Disusun oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang melimpahkan kasih dan sayangnya kepada
kita semua khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat membuat makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
nabi besar kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan, dari teman-teman dan dari referensi buku serta
artikel media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis
dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih
baik dari makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui pembuatan makalah mengenai Anemia ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami materi mengenai gangguan sistem hematologi dan
asuhan keperawatan pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Anemia
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari Anemia
c. Untuk mengetahui etiologi dari Anemia
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Anemia
e. Untuk mengetahui pathway dari Anemia
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Anemia
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Anemia
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Anemia
i. Untuk mengetahui komplikasi pada Anemia
j. Untuk mengetahui pengkajian pada Anemia
k. Untuk mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada Anemia
l. Untuk mengetahui intervensi pada Anemia
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia
B. Komposisi Darah
Komposisi darah diperoleh dengan cara memutar darah dalam satu tabung dengan kecepatan
tinggi. Proses pemutaran darah tersebut dinamakan sentrifugasi. Dari hasil sentrifugasi, darah
akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah yang padat dan bagian atas berupa cairan.
Cairan pada bagian atas adalah plasma darah (55%), sedangkan bagian bawah terdapat sel-sel
darah (45%).
1. Plasma darah
Plasma darah mengisi sekitar 55% dari total volume darah. Salah satu fungsi plasma darah
yaitu mengatur keseimbangan osmosis darah di dalam tubuh. Pada manusia, plasma darah
tersusun atas air (90%) dan bahan-bahan terlarut (10%).
2. Sel-sel darah
Terdapat sekitar 45% sel-sel dalam darah. Sel-sel darah tersusun atas sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).
a. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi mengangkut atau mengedarkan oksigen dan karbon
dioksida. Kemampuan mengikat oksigen dan karbon dioksida oleh sel darah merah
4
adalah karena adanya haeoglobin. Haemoglobin adalah suatu protein yang memiliki daya
ikat kuat terhadap oksigen dan karbon dioksida.
b. Sel draah putih (leukosit)
Sel darah putih (leukosit) berfungsi dalam pertahanan dan kekebelan tubuh. Leukosit
akan mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Fungsi tersebut didikung oleh
kemampuan leukosit untuk bergerak amoebid (seperti amoeba) dan fagositosis
(memangsa atau memakan).
C. Klasifikasi Anemia
c. Patofisiologi
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang mengurangi
pasokan zat besi, mengganggu absorpsinya, meningkatkan kebutuha tubuh akan zat besi
atau yang memengaruhi sintesis Hb. Meskipun manifesitasi klinis dan evaluasi diagnostik
defisiensi zat besi cukup serupa tanpa memperhatikan penyebabkanya, pertimbangan
terapeutik dan keperawatannya bergantung pada penyebab spesifik terjadinya defisiensi
zat besi. Pembahasan berikut ini hanya dibatasi pada anemia defisiensi besi yang terjadi
karena kandungan zat besoi yang tidak memadai dalam makanan.
Selama trimester terakhir kehamilan, zat besi dipindahkan dari dalam tubuh ibu ke
dalam tubuh janin. Sebagian besar zat besi disimpan dalam eritrosit janin yang bersikulasi
sementara sisanya berada di dalam hati, limpa dan sumsum tulang janin. Biasanya
simpanan zat besi ini sudah mencukupi kebutuhan selama 5 hingga 6 bulan pertama pada
bayi aterm tetapi pada bayi prematur atau kembar, simpanan tersebut hanya cukup untuk
2 hingga 3 bulan. Apabila makanan bayi tidak ditambahkan zat besi untuk memenuhi
kebutuhannya dalam masa pertumbuhan setelah terjadi deplesi simpanan zat besi di dalam
tubuh janin, maka akan terjadilah anemia defisiensi besi.
d. Manifestasi Klinis
1) Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris- garis
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
2) Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.
3) Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4) Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. Sindrom Plummer
Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan gejala yang terdiri dari
anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.
5) Tubuh tidak tegap
6) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
7) Kelelahan dan keletihan
8) Sesah nafas
9) Penurunan semangat
e. Penatalaksaan medis
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :
1) Memperbaiki penyebab dasar.
2) Suplemen nutrisi (vitamin B, asam folat, besi)
3) Transfusi darah.
6
Penurunan
SDM
Hb berkurang
Hipoksia
Sistem saraf
Gastro intestinal
pusat
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
f. Pemeriksaan diagnositik
Pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1) Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit dan SDM).
2) Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
3) Kadar Bserum rendah pada anemia pernisiosa.
4) Tes Comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
5) Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormalpada
penyakit sel sabit.
6) Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B (Engram,
1999:430)
g. Penatalaksaan medis
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :
1) Memperbaiki penyebab dasar.
2) Suplemen nutrisi (vitamin B, asam folat, besi)
3) Transfusi darah.
h. Pemeriksaan diagnositik
Pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1) Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit dan SDM).
2) Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
3) Kadar Bserum rendah pada anemia pernisiosa.
4) Tes Comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
5) Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormalpada penyakit
sel sabit.
6) Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B (Engram, 1999:430)
i. Pengkajian fokus
8
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau
peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
9
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
10
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
J. Diagnose
Masalah yang lazim muncul pada klien anemia defisiensi besi adalah
1) Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia
3) Resiko infeksi
4) Resiko gangguan integritas kulit
11
K. Intervensi
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. Memberikan informasi tentang
efektif berhubungan keperawatan selama 3 x 24 kapiler, warna kulit/membrane derajat/keadekuatan perfusi
dengan penurunan jam diharapkan mukosa, dasar kuku. jaringan dan membantu
konsentrasi Hb dan peningkatan perfusi 2. Tinggikan kepala tempat tidur menetukan kebutuhan intervensi.
darah, suplai oksigen jaringan dengan kriteria sesuai toleransi. 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
berkurang hasil: 3. Awasi upaya pernapasan ; memaksimalkan oksigenasi untuk
1. Perfusi menunjukan auskultasi bunyi napas perhatikan kebutuhan seluler.
adekuat ditandai TTV bunyi adventisius. 3. Dispnea, gemericik
stabil 4. Selidiki keluhan nyeri menununjukkan gangguan
dada/palpitasi. jajntung karena regangan jantung
5. Ukur suhu air mandi dengan lama/peningkatan kompensasi
thermometer. curah jantung.
6. Kolaborasi pengawasan hasil 4. Iskemia seluler mempengaruhi
pemeriksaan laboraturium. jaringan miokardial/ potensial
Berikan sel darah merah risiko infark. Hindari penggunaan
lengkap/packed produk darah botol penghangat atau botol air
sesuai indikasi. panas.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai 5. Termoreseptor jaringan dermal
indikasi. dangkal karena gangguan oksigen.
6. Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
7. Memaksimalkan transport oksigen
ke jaringan.
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk 1. Mengidentifikasi defisiensi,
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 makan yang disukai. memudahkan intervensi.
12
kebutuhan b.d intake jam diharapkan 2. Observasi dan catat masukkan 2. Mengawasi masukkan kalori atau
yang kurang menunujukkan makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
peningkatan/mempertahank 3. Timbang berat badan setiap hari. makanan.
an berat badan dengan nilai 4. Berikan makan sedikit dengan 3. Mengawasi penurunan berat badan
normal dengan kriteria frekuensi sering dan atau makan atau efektivitas intervensi nutrisi.
hasil: diantara waktu makan. 4. Menurunkan kelemahan,
1. tidak mengalami tanda 5. Observasi dan catat kejadian meningkatkan pemasukkan dan
mal nutrisi. mual/muntah, flatus dan dan gejala mencegah distensi gaster.
2. Menununjukkan lain yang berhubungan. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek
perilaku, perubahan 6. Berikan dan Bantu hygiene mulut anemia (hipoksia) pada organ.
pola hidup untuk yang baik ; sebelum dan sesudah 6. Meningkatkan nafsu makan dan
meningkatkan dan atau makan, gunakan sikat gigi halus pemasukkan oral.
mempertahankan berat untuk penyikatan yang lembut. 7. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
badan yang sesuai. 7. Berikan pencuci mulut yang di meminimalkan kemungkinan
encerkan bila mukosa oral luka. infeksi. Teknik perawatan mulut
8. Kolaborasi pada ahli gizi untuk khusus mungkin diperlukan bila
rencana diet. jaringan rapuh/luka/perdarahan dan
9. Pantau hasil pemeriksaan nyeri berat.
laboraturium. 8. Membantu dalam rencana diet
10. Berikan obat sesuai indikasi. untuk memenuhi kebutuhan
individual.
9. Meningkatakan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
10. Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan
defisiensi yang diidentifikasi.
3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Tingkatkan cuci tangan yang 1. Mencegah kontaminasi
keperawatan selama 3 x 24 baik ; oleh pemberi perawatan silang/kolonisasi bacterial.
jam diharapkan dan pasien. Catatan : pasien dengan
menunujukkan infeksi 2. Pertahankan teknik aseptic anemia berat/aplastik dapat
tidak terjadidengan kriteria ketat pada prosedur/perawatan berisiko akibat flora normal
hasil:
13
4 Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji integritas kulit, catat 1. Kondisi kulit dipengaruhi oleh
keperawatan selama 3 x 24 perubahan pada turgor, gangguan sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
integritas kulit b.d
jam diharapkan dapat warna, hangat local, eritema, Jaringan dapat menjadi rapuh dan
mempertahankan integritas ekskoriasi. cenderung untuk infeksi dan rusak.
kulit. dengan 2. Reposisi secara periodic dan pijat 2. Meningkatkan sirkulasi kesemua
kriteria hasil: permukaan tulang apabila pasien kulit, membatasi iskemia
1. mengidentifikasi factor tidak bergerak atau ditempat tidur. jaringan/mempengaruhi hipoksia
risiko/perilaku individu 3. Anjurkan pemukaan kulit kering seluler.
14
untuk mencegah cedera dan bersih. Batasi penggunaan 3. Area lembab, terkontaminasi,
dermal. sabun. memberikan media yang sangat
4. Bantu untuk latihan rentang gerak. baik untuk pertumbuhan organisme
5. Bantu untuk latihan rentang gerak. patogenik. Sabun dapat
6. Pelindung tumit/siku dan bantal mengeringkan kulit secara
sesuai indikasi. berlebihan.
4. Meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.
5. Gunakan alat pelindung, misalnya
kulit domba, keranjang, kasur
tekanan udara/air.
6. Menghindari kerusakan kulit
dengan mencegah /menurunkan
tekanan terhadap permukaan kulit.
1. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
15
d. Manifestasi Klinis
1) Penyumbatan pembuluh darah
Apabila penderita mengalami demam,dehidrasi,suhu dingin,kehamilan,tekanan
emosional maupun asidosis.Penyumbatan akan dirasakan oleh penderita sebagai
rasa nyeri. Penyumbatan yang terjadi pada otak dapat menyebabkan stroke. Rasa
nyeri pada perut pada umumnya disebabkan karena terjadi infark pada limpa. Rasa
nyeri pada dada sering disertai dengan infeksi bakteri yang kemudian disebut acute
chest syndrome(ACS).
2) Hand-foot syndrome
Sindrom ini ditandai dengan adanya pembengkakan pada punggung tangan dan
kaki, dan terasa sangat sakit yang disertai dengan demam dan peningkatan jumlah
leukosit.
3) Priapismus
Priapismus ini dialami oleh sebagian besar penderita anemia sel sabit yang berusia
antara 5-13 tahun dan 21-29 tahun. Hal ini umumnya dimulai malam hari ketika
tidur yang disebabkan karena terjadinya dehidrasi dan hipoventasi yang kemudian
menyebabkan terjadinya stagnansi aliran darah pada daerah penis. Semakin tua
usia penderita, maka prognosisnya akan semakin buruk dan dapat menyebabkan
impotensi.
4) Krisis aplastic
Disebabkan karena terjadinya penurunan pembentukan sel darah merah yang
disertai dengan demam. Berdasarkan studi epidemiologi, hal ini disebabkan karena
adanya infeksi virus, yaitu human parvovirus B19
5) Penggumpalan darah pada limpa
Hal ini ditandai dengan turunnya konsentrasi Hb paling tidak menjadi 2 g/dl dan
terjadinya splenomegaly.
5) Krisis hemolisis
Disebabkan karena terlalu pendeknya usia sel darah merah sehingga semakin cepat
terjadinya hemolysis. Hal ini menyebabkan turunnya hemoglobin dan naiknya
retikulosit, yang kemudian memicu terjadinya jaundice.
17
e. Manifestasi Klinis
6) Penyumbatan pembuluh darah
18
Hal ini ditandai dengan turunnya konsentrasi Hb paling tidak menjadi 2 g/dl dan
terjadinya splenomegaly.
6) Krisis hemolisis
Disebabkan karena terlalu pendeknya usia sel darah merah sehingga semakin cepat
terjadinya hemolysis. Hal ini menyebabkan turunnya hemoglobin dan naiknya
retikulosit, yang kemudian memicu terjadinya jaundice.
f. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan darah lengkap akan diperoleh :
a. Konsentrasi Hb 6-10 g/dl
b. Rata-rata MCV ± 90µ
c. Rata-rata MCHC(mean corpuscular hemoglobin concentration) ±34 g/dl
19
h. Intervensi
22
23
Pathway
Pansitopeni
Anemia Aplastik
O2
Sirkulasi O2 ke
Jaringan
Kelelahan Penumpukan
Asam Laktat ATP
Lemah Lelah
25
e. Pemeriksaan Penunjang
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi sum-sum
tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan
biopsi untuk menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum normal dan
penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,
prekursor granulosit, eritrosit, dan trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia
(defisiensi semua elemen seldarah). Kriteria anemia aplastik yang berat.
Darah tepi:
1) Granulosit < 500/mm3
2) Trombosit < 20.000/mm3
3) Retikulosit < 0,1%
Sumsum tulang: Hiposeluler < 25%
f. Penatalaksanaan
1) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia
aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara
kembar ataupun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien yang
masih anak-anak. Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka
keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok.
Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang mendapat terapi semakin
tua. Artinya, semakin meningkat umur,makin meningkat pula reaksi
penolakan sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau
graft-versus-host disease. Kondisi pasien akan semakin memburuk.
Dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoesis yang
masih dapat berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil, diperlukan
kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta mencegah
komplikasi selama masa penyembuhan.
2) Terapi imuunosupresif
26
g. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi, lokasi,
dan factor pencetus. Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
1) Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
2) Anorexia dan penurunan BB.
3) Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan
epistaksis.
4) Infeksi yang sering
5) Nyeri tulang dan sendi
b. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor
resiko gangguan hematologic.
1) Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas
ABO.
2) Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet
kurang besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa bayi),
perdarahan (mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan
terhadap inveksi virus. Factor resiko riwayat keluarga antara lain
riwayat anemia sel sabit, atau gangguan perdarahan.
2. Manifestasi Umum
a. Kelamahan otot
b. Mudah lelah : sering istirahat, napas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi)
c. Kulit pucat : pucat lilin terlihat pada anemia berat
d. Pica
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada
sebagian besar gangguan hematologic. Namun takikardi dan takipnea
mungkin harus diperlukan.
b. Inspeksi
28
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital, 1. Untuk mengetahui
jaringan perifer keperawatan selama 3 x 24 warna kulit, membran kondisi klien untuk
berhubungan dengan jam, diharapkan mukosa, dasar kuku membantu
perubahan komponen ketidakefektifan perfusi 2. Berikan posisi semi menentukan tindakan
seluler yang diperlukan jaringan perifer pada klien fowler selanjutnya
untuk mengirim O2 ke teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor pemeriksaan 2. Agar klien merasa
sel a. Tanda-tanda vital laboratorium misalnya nyaman dan
dalam rentang normal Hb atau Ht dan pernafasannya
(TD:70-100/50-60 jumlah sel darah maximal
mmHg, N: 80-130 merah 3. Merupakan indikasi
x/mnt. S: 36,5-37,5◦C, 4. Berikan oksigen anemia
R: 20-40 x/mnt) tambahan sesuai 4. Membantu
b. Tidak ada sianosis indikasi pernafasannya
c. CRT < 3 detik 5. Bila perlu berikan sel supaya tidak sulit
d. Konjungtiva tidak darah merah lengkap bernafas
anemis 5. Bantuan darah dapat
membantu
30
31
memulihkan anemia
periode istirahat
4 Resiko infeksi b.d tidak Setelah dilakukan tindakan 5. Monitor TTV pasien 5. Untuk mengetahui
adekuatnya pertahanan keperawatan selama 3 x 24 6. Tekankan cuci tangan keadaan umum pasien
sekunder (penururunan jam resiko infeksi teratasi yang baik untuk semua 6. Untuk mencegah
hemoglobin leukopenia, dengan kriteria hasil: individu yang datang dan kontaminasi silang,
atau penurunan c. TTV kontak dengan pasien menekan resiko infeksi
granulosit) TD : 120/80 mmHg 7. Ajarkan pasien dan 7. Agar pasien dan keluarga
N : 60-100 x/menit keluarga tanda dan gejala dapat mendeteksi lebih
S : 36,5 -37,50C infeksi awal jika tedapat tanda
R : 16-24 x/menit 8. Kolaborasi dengan dan gejala infeksi
d. Tidak terdapat tanda-tanda dokter untuk pemberian 8. pemeberian antibiotik
infeksi (kemerahan, panas, antibiotik jika terdapat dapat mengatasi
nyeri, pembengkakan dan tanda-tanda infeksi penyebaran infeksi
perubahan fungsi
5 Resiko Perdarahan b.d Setelah dilakukan tindakan 6. Pantau tanda-tanda 6. Untuk mengetahui apakah
tidak adekuatnya kadar keperawatan selama 3 x 24 perdarahan, melena, sudah terjadi perdarahan
trombosit jam resiko perdarahan teratasi epistaksis, ekimosis, atau tidak
dengan kriteria hasil: purpura, perdarahan gusi 7. Untuk melindungi klien
35
c. Tidak ada melena, 7. Lindungi klien dari dari trauma yang dapat
epistaksis, ekimosis, trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
purpura, perdarahan gusi menyebabkan perdarahan 8. Agar perdarahan dapat
d. Trombosit dalam rentang 8. Anjurkan keluarga untuk dideteksi ssedini mungkin
normal (150.000-400.00 memberitahukan apabila 9. Agar klien dan keluarga
103/µl) ada tanda perdarahan mengetahui apa saja
9. Edukasi klien dan penyebab perdarahan
keluarga penyebab 10. Peningkatan kadar
beresiko perdarahan trombosit dapat
10. Kolaborasi dalam meningkatkan koagulasi
pemberian trombosit dan dalam darah
monitoring jumlah
trombosit sesuai
kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru yang
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh.
Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain: gangguan pembentukan
eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan),
proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya atau (hemolisis),
penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker), defisiensi nutrient
(nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C
dan copper.
B. Saran
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Kita Bisa Lebih Berprestasi Tanpa Anemia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Sehat Masyarakat.
Muscari. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi Pertama. Salemba
Medika. Jakarta