Anda di halaman 1dari 5

Secara sederhana, baik Al Quan atau pun Veda, keduanya merupakan kitab

suci yang dirunkan oleh tuhan yang maha esa, yang diperuntukkan bagi umatnya
dan di turunkan melaui para utusanya. Kalau dalam Islam utusan itu disebut Nabi,
sementara dalam agama hindu lebih dikenal dengan sebutan Rsi atau maharsi. Nabi
dan rsi diutus oleh tuhan untuk menyapaikan ajaran kepada manusia. Antara Al
Quran dan Veda, kuduanya, diyakini sebagai penuntun hidup umat yang akan
membawa keselamatan di dunia dan di akhirat. Ia tidak lekang karena zaman karena
ajarannya selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Sebagaimana dikemukan oleh I Made Titib, memahami kitab suci Veda, bagi
umat Hindu, adalah mutlak. Sebab, Veda merupakan wahyu tuhan dan sumber
ajaran dan sumber hukum agama Hindu. Dari Veda semua ajaran Hindu mengalir
dan memberikan vitalitas kepada umatnya. Dengan memahami Veda kita akan lebih
mudah melihat perkembangan agama Hindu selanjutnya. Ajaran Veda sesuai dengan
sifatnya Anadi-ananta dan Sanatana yakni, tidak berawal, tidak berakhir dan
bersifat abadi, maka ajaran Veda senantiasa relevan dengan lerkembangan zaman.
[34]
Hal ini jelas, sesuai dengan bunyi Rgveda VI. 24. 7:
Na yam jaranti sarado na masa,
Na dyava Indram avakarsayanti
Tuhan yang maha Esa tidak menjadikan dia tua, bulan dan demikian pula hari
Umur manusia boleh saja tua, tetapi ajaran suci veda seantiasa diikuti oleh
generasi-generasi berikutnya membuktikan bahwa veda tetap relevan sepanjang
zaman. Pada masa silam kitab Ramayana dan Mahabraharta telah lama
diterjemahkan
ke
dalam
bahasa
Jawa
Kuno
(Mangjawaken
Valmikimata danVyasamata), demikian pula kitab purana. Sayangnya, hanya satu
purana berbahsa jawa kuna yakni, Brahmanda Purana yang kita warisi. Sementara
kitab Ramayana(kakawin berbahasa jawa kuna) telah di susun pada abad ke VIII-IX
di jawa tengah, pada zaman dynasti Samjaya, sedang Mahabhrata pada
zaman Dharmavamsa Teguh di jawa timur dan tradisi penyususnan karya sastra ini
berlangsung terus hingga jaman Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu
Nusantara terbesar di Indonesia.[35]
Demikian pula Al Quraan. Sebagaimana telah banyak dijelaskan oleh para
tokoh-tokoh islam. Al Quran adalah kitab universal. Universalitas kandungan Al
Quran berimplikasi bahwa ia adalah kitab yang dapat menjawab segala tantangan
zaman. Tak hanya itu, ajaran dalam Al Quran sesuai dengan realitas sosial dimana
Al Quan itu diajarkan. Makanya, mayoritas umat islam menyebutnya dengan
sohiihun lii kulli zaman wa makan
Al Quran bukanlah kitab yang diturunkan hanya untuk umat-umat
terdahulu di zaman nabi, tetapi untuk orang-orang dimasa mendatang. prinsipprinsip universal Al Quan bisa dijadikan pijakan untuk menjawab tantangan zaman
yang bersifat temporal dan particular.[36] Problem-problem sosial keagamaan di era
kontemporer akan dijawab oleh Al Quran dengan cara melakukan kontekstualisasi
penafsiran secara terus menerus.[37]
Makna Universalitas Al Quran juga menunjukkan bahwa Al Quran tidak
terbatas kepada satu umat, atau kelompok tertentu. Pembicaraan Al Quran

ditunjukkan, baik kepada orang muslim maupun bukan muslim, termasuk orang
kafir, musyrik, ahli kitab yahudi dan nasrani.[38]
Lebih jelas Al quran menyebutkan dalam surat Ali Imran Ayat 64 sebagai
berikut:
Artinya: Katakanlah hai Ahli kitab, marilah pada suatu hari kiamat yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu. Bahwa tidak kami sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari pada Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).
Selain itu, persaman Al Quran dengan Veda tanpak dalam beberapa hal
yakni, proses penerimaan wahyu tuhan dan nama-nama dalam kedua kitab tersebut.
2. Sistem Pewahyuan
Dalam proses penerimaan wahyu, Al Quran dan Veda juga memiliki bebrapa
kesamaan. Misal, wahyu diturunkan kepada nabi Muhammad seperti gemerincing
lonceng dan suara yang amat kuat. Dalam pewahyuan veda juga disebutkan
demikian. Dalam prosesnya, gamang lonceng atau Gema itu membentuk rupa yang
dalam aksar dikenal dengan OMKARA atau SVARA NADA. Suara nada ini
merupakan gemerincingnya suara yang melahirkan kata-kata yang memberi
petunjuk mengenai arti dan makna suara itu sendiri. demikian, cara ini di dianggap
sebagai cara paling sulit dalam ilmu dan karena ini pula dianggap sebagai paling
rahasia. Dalam pewahyuan Al Quran, cara ini dipandang paling sulit dan berat oleh
Nabi. Sehingga, Apabila wahyu turun dengan cara ini, maka nabi mengumpulkan
segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya.
Selain itu, dalam proses pewahyuan si penyampai wahyu merubah wujud
seperti manusia. Baik Hindu maupun islam mengakui proses pewahyuan yang
demikian. Tetapi, di sini, ada sedikit perbedaan. Jika di dalam islam yang merubah
wujud adalah malaikat jibril sebagai makhluk yang diutus oleh tuhan, maka di dalam
pewahyuan Veda Rsi atau orang suci berhadapan dengan deva-deva laiknya arjuna
yang berhadapan dengan Deva Indra atau Siva dalam satu pandangan ghaib dengan
mata rohani.
Sebagaimana ditafsirkan dalam uraian kitab purana, Wahyu itu membentuk
kesannya dengan melalui contoh atau perintah langsung yang dilakukan oleh para
dewa.
Dalam proses pewahyuan Veda juga, bahwa wahyu yang disampaikan
kepada maharsi dengan cara dimasukkan langsung ke dalam pikiran dan hatinya.
Kata-kata itu memberi kesan dan membentuk rupa atau keadaan yang kemudian
menemukan bentuknya berkembang dalam pikiran.
Dalam islam pewahyuan yang demikian juga terjadi pada nabi. Dijelaskan
oleh Manna Khalil Al-Qattan, bahwa wahyu diturunkan ketika Nabi dalam keadaan
sadar.[39] Hal ini didasarkan kepada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh anas
dalam sahih Muslim.
Ketika Rasulullah s.a.w pada suatu hari berada berada di antara kami di dalam
masjid, tiba-tiba ia mendengkur, lalu mengankat kepala belia dalam keadaan

tersenyum. Aku tanyakan kepadanya: apakah yang menyebabkan engkau tertawa


wahai Rasulullah? Ia menjawab: Tadi aku telah turunn kepadaku sebuah surat.
Mungkin dalam keadaan mendengkur inilah, menurut Manna Khali al
Qattan, keadaan yang dialami ketika wahyu turun.[40] Dalam kedaan seperti ini,
menurut penulis, turunnya wahyu dengan cara dimasukkan secara langsung kedalam
pikiran Nabi.
3. Nama-nama Kitab
Tidak hanya Al Quran, Veda juga memiliki banyak nama. Sebagaimana telah
dikemukakan dalam pembahasan di atas, veda memiliki nama-nama antara
lain sruti,Cetur Veda, Rahasya, kitab Agama dan mantra. Al Quan, dengan
beberapa alasan juga telah disebutkan nama-namanya antara lain, Al Furqan, AdzDzikr, At Tanzil dan Al Kitab. Dengan kata lain, Al Quran dan veda tak terbatas
hanya pada satu nama. Melainkan ada beberapa nama sebagai penyebut lain selain
kedua kitab tersebut.
Namun, meski demikian, terdapat perbedaan antara keduanya. Jika namanama dalam Al Quan secara mutlak didasarkan pada dalil-dalil yang terdapat dalam
Al Quran, maka pemberian nama-nama veda didasarkan pada esesnsi atau maksud
dari kitab tersebut. Misal, pemberian nama Kitab Rahasya. Pemberian nama ini
didasarkan kepada bahwa Veda mengandung ajaran yang bersifat rahasia yakni
ajaran moksa atau kelepasan.
Tetapi sebagian ulama dalam islam, juga telah menafsiri bahwa pemberian
nama-nama terhadap Al Quran juga tidak lepas dengan esensi Al Quran sendiri.
seperti penamaan Al Quran dengan At-Tanzil yang artinya turun. Di sini tidak lepas
dari alasan bahwa sesunggunya al Quran adalah kitab yang diturunkan oleh tuhan
kepada Nabi Muhammad. Demikian Pula Adz-Dzikr yang berarti mengingat. Bahwa
Al Quran turun kemuka bumi sebagi peringatan bagi umat manusia.
Dengan demikian, persoalan nama dalam kedua kitab, Al Quran dan veda
memiliki kesamaan dalam beberapa prosesnyaa memiliki perbedaan.
4. Bahasa Kitab
Tidak dijumpai persamaan antara bahasa Veda yang menggunakan bahasa
sansekerta dengan bahasa Al Quran yang menggunakan bahasa arab kecuali
keduanya merupakan bahasa kitab yang disampaikan sesuai dengan kitab itu
diturunkan untuk memberikan pemahaman bagi manusia, umat. Bahasa Al Quran
diturunkan dengan menggunakan bahasa arab karena Al Quran diturunkan kepada
Nabi Muhammad yang notabennya adalah bangsa arab.
Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 2 sebagai berikut:
(2 : ).
Artinya: Sesungguhnya kami telah menurunkan Al quran dengan berbahasa arab.
Ayat di atas memberi satu pengertian bahwa bahasa arab merupakan bahasa
Al Quran. Artinya, jika bahasa Al Quran sudah diterjemahkan kedalam bahasa yang
lain, maka ia tak dapa t disebut Al Quran. Melainkan, ia disebut dengan terjemahan
Al Quran.
Tetapi perlu ditegaskan kembali, meskipun bahasa Al Quran menggunakan
bahasa arab, bahasa arab dalam Al Quran tidak bisa disamakan dengan bahasa

arabnya orang-orang arab pada waktu itu. Bahasa yang digunakan Al Quran adalah
bahasa khusus. Ia adalah bahasa wahyu.
Dalam Veda, sebagaimana dikatakan oleh I Made Titib, bahwa bahasa Veda
adalah bahasa masyarakat dimana ia diturunkan. Dalam hal ini, veda menggunakan
bahasa sanskerta.
Berbeda dengan Al Quran. Pada perkembangannya, Veda mengalami
perkembangan dalam kebahasaan. Seperti yang telah dijelaskan di muka, Veda
terbagi kedalam tiga bahasa. Sementara Al Quran tetap memposisikan diri seperti
semula. Tak ada sedikitpun perubahan, baik dari jumlah ayat, surat, huruf terlebih
bahasa yang digunakan.
Jika bahasa sebuah kitab mengikuti bahasa dimana agama itu berkembang,
maka akan berimplikasi sangat besar bagi kitab itu sendiri. seperti yang juga telah
terjadi
pada
kitab
veda.
Ada
dua
jenis
bahasa
Sanskerta,
yakni Hybrida danArchipelago, yang telah mendapat campuran bahasa yang
berkembang ketika itu. Misal, di India bahasa Sanskerta mendapat pengaruh bahasa
Bengali di bagian timur dan bahasa Tamil di bagian selatan. Sedangkan di masa
lampau, di Indonesia, bahasa Sanskerta sudah bercampur dengan unsur-unsur
bahasa Nusantara.[41] Al Quran tidak mengambil pengembangan itu pada tataran
kebahasaan, melainkan pada pemahaman isi kandungan teks-teks Al Quran itu
sendiri.
Kesimpulan
Dari beberapa penjabara di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan;
pertama, sebagai kitab suci, baik Veda maupun Al Quran, memilki kedudukan yang
mulia bagi pemeluknya. Ia adalah penuntun kehidupan umat. Umat Hindu meyakini
bahwa kitab Veda adalah kitab universal yang tidak lekang dengan zaman. demikian
pula Al Quran. Kedudukan Al Quran sebagai kitab sohiihun lii kulli zaman wa
makaan diyakini sebagai kitab yang dapat memperbaiki kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa dan Negara, dimana pun dan kapan pun.
Kedua, dalam konsep pewahyuan. Ketika seorang rsi atau nabi menerima
wahyu tuhan, ia selalu dihadapkan pada proses yang berbeda terutama sampainya
wahyu kepada utusan tuhan.
Ketiga, bahasa. Tuhan maha mengetahui dan memahami. Makanya pun,
ketika wahyu itu diturunkan, Dia selalu memberikan yang termudah bagi manusia
agar wahyu tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik. Baik Al Quran
maupun veda diturunkan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa
masyarakat dimana kitab itu diturunkan.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Tulisan singkat ini tidak akan
menjadi sempurna kecuali mendapat saran-saran dari pembaca sebagai modal
perbaikan bagi tulisan selanjutnya. Mohon maaf atas segala kekeliruan. Trima kasih
atas segala perhatian.
Daftar Bacaan
Ali, Muhammad Ash-Shabuny, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, (Jakarta:
Pustaka Amani, 2001)

http://madurapost.blogspot.com/2013/04/analisa-perbandingan-quran-danveda.html

Tuhan Siva

Anda mungkin juga menyukai