Anda di halaman 1dari 13

Berobat dengan

Zat Haram
Kelompok 6

M. Dzikri Akbar R 302017048


Nur Ranti Luthfiani 302017052
Putri Pramitha N F 302017057
Rizki Maulana R 302017063
Salma Salsabila 302017068
Definisi Pengobatan
Jenis Bahan Baku Pembuatan Obat

Bahan nabati/Flora/Tumbuhan

Bahan hewani/Fauna

Bahan pelikan/Mineral
Pengobatan dalam Islam
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab
berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk
salah satu tujuan syari’at islam ditegakkan, terdapat banyak hadits
dalam hal ini diantaranya;
1) Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“sesunggunya allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan
dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian te
tapi jangan berobatlah dengan yang haram” (HR Abu Dawud 3874,
dan di shahihkan oleh al-Albani dalam shahih wa Dha‟if al-Jami‟ 2643).
2) 2) Dari Usamah bin syarik berkata, ada seorang arab Baduwi berkata k
epada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam: “wahai rasulullah, apakah
kita berobat? Nabi bersabda “berobatlah, karena sesungguhnya
allah tidak menurunkan penyakit, kecuali menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya)”mereka bertanya, ”
apa itu?”penyakit tua” (HR. Tirmidzi 2038, dan di shahihkan oleh al-A
lbani dalam sunan Ibnu Majah 3436).
Berobat dengan Zat Haram
“Sesunggunya allah menurunkan penyakit beserta
obatnya, dan dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, ma
ka berobatlah kalian tetapi jangan berobatlah dengan
yang haram” (HR Abu Dawud).
Pada hadits tersebut ada larangan untuk berobat
dengan yang haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Surat Al-Baqoroh ayat 173 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Menurut madzhab Syafi’i, sebagaimana dijelaskan oleh
an-Nawawi dalam al Majmu‟ (9/50-51) berobat dengan
benda haram atau najis selain khamr hukumnya boleh,
dengan syarat:
(1) tidak ada obat yang berasal dari bahan yang suci yan
g bisa menggantikannya, jika terdapat obat dari bahan
yang suci maka haram berobat dengan benda najis, d
an
(2) jika memang benda najis itu diketahui –secara ilmu ke
dokteran- berkhasiat obat dan tidak ada obat lain dari
bahan yang suci yang bisa menggantikannya.

Pemahaman ini diambil dari hadits riwayat al-Bukhari dan


Muslim tentang orang-orang dari „Urainah yang berobat
dengan air kencing unta, dan kencing unta menurut mad
zhab Syafi‟i hukumnya najis.
Fatwa MUI Mengenai Obat dan Pengobatan

Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk p


engobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat seba
gai berikut:
a) digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu
kondisi keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan
dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi keter-
desakan yang setara dengan kondisi darurat (al-hajat al
lati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi keterdesa
kan yang apabila tidak dilakukan maka akan dapat
mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari;
b) belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan
c) adanya rekomendasi paramedis kompeten dan
terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal.
d) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untu
k pengobatan luar hukumnya boleh dengan syarat
dilakukan pensucian.
Obat anti-koagulan

Lovenox adalah obat buatan Prancis


yang mengandung Enoxaparin sodium
tersebut memang mengandung zat
babi. Namun, di balik kandungan zat
haramnya, obat ini merupakan
antikoagulan yang sangat efektif untuk
menghancurkan titik pembekuan darah.
Itu sebab, dokter yang menangani
penderita stroke dan jantung, kerap
meresepkan pasien dengan obat injeksi
tersebut.
Kasus
Seorang pasien yang menderita penyakit jantung yang dirawat di RSUD Aceh Tamiang,
dalam kasusnya pasien ini diberikan obat levanox 6000 yang mengandung lemak babi.
Obat ini berfungsi untuk mengencerkan aliran darah dan flek darah dijantung, dan
digunakan hanya untuk kondisi darurat. Namun dalam kasus ini pihak RS sebelumnya
tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dan tidak meminta persetujuan pasien dan
keluarga ketika pasien mendapat obat yang mengandung lemak babi ini. Pasien dan ke
luarga baru mengetahui hal ini setelah 4 hari kemudian. Sehingga pasien dan keluarga
sangat menyayangkan tindakan dari pihak RS tersebut. Menurut pasien, bagi seorang
muslim penggunaan sesuatu yang mengandung unsur babi, haram hukumnya. Dan
kalaupun tidak ada pilihan obat lain, harusnya diberitahukan lebih dulu kepada pasien,
sebelum obat tersebut digunakan.
Pihak RS mengatakan, obat yang digunakan untuk pasien penyakit jantung jenis
Retoksinase ini memang mengandung lemak babi, namun obat ini merupakan obat
berlisensi internasional. Bahkan menurutnya, di Arab Saudi, obat ini sudah mendapat
fatwa untuk boleh digunakan kepada pasien beragama Islam. Obat ini juga dipakai di
seluruh Indonesia, untuk pasien penyakit jantung, Dari segi ekonomis, penggunaan
obat ini sebenarnya tidak menguntungkan bagi pihak RSUD Aceh Tamiang karena
biayanya terlalu mahal, yakni mencapai Rp 1,2 juta dalam satu kali penggunaan.
Namun dibandingkan obat lain yang lebih murah, obat ini sangat efektif.
Analisis
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat
termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah
satu tujuan syari‟at islam ditegakkan, seperti dalam hadits: Dari Abu
Darda berkata, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Sesunggunya allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan dia
jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian tetapi
jangan berobatlah dengan yang haram” (HR Abu Dawud).
Namun pada hadits tersebut ada larangan untuk tidak berobat
dengan yang haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Surat Al-Baqoroh ayat 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dalam kasus pasien diberikan obat yang mengandung lemak babi
yang merupakan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah SWT
menurut surat Al-Baqoroh ayat 173. Namun jika itu merupakan
kondisi yang darurat dan tidak ada obat lain yang halal yang dapat
mengatasinya maka hal itu boleh dilakukan dengan syarat:
(1) tidak ada obat yang berasal dari bahan yang suci yang bisa
menggantikannya, jika terdapat obat dari bahan yang suci maka
haram berobat dengan benda najis,
(2) jika memang benda najis itu diketahui secara ilmu kedokteran
berkhasiat dan tidak ada obat lain dari bahan yang suci yang bisa
menggantikannya.
Namun yang salah pada kasus diatas pihak Rumah Sakit tidak memb
eritahukan kepada pasien ataupun keluarga ketika akan diberikan ob
at lovenox yang menggandung lemak babi, dan tidak menjelaskan m
engenai mengapa pasien harus mendapatkan obat tersebut. Sehingg
a pihak pasien dan keluarga merasa keberatan ketika mengetahui 4
hari yang lalu pasien mendapatkan terapi obat tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa islam mengharamkan obat dengan k


andungan zat haram tetapi jika keadaan dalam keadaan darurat dan
hanya obat dengan zat haram yang tersedia maka tidak apa-apa jika
digunakan (halal jika digunakan).

Anda mungkin juga menyukai