Anda di halaman 1dari 13

Hukum Puasa dalam Islam

Puasa dalam istilah hukum Islam adalah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar--
masuk waktu solat subuh-- sampai terbenamnya matahari (masuk waktu solat maghrib). Hukum
puasa menurut syariah Islam terbagi menjadi (a) puasa wajib; (b) puasa sunnah; (c) puasa
makruh; (d) puasa haram; (e) puasa mubah.

DAFTAR ISI
I. Hukum Puasa
A. Puasa Wajib
B. Puasa Sunnah
C. Puasa Makruh
D. Puasa Haram
E. Puasa Mubah
II. Hukum Puasa Daud
III. Hukum Puasa Dahr (1 tahun)
IV. Hukum Puasa Riyadha 7 hari, 21 hari, 41 hari
V. Hukum Puasa Dalail Quran (1 tahun)
VI. Hukum Puasa Dalail Khairat (2 tahun atau lebih)
VII. Sumber Rujukan


I. RISALAH PUASA
Tidak semua perbuatan berpuasa itu baik. Dalam Islam, bahkan ada hari-hari tertentu atau bagi
orang tertentu di mana puasa itu hukumnya haram. Seperti haramnya berpuasa bagi wanita yang
sedang haid.


I.A. PUASA WAJIB

1. Yaitu puasa pada bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi semua orang muslim yang sudah
baligh, tidak gila, tidak haid dan tidak nifas (habis melahirkan).

Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima. Pertama turunnya wahyu yang
mewajibkan puasa Ramadan adalah pada tanggal 10 Sya'ban tahun kedua hijrah. Nabi berpuasa
Ramadan selama 9 kali dalam 9 tahun.

Karena puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban utama, maka seorang muslim yang
menganggapnya tidak wajib hukumnya murtad dan kafir. Kecuali kalau dia bertaubat. Sedang
bagi yang tidak berpuasa karena malas, dianggap fasik. Bukan kafir.

2. Puasa karena membayar kafarah (denda). Seperti puasa 3 hari setelah melanggar sumpah atas
nama Allah.

3. Puasa nadzar. Orang yang bernadzar akan berpuasa apabila tujuannya tercapai, maka ia wajib
berpuasa apabila yang diinginkannya terkabul.


I.B. PUASA SUNNAH

Yaitu puasa yang dilakukan untuk beribadah kepada Allah selain puasa wajib. Puasa sunnah
disebut juga dengan puasa nafilah (). Puasa sunnah mendapat pahala apabila dilakukan,
tapi tidak berdosa apabila ditinggalkan.

Adapun puasa-puasa yang disunnahkan menurut ijma' (kesepakatan) ulama ada 9 (sembilan),
yaitu:

1. Puasa Daud. Yaitu puasa sehari dan berbuka sehari.
2. Puasa 3 hari setiap bulan. Yang utama pada tanggal 13, 14, dan 15. Yang disebut dengan
ayyamul biydh ( ).
3. Puasa Senin Kamis setiap minggu.
4. Puasa 6 hari setelah hari Raya Idul Fitri (bulan Syawal). Walau terpisah-pisah. Tapi berturut-
turut lebih utama, kecuali menurut madzhab Maliki.
5. Puasa pada hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi yang sddang ibadah haji.
6. Puada tanggal 8 Dzulhijjah bagi jemaah haji dan yang lain.
7. Puasa hari tasu'a ( ) dan 'asyura' ( ) yaitu hari ke-9 dan ke-10 bulan
Muharram.
8. Puasa pada bulan-bulan yang mulia (

). Ada 4 bulan mulia dalam Islam, yaitu Dzul


Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.
9. Puasa bulan Sya'ban.


I.C. PUASA MAKRUH

Makruh adalah perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala sedang apabila dikerjakan
tidak berdosa. Intinya, perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan.

Puasa yang makruh ada 3 (tiga) sebagai berikut:
1. Puasa pada hari Jum'at. Kecuali apabila kelanjutan dari puasa pada hari sebelumnya.
2. Puasa pada hari Sabtu dan Minggu. Kecuali kelanjutan dari hari sebelumnya.
3. Puasanya orang yang (a) sakit; (b) musafir; (c) orang hamil; (d) ibu menyusui; (e) orang tua
apabila dikuatirkan membahayakan kesehatannya.


I.D. PUASA HARAM

Haram sudah jelas maknanya. Yaitu, berdosa apabila dilakukan. Puasa yang diharamkan ada 4
(empat), yaitu:

1. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi tidak mengijinkan.
Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan seperti suami sedang bepergian, sedang haji
atau umroh.

2. Puasa pada hari syak atau meragukan (

). Yaitu, hari ke-30 dari bulan Sya'ban, kecuali


apabila bertujuan sebagai puasa qadha (mengganti puasa Ramadhan sebelumnya), puasa sunnah,
puasa melanggar sumpah (puasa kafarah).
3. Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Mutlak tanpa kecuali.
4. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah. Keuali untuk dam
(sebagai ganti dari menyembelih qurban).
5. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan). Haramnya mutlak tanpa kecuali.


I.E. PUASA MUBAH

Mubah adalah perbuatan yang dibolehkan. Melakukan atau meninggalkan sama-sama tidak
berpahala atau berdosa.

Puasa mubah adalah setiap puasa yang tidak termasuk ke dalam kategori wajib, haram, sunnah
dan makruh di atas.


PERTANYAAN

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil Alamin
Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad,
Allahumma Sholli alaihi wa Sallim

Ustadz, sebelumnya ijinkan saya bertanya..dan mohon maaf apabila ada yang salah dengan
pertanyaan saya.
Berikut beberapa pertanyaan saya:


Maksud dari Hadist Rasulullah SAW berkenaan dengan puasa Daud. Dimana Rasulullah SAW
berkata, Jangan melebihkan lagi. Artinya jangan melakukan puasa sunnah lebih dari itu. Apa
benar demikian? Bagaimana sanad hadist tersebut?apakah termasuk hadist sohih? (cuplikan
hadistnya sebaiknya disertakan)

Apakah Hadist tersebut sohih?

Apakah itu artinya puasa yang jumlahnya lebih banyak dari puasa Daud tidak boleh? Misalnya,
jika kita puasa Daud dalam 1 bulan kan jumlahnya ada 15 hari, karena selang-seling, lalu apa
tidak boleh jika kita puasa sunnah dalam 1 bulan secara berturut-turut?tanpa selang-seling?
Apa itu berarti bahwa puasa sunnah yang tidak dilakukan secara selang-seling tidak boleh?
Berkenaan dengan hal diatas, bagaimana dengan puasa sunnah yang dilakukan tidak selang
seling, seperti puasa riyadoh 7 hr, 21 hr, 41 hr, dsb. begitu juga puasa Dalail ar-Quran yang
jumlah puasanya 1 tahun dan Dalail Khoirot yang jumlah puasanya 3 tahun. Apakah dilarang?

Sebenarnya apa ada pernyataan al-Quran dan Hadist yang melarang puasa Dahr/puasa 1 tahun
penuh? Lalu bagaimana hukumnya dengan puasa Dalail al-Quran (1 tahun berturut-turut) dan
Dalail Khoirot (3 tahun berturut-turut)? Mengingat puasa tersebut biasa dilakukan oleh kalangan
pesantren (santri).

Mohon juga diberi keterangan mengenai dasar-dasar dari puasa Dalail al-Quran dan Dalail
Khoirot.

Demikian pertanyaan saya. Mohon maaf apabila ada salah kata. Dan terimakasih atas
kesediannya menjawab pertanyaan saya.

Alhamdulillahirobbil Alamin
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Pertanyaan diajukan melalui email alkhoirot@gmail.com oleh seseorang berinisial IF

INTI PERTANYAAN

Untuk mempermudah navigasi jawaban, kami kualifikasikan pertanyaan Anda sebagai berikut:

1. Apakah hadits tentang puasa Nabi Daud sahih?
2. Apakah itu artinya puasa yang jumlahnya lebih banyak dari puasa Daud tidak boleh?
3. Bagaimana dengan puasa sunnah yang dilakukan tidak selang seling, seperti puasa riyadoh 7
hari, 21 hari, 41 hari, dsb.
4. Hukum puasa Dalail ar-Quran yang jumlah puasanya 1 tahun
5. Hukum puasa Dalail Khoirot yang jumlah puasanya 3 tahun. Apakah dilarang?

JAWABAN

I. HUKUM PUASA DAUD DAN DASAR HADITS-NYA

1. Hadits tentang puasa Nabi Daud adalah sahih dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
(muttafaq alaih).
Teks haditsnya sebagai berikut:


Artinya: Kerjakanlah puasa yang paling afdhol di sisi Allah, itulah puasa Daud. Beliau berpuasa
sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari.[1]

2.


Artinya: Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling
disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun
pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan
beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.[2]

III. HUKUM PUASA DAHR (SETAHUN PENUH) DAN DALIL-NYA

- Pendapat pertama: haram. Menurut pendapat masyhur di kalangan Ahmad ibn Hanbal
(madzhab Hanbali) puasa setahun penuh (dahr) hukumnya haram. Berdasarkan pada hadits

Artinya: tidak ada faidah bagi yang berpuasa terus menerus.[3]



- Pendapat kedua: makruh. Kecuali apabila puasa dahr menghalangi perbuatan yang baik
menurut syariah, maka menjadi haram.

- Pendapat ketiga, mubah (boleh) atau sunnah.
Dasar hadits 1:

Artinya: Hamzah bin Amr bertanya pada Rasulullah tentang puasa saat perjalanan di mana
Hamza biasa berpuasa sard (setahun). Rasul menjawab: boleh puasa boleh tidak.[4]

- Dasar hadits 2:

Artinya: barangsiapa yang berpuasa setahun, maka disempitkan neraka jahanam baginya seperti
ini--Nabi kemudian mengepalkan telapak tangannya.[5]

Menurut Dr. Wahbah Zuhayli, dalam pandangan madzhab Hanafi hukum puasa dahr adalah
makruh. Sedangkan di kalangan madzhab Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya sunnah.[6]

IV. HUKUM PUASA RIYADHAH 7 HARI, 21 HARI, 41 HARI.

Puasa riyadhah (riyadloh) dalam istilah Jawa disebut dengan puasa nglakoni atau tirakatan.
Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk mencapai suatu kesaktian atau kanuragan
tertentu. Jadi, puasa riyadhah bukan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan atau kesalihan
pribadi. Karena itu, puasa riyadhah (riyadlah) bukanlah puasa sunnah. Karena, tidak ada
dasarnya dalam Quran dan hadits sahih.

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa
tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka
hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.

V. HUKUM PUASA DALAIL QURAN SETAHUN

Puasa dalail Quran termasuk kategori puasa riyadhah (riyadloh) yang dalam istilah Jawa disebut
dengan puasa nglakoni atau tirakatan. Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk mencapai
suatu kesaktian atau kanuragan tertentu. Jadi, puasa riyadhah bukan bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan atau kesalihan pribadi. Karena itu, puasa dalail Quran bukanlah
puasa sunnah. Karena, tidak ada dasarnya dalam Quran dan hadits sahih.

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa
tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka
hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.


VI. HUKUM PUASA DALAIL AL-KHOIROT (AL-KHAIRAT) 1, 2 TAHUN ATAU
LEBIH

Puasa Dalail ul Khairat (Khoirot, Khayrat) selama 1, 2, 3, 6, atau 9 tahun. Dan dilakukan terus
menerus. Puasa ini konon bertujuan untuk mendapat karamah seperti kekayaan, kekebalan tubuh.
Pantangannya selama hidup, tidak boleh berzina, mabuk, maling, judi, sombong.

Dalail ul Khairat itu sendiri adalah nama sebuah kitab wiridan yang ditulis oleh Sidi Muhammad
ibn Sulayman al-Jazuli al-Simlali (wafat th. 870 H/1465 M) seorang sufi dan mursyid tariqah
asal Maroko. Disebut puasa Dalail Khairat karena saat puasa Dalail al Khairat si pelaku juga
sambil membaca wiridan sholawat dan do'a yang terdapat di kitab Dalail al Khairat tersebut.

Puasa dalail khairat ini tidak ada dasar Quran dan hadits. Ia hanyalah "ijtihad" kalangan sufi.[7]

Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa seseorang melakukan puasa
tersebut. Apabila puasa tersebut tidak dilakukan pada hari-hari yang diharamkan atau
dimakruhkan, maka hukumnya mubah. Silahkan merujuk pada Risalah Puasa.

VII. SUMBER RUJUKAN

[1] Hadits Riwayat Muslim no 2799 dari Abdullah bin Amr bin al Ash.
[2] Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim lihat Al Wajiiz fi Fiqhi Sunnah wal Kitabil Aziiz hal.
201.
[3] Sahih Bukhari 7/91; Muslim 6/45.
[4] Tirmidzi 2/211; Nasa'i 6/3; Kanzul Ummal 7/180.
[5] Sahih Ahmad 40/198; At Tabrani dalam Al Kabir 20/180; Majma' Al-Zawaid 3/193.
[6] Wahbah Zuhayli, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu ( ), Dar el Fikr,
Lebanon, 1997.
[7] M. Syukron Maksum, Kedahsyatan Puasa,, Pustaka Marwa, Yogyakarta, Cet. II, 2009, hal.
121.

BACAAN LANJUTAN

1. Risalah Puasa (bahasa Arab)
2. Daliluka ila Masail al Shiyam (bahasa Arab)
3. Puasa Dahr dalam Perspektif Fiqh
Untuk langganan artikel Alkhoirot Net via Email gratis, klik di sini!
















TATA CARA SHALAT TASBIH (LENGKAP DAN BENAR)

Oleh: Afiful I khwan1[*]


A. Pengertian dan Cara Shalat Tasbih

Shalat tasbih termasuk salah satu shalat sunat yang dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad
SAW. Kalau bisa dilakukan setiap malam, jika tidak mampu seminggu sekali, jika tidak mampu
juga sebulan sekali, jika tidak mampu juga setahun sekali atau tidak mampu juga seumur hidup
sekali. Demikianlah anjuran agama Islam yang tidak memaksa untuk melakukan ibadah secara
ikhlas.

Shalat sunat tasbih semua riwayat sepakat dengan empat rokaat, jika pada siang hari dengan satu
kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang di malam hari dua rokaat-dua rokaat dengan dua
kali salam (dua kali shalat dengan masing-masing 2 rakaat) dengan tasbih sebanyak 75 kali tiap
rakaatnya, jadi keseluruhan bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4 rokaat tersebut 300 kali tasbih.

Kata Syaikh Ali al-Khawwash, Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum shalat hajat, karena
shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa, dengan demikian menjadi sebab terkabulnya hajat

B. Niat Shalat Tasbih

Niat untuk shalat tasbih yang dilakukan dengan dua kali salam (2 rakaat):

Sedang untuk yang satu kali salam (4 rakaat) sebagai berikut:



Secara umum, shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya saja ada tambahan
bacaan tasbih yaitu:


Lafadz ini diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap rakaat dengan perincian sebagai berikut.
Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,
Ketika ruku sesudah membaca doa ruku dibaca lagi sebanyak 10 kali,
Ketika bangun dari ruku sesudah bacaan itidal dibaca 10 kali,

1[*]Penulis Mahasiswa Pascasarjana Program Doktor S3 UIN Malang yang sedang mencari jati diri
dihadapan Tuhannya.
Ketika sujud pertama sesudah membaca doa sujud dibaca 10 kali,
Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua sujud dibaca 10
kali,
Ketika sujud yang kedua sesudah membaca doa sujud dibaca lagi sebanyak 10 kali,
Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk istirahat) dibaca lagi
sebanyak 10 kali. (Terus baru berdiri tuk rakaat yang kedua).
Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 rakaat dengan sekali
tasyahud, yaitu pada rakaat yang keempat lalu salam (jika dilakukan pagi hari). Bisa juga
dilakukan dengan cara dua rakaat-dua rakaat (jika dilakukan malam hari), Sesuai yang
diterangkan oleh Rasulullah SAW: Shalat malam itu, dua-dua (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim) di mana setiap dua rakaat membaca tasyahud kemudian salam.Waktu shalat tasbih
yang paling utama adalah sesudah tenggelamnya matahari, sebagaimana dalam riwayat
Abdullah bin Amr. Tetapi dalam riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam
hari dan boleh siang hari. Wallhu Alam.

Anjuran shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam
sebuah hadist dari Ibnu Abbas:

!!


Artinya:
Dari Ibnu Abbs, bahwasanya Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda kepada
Abbs bin Abdul Muththalib, Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah kamu apabila aku beri?
Bolehkah sekiranya aku beri petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu
perbuatan yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni
dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak
disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun
yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca Al-Fatihah dan satu
surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallhi wal hamdulillhi wa l ilha illallh
wallahu akbar sebelum ruku sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku lalu bacalah kalimat itu di
dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku (Itidal) baca lagi sebanyak 10 kali,
kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10
kali, kemudian sujud lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum
berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap rakaat. Lakukan
yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan
setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak
mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."2[] (HR. Abu Daud no. 1297)

Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim pagi-pagi menemui Baginda Rasulullah
shallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, ajarilah saya beberapa kalimat yang saya ucapkan
didalam shalatku, maka beliau bersabda:

- -

.

Artinya:
"Bertakbirlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada Allah sepuluh kali dan
bertahmidlah (mengucapkan alhamdulillah) sepuluh kali, kemudian memohonlah (kepada Allah)

2[]Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1297; Ibnu Majah, 1387; Ibnu Khuzaimah, 1216; al-Hakim dalam al-
Mustadrak, 1233; al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra, 3/51-52, dan lainnya dari jalan Abdurrahman bin
Bisyr bin Hakam, dari Abu Syuaib Musa bin Abdul Aziz, dari Hakam bin Abban, dari Ikrimah, dari Ibnu
Abbas. Sanad ini berderajat hasan.
apa yang kamu kehendaki, niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku kabulkan permintaanmu)."
(perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Amru,
Al Fadll bin Abbas dan Abu Rafi'. Abu Isa berkata, hadits anas adalah hadits hasan gharib,
telah diriwayatkan dari Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam selain hadits ini mengenai shalat tasbih,
yang kebanyakan (riwayatnya) tidak shahih. Ibnu Mubarrak dan beberapa ulama lainnya
berpendapat akan adanya shalat tasbih, mereka juga menyebutkan keutamaan shalat tasbih.
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin 'Abdah Telah mengabarkan kepada kami Abu
Wahb dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin Al Mubarak tentang shalat tasbih yang
didalamnya terdapat bacaan tasbihnya, dia menjawab, ia bertakbir kemudian membaca
Subhaanaka Allahumma Wa Bihamdika Wa Tabaarakasmuka Wa Ta'ala J adduka Walaa
I laaha Ghairuka kemudian dia membaca Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha
I llallah Wallahu Akbar sebanyak lima belas kali, kemudian ia berta'awudz dan membaca
bismillah dilanjutkan dengan membaca surat Al fatihah dan surat yang lain, kemudian ia
membaca Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha I llallah Wallahu Akbar sebanyak
sepuluh kali, kemudian ruku' dan membaca kalimat itu sepuluh kali, lalu mengangkat kepala
dari ruku' dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, kemudian sujud dengan membaca
kalimat tersebut sepuluh kali, lalu mengangkat kepalanya dengan membaca kalimat tersebut
sepuluh kali, kemudian sujud yang kedua kali dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, ia
melakukan seperti itu sebanyak empat raka'at, yang setiap satu raka'atnya membaca tasbih
sebanyak tujuh puluh lima kali, disetiap raka'atnnya membaca lima belas kali tasbih, kemudian
membaca Al Fatehah dan surat sesudahnya serta membaca tasbih sepuluh kali-sepuluh kali, jika
ia shalat malam, maka yang lebih disenagi adalah salam pada setiap dua raka'atnya. Jika ia
shalat disiang hari, maka ia boleh salam (di raka'at kedua) atau tidak. Abu Wahb berkata, telah
mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz bin Abu Rizmah dari Abdullah bahwa dia berkata, sewaktu
ruku' hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal 'Adziimi, begitu juga waktu sujud
hendaknya dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal A'la sebanyak tiga kali, kemudian
membaca tasbih beberapa kali bacaan. Ahmad bin 'Abdah berkata, Telah mengabarkan kepada
kami Wahb bin Zam'ah dia berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz dia adalah Ibnu
Abu Zirmah, dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, jika seseorang lupa
(waktu mengerjakan shalat tasbih) apakah ia harus membaca tasbih pada dua sujud sahwi
sebanyak sepuluh kali-sepuluh kali? Dia menjawab, tidak, hanya saja (semua bacaan tasbih
pada shalat tasbih) ada tiga ratus kali. (HR. Tirmidzi no. 481)

Kedua hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan tata cara shalat tasbih. Intinya, shalat tasbih
dilakukan dengan 4 rakaat. Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa shalat tasbih jumlahnya empat
rakaat dan tidak boleh lebih dari itu.
C. Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih
1. Abu Dud As-Sijistny. Beliau berkata, Tidak ada, dalam masalah shalat Tasbih, hadits
yang lebih shahih dari hadits ini.
2. Ad-Draquthny. Beliau berkata, Hadits yang paling shahih dalam masalah keutamaan
Al-Qur`n adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa Allhu Ahad, dan yang paling
shahih dalam masalah keutamaan shalat adalah hadits tentang shalat Tasbih.
3. Al-jurry.
4. Ibnu Mandah.
5. Al-Baihaqy.
6. Ibnu As-Sakan.
7. Abu Saad As-Samny.
8. Abu Musa Al-Madiny.
9. Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.
10. Abu Muhammad Abdurrahim Al-Mishry.
11. Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu Dud .
12. Ibnush Shalh. Beliau berkata, Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan bidah. Hadits-
haditsnya dipakai beramal dengannya.
13. An-Nawawy dalam At-Tahdzb Al - Asma` Wa Al-Lught .
14. Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .
15. Shalhuddin Al-Ali. Beliau berkata, Hadits shalat Tasbih shahih atau hasan, dan harus
(tidak boleh dhaif).
16. Sirajuddn Al-Bilqny. Beliau berkata, Hadits shalat tasbih shahih dan ia mempunyai
jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lainnya, maka ia adalah
sunnah dan sepantasnya diamalkan.
17. Az-Zarkasyi. Beliau berkata, Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan bukan dhaif
apalagi maudhu (palsu).
18. As-Subki.
19. Az-Zubaidy dalam Ithf As-Sdah Al-Muttaqn 3/473.
20. Ibnu Nshiruddin Ad-Dimasqy.
21. Al-Hfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishl Al-Mukaffirah Lidzdzunb Al-Mutaqaddimah
Wal Muta`Akhkhirah , Natijul Afkr F Amlil Adzkr dan Al-Ajwibah Al Ahdits Al-
Mashbh.
22. As-Suythy.
23. Al-Laknawy.
24. As-Sindy.
25. Al-Mubrakfry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .
26. Al-Allamah Al-Muhaddits Ahmad Sykir rahimahullh.
27. Al-Allamah Al-Muhaddits Nshiruddn Al-Albny rahimahullh dalam Shahh Abi
Dud (hadits 1173-1174), Shahh At-Tirmidzy , Shahh At-Targhib (1/684-686)
dan Tahqq Al-Misykah (1/1328-1329).
28. Al-Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hdy Al-Wdiiy rahimahullh dalam Ash-
Shahh Al-Musnad Mimm Laisa F Ash-Shahihain .
D. Doa Setelah Shalat Tasbih:


E. Bidah yang sering ditemukan dalam Shalat Tasbih

Untuk melengkapi pembahasan yang singkat ini, maka saya sertakan juga penyimpangan-
penyimpangan (bidahbidah) yang banyak terjadi disekitar pelaksanaan shalat tasbih, di
antaranya adalah:
1. Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jumat saja.
2. Dilakukan secara berjamaah terus menerus.
3. Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah shalat.
4. Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau tarekatnya.
5. Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.
6. Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan bertambah dengan
shalat tasbih.
7. Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum atau sesudah shalat
tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan tertentu.

F. Kesimpulan
Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits yang tsabit/sah dari Rasulullah shallallhu alaihi wa
sallam, maka boleh diamalkan sesuai dengan tata cara yang telah disebutkan diatas.

Anda mungkin juga menyukai