4) Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus : tidak ada resiko luka
tekan dan ulkus
5) Kaji adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu : tidak terdapat nyeri,
edema dan penurunan suhu
6) Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument
: tidak memliki riwayat obat

25
h. Sistem Endokrin

1) Kaji warna kulit : Hiperpigmentasi ditemukan pada klien addison


desease atau cushing syndrom. Hipopigmentasi terlihat pada klien
diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme.
2) Kaji wajah : variasi, bentuk dan struktur muka mungkin dapat
diindikasikan dengan penyakit akromegali
3) Kaji kuku dan rambut : peningkatan pigmentasi pada kuku
diperlihatkan oleh klien dengan penyakit addison desease, kering,
tebal, dan rapuh terdapat pada penyakit hipotiroidisme, rambut lembut
hipertiroidisme. Hirsutisme terdapat pada penyakit curshing syndrom.
4) Inspeksi ukuran dan proporsional struktur tubuh klien : orang
jangkung, yang disebabkan karena insufisiensi growth hormon. Tulang
yang sangat besar, bisa merupakan indikasi akromegali.
5) Kaji tanda trousseaus dan tanda chvoteks : peningkatan kadar
kalsiumm tangan dan jari-jari klien kontraksi (spasme karpal).
6) Palpasi kulit : kulit kasar, kering ditemukan pada klien dengan
hipotiroidisme. Dimana kelembutan dan bilasan kulit bisa menjadi
tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada ekstermitas bawah
mengindikasikan DM.
7) Palpasi kelenjar tiroid : tidak membesar pada klien dengan penyakit
graves atau goiter.
8) Auskultasi pada daerah leher : tidak ada bunyi

i. Sistem Hematologi

1) Conjungtiva dan mukosa : conjungtiva anemis dan mukosa pucat


2) Ikterik / jaundice, hiperbilirubin : tidak ada
3) Kaji petekie, trombositopenia : tidak ada petekie
4) Kaji limfadenopati : tidak ada
5) Kaji edema, kemerahan, gangguan penglihatan : tidak ada edema,
kemerahan, dan gangguan penglihatan
6) Kaji perdarahan : tidak ada
7) Koilonisia (kuku seperti sendok) : ada koilonisia
8) Hematom ( lebih besar) : tidak ada

26
B. Analisa Data

N Hari/tanggal Data Masalah Etiologi Paraf


o. /jam
1. Jumat/25 Ds: Ketidakseimba Asupan diet Kelom
Oktober - pasien ngan nutrisi : kurang pok
2019/08.00 menga kurang dari
WIB takan kebutuhan
nafsu tubuh
makan
menur
un
- sulit
untuk
menel
an
Do:
- berat badan
tetap dari
sebelum
hamil sampai
saat hamil
bulan ketiga
(51kg)
- membran
mukosa pucat
- kuku rapuh
2. Jumat/25 Ds: pasien Konstipasi Asupan serat Kelom
Oktober mengatakan kurang pok
2019/08.30 tidak dapat
WIB BAB, BAB
kurang dari
2x dalam
seminggu
Do:

27
feses keras
dan berbentuk
3. Jumat/25 Ds: pasien Intoleransi Ketidakseimba Kelom
Oktober mengatakan aktivitas ngan antara pok
2019/09.00 mudah lelah, suplai dan
WIB letih kebutuhan
Do: oksigen
- pasien
tampa
k
pucat
- tekana
n
darah
90/60
mmH
g

4. Jumat/25 Ds: pasien Keletihan Kurang tidur Kelom


Oktober mengatakan pok
2019/09.30 kurang
WIB konsentrasi
Do: saat
pengkajian
wajah pasien
tampak layu
5. Jumat/25 Ds: Gangguan Pola tidur Kelom
Oktober - pasien pola tidur tidak pok
2019/10.00 menga menyehatkan
WIB takan
tidur
hanya
5 jam
pada

28
malam
hari
- pasien
menga
takan
sering
terban
gun
saat
tidur
Do : saat
pengkajian
pasien tampak
sering
menguap
6. Jum’at/25 Ds : pasien Nyeri akut Agens cedera Kelom
Oktober mengatakan kimiawi pok
2019/10.30 sakit kepala
WIB Do : Saat
pengkajian
pasien tampak
menahan sakit
7. Jum’at/25 Ds : pasien Defisien Salah Kelom
Oktober mengatakan pengetahuan informasi pok
2019/11.00 pada masa
WIB kehamilan
makan
seadanya
Do : - pasien
tidak
mengetahui
apa itu
penyakit
anemia

29
- pasien
tampa
k
kebing
ungan
ketika
menja
wab
pertan
yaan
8. Jum’at/25 Ds : pasien Ketidakefektif Ketidakseimba Kelom
Oktober mengatakan an perfusi ngan antara pok
2019/11.30 badan lemas jaringan kebutuhan dan
Do : -wajah suplai O2
kulit pucat
- mukosa
bibir kering
-sering
menguap

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera kimiawi
3. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat kurang
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Keletihan berhubungan dengan kurang tidur
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2
8. Defisien pengetahuan berhubungan dengan salah informasi
D. Intervensi Keperawatan

30
No Hari/tanggal/ja NOC (kode) NIC (kode) Paraf
. m
dx
1 Jumat/25 Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Kelompo
Oktober tindakan keperawatan (1100) k
2019/12.30 selama 3x24 jam - Bantu pasien
WIB diharapkan nutrisi dalam
menjadi seimbang menentukan
dengan kriteria hasil : pedoman atau
Status Nutrisi (1004) piramida
- Asupan makanan yang
makanan paling cocok
tercukupi dalam
- Berat badan memenuhi
bertambah kebutuhan
nutrisi dan
preferensi
- Atur diet yang
diperlukan
(yaitu
menyediakan
protein tinggi,
menyarankan
menggunakan
bumbu dan
rempah-rempah
sebagai
alternatif untuk
garam,
menyediakan
pengganti
gula :
menambah atau
mengurangi

31
kalori,
menambah atau
mengurangi
vitamin,minera
l atau
suplemen)
Bantuan Peningkatan
Berat Badan (1240)
- Timbang
pasien pada
jam yang sama
setiap hari
- Sediakan
variasi
makanan yang
tinggi kalori
dan bernutrisi
tinggi
2. Jum’at/25 Setelah dilakukan Pemberian analgesik Kelompo
Oktober tindakan keperawatan (2210) k
2019/13.00 3x24 jam diharapkan - Cek adanya
WIB nyeri dapat teratasi riwayat alegi
dengan kriteria hasil : obat
Tingkat nyeri (2102) - Berikan
- Pasien tidak analgesik
terlihat sesuai waktu
merasakan paruhnya
nyeri Manajemen nyeri
- Pasien dapat (1400)
beristirahat - Tentukan
akibat dari
pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup

32
pasien
- Gunakan
metode
penilaian yang
sesuai dengan
tahapan
perkembangan
yang
memungkinkan
untuk
memonitor
perubahan
nyeri dan akan
dapat
membantu
mengindentifik
asi faktor
pencetus aktual
dan potensial
3. Jumat/25 Setelah dilakukan Manajemen Saluran Kelompo
Oktober tindakan keperawatan Cerna (0430) k
2019/13.30 selama 3x24 jam - Monitor buang
WIB diharapkan konstipasi air besar
dapat teratasi dengan termasuk
kriteria hasil : frekuensi,
Eliminasi Usus konsistensi,
(0501) bentuk, volume
- Kemudahan dan warna
saat BAB dengan cara
- Feses lembut yang tepat
- Ajarkan pasien
mengenai
makanan-
makanan

33
tertentu yang
membantu
mendukung
keteraturan
(aktivitas) usus
Manajemen
Konstipasi/Impaksi
(0450)
- Buatlah jadwal
untuk BAB,
dengan cara
yang tepat
- Dukung
peningkatan
asupan cairan
jika tidak ada
kontraindikasi
4. Jum’at/25 Setelah dilakukan Peningkatan tidur Kelompo
Oktober tindakan keperawatan (1850) k
2019/14.00 selama 3x24 jam - Monitor pola
WIB gangguan pola tidur tidur pasien
dapat teratasi dengan dan jumlah
kriteria hasil : tidur
Tidur (0004) - Dorong pasien
- Jam tidur untuk
bertambah menetapkan
- Pola tidur rutinitas tidur
teratur untuk
- Kualitas tidur memfasilitasi
meningkat perpindahan
dari terjaga
menuju tidur
- Anjurkan untuk
tidur siang hari

34
jika
diindikasikan
untuk
memenuhi
kebutuhan
tubuh
5. Jumat/25 Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompo
Oktober tindakan keperawatan (4310) k
2019/14.30 selama 3x24 jam - Bantu klien
WIB diharapkan untuk memilih
intoleransi dapat aktivitas dan
teratasi dengan pencapaian
kriteria hasil : tujuan melalui
Toleransi Terhadap aktivitas yang
Aktivitas (0005) konsisten
- Warna kulit dengan
normal (tidak kemampuan
pucat) fisik, fisiologis
- Mudah dalam dan sosial
melakukan - Instruksikan
aktivitas klien dan
harian keluarga untuk
mempertahank
an fungsi dan
kesehatan
terkait peran
dalam
beraktivitas
secara fisik,
sosial, spiritual
dan kognisi
Manajemen Energi
(0180)
- Perbaiki defisit

35
status fisiologis
sebagai
prioritas utama
- Monitor intake
atau asupan
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energi
yang adekuat
6. Jumat/25 Setelah dilakukan Manajemen Energi Kelompo
Oktober tindakan keperawatan (0180) k
2019/15.00 selama 3x24 jam - Kaji status
WIB diharapkan keletihan fisiologis
dapat teratasi dengan pasien yang
kriteria hasil : menyebabkan
Kelelahan : efek yang kelelahan
mengganggu (0008) sesuai dengan
- Nafsu makan konteks usia
meningkat dan
- Dapat perkembangan
melakukan - Tentukan jenis
aktivitas dan banyaknya
sehari-hari aktivitas yang
dibutuhkan
untuk menjaga
ketahanan
7. Jum’at/25 Setelah dilakukan Terapi Oksigen
Oktober tindakan keperawatan ( 3320 )
2019/15.30 selama 3x24 jam - Monitor aliran
WIB diharapkan oksigen
ketidakefektifan - Berikan
perfusi jaringan oksigen
perifer dapat teratasi tambahan
dengan kriteria hasil : seperti yang

36
Perfusi Jaringan : diperintahkan
Perifer (0407) - Pertahankan
- Turgor kulit kepatenan jalan
kembali nafas
elastis
- Wajah
pasien tidak
pucat
8. Jumat/25 Setelah dilakukan Pengejaran : Peresapan Kelompo
Oktober tindakan keperawatan diet (5614) k
2019/16.00 3x24 jam diharapkan - Kaji adanya
WIB defisien pengetahuan keterbatasan
dapat teratasi dengan finensial yang
kriteria hasil : dapat
Pengetahuan : mempengaruhi
Kehamilan (1810) pembelian
- Praktik gizi makanan yang
yang sehat disarankan
- Pola - Bantu pasien
penambahan untuk memilih
berat badan makanan
yang sehat kesukaan yang
sesuai dengan
diet yang
disarankan
- Sediakan
contoh menu
makanan yang
sesuai
- Informasikan
kepada pasien
jangka waktu
pasien harus
mengikuti diet

37
yang
disarankan

38
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh berkurang atau
berada di bawah tingkat normal dan tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya organ
tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderitanya pucat dan
mudah lelah.
Anemia saat hamil tidak hanya berdampak pada ibu, namun juga berbahaya bagi
janin. Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan cara mengkonsumsi tablet Fe
secara rutin.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan tambahan pengetahuan mengenai anemia pada ibu hamil. Kami
mengetahui dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
tulisan, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun, kami harapkan agar dapat tercipta makalah yang baik dan benar.

39
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Sudoyo, Aru W.dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat :
Interna Publishing
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/19742039/Anemia
https://www.alodokter.com/anemia
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/anemia-defisiensi-
besi/penatalaksanaan
http://repository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah%20BAB%20II.pdf
http://www.alodokter.com/anemia-hemolitik
http://www.alodokter.com/anemia-sel-sabit

40

Anda mungkin juga menyukai