Anda di halaman 1dari 43

GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analyze Metode Keperawat Jiwa
dosen pengampu: Shella Febrita Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep

disusun oleh:
Anindiya Maula Salsabila 302017007
Asri Aprilianti 302017015
Dhenira Firdhania 302017022
Eka Pitaloka Nurshaleha 302017028
Hana Laela Sa’diyah 302017036
Muhammad Dzikri Akbar R 302017048
Puput Putri Kusuma Wardani 302017054
Rizki Julia Wahyuni 302017062
Salma Salsabila 302017068 (Pembanding)
Silviya Pebriyani 302016013
Utami Maharani S 302017075 (Pembanding)
Widya Astuti 302017081
Zelfira Latifah Dewi 302017087

PRODI SARJANA KEPERAWATAN KELAS III-B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Dalam (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
2019
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang melimpahkan kasih dan sayangnya kepada
kita semua khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat membuat makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Case Analyze Metode
Keperawatan jiwa II. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan,
dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis
dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh
lebih baik dari makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1. TINJAUAN KONSEP TEORI ................................................................ 1
A. Definisi Waham ........................................................................................... 1
B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Waham ................................................. 1
C. Proses Terjadinya Waham............................................................................ 2
D. Patomekanisme Waham ............................................................................... 4
E. Pohon Masalah ............................................................................................. 9
F. Jenis-jenis Waham ..................................................................................... 10
G. Rentang Respon ......................................................................................... 11
H. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12
I. Penatalaksanaan Waham ............................................................................ 13
J. Aspek Legal Etik ........................................................................................ 15
BAB II. PEMBAHASAN KASUS ...................................................................... 18
A. Kasus .......................................................................................................... 18
B. Asuhan Keperawatan ................................................................................. 19
BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 39
A. Kesimpulan ................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

ii
BAB 1

TINJAUAN KONSEP TEORI

A. Definisi Waham

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol. (Dermawan, D.
Rusdi. 2013).
Menurut Yusuf, dkk (2015) waham merupakan gangguan isi pikiran dengan
mempercayai suatu keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kenyataan dan
dipertahankan secara terus-menerus. Waham sering ditemui pada orang dengan
gangguan jiwa berat dan beberapa ditemukan pada pasien dengan skizofrenia.
Menurut kelompok, waham adalah suatu kelainan berpikir yang tidak sesuai
dengan kenyataan tanpa bisa dirubah oleh oranglain. Waham biasanya ditemukan
pada orang dengan gangguan jiwa berat.

B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Waham

Menurut Stuart (2013) waham bisa terjadi karena faktor predisposisi dan
presipitasi. Faktor-faktor adalah sebagai berikut.
1. Faktor Predisposisi
a. Genetik
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Neurobiologis
Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbik. Gangguan
perkembangan dan fungsi otak. yang menimbulkan:
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan
limbik.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dan kanak-kanak.

1
2

c. Neurotransmiter
Abnormalitas pada dopamin, serotonin dan glutamat.
d. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan.
e. Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham
seperti kemiskinan.Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dans tress yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya gangguan waham adalah karakteristik umum
latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik/emosional, perlakuan
kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan,
isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya (Stuart,
2013).
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

C. Proses Terjadinya Waham

Menurut Yusuf, dkk (2015) terdapat beberapa fase atau tahapan dalam proses
terjadinya waham. Tahapan tersebut yaitu sebagai berikut.
3

1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need).


Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien yang
memiliki ekonomi dibawah garis kemiskinan dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara
kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil,
rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem).
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external).
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya rasa toleransi. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support).
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai keyakinan pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
4

dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting).
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving).
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan
kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

D. Patomekanisme Waham

Skizofrenia dapat terjadi karena faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor


faktor tersebut bisa mempengaruhi kerja otak. Gen, virus, cacat lahir bisa
menyebabkan struktur otak yang tidak normal sehingga terjadi gangguan
sirkulasi di otak. Selain itu, faktor psikologi yaitu kegagalan dan kehilangan
serta faktor sosiokultural yaitu pola asuh, ekonomi, dan lingkungan dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah mengakibatkan gangguan
sirkulasi di otak. Gangguan sirkulasi di otak menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah otak dan gangguan perfusi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada potensial aksi sel saraf dan ketidakseimbangan NE ke otak.
Hal tersebut menyebabkan dua respon pada kortek serebri, yaitu di lobus
frontalis serotonin meningkat yang menyebabkan gejala negative (apatis,
deficit perawatan diri, dan kehilangan motivasi. Sedangkan di lobus
temporalis pada system limbik terjadi peningkatan dopamin sehingga terjadi
gejala positif (halusinasi, waham, dan pembicaraan kacau). Pada gangguan
proses pikir atau waham, jalur dopaminergik yang digunakan adalah jalur
5

mesolimbik yang memproyeksikan jalur dopamin dari badan sel didaerah


ventral tegmental batang otak terminal akson daerah limbik seperti nucleus
acumben. jalur ini diduga sangat berperan terhadap perilaku emosional,
khususnya halusinasi auditorik dan delusi. Hiperaktivitas dari jalur ini secara
hipotesis diduga berperan penting terhadap timbulnya gejala positif psikosis.
Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamin dari badan sel ke daerah
ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimbik) ke
daerah kortek serebri. Gangguan pada jalur ini diduga berperan terhadap
timbulnya gangguan kognitif dan timbulnya gangguan gejala negative
psikosis.
Proses Dopaminergik
Dopamin atau dengan nama IUPAC 4-(2- aminoethyl)benzene-1,2-diol
(DA) adalah salah satu dari katekolamin alami yang berperan penting sebagai
neurotransmitter dalam sistem hormon, sistem saraf kardiovaskular dan saraf
pusat (Ulubay and Dursun, 2010). Dopamin dapat mengontrol gangguan
gerak akibat kerusakan otak. Dopamin yang merupakan neurotransmitter
kelompok katekolamin banyak terdapat di hampir seluruh jaringan otak,
terutama di ganglia basalis dan substantia nigra, sehingga kerusakan jaringan
otak akibat hipoksia serebri dapat mempengaruhi kandungan dopamin
ekstraseluler (Burt, 1993). Jumlah dopamin yang didistribusikan dalam organ
memiliki pengaruh besar pada emosi manusia dan secara langsung terkait
dengan berbagai penyakit karena konsentrasi rendah yang abnormal dari
dopamin. Konsentrasi rendah yang abnormal dari dopamin telah dikaitkan
dengan beberapa gangguan neurologis, misalnya; skizofrenia, penyakit
Huntington, dan penyakit Parkinson (penyakit yang paling populer ketiga di
dunia), dan bahkan infeksi HIV (Quan, et al., 2011).
Melihat banyaknya penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi rendah
yang abnormal dari dopamin, maka perlu dikembangkan metode pendeteksian
yang cepat da nsederhana untuk menentukan konsentrasi dopamin. Berbagai
metode analisis yang digunakan untuk analisis dopamin telah banyak
dikembangkan, misalnya; kromatografi cair-tandem spektrometri massa (LC-
6

MS/MS) atau kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) (Hows,et al., 2004),
metode kromatografi (Sabbioni, 2004), dan metode spektrometri massa
elektroforesis kapiler (Zlatuse, 2002). Semua teknik ini memerlukan
pengendalian suhu, pemisahan, dan sistem deteksi spektrofotometri atau
listrik. Teknik elektrokimia sangat berkembang karena deteksi yang sangat
sensitif dengan prosedur yang sederhana. Teknik voltametri square-wave atau
gelombang persegi sangat berguna dan populer untuk analisis runut karena
teknik ini kompak, efisien, dan sensitif (Suw, 2006).
Neurotransmiter dopamin diproduksi di otak tengah, tepatnya di neuron
dopaminergik. Secara anatomis bagian ini terletak pada area ventral
tegmental di bagian dasar otak tengah.
a. Fungsi Dopamin pada Pergerakan
Struktur utama di otak yang mengendalikan semua jenis gerakan
tubuh adalah basal ganglia atau inti basal. Supaya bagian ini bekerja
dengan maksimal, ia akan sangat bergantung pada sekresi dopamin dari
neuron di sekitarnya. Bila dopamin yang mencapai basal ganglia tidak
mencukupi, maka fungsi gerakan akan menjadi lebih lambat dan tidak
terkoordinasi dengan baik. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
penyakit parkinson. Lain halnya jika basal ganglia menerima terlalu
banyak dopamin dari neuron di sekitranya, akan terjadi kelebihan gerakan
tubuh yang tidak diperlukan. Gerakan di luar kendali secara tiba-tiba dan
berulang ini yang dikenal sebagai gejala sindrom Gilles de la Tourett atau
sindrom Tourette.
b. Fungsi Dopamin dan Memori
Fungsi perhatian dan memori dibentuk di otak pada bagian
prefrontal cortex atau otak bagian depan, di bagian inilah fungsi dopamin
memaksimalkan kerja memori. Tingkat paparan dopamin pada bagian otak
depan ini sangat presisi, sehingga sedikit saja terjadi peningkatan dan
penurunan dari jumlah normalnya akan menyebabkan masalah pada
ingatan.
7

Oleh karena dopamin sangat mempengaruhi sistem kerja memori,


hal ini tentunya juga akan memengaruhi proses belajar dan penyimpanan
informasi. Ketika seseorang mengalami peristiwa atau pengalaman
tertentu, dan pada waktu yang bersamaan jumlah dopamin mencukupi,
maka otak akan mengingatnya dengan lebih baik. Namun sebaliknya, jika
dopamin tidak tercukupi, maka akan lebih sedikit memori yang tersimpan.
Sebuah fakta juga mengungkap bawah dopamin ini terletak pada
bagian otak yang mengontrol perhatian atau interest, jadi saat seseorang
tidak tertarik pada suatu aktivitas atau pelajaran tertentu, maka kadar
dopamin pada prefrontal cortex akan turun. Jika hal ini terjadi maka otak
tidak akan termotivasi untuk mengingat fakta-fakta yang tersaji. Hal ini
sangat perlu dipahami oleh para guru yang ingin meningkatkan motivasi
belajar peserta didiknya. Menggunakan metode belajar yang lebih menarik
dan menyenangkan serta memberikan penghargaan dan pujian untuk
meningkatkan ketertarikan peserta didik sangat patut dicoba.
c. Fungsi Dopamin dan Fokus
Dopamin juga dapat meningkatkan fokus dan perhatian. Zat ini
akan bekerja memengaruhi penglihatan atau saraf optik, yang akan
mengarahkan perhatian dan fokus pada satu tugas atau aktivitas tertentu.
Neurotransmiter ini juga diyakini bertanggung jawab pada memori jangka
pendek yang terjadi di prefrontal cortex yang berhubungan dengan tingkat
fokus. Ketika konsentrasi dopamin terlalu rendah, maka beberapa masalah
fokus dan perhatian akan terjadi, salah satunya adalah gangguan
pemusatan perhatian atau hiperaktivitas atau biasa disebut juga ADD
(attention deficit disorder).
d. Dopamin sebagai Pengatur Kesenangan
Fungsi dopamin yang cukup populer adalah kemampuannya
mengatur dan membuat tubuh merasakan kesenangan. Pada saat situasi
yang menyenangkan terjadi, dopamin akan dilepaskan, hal ini jugalah
yang menyebabkan seseorang mencari dan menginginkan aktivitas
menyenangkan serta ingin melakukannya berulang-ulang.Keinginan untuk
8

makan (terutama makanan dengan kadar gula tinggi) dan melakukan


hubungan seksual merupakan salah satu stimulan yang menyebabkan
pelepasan dopamin di otak. Itulah mengapa hal yang dianggap
menyenangkan ini akan dilakukan berulang.
e. Fungsi Dopamin dalam Mengatur Rasa Sakit
Dopamin memegang peranan penting dalam pemrosesan rasa sakit
pada sistem saraf pusat, termasuk sumsum tulang belakang. Berkebalikan
dengan stimulus pada pengalaman menyenangkan, ketika sakit kadar
dopamin berkurang dan menyebabkan kondisi kebalikan dari senang,
seperti pada kondisi luka atau sedang putus cinta.
1) Efek Kekurangan Dopamin
Beberapa penyakit dan masalah dapat disebabkan oleh kurangnya
konsentrasi dopamin di otak. Kekurangan dopamin membuat
seseorang cenderung merasa bosan, tidak termotivasi atau bahkan
depresi. Kondisi ini juga bisa menyebabkan anhedonia dimana
seseorang sulit untuk merasakan dan menikmati kesenangan dan tidak
berusaha untuk mencarinya.
Beberapa masalah kesehatan yang ditandai dengan rendahnya kadar
dopamin adalah depresi, fobia sosial, ADHD, penyakit parkinson.
Umumnya dokter akan membantu meningkatkan kadar dopamin dalam
otak pasien ini dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan
kadar dopamin namun dalam dosis kecil untuk menghindari kecanduan.
2) Efek Kelebihan Dopamin
Kelebihan dopamin di otak dikaitkan dengan berbagai gangguan
mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Pengobatan kondisi
ini biasanya dengan meresepkan obat penghambat dopamin, dimana
obat ini akan membuat dopamin membutuhkan waktu lebih lama untuk
berpindah dari satu neuron ke neuron lain sehingga mengurangi efek
kelebihan dopamin yang terjadi.
Di sisi lain, kelebihan kadar dopamin yang tidak berlebihan dipercaya
dapat menguntungkan kondisi kesehatan mental maupun fisik. Kondisi
9

seperti ini tentu saja akan meningkatkan kinerja seseorang dalam


belajar ataupun bekerja.
Adapun gejala akibat kelebihan dopamin diantaranya, agitasi tinggi, mudah
gelisah, ketajaman kognitif, mudah senang, hedonisme, bersemangat, libido
tinggi, hiperaktif, insomnia, maniak, kemampuan belajar tinggi, mudah
bersosialisasi, mencari penghargaan dan mudah stres.
Jalur dopaminergik , kadang-kadang disebut proyeksi dopaminergik , adalah
sekumpulan neuron proyeksi di otak yang mensintesis dan melepaskan dopamin
neurotransmitter. Neuron individu di jalur ini disebut sebagai neuron dopamin .
Neuron dopamin memiliki akson yang menjalankan seluruh jalur. Somata neuron
menghasilkan enzim yang mensintesis dopamin, dan kemudian ditransmisikan
melalui proyeksi akson ke tujuan sinaptik mereka, di mana sebagian besar
dopamin diproduksi. Badan sel saraf dopaminergik di area seperti substantia nigra
pars compacta cenderung berpigmen karena adanya melanin pigmen hitam. Jalur
dopaminergik terlibat dalam banyak fungsi seperti fungsi eksekutif, pembelajaran,
penghargaan, motivasi, dan kontrol neuroendokrin. Disfungsi jalur dan nuklei ini
mungkin terlibat dalam beberapa penyakit dan gangguan seperti penyakit
Parkinson , [4] gangguan defisit hiperaktif , kecanduan , dan sindrom kaki gelisah
(RLS)

E. Pohon Masalah

Adapun pohon masalah mengenai waham menurut Stuart (2013) adalah


sebagai berikut.

Kerusakan Resiko tinggi mencederai diri,


komunikasi verbal orang lain dan lingkungan

Perubahan Proses Faktor Pencetus:


Pikir: waham 1. Proses pengolahan
informasi yang
berlebihan
2. Mekanisme
Harga diri rendah penghantaran listrik
yang abnormal
3. Adanya gejala
pemicu
10

Faktor Pendukung:
1. Genetik
2. Neurobiologis
3. Neurotransmiter
4. Virus
5. Psikologis

F. Jenis-jenis Waham

Menurut Dermawan, D. Rusdi. (2013) waham dibedakan menjadi


beberapa jenis. Jenis waham tersebut adalah sebagai berikut.
1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan. Keyakinan dan
pembicaraan klien selalu tentang agama. Contoh: “kalua saya mau masuk
surge, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”.
2. Waham Somatik
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau
didalam tubuhnya terdapat binatang. Contoh: “saya sakit kanker”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
3. Waham Kebesaran
Keyakinan bahwa dirinya memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang luar
biasa, tetapi tidak dapat diketahui. Penderita merasa dirinya orang besar,
berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, atau orang kaya. Contoh:
“saya ini seorang pejabat” atau “saya punya tambang emas”.
4. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau suatu kelompok yang mengancam
dirinya dan merasa selalu disindir oleh orang-orang disekitarnya. Contoh:
“saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan saya karena mereka
iri dengan kesuksesan saya”.
11

5. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah
meninggal dunia. Contoh: “ini adalah alam kubur, semua yang disini
adalah roh”.
6. Waham Bizar
a. Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan atau
dimasukan
b. Siar Pikir
Klien yakin bahwa oranglain mengetahui isi pikirannya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
c. Kontrol Pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

G. Rentang Respon

Berhubungan Dengan Waham Terdapat rentang respon menusia terhadap


stress. Stuart (2013) yang menguraikan tentang respon gangguan adaptif dan
maladaktif dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang respon neurobiologis:
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon Maladaptif


1. Pikiran Logis: persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman,
perilaku sesuai, berhubungan sosial.
2. Distorsi Pikiran: ilusi, reaksi emosi berlebihan atau kurang, perilaku
aneh, menarik diri.
3. Respon Maladaktif: gangguan proses pikir, halusinasi, sulit berespon
emosi, perilaku disorganisasi, isolasi sosial.
Dari rentang neurologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu
berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptive kadang-kadang
12

pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu


tidak mampu berfikir logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka
ia akan berespon secara maladaptive dan ia akan mengalami gangguan isi
pikir : waham curiga (Stuart, 2013).
Menurut Stuart (2013) agar individu tidak berespon secara maladaptive
maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping
yang baik. Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realstic tuntunan
situasi stresskedalam pikirannya.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personel seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat
membantu mengatasi cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada
tingkat dasar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas,
maka mekanisme ini dapat merupakan repon maladaptive terhadap
stress.

H. Manifestasi Klinis

Waham Menurut Dermawan, D. Rusdi. (2013) ada beberapa tanda dan


gejala waham. Tanda dan gejala tersebut dapat juga dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Kognitif : tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata,
individu sangat percaya pada keyakinannya, sulit berpikir realita, tidak
mampu mengambil keputusan.
2. Afektif : situasi tidak sesuai dengan kenyataan, afek tumpul.
13

3. Perilaku dan hubungan sosial : hipersensitif, hubungan interpersonal


dengan orang lain dangkal, depresif, ragu-ragu, mengancam secara
verbal, aktivitas tidak tepat, streotif, impulsive, curiga.
4. Fisik : kebersihan kurang, muka pucat, sering menguap, berat badan
menurun, nafsu makan berkurang dan sulit tidur.

I. Penatalaksanaan Waham

1. Farmakoterapi
Menurut Townsend, Mary C. 1998. tatalaksana pengobatan
skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizoprenia
secara tatalaksana tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Anti Psikotik
1) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x
25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan
dosis tinggi 1000 mg/hari secara oral.
2) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik
menarik diri, dosis awal 3 x 1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai
50 mg/hari. 3) Haloperidol Untuk ansietas, ketegangan,
psikosomatik, psikosis , dan mania, dosis awal 3 x 0,5 mg sampai
3 mg.
b. Anti Parkinson
1) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk
menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang
digunakan 1 - 15 mg/hari.
2) Difenhidramin
Dosis yang diberikan 10 - 400 mg/hari.
14

c. Anti Depresan
1) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan
keluhan somatic. Dosis 75 - 300 mg/hari.
2) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotic. Dosis awal 25 mg/hari, dosis pemeliharaan 50 - 75
mg/hari.
d. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas,
kelainan somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan
untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan
ansietas. Obat-obat yang termasuk anti ansietas antara lain :
1) Fenobarbital 16 - 320 mg/hari
2) Meprobamat 200 - 2400 mg/hari
3) Klordiazepoksida 15-100 mg/hari
2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok.
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak
boleh terus menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus
tepat waktu, jujur, dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan
yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya
dengan klien. Terapis perlu menyatakan kepada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat
meningkatkan tes realistis. Terapis harus bersikap empati terhadap
pengalaman internal klien dan harus mampu menampung semua
ungkapan perasaan klien sehingga mampu menghilangkan ketegangan
klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan
15

terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan


kelemahan dan interioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul.
Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu
hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik
dapat dilakukan.
3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

J. Aspek Legal Etik

Nilai-nilai yang melandasi etika keperawatan yang mengacu pada


Canadian Nurses Association 1997 yang dapat digunakan untuk melandasi
terapi keluarga yang diberikan secara universal (Hamid, dkk 2002):
a. Health and well being
Perawat menghargai nilai sehat, sejahtera dan memberikan
bantuan terhadap keluarga dalam rangka mencapai derajat sehat
yang optimal dalam kondisi sehat, sakit atau proses kematian
secara wajar.
b. Choise
Perawat menghormati dan mendorong agar keluarga memiliki
otonomi serta membantu mereka untuk mengekspresikan
kebutuhan kesehatannya maupun nilai-nilai sehat serta
memperoleh informasi dari pelayanan kesehatan.
c. Dignity
Perawat menghargai dan melakukan advokasi terhadap
kemulian atau martabat keluarga
d. Confidentiality
16

Perawat melindungi kepercayaan klien mengenai informasi yang


diperolehnya dalam hubungan profesional untuk tidak dibahas
diluar tim kesehatan, kecuali jika seizin keluarga.
e. Fairness
Perawat menerapkan prinsip keadilan dan keterbukaan dalam
rangka membantu klien menerima pengobatan dan pelayanan
kesehatan secara objektif dan proposional sesuai kebutuhan
dasar klien.
f. Accountability
Perawat bertindak sedemikian rupa konsisten dengan tanggung
jawab profesinya serta standar praktek keperawatan.
g. Practice environments conducive to safe, competent and ethical
care.
Perawat melakukan advokasi terhadap lingkungan prakteknya
yang dapat menciptakan suatu sistem yang terorganisasi dengan
baik dan memberi dukungan secara manusiawi serta menetapkan
alokasi sumber dana dan daya yang diperlukan dalam rangka
pemberian pelayanan keperawatan yang aman, kompeten dan
etis
Selain nilai-nilai yang melandasi etik, berbagai prinsip yang
melandasi etik perlu diketahui oleh perawat mental psikiatri yakni :
a. Otonomi
Otonomi adalah kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi
klien. Perawat yang menghargai klien berarti bahwa perawat
tersebut menghormati klien untyk mengambil keputusan.
b. Benefisence
Benefisence merupakan wujud perbuatan baik atau
menguntungkankan orang lain
c. Nonmalefisience
17

Nonmalefisience adalah prinsip melakukan tindakan tanpa


bahaya, tidak menambah penderitaan, tidak membunuuh dan
tidak mengurangi kebebasan orang lain.
d. Veracity
Perawat dituntut bicara jujur untuk menyampaikan hal yang
sebenarnya dan terkait dengan konsep bahwa seseorang harus
mengatakan secara meneyeluruh secara benar
e. Justice
Memperlakukan orang lain secara adil tanpa membedakan status
sosial, ras, agama dan sebagainya.
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus

Tn. K (usia 49 tahun) status menikah, 2 minggu sebelum masuk RS, klien
membakar lilin di kamar sambil bernyanyi keras, menghentakan kaki ke
lantai seperti kesurupan, mata klien melotot dan memukul tembok. Klien
mengamuk karena keinginannya menjadi Caleg tidak terpenuhi setelah kalah
dari calon saingannya. Menurut Keluarga, sejak 3 bulan yang lalu
pengumuman hasil kemenangan para caleg, dan diketahui Tn. K kalah, dia
tampak mudah tersinggung dan kecewa. Padahal Tn. K sudah memimpikan
menjadi anggota DPRD sejak 5 tahun yang lalu dan sudah menghabiskan
ratusan juta untuk dana kampanyenya. Sebelumnya, karena Tn. K berperilaku
aneh, sering melamun, sering berbicara sendiri dan berteriak-teriak, akhirnya
2 bulan yang lalu keluarganya membawanya ke orang pintar karena keluarga
besarnya mengira kalua Tn. K mengalami guna-guna oleh lawan calon nya.
Namun sudah 1 bulan, Tn. K tidak mengalami prubahan malah semakin
berperilaku aneh.
Pada saat dikaji, Tn. K tampak gelisah, mudah tersinggung, gaya
berkomunikasi cenderung mendominasi. Tn. K mengatakan kalau dia mampu
memberantas pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat biar
pada kaya. Tn. K juga mengatakan kalau setiap malam suka di datangi oleh
ajudannya untuk meminta tanda tangan terkait projek yang harus di
tanganinya. Tn. K juga sering meminta untuk diberikan pengawalan jika akan
pergi kemana-mana. Pada saat berdiam diri di kamar, Tn. K lebih sering
melamun.
Terapi yang sedang di dapatkan oleh Tn. R: - Haloperidol 3x1 5 mg
- Chlor[romazin 1 x ½
100mg
- Trihexilfenidil 3x1

18
19

B. Asuhan Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN STATUS MENTAL


KESEHATAN JIWA
STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT TANGGAL DIRAWAT :

1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.K ( L/P )
Tanggal Pengkajian : 15 November
Umur : 49 Tahun
RM No. : 32456
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Ny. R
Umur : 46 Tahun
Hubungan dengan klien : Istri

2. ALASAN MASUK
KU:
Tn. K tampak gelisah, mudah tersinggung, gaya berkomunikasi cenderung
mendominasi. Tn. K mengatakan kalau dia mampu memberantas
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat biar pada kaya. Tn.
K juga mengatakan kalau setiap malam suka di datangi oleh ajudannya untuk
meminta tanda tangan terkait projek yang harus di tanganinya. Tn. K juga
sering meminta untuk diberikan pengawalan jika akan pergi kemana-mana.
Pada saat berdiam diri di kamar, Tn. K lebih sering melamun.
SMRS:
2 minggu sebelum masuk RS, klien membakar lilin di kamar sambil bernyanyi
keras, menghentakan kaki ke lantai seperti kesurupan, mata klien melotot dan
20

memukul tembok. Klien mengamuk karena keinginannya menjadi Caleg tidak


terpenuhi setelah kalah dari calon saingannya.

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : tidak √ Ya


(tahun:_____)

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang berhasil


tidak berhasil

Alasannya : tidak terkaji


3. Faktor predisposis dan presipitasi
a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya
Tn. K sudah
memimpikan menjadi
anggota DPRD sejak 5
tahun yang lalu dan
sudah menghabiskan
ratusan juta untuk dana
kampanyenya.

b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama
Menurut Keluarga, sejak 3
bulan yang lalu
pengumuman hasil
kemenangan para caleg, dan
diketahui Tn. K kalah, dia
tampak mudah tersinggung
dan kecewa.

Masalah Keperawatan
Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


 Ada √ Tidak ada
21

Jika ada (siapa)/ Hub. dengan keluarga :


..................................................................................
Gejala :
............................................................................................................
Riwayat Pengobatan :
................................................................................................................
Masalahkeperawatan:
.............................................................................................................
Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


a.Kehilangan
Klien menghabiskan ratusan juta untuk dana kampanyenya.
b. Kegagalan
Klien mengalami kegagalan karena keinginannya menjadi Caleg tidak
terpenuhi setelah kalah dari calon saingannya.
MasalahKeperawatan:
Gangguan Proses Pikir Waham Kebesaran

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital: TD: 120/60 mmHg
b. N: 60 x/mnt,
c. S: 37oC,
d. R: 20 x/mnt
e. Atopometrik : BB 56 Kg, TB:165. cm
f. Keluhan Fisik ada / tidak, jelaskan
MasalahKeperawatan:
Tidak terkaji
7. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
22

Tidak terkaji, namun harus dikaji mengenai presepsi klien terhadap


tubuhnya, dan bagain tubuh mana yang paling disukai dan tidak disukai
2) Identitas diri
Tn. K usia 49 Tahun dan sudah menikah
3) Peran
4) Ideal diri
Tn. K berharap menjadi Caleg namun gagal
5) Harga diri
Tn. K tampak mudah tersinggung dan kecewa
MasalahKeperawatan:
Gangguan Konsep Diri: Ideal diri
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti:
Tidak terkaji
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat:
Tidak terkaji
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tn.K mudah tersinggung dan gaya berbicaranya cenderung mendominasi
MasalahKeperawatan:
Gangguan Proses Pikir Waham Kebesaran
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: Kegiatan ibadah:
Masalah Keperawatan:
Tidak terkaji
8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai)
a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak
sesuai
Berpakaian tidak seperti Sesuai
biasanya
23

Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
b. Pembicaraan
Cepat Gelisah Apatis
Keras Inkoheren tidak mampu memulai pembicaraan
Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai

Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
d. Suasana hati:
Sedih Ketakutan √ Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Sesuai

Jelaskan: Karena harapan Tn. K menjadi Caleg gagal


Masalah Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir Waham

e. Afek
Datar Tumpul √ Labil Sesuai Tidak Sesuai

Jelaskan:.
Masalah Keperawatan:
f. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif √ mudah tersinggung
Kontak mata kurang √ Defensive Curiga
Seduktif Berhati-hati Kooperatif
24

Jelaskan: Tn. K tampak mudah tersinggung dan selalu mengatakan


dia mampu mensejahterakan rakyat
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses piker Waham
g. Persepsi
Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Ilusi
Visual (penglihatan) Gustatori Sesuai
(pengecapan)
Olfakori (penciuman)

Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

h. Proses berfikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi Inkoheresn
Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme
√ Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan: Tn. K mengatakan mampu memberantas pengangguran


dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat biar pada kaya.
Masalah keperawatan:
Gangguan proes pikir Waham

i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham: Sesuai
Agama Somatik √ Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar pikir Sisip pikir Kontrol pikir
Jelaskan: Tn. K mengatakan mampu memberantas pengangguran
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat biar pada kaya.
Masalah keperawatan:
Gangguan Proses Pikir Waham
25

j. Tingkat kesadaran
Mudah beralih √ tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi

Jelaskan: klien dengan gangguan proses pikir waham cenderung


tidak mampu berkonsentrasi
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir waham
k. Memori
Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
saat ini Konfabulasi Sesuai

Jelaskan: Tidak terkaji


Masalah Keperawatan:
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih √ Tidak mampu  Tidak mampu  mampu
konsentrasi berhitung berkonsentrasi
sederhana
Jelaskan: klien dengan gangguan proses pikir waham cenderung
tidak mampu berkonsentrasi
Masalah keperawatan:
Gangguan proses piker waham

m. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
 Tidak ada gangguan 
Jelaskan: Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
n. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang  Menyalahkan hal hal diluar
diderita dirinya
26

 Memahami sakit yang di


deritanya
Jelaskan: Tidak terkaji
Masalah keperawatan:
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir waham

b. BAB/BAK
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir waham
c. Mandi
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir waham
d. Berpakaian/Berhias
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir waham
e. Istirahat tidur
 Tidur siang lama: 30 menit s/d 1 jam
 Tidur malam lama: 6 jam s/d 8 jam
 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
f. Penggunaan obat
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir waham
27

g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut  Ya  Tidak
Perawatan pendukung  Ya  Tidak
Jelaskan :
………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
………………………………………………..…
h. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan Makan  Ya  Tidak
Menjaga kerapihan  Ya  Tidak
rumah
Mencuci pakaian  Ya  Tidak
Pengaturan keuangan  Ya  Tidak
Jelaskan :
…………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………..…
i. Kegiatan di luar rumah
Belanja  Ya  Tidak
Transportasi  Ya  Tidak
Lain lain  Ya  Tidak
Jelaskan:
............................................................................................................
.............
Masalah keperawatan:
....................................................................................................

10. Mekanisme koping


Adaptif Maladaptif
 Berbicara dengan orang  Minum alqohol
lain
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan
masalah
 Tekhnik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas Konstruktif  Menghindar
 Olah raga √ Mencederai diri
28

 Lainnya Lainnya

Jelaskan: Tn. K sering membakar lilin dikamar sambil bernyanyi ,


menghentakan kaki seperti kesurupan, mata melotot dan memukul
tembok.
Masalah Keperawatan:
Resiko perilaku kekerasan
11. Masalah psikososial dan lingkungan
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik:
......................................................................................................
...................................
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
......................................................................................................
...................................
 Masalah dengan pendidikan, spesifik
......................................................................................................
...................................
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Tn. K mengalami kegagalan menjadi Caleg
 Masalah dengan perumahan, spesifik
......................................................................................................
...................................
 Masalah dengan ekonomi, spesifik
Tn. K sudah menghabiskan uang ratusan juta untuk biyaya
kampanye nya
Masalah Keperawatan:
Harga Diri Rendah
12. Pengetahuan kurang tentang
√ Penyakit jiwa  Sistem pendukung
√ Faktor presipitasi  Penyakit fisik
 Koping  Obat obatan
 Lainnya:
...............................................
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir waham
13. Aspek medik
Diagnosis Medik:
29

Skizofrenia Paranoid
Terapi Modalitas (farmako dan Non-farmako):
Jenis Terapi Jumlah Indikasi Efek Samping
Haloperidol 3x1 5 Mg Obat golongan Efek samping
antipsikotik yang dari haloperidol
bermanfaat adalah gangguan
untuk mengatasi siklus
gejala psikosis menstruasi,
pada gangguan gangguan untuk
mental, seperti terus bergerak
skizofrenia. (akathisia),
gangguan pada
gerakan otot
(dystonia),
gerakan tidak
terkendali pada
lidah, wajah,
dan bibir, berat
badan
bertambah,otot
kaku, gejala
seperti penyakit
Parkinson, Sulit
tidur, Lemas.
Chlorfromazine 1x1/2 100 Obat untuk Efek samping
Mg menangani yang muncul
gejala psikosis, adalah, tremor
mual,muntah dan dan bicara pelo,
cegukan yang penglihatan
tidak kunjung kabur, hilang
30

berhenti, obat ini nafsu


bekerja dengan makan,cemas,
menghambat zat depresi, sulit
kimia di otak tidur, sakit
dinamakan kepala, pusing,
dopamin. pembekakan
otak,jantung
berdebar,
dyspepsia, tubuh
mudah lelah.
Trihexilfenidil 3x1 Obat ini untuk Efek samping
mengatasi gejala dari obat ini
ekstrapiramidal, adalah
baik akibat merasakan
penyakit konstipasi,
Parkinson atau pusing, sulit
efek samping buang air kecil,
obat. muluta kering,
pandangan
buram, dan
mual.

14. Daftar masalah keperawatan


-Gangguan proses pikir waham
- Gangguan Konsep Diri: Ideal diri
- Resiko perilaku kekerasan
31

Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DO: Faktor Psikologi Gangguan proses pikir
- Gaya berkomunikasi (Kegagalan dan waham
cenderung mendominasi kehilangan)
- Klien sering meminta
untuk diberikan pengawalan Vasokontriksi
jika akan pergi kemana- pembuluh darah
mana
- Klien lebih sering Gangguan sirkulasi di
melamun otak
DS:
- Klien mengatakan dia Vasokontriksi
mampu memberantas pembuluh darah otak
pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan Gangguan Perfusi
masyarakat biar pada kaya. Jaringan
- Klien mengatakan bahwa
setiap malam suka di Gangguan potensial
datangi oleh ajudannya aksi sel saraf
untuk meminta tanda tangan
terkait projek yang harus Ketidakseimbangan NE
ditanganinya ke otak

Kortek Serebri

Lobus Temporalis

Sistem Limbik

Dopamin
32

Gangguan proses pikir


waham

1. Daftar diagnosa keperawatan


a. Gangguan proses pikir waham
33

2. Daftar diagnosa keperawataGangguan proses pikir waham


C. Intervensi Keperawatan

Nama klien: Tn. K Dx Medis: Skizofrenia Paranoid


No. Medrec: Ruang: Melati

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
evaluasi
Gangguan Tujuan umum: Setelah 3x SP 1
Proses Klien mampu pertemuan klien 1. Identifikasi kebutuhan 1. Untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
Pikir berorientasi pada mampu pasien. belum terpenuhi, meliputi
Waham realitas memenuhi 2. Bicara konteks realita biopsikososiospiritual terutama psikologi
Tujuan Khusus: kebutuhannya (tidak mendukung atau 2. Dengan terapi kognitif melalui
1. klien mampu membantah waham pendekatan teori ABC
menerima pasien) 3. Agar pasien dapat memenuhi
kenyataan secara 3. Latih pasien untuk kebutuhannya secara mandiri
bertahap memenuhi 4. Agar pasien terbiasa untuk memenuhi
2. Mampu kebutuhannya kebutuhannya
berinteraksi 4. Masukan dalam jadwal
dengan orang lain harian pasien
34

dan lingkungan
3. Menggunakan
oabt dengan
prinsip 6 B
Setelah 3x SP 2
pertemuan 1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui sejauhmana
pasien mampu: lalu (SP 1) perkembangan pasien, dan apakah
1. Menyebutkan 2. Tanyakan program kegiatan sebelumnya berdampak baik
kegiatan yang pengobatan pada pasien
sudah 3. Jelaskan pentingnya 2. Pasien skizofrenia umumnya diberikan
dilakukan penggunaan obat pada obat-obatan antipsikotik untuk
2. Menyebutkan pasien dengan waham meredakan gejala delusinya
manfaat dari 4. Jelaskan akibat bila 3. Kepatuhan obat/pemberian obat yang
program tidak rutin melakukan teratur dan sesuai dengan dosis
pengobatan pengobatan sesuai membantu dalam proses penyembuhan
program dengan terapi keperawatan yang
5. Jelaskan akibat bila merubah perilaku klien sehingga patuh
putus obat minum obat.
6. Jelaskan cara 4. Informasi dan dukungan merupakan hal
35

mendapatkan obat atau penting dalam proses penyembuhan


berobat 5. Obat berpengaruh terhadap proses
7. Jelaskan pengobatan penyembuhan
dengan prinsip 6 B 6. Klien bisa mandiri dan sadar ketika obat
8. Latih pasien minum habis maka apa yang seharusnya
obat (masukan dalam dilakukan
jadwal kegiatan pasien) 7. Pengobatan yang sesuai mempercepat
proses penyembuhan
8. Pasien terbiasa dengan mengkonsumsi
obat rutin.

Setelah 3x SP 3
pertemuan 1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui sejauhmana
pasien mampu: lalu (SP 1 & 2) perkembangan pasien, dan apakah
1. Menyebutkan 2. Identifikasi potensi kegiatan sebelumnya berdampak baik
kegiatan yang atau kemampuan yang pada pasien
sudah dimiliki 2. Menggali dan menemukan potensi klien
dilakukan 3. Pilih dan latih potensi yang dapat memunculkan social support.
2. Menyebutkan atau kemampuan yang 3. Melatih potensi klien yang berarti
36

serta memilih dimiliki mendukung kemampuan klien/ Social


kemampuan 4. Masukkan dalam Support akan berpengaruh positif untuk
yang dimiliki jadwal kegiatan pasien kesehatan psikologisnya.
4. Terbiasa dalam melakukan aktifitas
positif

Keluarga mampu: Setelah 3x SP 1


1. Mengidentifik
pertemuan, 1. Identifikasi masalah 1. Keluarga mampu memfasilitasi klien
asi waham
keluarga keluarga dalam untuk memenuhi kebutuhan yang belum
pasien
mampu: merawat pasien terpenuhi oleh wahamnya
2. Memfasilitasi
1. Mengidentifi 2. Jelaskan tentang proses 2. Agar keluarga dan lingkungan sekitarnya
pasien untuk
kasi masalah terjadinya waham mampu memahami proses terjadinya
memenuhi
2. Menjelaskan 3. Jelaskan tentang cara waham
kebutuhannya
tentang cara merawat pasien waham 3. Keluarga mampu merawat dan
3. Mempertahank
merawat 4. RTL keluarga/ jadwal memberikan dukungan terhadap pasien
an program
pasien keluarga untuk 4. Dukungan keluarga dalam pengobatan
pengobatan
merawat pasien sangat diperlukan
pasien secara
optimal
37

SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui sejauhmana
lalu (SP 1) perkembangan pasien, dan apakah
2. Latih keluarga merawat kegiatan sebelumnya berdampak baik
pasien pada pasien
3. RTL keluarga/jadwal 2. Peran serta keluarga dalam merawat
keluarga untuk pasien dapat mencegah terjadinya
merawat pasien kekambuhan
3. Perawatan yang dilakukan secara
terjadwal akan membuat pasien
mempertahankan program pengobatan
secara optimal

SP 3
1. Evaluasi kemampuan 1. Mengetahui perkembangan kemampuan
keluarga keluarga dalam merawat pasien dirumah
2. Evaluasi kemampuan 2. Mengetahui perkembangan pasien
pasien setelah melakukan kegiatan yang
38

3. RTL keluarga: Follow diberikan


Up dan rujukan 3. Agar jika terjadi kekambuhan pada
pasien dapat dilakukan tindakan lebih
lanjut
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham adalah suatu kelainan berpikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
tanpa bisa dirubah oleh oranglain. Waham biasanya ditemukan pada orang
dengan gangguan jiwa berat. Waham dapat terjadi karena faktor predisposisi
(biologi, psikososial, dan social budaya) dan faktor presipitasi (biologis,
stress lingkungan, dan sumber koping).
Tata laksana pasien dengan skizofrenia dapat dilakukan dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Begitupun dengan terapi yang dilakukan
terhadap gangguan pikir waham dilakukan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Selain itu peran atau dukungan keluarga juga berpengaruh
terhadap psoses penyembuhan klien dengan gangguan proses pikir waham.

39
DAFTAR PUSTAKA

Algristian, dkk. 2013. Terapi Kognitif-Perilaku Sebagai Tatalaksana Halusinasi


Auditorik Pada Skizofrenia Paranoid. Jurnal Kedokteran Universitas
Airlangga

Dermawan, D. Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hamid, Achir Yani. 2002. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa-1 Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Stuart, G. W. 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.


Jakarta: EGC.

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta:
EGC

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai