Anda di halaman 1dari 3

Surat ini dinamakan Al Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid.

Oleh karena itu, surat ini dinamakan juga Surat Al Asas, Qul Huwallahu Ahad, At Tauhid, Al Iman, dan masih banyak nama lainnya.

Surat ini merupakan surat Makiyyah dan termasuk surat Mufashol. Surat Al Ikhlas ini terdiri dari 4 ayat, surat ke 112, diturunkan setelah surat An Naas. (At Tarif bi Suratil Quranil Karim) Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Asbabun Nuzul Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah saw, Sebutkan nasab atau sifat Rabbmu pada kami?. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw, Katakanlah kepada yang menanyakan tadi, [lalu disebutkanlah surat ini](Aysarut Tafasir, 1502). Juga ada yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai jawaban pertanyaan dari orang-orang Yahudi (Jamiul Bayan fi Tawilil Quran, At Tarif bi Suratil Quranil Karim, Tafsir Juz Amma 292). Kandungan surat Surat ini merupakan surat yang menegaskan tentang ketauhidan dan pensucian nama Allah Ta'ala. Ia merupakan prinsip pertama dan pilar tama Islam. Surat ini juga mengukuhkan keesaan Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia sendiri yang dituju untuk memenuhi semua kebutuhan, yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tiada yang menyerupai dan tandingan-Nya. Konsekuensi dari semua itu adalah ikhlas beribadah kepada Allah dan ikhlas menghadap kepada-Nya saja. Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sebelumnya: Surat Al-Lahab mengisyaratkan bahwa kemusyrikan itu tak dapat dipertahankan dan tidak akan menang walaupun para pendukung-pendukungnya bekerja keras. Surat Al-Ikhlash mengemukakan bahwa tauhid dalam Islam adalah tauhid yang semurni-murninya. Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sesudahnya: surat Al-Ikhlash menegaskan kemurniaan keesaan Allah SWT, sedang surat Al-Falaq memerintahkan agar semata-mata kepada-Nya lah orang memohon perlindungan dari segala macam celaan dan cobaan Keutamaan surat Al-Ikhlas 1. Surat Al Ikhlas Setara dengan Tsulutsul Quran (Sepertiga Al Quran) Dari Abu Said (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulangulang Qul huwallahu ahad. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah saw dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas.

Kemudian Rasulullah saw bersabda, Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Quran. (Bukhari no. 6643) 2. Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah Dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Nabi saw mengutus seseorang kepada seorang budak. Budak ini biasanya di dalam shalat ketika shalat bersama sahabat-sahabatnya sering mengakhiri bacaan suratnya dengan Qul huwallahu ahad. Tatkala para sahabatnya kembali, mereka menceritakan hal ini pada Nabi saw. Beliau saw lantas berkata: 3. Tanyakan padanya, kenapa dia melakukan seperti itu? Mereka pun menanyakannya, dia pun menjawab, 4. Surat ini berisi sifat Ar Rahman. Oleh karena itu aku senang membacanya. Rasulullah saw lantas bersabda, 5. Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. (Bukhari no. 7375 dan Muslim no. 813) Ibnu Daqiq Al Ied menjelaskan perkataan Nabi saw Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Beliau mengatakan, Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya itiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya). (Fathul Bari, 20/443)

"Katakan, 'Dialah Allah yang Esa."

Inilah prinsip pertama dan tugas utama yang diemban Nabi saw. Beliau pun menyingsingkan lengan baju dan mulai mengajak manusia kepada tauhid dan beribadah kepada Allah yang Esa. Oleh karena itu di dalam surat ini Allah memerintahkan beliau agar mengatakan, "Katakan, 'Dialah Allah yang Esa." Katakan kepada mereka, ya Muhammad, "Berita ini benar karena didukung oleh kejujuran dan bukti yang jelas. Dialah Allah yang Esa. Dzat Allah satu dan tiada berbilang. Sifat-Nya satu dan selain-Nya tidak memiliki sifat yang sama dengan sifat-Nya. Satu perbuatan dan selain-Nya tidak memiliki perbuatan seperti perbuatan-Nya. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Artinya tiada sesuatu pun di atas-Nya dan Dia tidak butuh kepada sesuatu pun. Bahkan selain-Nya butuh kepada-Nya. Semua makhluk perlu berlindung kepada-Nya di saat sulit dan krisis mendera. Maha Agung Allah dan penuh berkah semua nikmat-Nya. " Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan"

Ini merupakan pensucian Allah dari mempunyai anak laki-laki, anak perempuan, ayah, atau ibu. Allah tidak mempunyai anak adalah bantahan terhadap orang-oran musyrik yang mengatakan bahwa malaikat itu anak-anak perempuan Allah, terhadap orang-orang Nashrani dan Yahudi yang mengatakan 'Uzair dan Isa anak Allah. Dia juga bukan anak sebagaimana orang-orang Nashrani mengatakan Al-Masih itu anak Allah lalu mereka menyembahnya sebagaimana menyembah ayahnya. Ketidak-mungkinan Allah mempunyai anak karena seorang anak biasanya bagian yang terpisah dari ayahnya. Tentu ini menuntut adanya pembilangan dan munculnya sesuatu yang baru serta serupa dengan makhluk. Allah tidak membutuhkan anak karena Dialah yang menciptakan alam semesta, menciptakan langit dan bumi serta mewarisinya. Sedangkan ketidak-mungkinan Allah sebagai anak, karena sebuah aksioma bahwa anak membutuhkan ayah dan ibu, membutuhkan susu dan yang menyusuinya. Maha Tinggi Allah dari semua itu setinggi-tingginya. " Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Selama satu Dzat-Nya dan tidak berbilang, bukan ayah seseorang dan bukan anaknya, maka Dia tidak menyerupai makhuk-Nya. Tiada yang menyerupai-Nya atau sekutu-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Meskipun ringkas, surat ini membantah orang-orang musyrik Arab, Nashrani, dan Yahudi. Menggagalkan pemahaman Manaisme (Al-Manawiyah) yang mempercayai tuhan cahaya dan kegelapan, juga terhadap Nashrani yang berpaham trinitas, terhadap agama Shabi'ah yang menyembah bintang-bintang dan galaksi, terhadap orang-orang musyrik Arab yang mengira selain-Nya dapat diandalkan di saat membutuhkan, atau bahwa Allah mempunyai sekutu. Maha Tinggi Allah dari semua itu. Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. (Tafsir Juz Amma 293 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi mengatakan makna ayat: dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.

Penutup Surat Al Ikhlas ini berisi penjelasan mengenai keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya. Surat Al-Ikhlas menegaskan akan ketergantungan seluruh makhluk di muka bumi ini kepada sang Penguasa, Allah SWT, semuanya makhluk tak terkecuali senantiasa membutuhkan Allah SWT Dengan mengimani ayat ini berarti seorang muslim telah mengikhlaskan diri kepada Allah

Anda mungkin juga menyukai