Anda di halaman 1dari 46

34

BAB III
DESKRIPSI UMUM TAREKAT ASY-SYAHADATAIN
DI WANANTARA DESA KUBANG KECAMATAN TALUN
KABUPATEN CIREBON

A. Sejarah Tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara


1. Sejarah Berdirinya
Habib Umar adalah seorang ulama-intelektual pejuang asal Cirebon.
Di samping sebagai ulama pesantren, ia juga pendiri sekaligus pemimpin
pertama “Tarekat Syahadatain”. Habib Umar lahir di Arjawinangun,
Cirebon pada bulan Rabi‟u al-Awwal 1298 H bersamaan dengan tanggal 22
Juni 1888 M melalui pasangan Syarif Isma‟il dan Siti Suni‟ah binti H.
Shidiq dan wafat pada tanggal 13 Rajab 1393 H bersamaan dengan 20
Agustus 1973. Ayahnya adalah da‟I asal Hadramaut yang menyebarkan
Islam di Nusantara dan ibunya adalah putri Arjawinangun. Habib umar
memiliki tiga orang saudara, yaitu: Habib Qasim, Habib Ibrahim, Habib
Abdullah. Dan Habib Umarlah kelak yang menjadi tokoh paling menonjol
di antara saudara-saudaranya.
Secara geneoligis, jalur keturunan Habib bersambung hingga
Rasulullah Saw. Dengan rangkaian silsilah sebagai berikut: Habib „Umar
ibn Syarif Isma‟il ibn Sayyid Ahmad ibn Sayyid Syekh ibn Sayyid Thaha
ibn Sayyid Masyikh ibn Sayyid Ahmad ibn Sayyid Idrus ibn Sayyid
„Abdullah ibn Sayyid Muhammad ibn Sayyid „Alwi ibn Sayyid Ahmad
ibn Sayyid Yahya ibn Sayyid Hasan ibn Sayyid „Ali ibn Sayyid „Alwi ibn
Sayyid Muhammad ibn Sayyid „Ali ibn Sayyid „Alwi ibn Sayyid
Muhammad al-Muqaddam al-Faqih ibn Sayyid „Ali ibn Sayyid
Muhammad Shahih Marbath ibn Sayyid „Ali Haligh Qosam ibn Sayyid
„Ali ibn Sayyid Muhammad ibn Sayyid „Alwi al-Imam Muhammad al-
Baqr ibn Imam „Ali Zainal Abidin ibn Sayyid Husain ibn „Ali (Sayyidina
Fatimah) binti Rasulullah Saw.
35

Sebelum mengawali kelana intelektualnya, Habib Umar


mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya. Selain mendapat pelajaran
keagamaan seperti membaca al-Qura‟an, hadis, fikih, tauhid, nahwu,
sharaf, dan mantiq, Habib Umar juga memperoleh pendidikan ilmu
pertanian dan bela diri. Belum cukup dengan pendidikan yang diperoleh
dari ayahnya, pada tahun 1913 Habib memulai pengembaraan
intelektualnya ke Pondok Pesantrem Ciwedus, Kuningan, Jawa Barat di
bawah asuhan KH. Ahmad Saubar. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Pondok Pesantren Bobos, Palimanan di bawah didikan K. Sudjak. Dari
pondok Bobos, selanjutnya ia belajar di pondok Buntet Astanajapura,
Cirebon di bawah asuhan K. Abbas dan kemudian belajar di Pondok
Majalengka yang diasuh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pesantren
terakhir inilah Habib Umar menghabiskan waktu selama lima tahun.
Setelah merasa cukup dengan petualangan inteletualnya, pada tahun
1923 Habib Umar pulang ke kampungnya. Menyaksiakan keadaan
msyarakat yang terbiasa berjudi dan melakukan penyembahan terhadap roh
leluhur, Habib Umar merasa terpanggil untuk segera mengamalkan
pengetahuan yang telah dipelajari.
Suatu malam, Habib Umar bermimpi bertemu Syarif Hidayatullah
dan mengajarkan “tarekat syahadat” kepadanya: “Ya Allah, Ya
Rasulullah. Ya Syekh alim mulang syahadat. Wetin saking Syarif
Hidayatullah, abdi nuhun ilmu manfaat. ( Wahai Allah, wahai rasulullah.
Wahai Syekh Alim mengajar Syahadat. Bersumber dari Syarif
Hidayatullah, saya minta ilmu manfaat)”
Berawal dari mimpi tersebut, Habib Umar mendirikan sebuah
jamaah pengajian yang diadakan pada setiap malam jum‟at. Pengajian
tersebut bertujuan membersihkan kembali akidah masyarakat yang rusak
akibat pengaruh colonial. Alih-alih menyebarkan pahamnya, niat tulus
Habib justru menuai cibiran, ejekan, bahkan menganggapnya gila. Bukanya
hilang semangat, cibiran dan ejekan tersebut semakin menumbuhkan
semangat menyebarkan kebenaran. Pengajian terus dilangsungkan dan pada
36

tahun 1937 kelompok pengajian ini menghimpun dua puluh orang anggota.
Pengajian ini selanjutnya dikenal dengan “Pengajian Abah Umar.”
Melihat aktivitas pengajian dan kebiasaab berkumpul di kediamaan
Habib Umar, pemerintah colonial merasa curiga dan menganggap
pengajian tersebut membahayakan misi kolonialisasinya. Dengan tuduhan
menggangu stabilitas, Habib Umar ditangkap dan dipenjarakan.
Penangkapan ini membuat jamaah pengajian marah, dan kemudian mereka
melakukan perlawanan frontal terhadap pemerintah colonial. Akibatnya
tidak sedikit para antek Belanda terbunuh akibat sasaran amuk mereka.
Setelah tiga bulan mendekam di penjara, Habib Umar kemudian
dibebaskan.
Pada tahun 1940, Habib Umar menjadikan kediamanya sebagai basis
perjuangan melawan Belanda. Dikediamanya itulah Habib Umar
mengajarkan ilmu olah kanuragan kepada pemuda di daerahnya. Pada
tanggal 24 Agustus 1940, untuk kedua kalinya Habib Umar ditangkap dan
pengajianya ditutup. Pada saat itu, Belanda menawarkan bentuk kerja
sama, namun Habib Umar menolaknya. Penolakan ini mengakibatkan
siksaan dan hukuman atas dirinya diperberat. Pada 20 Februari 1941,
Habib kembali dibebaskan.
Selepas dari penjara, Habib Umar semakin aktif dalam perjuangan
melawan penjajah. Beberapa kiai dan masyarakat setempat-K. Ahmad
Sujak (Bobos Palimanan), Abdul Halim (Majalengka), Syamsuri
(Wanantara), Kiai Musthafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjil), KH.
Mukhidin dan KH. Abdullah.
Pada masa pendudukan Jepang, terbit undang-undang yang
melarang pengajaran huruf Arab. Menyingkapi undang-undang, Habib
Umar menolaknya karena pelarangan tersebut merupakan ajakan terhadap
umat Islam untuk meninggalkan al-Qur‟an. Pelarangan ini, tegas Habib
Umar, merupakan perbuatan syirik.
Pada tahun 1947, Habib Umar mengajar di kelompok pengajian
yang diberi nama “Jama‟ah Syahadatin”. Berkenaan dengan jama‟ah yang
37

dibentuknya, pada tahun 1951, Habib dipanggil menghadap Presiden


Soekarno untuk memberikan penjelasan perihal lembaga yang dipimpinya.
Setelah mendapat penjelasan Habib Umar, Soekarno mengijinkan
berdirinya jama‟ah tersebut.
Dalam perkembangannya, pengikut jama‟ah tersebut kian
bertambah. Mereka tidak saja bersal dari Cirebon, melainkan meluas
hingga Indramayu, Kuningan, Majalengka, Bobos, Palimanan, Sumedang,
Kanggraksan, Munjul, Wanantara, Luwimunding, Tasikmalaya, Ciamis,
Subang, Bandung, Tanggerang, Cikampek, Bekasi, Brebes, Bumiayu,
Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kudus, Jepara, Demak, dan Pati.
Pada tahun 1952, Habib Umar mendirikan Pondok Pesantren yang
diberi nama “Syahadatain” yang terletak di Paguruyung. Pada tahun 1977,
pesantren tersebut telah dilengkapi dengan Madrasah Ibtidaiyah dan
Tsanawiyah. Tidak saja ilmu agama yang diajarkan, pesentren tersebut juga
mengajarkan pendidikan keterampilan seperti: menjahit, bertani, bengkel,
koperasi, dan olah kanuragan.
Pada tahun 1960, jama‟ah pengajian tersebut dibekukan pemeritah
karena dianggap meresahkan masyarakat. Alasan pembekuan tersebut
hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang bahwa ajaran tawasul
Habib Umar dianggap menyesatkan. Memang, ajaran Habib Umar
mengaharuskan jama‟ahnya untuk bertawasul kepada para Nabi, Malaikat,
Ahlu al-Bait, Wali dan Habib Umar sendiri setiap kali setelah shalat.
Menurutnya, tawasul menyebabkan do‟a terkabul.
Pada tahun 1971, jama‟ah tersebut bergabung dengan Golkar melalui
GUPPI. Sejak itulah, jama‟ah ini, menyebar ke berbagai propinsi, yaitu
Jawa barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, Jambi, dan
Banjrmasin. Anggota-anggotanya beragam meliputi ABRI (sekarang TNI),
politis, kiai, cendikiawan, dan pedagang.
Pada tahun 1973, jama‟ah ini mengalami kegoncangan ketika Habib
Umar meninggal dunia. Konon, Habib Umar meninggal akibat di keroyok
empat orang tak dikenal. Akibat wafatnya Habib Umar, untuk beberapa
38

saat jama‟ah tersebut mengalami vacum of power. Baru pada tahun 1976,
dimana pemerintah turun tangan, diadakan musyawarah untuk memilih
pemimpin baru (A Mujib dkk, 2006:237-240).
Perkembangan tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara Desa
Wanasaba Kidul Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dibawa oleh
murid Syekhunal Mukarrom (Abah Umar) yang memang berasal dari
Wanantara, yaitu KH. Ahmad Ridwan Yasin bin KH. Asyikin. Pada
awalanya KH. Ahmad Ridwan Yasin tidak langsung menerima begitu
saja ajaran yang dibawa oleh Abah Umar, melainkan membuktikan
dulu apakah ajaran syahadatain yang dibawah oleh Abah Umar itu
berdasarkan al-Quran dan Hadits tidak. Kemudian, setelah ditelaah
secara mendalam ternyata ajaran syahadatain Abah Umar tidak
bersebrangan dengan al-Quran dan Hadits.

Sekitar tahun 1952, KH. Ahmad Ridwan Yasin menerima ajaran


syahadat Abah Umar dan menggelarnya di Wanantara, tetapi tidak
menghilangkan amaliah yang diterapkan oleh sesepuh wanantara, yaitu
Mbah Musa Maharsi Siddiq, Mbah Syamsuri, KH. Abdul Jalil dan
KH. Asyikin. Demikian pun dengan Abah Umar tidak melarangnya.
Pada perkembangan selanjutnya seluruh masyarakat Wanantara
menjadi jama‟ah tarekat Asy-Syahadatain hingga sekarang.

Kemudian, setelah KH. Ahmad Ridwan Yasin meninggal dunia,


ajaran tarekat Asy-Syahadatain diteruskan oleh menantunya, yaitu KH.
Abdul Rasyid bin Abdullah Faqih. Setelah itu diteruskan oleh KH.
Amin bin KH. Ahmad Ridwan Yasin, KH. Khoiruddin, KH. Abdullah
Ridwan Yasin, Ustadz Masruri, Ustadz Jalil, Ustadz Amir sampai
sekarang (Wawancara, Agus Salim, Kamis 10 Juli 2014).

Peningkatan kuantitas dan kualitas anggota tarekat Asy-Syahadatain


tidak terlepas pada keyakinan mereka terhadap asal usul ajaran tarekat
Asy-Syahadatain yang bersumber dari al-Quran dan Hadits. Begitupun
dengan Tuntunan Syekhuna Al-Mukarrom yang berlandaskan pada konsep
Ahlus Sunnah Wal Jama,ah, yaitu menjalankan perintah Allah dengan
meneladani Rasulullah Saw. Artinya Asy-Syahadatain menjalankan
perintah wajib dan amalan sunnah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan
oleh Rasulullah Saw., serta mengikuti para Salafus Shalih (Abdul hakim,
2001 : 52).
39

2. Letak Geografis

Secara geografis Wanantara terletak di wilayah Desa Kubang


Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Wanasaba Kidul mempunyai luas
wilayah yang cukup luas dan unik. Unik dikarenakan ada sebagian wilayah
nya tidak menyatu dengan wilayah desa wanasaba kidul lain nya dengan
kata lain ada tanah desa yang berada di wilayah desa lain yang tidak
berbatasan langsung dengan desa wanasaba kidul. wilayah desa Kubang
berbatasan dengan sebelah Barat berbatasan dengan sungai besar dan hutan
Plangon, sebelah Timur pesawahan Kubang, sebelah Utara pesawahan
Wanasaba, sebelah Selatan tanjakan dan kebun Kubang.

Sementara itu, pusat sekretariat dan struktur organisasi tarekat


Asy-Syahadatain terpusat di Panguragan Wetan. Hal ini dikarenakan
di tarekat Asy-Syahadatain ada Organisasi Jama‟ah Asy-Syahadatain
Indonesia (JAI) (ormas Islam), kemudian ada Tuntunan Asy-
Syahadatain (amaliah Asy-Syahadatain), dan Jama‟ah Asy-
Syahadatain (pengikut tarekat Asy-Syahadatain. Ketiga-tiganya
memiliki fungsi masing-masing, namun merupakan satu kesatuan
(Wawancara, Agus Salim, Kamis 10 Juli 2014).

Dengan demikian, jama‟ah tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara


satusnya sebagai anggota dari tarekat Asy-Syahadatain yang berpusat di
Panguragan Wetan. Adapun kegiatan ritual yang dilakukan oleh jama‟ah
Asy-Syahadatain sejak dahulu sampai sekarang berpusat di Masjid Maharsi
Siddiq yang berhadapan langsung dengan Pondok Pesantren Maharsi
Siddiq Wanantara.

Adapun Agama yang dianut oleh masyarakat Wanantara adalah


Islam. Sementara itu mata pencaharian masyarakat Wanantara sangat
beragam sekali antara lain : Petani, Peternak kambing dan sapi, buruh,
pegusaha dan PNS (guru dan dosen).Sedangkan di tinjau dari aspek
ekonomi, masyarakat Wanantara tergolong memiliki daya ekonomi
yang standar (Wawancara, Agus Salim, Kamis 10 Juli 2014).

Dengan keragaman mata pencaharian dan daya ekonomi yang dimiliki


oleh masyarakat Wanantara, ini menunjukkan kesederhanaan dan egaliter
40

kehidupan mereka. Sehingga dalam kehidupan sosial mereka di rasa sangat


harmonis. Apalagi ditambah dengan bimbingan rohani yang dilakukan
tarekat Asy-Syahadatain yang dapat menibulkan rasa ketentraman jiwa.

B. Guru Ajaran Tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara Desa Kubang


Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon
1. Pengertian Guru
Menurut Abdul Hakim (2011 : 119) dalam memahami pengertian
guru perlu adanya kejelasan antara guru syareat dan guru hakekat. Guru
dalam pandangan syari‟at adalah seseorang yang mengajarkan suatu ilmu
disuatu lembaga tertentu. Sedangkan guru hakekat adalah seseorang yang
mengajarkan dan menuntun muridnya menapaki jalan yang lurus (benar)
melalui teladan pengajaran. Kita mempunyai banyak guru sejak mulai dari
belajar A sampai kita besar. Namun yang mengajarkan ibadah dan syahadat
dalam menapaki jalan yan diridhoi Allah hanyalah satu yaitu AL-Habib
Abah Umar bin Isma‟il bin Yahya.
2. Syarat-syarat Guru
Syarat-syarat guru yang dibahas disini adalah dispesifisikan pada
syarat-syarat guru Mursyid Kamil. Terdapat batasan-batasan dalam
beberapa kitab mengenai syarat-syarat serang guru mursyid, diantaranya
adalah dispesifikasikan pada syarat-syarat guru Mursyid Kamil. Terdapat
batasan dalam beberapa kitab mengenai syarat-syarat seorang guru
Mursyid, seperti dalam kitab Khozinatul Asror yaitu :
“Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah;
- Mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan hati) yang
menyambung (sanadnya) sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua
mahluk (jin dan manusia).
- Harus alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin), sebab orang yang bodoh
tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran.
- Selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan.
- Selalu dapat melatih jiwanya.
41

Dalam pemaparan kitab tersebut, jelaslah bahwa Abah Umar adalah


seorang guru yang sempurna karena syarat-syarat tersebut semuanya
terpenuhi. Apalagi beliau adalah Ahlul Bait Rasul, beberapa pendapat
menjelaskan bahwa apabila mencari seorang guru haruslah beliau itu
adalah keturunan Nabi saw., bahkan dijelaskan pula apabila guru tersebut
bukan dari keturunan Nabi saw., maka hukumnya belum mendapatkan guru
yang akan membawa menapaki jalan yang diridhoi Allah. Sedangkan orang
yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah syetan.
Dengan demikian, Abah Umar merupakan guru yang seharusnya
diikutu dan menjadi teladan dimasa sekarang.
Mudrik menadzomkan sebagai berikut :
Sapa wonge nemu guru sifat papat
Gandulana poma ingkang kuat
Artinya : “Barang siapa yang menemukan guru yang mempunyai
empat (4) sifat, maka bergurulah (ikutilah titahnya) dengan sunguh-
sungguh.”
Ingkang dingin sifat ipun mu‟ayyidin
Nguwataken ing agama kelawan yakin
Artinya : “ Yang pertama guru yang memiliki sifat muayyidin, yaitu
menguatkan agama dengan yakin.”
Ingkang kapindo sifat ipun zahidin
Ora jejaluk ing menusa serta jin
Artinya : ‟‟ Yang kedua guru yang memiliki sifat zahidin (tidak
terpesona dunia, tapi lebih mengutamakan akhirat), yaitu tidak
meminta kepada manusia dan jin melainkan hanya kepada Allah.
Ingkang kaping telu sifat ipun musyfikin
Kang makanin ewon-ewon fakir miskin
Artinya : “Yang ketiga guru yang memiliki sifata musyfikin (kasih
sayang) yang memberi makanan beribu-ribu kepada fakir miskin.”
42

Kang kaping pat ru‟afa lil mu‟minin


Kang muruki wong bodo sehingga yakin
Artinya : “Yang keempat guru yang memiliki sifat ru‟afa lilmu‟minin
(kasih sayang terhadap yang lemah, terutama dari golongan orang
mukmin) yang mengajarkan orang bodoh sampai mendatangkan
keyakinana.”
Mungguh kula iku abah umar
Ingkang muruki syahadat ora samar
Artinya : “Bagi kami, guru kami yaitu Abah Umar, yang mengajarkan
syahadat tidak samar.”
Adapun maksud dari nadzom di atas adalah bahwa seorang guru
itu harus memiliki empat (4) sifat yaitu : muayyidin, musyfikin,
zahidin dan ru‟afa. Dan menurut mereka, Abah Umar adalah guru
yang mengajarkan ajaran syahadat (Abdul Hakim, 2011 : 119 – 121).
3. Kewajiban Berguru
Berguru merupakan pokok utama dalam mencari ilmu, terutama
mencari ilmu hakikat, ilmu selamat dunia da akherat. Jelas harus memiliki
guru yang membimbing, menuntun dan bertanggung jawab. Karena tanpa
berguru kita tidak akan tahu apa-apa. Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa kita harus selalu bersama Allah (Ma‟rifat billah), sedangkan kita
tidak tahu sama sekali bagaimana cara kita bersama Allah apalagi
mengenal Allah (Ma‟rifat billah). Oleh karena itu, kita harus selalu
bersama orang yang dekat dengan Allah (Ma‟rifat). Bunyi hadits tersebut
sebagai berikut:

ِ‫ث ُكن مع اهللِ و إِ ْن ََل تَ ُكن فَ ُكن مع من َكا َن مع اهلل‬ ِ ِ ِ


ََ َْ ََ ْ ْ ْ َ َ َ ْ ْ‫َولَ َّما َوَرَد ِف ا ْْلَدي‬
َ ُ‫فَِإنَّوُ يُ ْو ِصل‬
َ ‫ك إِ ََل اهلل إِ ْن ُكْن‬
ُ‫ت َم َعو‬
Artinya:“dan berdasarkan riwayat dalam hadits tetaplah kamu bersama
Allah dan jika tidak, maka tetaplah bersama orang yang selalu bersama
Allah. Sesungguhnya ia akan mengantar kamu kepada Allah, jika kamu
terus bersamanya.”
43

Hadits tersebut memberikan kesimpulan kepada kita bahwa seorang


hamba itu harus mencari seorang guru yang akan bertanggung jawab dalam
membimbing, menuntun, dan membinanya untuk menapaki jalan yang
diridhoi Allah. Karena seorang hamba yang tidak memiliki guru, maka
gurunya adalah syetan. Sedangkan apabila kita memiliki gurunya syetan,
maka dijamin kita dalah orang yang sesat.

‫ال) أَبُ ْو‬


َ َ‫(وق‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫ط‬ ‫َّي‬
‫الش‬ ‫و‬‫خ‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ف‬ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ن‬‫ك‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ى‬ ِ َ‫ال أَب و ي ِزي ِد الْبسط‬
‫ام‬
َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ٌ ْ َ ُ َ ُ
ْ َ ََْْ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ َ‫ق‬
ِ َ‫اْلَادِم من ََل ي ُكن لَو َشي ٌخ فَي ُكو ُن مس َّخرًة لِلشَّيط‬
‫ان‬ ٍ ٍِ
ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ‫َسعْيد ََمَ َّمد‬
Artinya :“Abu Yazid Al-Bustomi berkata: barang siapa yamg tidak
memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Dan berkata Abu Sa‟id
Muhammad Al-Khodami: barang siapa yang tidak memiliki guru maka ia
akan di tundukkan oleh syetan.”
Di dalam al-Quran pun diceritakan bahwa Nabi Musa berguru
kepada Nabi Hidir as., hal ini memberikan pelajaran kepada kita tentang
pentingnya berguru dengan patuh dan taat atas apa yang diperintahkan oleh
guru, sabar dan istiqamah dalam mengikutinya.

           

Artinya:“Musa berkata kepadanya :”Apakah boleh aku mengikut engkau


supaya engkau mengajar daku ilmu pengetahuan yang telah diajarkan
kepada engakau sebagai petunjuk” (T.M. Hasbi Ash Shiddiqy, 1995 :
2352).
4. Kholifatur Rasul
Mengenai pengertian Kholifatur Rasul ini terdapat sebuah hadits
bahwa Kholifatur Rasul adalah orang yang menghidupkan,
menjalankan/membiasakan sunnah Nabi saw. dan mengajarkannya kepada
hamba-hamba Allah. Sedangkan Abah Umar adalah orang yang
menghidupkan, menjalankan, mendawamkan, dan mengajarkan sunnah-
sunnah Nabi saw. bahkan yang asing menurut masyarakat umum pun
44

dihidupkan kembali oleh Abah Umar seperti berpakaian sorban jubah putih
disaat sholat, hal ini merupakan hal asing dizaman Abah Umar
menjalankan dan mengajarkan, bahkan banyak ulama yang mengatakan
sesat kepada Abah Umar dengan alasan hal tersebut (pemakaian jubah
putih).
Hadits tersebut berbunyi :

‫ال الَّ ِذيْ َن ُُْييُ ْو َن ُسن َِِّت َويُ َعلِّ ُم ْونَ َها‬ ِ
َ ُ‫َعلَى ُخلَ َفا ِئ َر ْْحَةُ اهللِ قْي َل َوَم ْن ُخلَ َفائ‬
َ َ‫ك ق‬
‫ِعبَ َاد اهلل‬
Artinya: “Semoga rahmat Allah ditetapkan bagi para kholifahku. Beliau
ditanya: siapakah para kholifahmu tuan? Beliau menjawab: mereka
adalah orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya
kepada hamba-hamba Allah.”
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa Abah Umar adalah
termasuk dari Khalifah Rasul yang mendaptkan rahmat dan keutamaan dari
Allah swt. Karena beliau telah menghidupkan dan mengajarkan sunnah-
sunnah Rasulullah saw. dizaman sekarang ini.
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Abah Umar
adalah seorang Guru Mursyid Kamil yang telah menuntut ummat manusia
pada keutamaan peribadatan sebagai penguat keimanan, serta beliau telah
mengajarkan sunnah-sunnah rasul dengan istiqamah, sehingga beliau dapat
dikategorikan sebagai Kholifatur Rasul yang mendapatkan Nur
Muhammad karena beliau memenuhi syarat-syarat tersebut di atas. Jadi
jelaslah orang yang tidak berguru pada Abah Umar adalah orang yang
merugi. Sebagaimana nadzom jawa berikut :
Syekhunal Mukarrom pengajake ora sulaya
Ngajak muride kebeh dikon pada mulya
Artinya : “Syekhunal Mukarrom (Abah Umar) ajakannya tidak ingkar
untuk mengajak semua muridnya untuk mulia.” (Abdul hakim, 2001 : 119-
124)
45

Maksud dari nadzom di atas adalah bahwa Abah Umar mengajarkan


ajaran syahadat kepada semua muridnya, untuk medapatkan kemulyaan
dan keridhoan dari Allah Swt (Abdul Hakim, 2011 : 122-124).

C. Amalan Wiridan Tarekat Asy-Syahadatain


Menurut Abdul Hakim (2011 : 73) Tuntunan Syekhuna merupakan
implementasi dari ajaran tasawuf salaf yang memiliki arah dan tujuan
ma‟rifat billah (eling Allah) dan menuju pada hakikat insan kamil yang
diawali dengan proses pembelajaran syahadat secara istiqamah, baik secara
lisan maupun secara keyakinan dan pelaksanaan, sebagai proses awal
pembersihan hati dalam mencapai ma‟rifat billah. Proses dan ritual
pembelajaran tasawuf (ngaji syahadat) yang diterapkan dalam tuntunan
Syekhuna adalah sebagai berikut :
1. Pengamalan jalan para salik dalam Tuntunan Syekhuna
Tujuan pokok dari Tuntunan Syekhuna adalah ma‟rifat billah (eling
Allah), dan menjadikan manusia menuju pada hakikat insan kamil,
sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat (slamet dunia
akherat dunia akherat slamet). Sebagai pelaksanaannya yaitu melalui
beberapa pengamalan sebagai berikut :
a. Pengamalan ritual syahadat
Syahadat merupakan pokok iman, sehingga untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan harus benar-benar menjalankan rukun Islam yang
pertama ini.
Dalam kaitannya terhadap ajaran tasawuf, dalm tuntunan Syekhuna
diterapkan beberapa fase/tingkatan suluk sebagai pengamalan syahadat
untuk mencapai pada ke-istiqomahan mengingat Allah (dzikrun fi qolbi)
dan pengharapan pengakuan menjadi murid Syekhuna, yaitu melalui lima
ritual sebagai berikut :
1) Stempel/Bai‟at Syahadat
Stempel adalah ritual pertama yang harus dilewati sebagai
pengkuan dan janji setia kepada Allah, Rasulullah, dan Syekhuna. Istilah
46

stempel ini dinisbatkan pada praktek dan tujuannya, yaitu menetapkan


syahadat kedalam hati dan pikiran. Karena pada prakteknya, stempel yang
dilakukan oleh syekhuna ialah pembacaan dua kalimat syahadat di depan
seorang saksi muslim dengan meletakan tangan kanan dijidat dan tangan
kiri di dada. Dalam kajian keilmuan stempel itu disebut bai‟at,
pembahasannya tentang bai‟at ini terdapat pula tentang ditetapkannya
bai‟at/stempel dari guru dan mursyid kamil.
Dalam proses pembinaan syahadat ini, para santri syekhuna
diperintahkan untuk membayar “Maskawin Syahada” yaitu berupa lawon
sakebar, beras telung dangan ping telu, dan duit telung ringgit ping telu.
Yang kesemuaanya itu disedekahkan kepada fakir miskin dan para ahli
ibadah, dan pembayarnya dapat dilakukan sedikit demi sedikit dengan niat
membayar maskawin. Hal ini memiliki makna akan pentingnya bersedekah
dan membantu fakir miskin dan anak yatim (Abdul Hakim, 2011 : 74).
2) Latihan
Latihan disini merupakan proses kedua dalam upaya istiqomah
menjalankan sunnah Rasulullah saw. berupa latihan melaksanakan sholat
dhuha dan tahajud selama 40 hari serta dibarengi dengan membaca puji
dina (wirid yang dibaca pada setiap hari). Hal ini bertujuan sebagai
pelatihan dan pembiasaan shalat dhuha, shalat tahajud, dan disiplin
waktu untuk berdzikir serta bukti patuh terhadap guru (Abdul Hakim,
2011 : 76).
3) Tunjina (shalawat munjiat)
Pada periode ketiga ini, diharuskan membaca shalawat tunjina
selama 40 hari sebanyak yang diberikan syekhuna, serta dibarengi
dengan istiqomah shalat dhuha dan shalat tahajud. Dengan tujuan
mampu beristiqamah dalam mengingat Allah sebagai sarana untuk
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat (Abdul Hakim, 2011 :
77).
47

4) Modal
Modal adalah istilah bagi sebuah ritual yang bertujuan membuat
modal untuk kehidupan di akherat kelak dengan benyak berdzikir. Dzikir
yang dibacanya di khususkan dengan peraturan ynag ditentukan oleh
syekhuna, namun jumlahnya disesuaikan dengan permintaan dari para
salknya, dan waktunya sampai dia selesai membacanya sesuai dnegan
jumlah yang dimintanya. Tujuan dari modal ini memohon kepada Allah
dengan Asma-asma-Nya mendapatkan berlimpah keberkahan dan
kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Modal ini dimulainnya pada hari senin ba‟da ashar, dengan
bacaannya sebagai berikut :
- Dari waktu ashar sampai magrib membaca “Ya Kafi Ya Mubin Ya
kafi Ya Mughni Ya Fattah Ya Rozzaq Ya Rohman Ya Rohim”
- Dari waktu magrib sampai subuh membaca “Ya Kafi Ya Mubin Ya
Kafi Ya Mughni”
- Dari waktu subuh sampai ashar membaca “Ya Fattaaah Ya Rozzaq
Ya Rohman Ya Rohim”
Sedangkan jumlah bacaannya tergantung pada santri
memintannya, sebagai contoh apabila meminta modalnya 5 juta, maka
harus membaca wirid tersebut sebanyak 5 juta kali, dan tanpa ada batas
waktunya (Abdul Hakim, 2011 : 77).
5) Karcis
Karcis adalah istilah untuk proses ritual yang kelima, yaitu
membaca beberapa wirid khusus yang dibarengi dengan shalat dhuha,
shalat tahajud, dan puji dina selama 40 hari. Sedangkan tujuannya adalah
mendapatkan pengakuan (karcis/tanda bukti) sebagai murid Syekhunal
Mukarrom.
Disamping amalan dan bacaan di atas tersebut, karcis memiliki
bacaan tersendiri yaitu :
a. Syahadat shalawat 3 x
b. Shalawat tunjina 3 x
48

c. Ya Nur Ya Mubin…..dst.
d. Inna Fatahna Mubin 1 x
e. Ya Kafi Ya Mughni 100 x
f. Ya Ghonni 100 x
g. Ya Hu 11 x
h. Huwallohu ahad Allohussomad lam walam yulad walam yakul lahu
kufuwan ahad 1 x
i. Ya Fattah Ya Rozzaq 100 x
j. Ya Rohman Ya Rohim 100 x
k. Ya Robbana Ya Ghoffar 44 x
l. Ya Ghoffar 100 x
m. Ya Robbana Ya Ghoffur 44 x
n. Ya Ghoffur Aliman Ghoffar Ya Hayyu…….sampai minadz
dzolimin. Kemudian berdoa, Ya Allah….., dan lanjutkan dengan
membaca Inna Fathna….dst. 100 x (Abdul Hakim, 2011 : 77-78).
2. Penerapan maqom tasawuf/thoroqotul auliya
Menurut Abdul Hakim (2011 : 78) sebagai jalan menuju pada
kesempurnaan yang hakiki, maka dalam Tuntunan Syekhuna diterapkan
dua suluk, yaitu perkoro songo dan perkoro nenem.
1) Perkoro Songo
Perkoro songo adalah sembilan sifat kewalian menurut para ahli
tasawuf. Dalam Tuntunan Syekhuna terdapat doa yang berbunyi: “Ya Allah
Ya Rsulullah pasrah anak kula lan ahli-ahli kula sedaya, kula niat belajar
ngelampahi perkawis ingkang sanga senunggal niat belajar taubat, kaping
kalih niat belajar kona‟ah, kaping tiga niat belajar zuhud, kaping sekawan
niat belajar tawakal, kaping lima niat belajar muhafadzoh ala sunnah,
kaping nenem niat belajar ta‟allamul ilmi, kaping pitu niat belajar ikhlas,
kaping wolu niat belajar uzlah, kaping sanga niat belajar hifdzul awkot,
ngilari kanggo sangu urip senenge ibadah”. Dengan doa tersebut memiliki
dua arti yaitu perintah belajar untuk melaksanakan sembilan macam sifat
kewalian tersebut, dan yang kedua memohon kepada Allah untuk
49

memberikan taufik dan hidayahnya sehingga dapat menjalankannya.


Perkoro songo tersebut terdiri dari :
a) Taubat
Taubat adalah tempat awal pendakian bagi para salik dan maqom
pertama bagi sufi pemula. Hakikat taubat menurut bahasa adalah kembali,
artinya kembali dari sesuatu yang dicela menurut syara‟ menuju sesuatu
yang terpuji menurut syara‟. Menurut Ahli Sunnah mengatakan bahwa
syarat diterimanya taubat ada tiga, yaitu : menyesali atas perbuatannya
yang salah, menghentikan perbuatan dosanya, dan berketepatan hati untuk
tidak mengulanginnya.
b) Qona‟ah
Qona‟ah artinya ridho dengan sedikitnya pemberian dari Allah. Karena
itu ada sebagian ahli tasawuf mengatakan bahwa seorang hamba sama
seperti orang merdeka apabila ia ridho atas segala pemberian, tetap seorang
merdeka sama seperti hamba apabila bersifat tamak (rakus/serba
kekurangan).
c) Zuhud
Zuhud adalah tidak cinta pada dunia, sebagain ulama bependapat
bahwa zuhud adalah meminimalkan kenikmatan dunia dan memperbanyak
beribadah kepada Allah. Sayyidina Ali bi Abi Thalib pernah ditanya
tentang zuhud, dan beliau menjawab; zuhud ialah hendaklah kamu tidak
terpemgaruh dan iri hati terhadap orang-orang yang serakah terhadap
keduniaan, baik dari orang mukmin maupun dari orang kafir. Menurut
sebagian ulama dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah zuhud adalah tidak
akan bangga dengan kenikmatan dunia dan tidak akan mengeluh karena
kehilangan dunia.
d) Tawakal
Tawakal artinya adalah berserah diri kepada Allah setelah berusaha
sekuat tenaga dan fikiran dalam mencapai suatu tujuan.
50

e) Muhafadzoh alas sunnah


Muhafdzoh alas sunnah adalah menjaga perkara sunnah dengan
mengamalkan sunnah-sunnah Nabi dalam kehidupan dan ibadahnya.
f) Ta‟allamul ilmi
Ta‟allamul ilmi adalah mencari ilmu, maksud ilmu yang diutamakan
adalah ilmu untuk tujuan memperbaiki ibadah-ibadah, membenarkan
aqidah, dan meluruskan hati.
g) Ikhlas
Ikhlas adalah niat semata-mata karena Allah dan mengaharapkan
ridho-Nya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Artinya
segala bentuk hasab dan kasabnya hanya untuk mencari ridho Allah.
h) Uzlah
Uzlah adalah menyendiri atau mengasingkan diri dari keramaian hiruk
pikuk keduniaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa uzlah adalah yang
terbaik adalah ditempat ramai, seperti berdzikir disela-sela keramaian
orang.
i) Hifdzul awqot
Hifdzul awqot adalah memelihara waktu, maksudnya adalah
mempergunakan waktu seluruhnya untuk melaksanakan ketaatan kepada
syari‟at agama Allah dan meinggalkan apa yang tiada berguna.
Dalam Tuntunan Syekhuna, kesembilan kewalian tersebut diterapkan
dalam pengamalam-pengalaman ibadahnya, sehingga secara otomatis
kesembilan macam perkara tersebut dapat terlaksana bagi para santri
syekhuna yang patuh menjalankan perintah gurunnya (Abdul Hakim, 2011
: 78 -80).
2) Perkoro Nenem
Perkoro nenem adalah enam macam bentuk ibadah yang utama.
Pengamalan perkara nenem ini ditunjukan agar mendapat ridho Allah serta
akan mendapat kebahagiaan. Perkara nenem yang dimaksud adalah:
51

a) Sholat Dhuha
Sholat dhuha adalah sholat yang dikerjakan setelah terbit matahari
sampai waktu dhuhur. Jumlah rokaatnya maksimal 12 rokaat.
b) Sholat Tahajud
Sholat tahajud adalah sholat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam sampai waktu subuh. Jumlah roka‟atnya tidak terbatas. Mengenai
keutamaannya banyak sekali.
c) Sidik
Sidik adalah benar dalam perkataan, keyakinan dan perbuatan. Artinya
Tuntunan Syekhuna membimbing manusia untuk berkata, bertekad, dan
berbuat benar.
d) Membaca Al-quran
Membaca Al-quran merupakan kegemaran para sahabat, karena
memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Oleh sebab itu, dalam Tuntunan
Syekhuna dianjurkan membaca Al-quran setiap hari, minimal membaca
ayat sebelum dan sesudah fajar.
e) Netepi Hak buang batal
Yaitu mejalankan yang hak dan meninggalkan yang batal. Artinya
menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya baik berupa fardhu
maupun sunnah, dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya.
f) Eling Pengeran
Eling Allah (ingat Allah) adalah hidupnya hati dengan selalu
dzikir/ingat Allah. Atau belajar untuk selalu berdzikir.
Dengan pelaksanaan enam macam pengamalan ini, seorang hamba
akan benar-benar mendapatkan kenikmatan hidup di dunia maupun di
akhirat (Abdul Hakim, 2011 : 80-81).
3) Implementasi Uzlah dalam Tuntunan Syekhuna
Menurut Abdul Hakim (2011 : 87) uzlah adalah menghindarkan diri
dari keramaian terutama dari keramaian hawa nafsu. Artinya uzlah adalah
52

memenjarakan diri untuk mengosongkan diri cinta dunia dan diisi dengan
cinta kepada Allah.
Dalam Tuntunan Syekhuna, pelaksanaan uzlah itu melalui banyak
cara. Disamping uzlah syar‟i yaitu dengan menyendiri/menutup diri sehari
semalam, maupun uzlah hakiki, yaitu dengan menahan hawa nafsu dari
keinginan dunia, seperti yang dilaksanakan pada bentuk-bentuk ibadah
sebagai berikut :
1) I‟tikaf Magrib sampai Isya
I‟tikaf dari waktu magrib sampai isya merupakan perbuatannya para
salafus sholih, dan ini merupakan bentuk ibadah yang berat untuk
dilaksanakan dan memiliki keutamaan yang amat besar. Oleh sebab itu,
dalam Tuntunan Syekhuna diterapkan wirid-wirid yang dibaca secara
berjama‟ah untuk diamalkan dari waktu magrib sampai isya tersebut menjadi
kebiasaan dan tidak berat lagi bagi para santri Syekhuna.
Mengenai keutamaannya terdapat dalam beberapa kitab salaf,
diantaranya yaitu dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali sebagai berikut :

‫ب َوالْعِ َش ِاء ِِف َم ْس ِج ٍد‬ ِ ‫ْي الْم ْغ ِر‬ ِ


َ َ ْ َ‫ف نَ ْف َسوُ فْي َماب‬
ِ ِْ ‫ال الْغز ِاَل ِِف‬
َ ‫اْل ْحيَاء َم ْن َع َك‬ ََ َ َ‫ق‬
‫صَريْ ِن‬ ِ ِ ِّ ٍ ٍ ٍ ِ‫ََجاعةً ََل ي تَ َكلَم إََِّّل ب‬
َ ‫ص ََلة أ َْو ب ُقْرآن َكا َن َحقا َعلَى اهلل أَ ْن يَْب‬
ْ َ‫ِن لَوُ ق‬ َ ْ َْ ََ
ِ ِ ‫ص ٍر ِمْن ُه َما ِمائَةُ َع ٍام َويَ ْغ‬ ِ ‫اْلن‬ ِ
ُ‫اسا لَ ْوطَافَو‬
ً ‫س لَوُ بَْي نَ ُه َما غَر‬ ُ ‫ر‬ ْ ‫ق‬
َ ‫ل‬
ِّ ‫ك‬ُ ‫ة‬
ُ‫ر‬َ َ َْ ‫ِف‬
‫ي‬
ْ ‫س‬ ‫م‬
َ ‫َّة‬
‫ض لَ ْو ِس َع ُه ْم‬ِ ‫أ َْىل ْاْل َْر‬
ُ
Artinya:“Imam Al-Ghazali berkata dalam kitab Ihya; Baramg siapa
menahan dirinya (ber‟itikaf) pada waktu magrib dan isya di dalam masjid
dengan berjama‟ah serta tidak berucap kecuali sholat atau membaca Al-
Quran, maka hak baginya dibangunkan oleh Allah dua istana di surga yang
jarak diantara keduannya seratus tahun perjalanan. Dan Dia menumbuhkan
untuknya tanaman dianatara keduanya yang apabila seluruh penduduk bumi
mengelilinnya maka akan memuat mereka semua” (Abdul Hakim, 2011 : 82).
53

2) I‟tikaf Subuh sampai terbit matahari


Ber‟itikaf sampai terbit matahari dan menjalankan sholat isyroq dan
dhuha merupakan perbuatan para salafus sholih, karena mengandung banyak
keutamaan, diantaranya yaitu :

‫اَل فِْي ِو ِم ْن‬


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهللِ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِْلَ ْن أَقْ عُ ُد ِِف ََْملِ ِسى أَذْ ُكُراهللَ تَ َع‬
َ َ‫فَ َق ْد ق‬
ٍ َ‫َل ِمن أَ ْن أ ُْع ِط َق أَربع ِرق‬ ِ ُّ ‫َّمس أَح‬ ِِ ِ َ
‫اب‬ َ َْ ْ ََّ ‫ب إ‬ َ ِ ‫ص ََلة الْغَ َداة إ ََل طُلُ ْوِع الش‬
Artinya:“Nabi saw. bersabda: Sungguh aku duduk dalam majelisku untuk
berdzikir kepada Allah dari mulai shalat subuh sampai terbit matahari, itu
lebih aku senangi daripada aku membebaskan empat orang hamba sahaya”
(Abdul Hakim, 2011 : 84).
3) Tawasul Fajar
Adalah tawasul yang dilakukan pada waktu fajar (sebelum subuh).
Dengan tujuan membimbing hati untuk selalu berdzikir pada Allah. Karena
waktu fajar nerupakan waktu mustajab dan juga waktu yang sangat tenang,
sehingga sangat cocok sebagai pelatihan khusyu‟. Mengenai tawasul di waktu
fajar ini terdapat sebuah pendapat sebagai berikut :

‫ت‬ِ ‫ات والتَّو ُّس ََل‬ِ ِ ِ ِ ‫(وأ ََّما) ما ي ْفعل لَيل قَبل الْ َفج ِر ِمن الت‬
َ َ َ‫َّسابْي ِح َو ْاْل ْستغَاث‬
َ ْ ْ َْ ًْ َُ ُ َ َ
ِ ‫َّش‬ ْ ‫ك ِم َن‬ ِ ِ
‫اط‬ َ ‫ث َعلَى الن‬ ِّ َ‫اْل‬ ً ْ‫الْ َم ْعُرفَةُ بِ ْْلَبَد فَبِ ْد َعةٌ َح َسنَةٌ أَي‬
َ ‫ضا َوََّل ََيْ َفى َم ِاِف ذَل‬
‫لِْلعِبَا د‬
Artinya :“(dan adapun) sesuatu amalan yang dilaksanakan pada malam hari
sebelum fajar seperti tasbih, istighosah, dan tawasul yang selama ini kita
ketahui, maka itu adalah bid‟ah hasanah (baik) dan tidak samar lagi tujuan
dari amalan tersebut yaitu untuk mendorong giatnya beribadah.” (Abdul
Hakim, 2011 : 84).
4) Aurod Ati Salim
Aurod Ati Salim adalah wirid yang dibaca setelah shalat tahajud. Wirid
ini dibaca sebelum Tawasul Fajar, hal ini dilakukan sebagai penguat hati
dalam mempertahankan keimanan dari godaan syetan yang dilakukan di
54

waktu mustajab, sehingga dianjurkan untuk banyak berdzikir. Mengenai


waktu mustajab ini dijelaskan sebagai berikut :

‫ُّح َف ِة‬ ِ ِِ
ْ ‫اعةُ إِ َجابَة َك َذا ِِف الت‬
َ ‫ضا أَ ْن ُك ُّل لَْي لَة فْي َها َس‬ َ ‫َوُرِو‬
ً ْ‫ي أَي‬
Artinya:“Dan diriwayatkan juga bahwa sesungguhnya pada setiap malam
terdapat didalamnnya waktu mustajab (mudah terkabul). Seperti yang
terdapat dalam kitab tuhfah.” (Abdul Hakim, 2011 : 84).
5) Puji Dina
Puji Dina adalah wirid yang dibaca setiap hari, dengan bacaan yang
berbeda pada setiap harinya. Cara membacanya tidaklah diharuskan di
masjid, tetapi dimana saja kita berada dan pada kondisi apapun. Hal ini sesuai
dengan pelaksanaan uzlah, bahwa uzlah adalah menyendiri untuk berdzikir
ditengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan dunia.
Ayu batur puji dina di tandangi
Kanggo muji zaman sedina sewengi
Artinya : “Wahai saudara ku, hendaklah kita memuji hari (wirid setiap hari)
untuk memuji kepada Allah sehari semalam.
Cangkem ngucap ning ati aja keliwat
Nuhun hasil futuh ilmu kang manfaat
Artinya : “Mulut mengucap di hati juga jangan terlewat, memohon kepada
Allah terbukanya hasil ilmu yang manfaaat (Abdul Hakim, 2001 : 85).
Adapun maksud nadzom di atas adalah bahwa manusia setiap hari
harus mampu menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk berdzir kepada
Allah. Dengan tujuan untuk memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah
Swt.
4) Metode Dzikir dalam Tuntuan Syekhuna
a. Tawassul
Menurut Abdul Hakim (2011 : 85) tawassul dalam arti bahasa
adalah perantara, segala sesuatu yang menggunakan perantara adalah
tawasul. Sebagai contoh makan, dalam praktiknya nasi sebagai perantara
dalam mengenyangkan perut, artinya manusia bertawasul kepada nasi
55

dalam hal mengenyangkan perut. Sedangkan dalam arti istilah adalah


berdoa/memohon kepada Allah dengan perantaraan kemulyaan para
shalihin.
Dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 35 dikemukakan perintah
untuk mencari wasilah/jalan mendekatkan diri kepada Allah.

‫اى ُد ْوا ِِف َسبِْيلِ ِو‬


ِ ‫ياأَيُّها الَّ ِذين أَمن وا اتَّ ُقوا اهلل واب ت غُوا إِلَي ِو الْو ِسي لَةَ وج‬
َ َ ْ َ ْ ْ َْ َ ْ ْ َُ َ ْ َ َ
‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada –Nya, dan
berjihadlah (berjuanglah) dijalan-Nya agar kamu beruntung.”
Maksud hakiki dari tawasul adalah Allah swt. Sedangkan sesuatu
yang dijadikaan sebagai perantara hanyalah berfungsi sebagai pengantar
atau mediator untuk mnedekatkan diri kepada Allah swt. Artinya tawasul
merupakan salah satu cara atau jalan berdoa dan merupakan salah satu
pintu dari pintu-pintu menghadap kepada Allah swt.
Dalam memahami hakikat tawassul, terdapat beberapa pendapat
yang mengharamkan tawassul dengan alasan tawassul tersebut identik
dengan memohon pertolongan kepada selain Allah, dan hal ini dihukumi
musyrik. Namun mereka tidak menyalahkan orang yang bertawssul
dengan amal shalih. Orang yang berpuasa, shalat, membaca Al-Quran,
berarti dia bertawassul dengan puasanya, shalatnya, dan bacaan Al-
Qurannya untuk mendapatkan ridho Allah. Bahkan tawassul, dimaksud
lebih memberi optimisme untuk diterima dan tercapainya tujuan. Dalam
hal ini tidak ada perselisihan sedikit pun. Dalilnya adalah hadits
mengebai tiga orang yang terkurung dalam gua. Orang pertama
bertawassul dengan baktinya kepada orang tua, orang kedua bertawassul
dengan sikapnya menjauhi perilaku keji, dan orang ketiga bertawassul
dengan kejujurannya dalam memelihara harta orag lain. Maka Allah swt
kemudian berkenan melapangkan kesulitan yang sedang mereka alami.
Masalah yang biasa diperselisihkan adalah bertawsul dengan kemulyaan
56

para shalihin, seperti bertawsul dengan Nabi Muhammad saw, Abu


Bakar, Umar, Usman, Ali, dan sebagainya, maka tawassul seperti ini ada
yang menyalahkan.
Perbedaan pendapat ini, hanyalah bersifat lahiriyah, artinya pada
bentuknya saja, dan bukan pada subtansinya, lantaran bertawassul
dengan manusia pada hakikatnya kembali kepada bertawassul dengan
amalnya. Karena sesungguhnya perantara (washilah) itu memiliki
kehormatan, kemulyaan yang tinggi, dan amal yang diterima oleh Allah
swt. seperti halnya para sahabat Nabi bersholawat badar sebagai
permohonan masuk surga. Dengan membaca sholawat tersebut, jelaslah
bahwa para sahabat memohon dengan derajatnya Nabi Muhammad saw.
dan bukan dengan dzatnya.
Dalam kaitanya dengan tawassul Asy-Syaahadatain, terdapat
beberapa hal yang perlu dipaparkan, yaitu :
1. Pemakaian nama Syekh Hadi untuk Syekhuna
Gelar bagi syekhuna adalah syekh Hadi, syekh Alim, syekh Khabir,
syekh Mubin, syekh Wali, syekh Hamid, syekh Qowim dan syekh
Hafidz. Penyebutan gelar ini sesuai dengan fungsinya sebagai guru, yaitu
memberikan petunjuk, pengetahuan, dan penjelasan bagi para salik yang
menjadi muridnya. Serta memberikan rahmat, pengawasan dan menjaga
murid-muridnya dari segala gangguan yang akan menjerumuskan
mereka.
Mengenai pemakaian Asma Allah yang diandarkan kepada makhluk
adalah banyak sekali contohnya di dalam Al-Quran, seperti yang terdapat
dalam surat At-Taubah ayat 138 yang mensifatkan Rasul saw. dengan
sebutan Rauf dan Rahim, sedangkan Asma tersebut merupakan Asma
Allah, dan masih banyak pula ayat Al-Quran yang memberikan contoh
seperti tersebut.
Demikian pula terdapat beberapa pendapat para ulama bahwa Allah
akan memberikan asma (nama) dari asma Allah kepada hamba yang
dicintainya, termasuk syekhuna.
57

‫ب اهلل َعْب ًدا فَيُ ْع ِطْيو اهللُ ِص َفةً ِم ْن ِص َفاتِِو‬


َّ ‫َح‬ ِ
َ ‫إذَا أ‬
Artinya :“Sesungguhnya Allah telah memeberikan kepada hambanya
bebepara sifat dan ditetapkan kepadanya (hamba), seperti ditetapkannya
pada Allah (dengan maksud) sebagai penghormatan kepada hamban-
Nya, seperti Alim (mengetahui) dan hidup, akan tetapi pada hakekatnya
jelas berbeda dengan sifat Allah.”
Dengan demikian, tidaklah salah apabila nama-nama tersebut
disandarkan pada syekhuna, karena syekhuna merupakan Ahli Nabi
(orang yang menjalankan dan mengajarkan sunnah dan sirah Nabi) yang
membina umat manusia untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-
Nya (Abdul Hakim, 2011 : 86-89).
2. Berdoa dengan suara keras, berdoa sambil bergoyang, dan berdoa
dengan tangan ke atas
Berdoa dengan menggunakan metode jahr (membacanya dengan
suara yang keras). Hal ini dilakukan karena dengan jahr dapat
mengalahkan hati yang lalai, ngantuk semacamnya. Mengenai berdoa
dan berdzikir dengan suara keras ini diriwayatkan bahwa Sayyidina
Umar bin Khattab berdzikir dengan suara keras. Sedangkan Sayyidina
Abu Bakar Asy-Syiddiq berdzikir dengan suara pelan (sirr). Kedua cara
berdoa tersebut memiliki keutamaan masing-masing, sehingga syekhuna
menuntun para santrinya untuk menjalankan kedua cara berdzikir
tersebut, yaitu dengan membagi dzikir ke dalam dua kategori keras (jahr)
seperti tawasul, marhaban, wirid, shalat dan sebagainya. Serta dengan
kategori pelan (sirr) seperti puji dina, modal, dan lain sebagainya.
Kemudian berdoa dengan bergoyang-goyang seperti pohon tertiup angin
pun terdapat dasar hukumnya yaitu seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Abu Nu‟aim sebagai berikut :

‫َص ِف َه ِاِن بِ َسنَ ِدهِ َع ْن َعلِ ِّي‬ ِ ُ ِ‫اْلَا ف‬


ْ ‫ظ أَبُ ْو نُ َعْي ٍم أ‬
ْ ‫َْحَ ُد بْ ُن َعْبداهلل اْل‬ ْ ‫َوَرَوي‬
َ ‫الص َحاَ ِبة يَ ْوًما فَ َق‬
‫ َكانُ ْوا إِ َذا‬: ‫ال‬ ِ ٍ ِ‫ب ِن أَِِب طَال‬
َّ ‫ف‬ َ ‫ص‬ َ ‫ب َرض َي اهلل َعنوُ أَنَّوُ َو‬ ْ
58

‫ت ُد ُم ْوعُ ُه ْم‬ ِ ‫ذَ َكروا اهلل مادوا َكما ََتِي ُد الشَّجر ِِف الْي وِم الش‬
ِّ ‫َّديْ ِد‬
ْ ‫الريْ ِح َو َجَر‬ َْ َُ ْ َ ُْ َ ُ
‫َعلَى ثِيَاِبِِ ْم‬
Artinya : “Dan meriwayatkan Imam Hafidz Abu Nu‟aim Ahmad Ibnu
Adillah Al-Isfihani dengan sanadnya dari Ali bin Abi Tholib ra. Bahwa
beliau pada suatu hari menerangkan keadaan para sahabat, beliau
berkata : ketika mereka berdzikir kepada Allah, mereka bergerak-gerak
seperti geraknya pohon yang dihembus oleh angin kencang (besar) dan
air mata mereka mengalir membasahi pakaian meraka.”
Dalam tuntunan syekhuna juga terdapat wirid-wirid yang dibaca
dengan posisi berdiri, hal ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada
asma Nabi Muhammad SAW yang dibaca. Begitu pula berdoa dengan
tangan ke atas, ketika berdoa posisi tangan harus sampai terlihat putih-
putih ketiaknya. Mengenai berdoa ini terkadang ketika berdoa
menggunakan telapak tangannya dan terkadang pula menggunakan
punggung telapak tangannya (telungkup tangannya) (Abdul hakim, 2001
: 96).
Tawassul yang dilakukan di Wanantara, yaitu dilakukan setiap
malam senin dan malam selasa setelah shalat magrib sampai
menjelang datangnya waktu shalat isya. Mereka melaksanakanya
semata-mata mengamalkan apa yang ada pada tuntunan syekhuna
serta bertunjuan dakwah Islam dan mempererat tali persaudaran
yang orientasinya meraih keridhoan Allah SWT (Wawancara,
Amir, 4 Juli 2014)

b. Marhaban
Marahaban menurut bahasa adalah ucapan selamat datang,
sedangkan menurut istilah adalah pengucapan selamat datang kepada
kedatangan Nabi Muhammad SAW dalam tugasnya di muka bumi.
Sedangkan dalam konteks Asy-Syahadatain adalah hormat Nabi
SAW dengan pembacaan Al-Barjanzi dan beberapa pujian kepada
Baginda Nabi dan Ahlul Bait sebagai implementasi cintanya kepada
59

beliau. Karena cinta kepada Rasulullah merupakan kewajiban bagi setiap


muslim.
Dalam kitab Al-Imam wa An Nudzur bab Kaifa Yaminun Nabiy
terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Abdullah
bin Hisyam dia berkata :

‫اب‬ِ َ‫اْلَط‬ ْ ‫َخ ٌذ بِيَ ِد عُ َمَر بْ ِن‬ ِ ‫ُكنَّا مع النَِِّب صلى اهلل عليو وسلم وىو أ‬
ََُ ِّ َ َ
‫َل ِم ْن ُك ِّل َشْي ِئ إََِّّل ِم ْن‬
ََّ ِ‫ب إ‬َّ ‫َح‬
َ‫تأ‬ َ ْ‫ َْلَن‬, ‫ يَا َر ُس ْوَل اهلل‬: ‫ال لَوُ عُ َمُر‬ َ ‫فَ َق‬
ِ‫ والَّ ِذى نَ ْف ِسى بِي ِده‬,‫ ََّل‬: ‫ال النَِِّب صلى اهلل عليو و سلم‬ ِ
َ َ ُّ َ ‫ فَ َق‬.‫نَ ْفسى‬
‫ت‬َ ْ‫ فَِإنَّوُ آل َن َواهلل َْلَن‬: ُ‫ال لَو‬ َ ‫ فَ َق‬.‫ك‬َ ‫ك ِم ْن نَ ْف ِس‬ َ ‫ب إِلَْي‬ َ ‫َح َِّت أَ ُك ْو َن أ‬
َّ ‫َح‬
‫ اآل َن يَا عُ َمُر‬: ‫ال النَِِّب صلى اهلل عليو و سلم‬ َ ‫ فَ َق‬.‫َل ِم ْن نَ ْف ِسى‬
ََّّ ِ‫ب إ‬
َّ ‫َح‬َ‫أ‬
Artinya : “Dulu kami pernah bersama Nabi, sedangkan beliau waktu itu
menggandeng tangan Umar bin Khattab ra. Maka Umar berkata kepada
Nabi SAW. ya Rasulullah sesungguhnya engkau lebih aku cintai
dibanding lainnya, kecuali diri saya sendiri. Maka Nabi bersabda :
Tidak, dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya (kekuasaan-Nya),
sehingga aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri. Maka Umar
berkata : kalau demikian sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai
daripada diriku sendiri. Nabi lalu berkata : Sekarang wahai Umar
(sekarang sudah sempurna imanmu wahai Umar).”
Dalam tuntunan syekhuna, cinta kepada Rasulullah dan Ahlu
baitnya merupakan pokok utama dalam menapaki jalan menunuju ridho
Allah. Marhaban dan tawassul merupakan dua peninggalan/warisan dan
wasiat Syekhunal Mukarrom untuk para santrinya, sebagai salah satu
cara memohon syafa‟at kepada Rasulullah Saw., sehingga salah satu
sarat menjadi santrinya adalah istiqamah dalam menajalankan marhaban
dan tawassul tersebut (Abdul Hakim, 2001 : 96-98).
60

c. Kandungan amalan / aurod tahsis syekhuna


1) Membaca syahadat setelah salam dari shalat
Salah satu metode yang digunakan adalah dengan melanggengkan
membaca dua kalimat syahadat disertai dengan shalawat dibaca tiga
kali. Cara melanggengkan pembacaan kalimat syahadat ini adalah
setiap sesuai shalat maktubah sesudah salam.
Syahadat merupakan penghancur dan pelebur dosa bahkan
kemusyrikan, sehingga membaca syahadat setelah shalat merupakan
sunnah Rasul. Kemudian dalam tuntunan syekhuna, pembacaan
syahadat tersebut dilangsungkan dengan membaca shalawat (yang
dikenal dengan nama syahadat shalawat). Hal ini merupakan
penghormatan kepada asma Nabi yaitu dengan mengucapkan shalawat
pada saat menyebut namanya.
2) Membaca wassalam dan wassalim ketika membaca syahadat dan
shalawat
Sebagian golongan menyalahkan tentang pembacaan kalimat
“wassalam” pada tuntunan Syekhuna dengan dalih bahwa “
wassalam” adalah fi‟il madhi sedangkan kalimat sebelumnya (yaitu
sholli) adalah fi‟il amar, sehingga kalimat tersebut tidak ta‟alluk
(cocok), karena seharusnya fi‟il amar itu ta‟alluknya dengan fi‟il amar
yaitu kalimat “wassalim”
Mengenai hal ini dijelaskan dalam kitab Hamisy Alfiyah Ibnu aqil
bab Athaf sebagai berikut :

‫ِي‬ِ‫ص ْح) ََْن ُو لِنُ ْح‬


ِ ‫ان (ي‬
َ َ
ِ ‫الزم‬ َّ ِ
‫ِف‬ ‫د‬َ َّ ‫ك اْ ِلف ْعل َعلَى اْ ِلف ْع ِل ) إِ ِن‬
‫اَّت‬
َ َ َ ‫(و َعطْ ُف‬ َ
َ
‫اختِ ََلفَ ُه َما ِِف اللَّ ْف ِظ‬ ِ ِ
ُ َ‫بِو بَ ْل َد ًة َمْيتًا َونُ ْسقيَوُ َوََّل ي‬
ْ ‫ضُّر‬
Artinya : “(dan diathofkannyafi‟il kepada fi‟il adalah sah) apabila
sama dalam satu zaman (yaitu sama dalam fi‟il madhi, mudhori‟ da
amarnya), dan tidak berbahaya apabila berbeda zamannya (misalnya
fi‟il madhi dengan fi‟il amar).”
61

Kalimat di atas mengisyaratkan bahwa athaf antara fi‟il dengan


fi‟il itu diperbolehkan, walaupun berbeda bentuk atau zamannya.
Dengan demikian pembacaan “wassalam” pada syahadat sholawat
tersebut diperbolehkan.
Mengenai manfaat yang terkandung dari pembacaan syahadat
tiga kali tersebut, syekhuna menadzomkan :
Syahadataken sepisan sira macae
Nuhun selamet waktu naja ning dunyane
Artinya : “Hendaklah kamu membaca syahadat yang pertama, dengan
memohon keselamatan kepada pada saat ajal tiba di dunianya.”
Maca syahadat sira kaping pindone
Nuhun selamet munkar nakir jawabane
Artinya : “Hendaklah kamu membaca syahadat yang kedua, dengan
memohon keselamatan dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir,
yaitu mampu menjawab pertanyaan dari kedua malaikat tersebut.”
Maca syahadat ping telune aja blasar
Nuhun selamet landrat arah-arah mahsyar
Artinya : Hendaklah membaca syahadat yang ketiga, dengan
memohon keselamatan di padang mahsyar nanti (Abdul Hakim, 2001 :
101-102).
Maksud dari nadzom di atas adalah bahwa fungsi membaca
syahadat dapat menyelamatkan manusi dari segala macam
keprihatinan dan kesusahan di dunia dan akherat.
3) Membaca yasin syahatil wujuh
Dalam wirid magrib terdapat bacaan surat yasin yang dipotong
dengan kalimat “Syahatil wujuh” setelah membaca “La yubsirun”.
Hal ini terdapat contoh tentang kebolehan membaca Syahatil wujuh
setelah membaca “La yubsirun”, yaitu sebagai berikut :

‫ت الْ ُو ُج ْوهِ ثَََلثًا‬


ِ ‫ َشاى‬. ‫صرون‬
َ
ِ
ُ َ‫فَأَ ْغ َشْي ن‬
ْ ُ ‫اى ْم فَ ُه ْم ََّليٌْب‬
62

4) Sholawat Tunjina dengan dhomir mudzakar


Menurut Abdul Hakim (2001 : 103-104) sholawat tunjina pada
umumnya adalah dengan menggunakan dhomir muannas yaitu
dengan kalimat “Biha”, namun dalam tuntunan Syekhuna
menggunakan dhomir mudzakar yaitu kalimat “Bihi”. Hal ini
disebabkan karena sholawat yang dibacanya pun berbeda,
sehingga kedudukan dhomirnya pun berbeda.
Sholawat tunjina dengan dhomir mudzakar tersebut kembali
kepada Nabi, artinya memohon keselamatan dengan bertawasul
kepada kemulyaan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan dengan dhomir
muannas memiliki arti memohon keselamatan dengan bertawasul
kepada sholawat Nabi.
Contoh yang menggunakan dhomir muannas

‫اللهم صل على سيدنا َممد صَلة تنجينا ِبا‬


Contoh yang menggunakan dhomir mudzakar

‫اللهم صل صَلة كا ملة وسلم سَل ما تا ما علي سيد نا وموَّلنا َممد‬


‫الذى تنجينا بو‬
5) Membaca wirid dengan dhomir “Hu…”
Dalam tuntunan syekhuna terdapat satu metode wirid yang asing
menurut umum, namun didalamnya mengandung makna yang sangat
besar. Wirid tersebut adalah pengucapan lafadz “Hu”.
Secara bahasa kata “Hu..” berasal dari kata “Huwa” yang
diwaqofkan menjadi “Hu”, yang berkedudukan sebagai isim dhomir
(kata ganti nama) yang berarti “Dia”. Siapakah “Dia” yang dimaksud
dalam wirid tersebut ?
Agar lebih jelas perlu dicari rujukannya pada kalimat sebelum
“Hu..”. lafadz “Hu” dibaca setelah “La ilaha illallahu”, “Allah..”,
63

“Allah Huu..”, baru kemudiam “Hu..”. dari tata urutan wirid tersebut,
jelaslah bahwa lafazd “Hu..” merupakan dhomir (kata ganti) yang
kembali kepada Allah. Cara membacanya, disaat membaca „Hu..”
nafas dikeluarkan. Kemudian menarik nafas dengan mengucapkan
“Allah” di dalam hati, dan begitulah seterusnya hingga sudah merasa
mendekati eling, barulah dilanjutkan dengan bacaan “Hu…Allah”
artinya Allah yang ada di dalam hati dikeluarkan dengan keras.
Dengan tujuan melatih hati untuk belajar eling (Abdul Hakim, 2001 :
104-105).
6) Menyebutkan kalimat Ali Jibril (keluarga jibril)
Dalam tuntunan syekhuna terdapat doa yang bertawasul kepada
para Nabi, wali, dan para Malaikat seperti berikut :

..... ‫اللهم جباه ادم العاَل اهلادى وال اد م العاَل اهلادى‬


Artinya:“Ya Allah dengan derajat keagungannya Nabi Adam dan
keluarga Nabi Adam….”
Dari kutipan doa tersebut tidaklah tampak suatu masalah, karena
pada hakekatnya Nabi Adam memiliki keluarga. Akan tetapi pada
lanjutan doa tersebut disebutkan nama para Malaikat dan keluarganya
dengan kutipan sebagai berikut :

.... ‫اللهم جباه جربيل العاَل اهلادى وال جربيل العاَل‬


Artinya:“Ya Allah dengan derajat keagungannya Malaikat Jibril dan
keluarga Malaikat Jibril…”
Sehingga banyak kalangan yang menyalahkan doa tersebut,
dengan alasan bahwa Malaikat tidaklah memiliki keluarga seperti
manusia/Nabi. Pandangan mengenai doa tersebut merupakan
pandangan yang dangkal terhadap penafsiran suatu doa atau kalimat.
Dalam doa tersebut diesbutkan “Ali Adam, Ali Jibril, dan seterusnya.
Kata/kalimat “Ali” dalam kalimat arab memiliki 12 makna,
sehingga tidaklah hanya diartikan sebagai keluarga nasab saja. Dengan
64

demikian, kalimat keluarga malaikat jibril adalah bala tentaranya,


karena Allah menciptakan jibril dengan rupa yang sama bukan satu
wujud saja, sehingga dikatakan sebagai “Jabro‟il” (Abdul Hakim,
2001 : 105-106).
7) Qunut Nazilah
Qunut Nazilah adalah qunut yang dibaca pada I‟tidal rokaat akhir
shalat fardu yang lima waktu. Qunut nazilah ini banyak dilakukan oleh
para ulama salaf karena berkenaan dengan sebab-sebab tertentu,
seperti karena adanya wabah penyakit dan sebagainya.
8) Imam menghadap makmum
Ketika berdzikir selesai salam dari shalat, maka dianjurkan bagi
imam untuk memutar tubuhnya sehingga menghadap makmun. Hal ini
dimaksudkan mendidik makmum untuk berdzikir dengan melakukan
pengawasan yang penuh.
9) Wanita shalat jama‟ah dan jum‟at di masjid
Mengenai hukum atau kedudukan tentang shalat jama‟ahnya
kaum wanita di masjid bukan merupakan hal yang aneh, karena hal ini
telah dicontohkan oleh kaum muslimin sejak lama. Adapun kebiasaan
wanita shalat jum‟at di masjid merupakan hal yang aneh di nusantara
ini, padahal belum ditemukan dalil tentang haramnya wanita shalat
jumat. Akan tetapi menurut mereka dalam kitab salaf terdapat dalil
tentang sahnya kaum wanita shalat jum‟at dan tidak mengulang shalat
dhuhurnya karena shalat jumat itu sah dan sebagai pengganti dhuhur.
10) Shalat jum‟at kurang dari 40 orang
Dasar hukum dari sholat jum‟at adalah Al-Quran surat Al-
Jumu‟ah ayat 9 yang berisi tentang melaksanakan sholat jum‟at,
bahkan ditekankan untuk meninggalkan jual beli. Hal ini
mengisyaratkan sangat wajibnya sholat jum‟at dalam keadaan sibuk
apapun.
Dengan demikian sholat juma‟t sangatlah penting, dan apabila
disyaratkan dalam melaksanakan shalat jum‟at itu dengan tidak boleh
65

kurang dari 40 orang, maka apabila ada suatu Desa yang masanya
kurang dari 40 orang dia tidak akan pernah melakukan perintah Allah
yang satu ini, dan ini berarti bahwa perintah Allah tidak fleksibel dan
universal.
11) Shalat sunnah berjama‟ah
Kebolehan melaksanakan shalat sunnah berjama‟ah merupakan
suatu hal yang sudah tidak aneh lagi, hal semacam ini sudah maklum
di negara kita seperti pelaksanaan shalat witir, taraweh dan lain
sebgainya.
12) Jumlah dalam berdzikir
Mengenai jumlah dalam beberapa bacaan yang dibaca Syekhuna
jelas memiliki sirr (rahasia). Semisal dengan bacaan tasbih, hamdalah
dan takbir yang dibaca setelah magrib dan subuh hanya dibaca tiga
kali, sedangkan pada umumnya dibaca 33 kali. Hal ini hanya
Syekhuna yang mengetahui maksud dan tujuannya (Abdul Hakim,
2001 : 107-111).

5) Ritual Dzikir dan Doa Setelah Shalat


Dalam ajaran Jam‟ah Asy-Syahadatain lebih banyak ditekankan
untuk berjama‟ah, baik berupa shalat fardhu, shalat sunnah maupun
dalam berdzikir. Dzikir ynag dilakukan oleh Jama‟ah Asy-Syahadatain
setelah shalat fardhu berbeda-beda, baik itu bacaan wiridnya ataupun
piji-pujiannya, antara lain :
1. Waktu Subuh
a. Pujian Subuh

‫وم ََّل تَأْ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َوََّل نَ ْوٌم لَوُ َما ِِف‬ ْ ‫اهللُ ََّل إِلَوَ إََِّّل ُى َو‬
ُ ُّ‫اْلَ ُّي الْ َقي‬
‫ض َم ْن ذَا الَّ ِذي يَ ْش َف ُع ِعْن َدهُ إََِّّل بِِإ ْذنِِو‬ ِ ‫ات َوَما ِِف ْاْل َْر‬ ِ ‫السماو‬
َ َ َّ
‫ْي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما َخ ْل َف ُه ْم َوََّل ُُِييطُو َن بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِعلْ ِم ِو‬ َ ْ َ‫يَ ْعلَ ُم َما ب‬
66

‫ودهُ ِح ْفظُ ُه َما‬ ِ َّ ‫إََِّّل ِِبَا َشاء و ِسع ُكرِسيُّو‬


ُ ُ‫ض َوََّل يَئ‬
َ ‫الس َم َاوات َو ْاْل َْر‬ ُ ْ َ ََ
7× ‫يم‬ ِ ِ
ُ ‫َوُى َو الْ َعل ُّي الْ َعظ‬
Artinya :“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya),
Yang tiada Mengantuk dan tiada pula tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang ada di langit dan bumi. Tiada yang dapat memberi syafa‟at di
sisi Allah tanpa idzin-Nya. Allah mengetahui apa apa yang ada
dihadapan merka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak
mengetahuiapa apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang di
kehendaki-Nya. Luas singgasana-Nya meliputi seluruh langit dan
bumi,Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya Dan
Allah Maha Tinggi dan maha Agung”.
b. Bacaan setelah shalat (aurod ba‟da shalat subuh)
1) Membaca syahadat 3 x dengan diakhiri kalimat Wassalam 3x
dan kalimat wassalim.
2) Istighfar 11 x, Tasbih 3 x, hamdalah 3 x, Takbir 3 x, Laa Ilaaha
Illallah 100 x, Allah 33 x, Allah huu 7 x, Huu 11 x, dilanjutkan
surat Al-Ikhlas sampai selesai, membaca ayat kursi, membaca
surat AL-Qodr, membaca shalawat 11 x. kemudian bertawassul
kepada Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, bertawassul
kepada Rasulullah serta malaikat Jibril Mikail dan bertawasul
kepada Rasulullah serta ahlul baitnya dan guru-guru meraka.
Setelah itu berdiri membentuk lingkaran dengan membaca Al-
Barjanzi (marhaban), membaca suart Al-Fiil dan membaca
shalawat tunjina (Abdul hakim, 2001 : 17-27)
2. Waktu Dhuhur
a. Pujian Dhuhur

ِ ْ ‫ربَّنَا ياربَّنَا ظَلَمنَا أَنْ ُفسنَا وإِ ْن ََل تَ ْغ ِفر لَنَا وتَر َْحنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن‬
َ ‫اْلَاس ِر‬
‫ين‬ َ ْ َْ ْ ْ َ َ ْ ََ َ
Artinya :“Yaa Robb, Kami menganiaya diri kami sendiri jikalau
tidak engkau ampuni dan kasihi tentulah kami menjadi orang yang
merugi”.
67

Kemudian dilanjutkan dengan bahasa jawa dengan kalimat sebagai


berikut :

Turunane ibu Hawa bapa Adam


Gelem netepi pengaturan iman Islam
Artinya : “Keturunanya (manusia) Nabi Adam dan siti Hawa harus
mampu meneguhkan iman dan melaksanakan hukum Islam.”
Gage wudu tandang sholat rong rokaat
Gawe gedong ning suarga nikmat rohat
Artinya : “Cepatlah berwudhu kemudian lakukan sholat dua rokaat
untuk mendapatkan nikmat di surga, yaitu di bangunkan istana yang
megah untuk istirahat.”
Gedong suarga bata emas perak selaka
Mambu kasturija faron kangge dika
Artinya : “Istana di surga terbuat dari emas, perak dan tembaga dan
baunya seperti minyak kasturi dan jakfaron. Itu untuk anda.”
Sapa wonge pengen sugih dunya akherat
Awan kerja bengi kerja aja keliwat
Artinya : “Barang siapa ingin kaya dunia akherat, maka di siang hari
harus kerja dan di malam hari jangan terlewat untuk beribadah
kepada Allah Swt.”
Ayu sholat kula kebeh berjamaah
Gage kumpul berjamaah olih hikmah
Artinya : “Marilah kita semua shalat dengan berjama‟ah, cepat
berkumpul untuk shalat berjama‟ah, nanti mendapatkan hikmah dari
Allah Swt.”
Ya himahe wong kang sholat berjamaah
Drajat pitu likur seneng nemu bungah
Artinya : “Adapun hikmahnya orang yang shalat berjama‟ah, akan
menemukan kebahagiaan, yaitu mendapatkan pahala 27 derajat.”
Senejana ora khusyu ning atine
Sebab nyata imam lan makmum pada bodone
68

Artinya : “ Walaupun dihatinya tidak khusyu‟, sebab sudah nyata


imam dan makmun sama-sama tidak mengerti.”

Ya diterima solate banget rageme


Sebab ngurip-ngurip agama islame
Artinya : “Iya shalatnya di diterima, sebab mengidupkan agama
Islamnya
Batuk niba sikil madal sujud syukur
Dedongane mugi slamet subur makmur
Artinya : “Menempelkan kening dan menetapkan kaki di tempat
shalat untuk sujud syukur. Kemudian memohon kepada Allah
semoga di berikan keselamatan, kesuburan dan kemakmurann di
dunia akherat.”
Allah Allah ya Allah gusti pangeran
Nuhun kiat ibadah kula lagi blajaran
Artinya : “Allah Allah Tuhan ku, mohon kiat ibadah sebab saya
sedang belajar.”
Mlarat ning dunya olih mangan olih nginum
Mlarat akhirat mangane ya mung ri zakum
Artinya : Miskin di dunia masih dapat makan dan minum, tetapi
miskin di akherat akan mendapatkan makanan dari duri pohon
zakum.
Den inumi godaan timah banget panase
Ayo donga muja muji awak kula
Artinya : “Dan di kasih minuman timah yang sangat panas, dengan
demikian marilah kita memuji kepada Allah untuk keselamatan diri
kita.”
Nuhun dirobah nasib kula ingkang ala
Gusti nuhun panjang umur jembar rizki
69

Artinya : “Memohon kepada Allah untuk merubah nasib kita yang


jelek dan memohon di panjangkan umurnya serta di lapangkan
rizkinya.”
Mugi Allah nolak blai sa puniki
Amin amin ya Allah robbul alamin
Artinya : Semoga Allah sekarang menjauhkan bahaya, amin amin
Ya Allah Tuhan semesta alam.
Nuhun diqobul doa kula tiang miskin
Amin amin ya Allah robbul alamin
Mugi slamet sedayane tiang mukmin
Artinya : “Memohon kepada Allah semoga doa kita dan orang
miskin di kabulkan, amin amin Ya Allah Tuhan semesta Alam. Dan
semoga semua orang mukmin selamat dunia akherat.”
(Abdul hakim, 2001 : 35-36)
b. Bacaan setelah shalat
1) Membaca syahadat 3 x, dikahiri kalimat Wassalm 2 x dan
Wassalim.
2) Istighfar 7 x, Laa Ilaa Ha Illallah 11 x, membaca sholawat 7 x.
kemudian bertawassul kepada Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi
Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub. Bertawassul kepada malaikat
Isrofil dan malaikat Izroil, bertawasul kepada Nabi Muhammad
beserta ahlul baitnya. Setelah itu membaca al-Barjanzi,
membaca surat An-Nasr, membaca Tasbih 3 x, membaca doa
sapu jagat 3 x, sholawat Tunjina 3 x, ayat kursi, membaca suart
AL-Qodar, membaca kalimat salimna kholisna 40 x dan kalimat
Robbun rozzaqun rosidun rofiun rohmanun rohimun 7 x (Abdul
Hakim, 2001 : 37-41).
70

3. Waktu Ashar
a. Puji Ashar

‫اق اَّلَ ْغيَ ْار‬ ِ ‫اَللّه َّم ص ِّل على نُوِر اَّلَنوار وسِّر اَّلَسرار وتِري‬ .b
َْ َ ْ َ ْ ََ َْ ْ َ َ ُ
‫اب الْيَ َس ْار َسيِّ ِدنَا َوَم ْوَّلَنَا َُمَ َّم ٍد ِن الْ ُم ْختَ ْار َوآَلِو‬
ِ ‫اح ب‬
َ ِ َ‫َوم ْفت‬
ِ
‫ضالِو‬ ِ ِ
َ ْ‫ص َحابِو اَّلَ ْخيَ ْار َع َد َد ن َع ِماهلل َو إِف‬
ْ َ‫اَّلَطْ َه ْار َوا‬
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada cahaya
segala cahaya, dan rahasia dari segala yang rahasia, dan
penangkal segala serangan, dan kunci pintu kemudahan,
baginda kami dan junjungan kami Nabi Muhammad selaku
orang pilihan dan keluarganya yang suci bersih serta para
shahabatnya yang terpilih yang mendapat nikmat
keutamaannya dari Allah”

c. Bacaan setelah shalat


1) Membaca syahadat 3 x diakhiri dengan kalimat Wasallam 2 x
dan Wasallim.
2) Istighfar 7 x, laa ilaa ha illallah 11 x, sholawat 7x bertawasul
kepada Nabi Yusuf, Ayyub, Syu‟aib, Harun, Musa. Kemudian
bertawassul kepada malaikat Munkar, Nakir. Membaca kalimat
Ya Muhaymin ya salam sallimna walmuslimin bin Nabi khoiril
anam wabi ummil mu‟minin alhasan tsumal khusain linnabi
qurrotul ain nurruhun kal qomaroin jadduhum shollu alaih.
Setelah itu bertawassul kepada Nabi Muhammad beserta ahlul
baitnya, marhaban (membaca al-barjanzi), membaca surat al-
Fiil. Membaca kalimat salamung qawlam min robbir rohim
wamtazul yawma ayyuhal mujrimun. Membaca doa sapu jagat 3
x, shalawat tunjina, ayat kursi, surat al-Qodr, membaca kalimat
sallimna kholilisna 40 x dan dilanjutkan dengan membaca
surat al-Waqi‟ah (Abdul Hakim, 2001 : 43-49)
4. Waktu Magrib
a. Pujian Magrib
71

Membaca ayat kursi 7 x


ِ
‫بْي‬
ُ ْ ‫اشْي ُخنَا الْ ُم‬
َ َ‫اْلَ ْبي ُر ي‬
ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اشْي ُخنَا ا ْهلَ ِاد ْي ي‬
َ َ‫اشْي ُخنَا الْ َعلْي ُم ي‬ َ ‫ي‬
, ُ‫اَ ْش َه ُد اَ ْن َّلَ اِلوَ اَِّلَّ اهلل‬
‫ظ‬ُ ‫اْلَِفْي‬
ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اْلَ ِمْي ُد ي‬
َ َ‫اشْي ُخنَا الْ َق ِوْْيُ ي‬ ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اَل ي‬ ُّ ‫اشْي ُخنَا الْ َو‬ َ َ‫ي‬
, ِ‫َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُمَ َّم ًدا َّر ُس ْو ُل اهلل‬
× 2 ‫ص ْحبِ ِو َو َسلَّ ْم‬ ‫و‬ ِِ‫اَللّه َّم ص ِّل علَى سيِّ ِدنَا َُم َّم ٍد وعلَى اَل‬
‫و‬
ََ ََ َ َ َ َ ُ
ِ
‫بْي‬
ُ ْ ‫اشْي ُخنَا الْ ُم‬
َ َ‫اْلَ ْبي ُر ي‬
ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اشْي ُخنَا ا ْهلَ ِاد ْي ي‬
َ َ‫اشْي ُخنَا الْ َعلْي ُم ي‬ َ َ‫ي‬
, ُ‫اَ ْش َه ُد اَ ْن َّلَ اِلوَ اَِّلَّ اهلل‬
‫ظ‬ُ ‫اْلَِفْي‬
ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اْلَ ِمْي ُد ي‬
َ َ‫اشْي ُخنَا الْ َق ِوْْيُ ي‬ ْ ‫اشْي ُخنَا‬ َ َ‫اَل ي‬ ُّ ‫اشْي ُخنَا الْ َو‬ َ َ‫ي‬
, ِ‫َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُمَ َّم ًدا َّر ُس ْو ُل اهلل‬
‫ص ْحبِ ِو َو َسلِّ ْم‬ ِِ ٍ ِ
َ ‫ص ِّل َعلى َسيِّدنا َُمَ َّمد َو َعلَى اَلو َو‬ َ ‫اَللّ ُه َّم‬
×7 ‫ظ‬ ُ ‫اح ِفْي‬ َِ ‫ياى ِادي ياعلِيم ياخبِي ر يامبْي يا وِاَل ي‬
َ َ‫اْحْي ُد يَاقَ ِوْْيُ ي‬ َ ْ َ َ ُْ ُ َ ُْ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ
b. Bacaan setelah shalat
1) Membaca syahadat 3 x diakhiri wasallam 2 x dan wassalim.
2) Istighfar 7 x, tasbih 3 x, hamdalah 3 x, takbir 3 x, laa ilaa ha
illah 11 x, shalawat 7 x, kemudian bertawassul kepada Nabi
Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, dan bertawassul kepada
malaikat Rokib, Atid, bertawassul kepada Nabi Muhammad
beserta keluarganyaa, membaca al-Qodar, membaca suart al-
Fiil dan membaca sapu jagat 3 x (Abdul Hakim, 2001 : 53-56)
5. Waktu Isya
a. Pujian Isya

‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا َُمَ َّم ٍد‬


َ ‫اَللّ ُه َّم‬
Artinya :“Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada
baginda kami Nabi Muhammad”
72

b. Bacaan setelah shalat


1) Membaca syahadat 3 x diakhiri dengan kalimat wassalam 2 x dan
wassalim.
2) Istighfar 7 x, laa ilaa ha illallah 11 x, membaca shalawat 7 x,
kemudian bertawasul kepada Nabi Yunus, Zakariya, Yahya, Isa,
dan Nabi Muhammad beserta ahlul baitnya dan bertawasul kepada
Malaikat Malik dan Ridwan. Marhaban (membaca Al-Barjanzi),
membaca surat an-Nasr, tasbih 3 x, doa sapu jagat 3 x, shalawat
tunjina, ayat kursi, surat al-Qodar dan membaca kalimat sallimna
kholisna 40 x.
Kemudian membaca nadzom yang ditulis dalam bahasa jawa,
yaitu:
Cekelana warna nenem aja samar
Pasti nemu isi dunya kang digelar
Artinya : “Peganglah enam (6) warna jangan ragu, pasti kamu
akan menemukan isi dunia yang ada.”
Sapa wonge pengen padang mata atine
Aja kauluwan fajar sira ing tangine
Artinya : “Barang siapa ingin cerah mata hatinya, bangunlah
sebelum fajar tiba untuk melakukan shalat-shalat sunnah.”
Zaman patang puluh bengi nuli-nuli
Pengen eling Allah rosul den ganduli
Artinya : “Selama waktu empat puluh (40) hari terus-menerus,
untuk ingat kepada Allah dan Rasulnya, maka pegangglah.”
Yen kepengen sira santri kudu ngepeng
Sholat tahajud waktu bengi ingkang anteng
Artinya : “Jika kamu (santri) ingin maka harus bersungguh-
sungguh untuk shalat tahajud di waktu malam dengan istiqamah.”
Zaman patang puluh bengi aja batal
Slamet kubure manjing suarga sira halal
73

Artinya : “Selama 40 hari janganlah batal, maka kamu akan


selamet dari siksa kubur dan surga halal untukmu.”
Yen kepotan kita lekas balik maning
Ngantem tahajud supaya atine bening
Artinya : “Jika tertinggal kamu harus mengulanginya kembali,
melakukan shalat tahajud supaya hatinya bening.”
Aja mang-mang guru iku go gandulan
Ngaji syahadat dalan eling ing pengeran
Artinya : “Jangan ragu-ragu untuk berpegang teguh pada guru
yang mengajarkan syahadat (Abah Umar), yang menjadi jalan
untuk ingat kepada Allah.
Ba‟da magrib baca hadi atawa ngaji
Ba‟da isya aja ngobrol terus muji
Artinya : “Setelah shalat magrib bacalah hadiyu atau mengaji,
kemudian setelah shalat isya jangan ngobrol, tapi berdzikirlah
kepada Allah.”
Ayu batur ribut-ribut gembleng syahadat
Kira landep keslametan dunya akherat
Artinya : “Wahai saudaraku, ayo rame-rame memperdalam
syahadat sampai benar-benar faham, supaya kita selamat dunia
dan ahkerat.”
Saban waktu ambekan aja keliwat
Eling Allah kebeh badan ning syahadat
Artinya : “Setiap waktu kita bernafas jangan terlewat, semua
badan kita untuk ingat Allah dengan memperdalam syahadat.”
Bener dewek jare batur hadis quran
Pasti timbul subur makmur keadilan
Artinya : “kebenaran harus menurut al-Quran dan hadits, supaya
timbul subur dan keadilan.”
74

Innallaha ala kulli syaiing kodir


Sing priyatin akhir umur dadi kafir
Artinya : “Sesungguhnya Allah adalah dzat yang mengusai atas
segala sesuatu, maka kita harus prihatin sampe akhir hayat supaya
tidak menjadi kafir.”
Malaikat kang sepuluh manjing badan
Nyurung ruh tekang dengkul blolih dalan
Artinya : “Malaikat yang sepuluh masuk badan, mendorong ruh
sampai dengkul tidak ada jalan.”

Iblis teka ngrupa embok bapa guru


Goda iman wong naja kon keliru
Artinya : “Iblis datang menyamar ibu, bapak dan guru, untuk
menggoda iman orang yang sakaratul maut supaya
menyeleweng.”
Wong kang naja banget lara panas ngorong
Iblis teka gawa banyu luwih nyaring
Artinya : “Orang yang sakaratul maut sangat sakit sekali, seperti
rasa haus di waktu panas. Iblis datang menggoda membawa air
yang lebih dingin dengan tujuan supaya orang tersebut mati dalam
keaadaan jelek. “
Iblis bujuk sira manut iki banyune
Tekadena pengeran langka ning atine
Artinya : “Iblis membujuk kamu ini airnya, untuk meyakinkan
bahwa Allah sudah tidak ada dihatinya.”
Nuli antuk terus nanggapi banyune
Izroil teka terus nempel ning tangane
Artinya : “kemudian kamu menerima air dari iblis, datanglah
izroil terus menempel ditanganya.
75

Izroil terus nyabut ruh kafir warnae


Den nrimakena malaikat malik tangane
Artinya : “Kemudian izaroil menyabut ruh warnanya kafir, lalu di
serahkan kepada malaikat Malik.
Ayu priyatin kang huwatir ning dunyane
Akhir umur bokan blolih ngaourane
Artinya : “Hedaklah kita harus prihatin dan hati-hati hidup di
dunia, khawatir di akhir umur tidak dapat kebahagiaan dunia
akherat.”
Kurang mangan kurang seneng kurang turu
Wedi tekad lampah ucape keliru
Artinya : “kurang makan, kurang bahagia, kurang tidur, khawatir
keyakinan dan ucapan tersesat.” (Abdul Hakim, 2001 : 75-78).

D. Jama’ah Tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara Desa Kubang


Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon

1. Keberadaan Jama‟ah Asy-Syahadatain di Wanantara


Jama‟ah adalah sebuah forum dan komunitas yang berfungsi
sebagai ajang silaturahim dan komunikasi dalam rangka menyamakan
persepsi tentang visi dan misi organisasi dan jama‟ah. Kedisiplinan
dalam organisasi jama‟ah bisa mempengaruhi dalam kualitas
melaksanakan kegiatan dalam jama‟ah tersebut. Hal ini dibuktikan
dengan pengendalian oleh pemimpin yang professional akan
menghasilkan optimalitas kegiatan.
Adapun respon masyarakat terhadap keberadaan jama‟ah Asy-
Syahadatain di Wanantara,maka untuk mendapatkan data tentang hal
tersebut penulis melakukan observsi dan wawancara dengan sebagian
masyarakat wanantara yang menjadi anggota jama‟ah Asy-Syahadatain
maupun dengan masyarakat diluar Wanantara yang bukan anggota dari
76

jama‟ah Asy-Syahadatain. Hal ini dimaksudkan agar ada perbandingan


jawaban dari responden.
Bagi anggota jama‟ah Asy-Syahadatain, mereka sebelum masuk
dalam tarekat tersebut belum begitu paham dan banyak mengenal
karena masih awam tentang dunia tarekat. Apalagi banyak isu
bahwa dunia tarekat hanyalah mementingkan kehidupan akhirat
saja. Tapi setelah masuk menjadi anggota jama‟ah tarekat Asy-
Syahadatain lama-kelamaan mereka menerima kehadiran tarekat
Asy-Syahadatain dan cenderung menjadi aktif dalam mengikuti
kegiatan ritual tarekat tersebut, seperti : pengajian, tawasulan dan
marhabanan, kliwonan dan sebagainya (Wawancara, Agus Salim,
Kamis 10 Juli 2014).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, mereka setelah masuk menjadi


anggota jama‟ah Asy-Syahadatain dan aktif mengikuti kegiatan
ritualnya, mereka mendapatkan perbedaan pada diri mereka, yakni
merasakan ketentraman dan ketenangan jiwa dan berdampak pada
perilaku kehidupan sehari-hari baik dalam hubungan pergaulan dengan
sesama maupun dalam mencari nafkah untuk keperluan hidup yang
senantiasa diliputi dengan rasa aman, sabar, kedamaian dan semangat
hidup. Lebih dari itu, mereka menerima segala keadaan atau ketentuan
yang sudah digariskan oleh Allah Swt.
Contoh lain, misalnya dalam shalat mereka merasa ada
peningkatan nilai kekhusyu‟an dan tawakal serta tabah dalam
menghadapi cobaan hidup. Dalam konteks sosial, mereka merasa
ada keharmonisan dan saling menghargai perbedaan dalam
berinteraksi social dengan masyarakat pada umumnya. Dan yang
lebih urgen lagi, bagi mereka adalah lebih banyak waktu untuk ingat
serta mendekatkan diri kepada Allah Swt (Wawancara, Agus Salim,
Kamis 10 Juli 2014).

Sementara itu, masyarakat yang bukan anggota jama‟ah Asy-


Syahadatain dapat memberikan respon positif atas keberadaan
jama‟ah Asy-Syahadatain di tengah-tengah mereka. Mereka dapat
merasakan suasana yang damai dan tentram serta suasana social
yang egaliter. Hal ini dikarenakan interaksi sosial dengan pengikut
tarekat tersebut berjalan dengan baik (Wawancara, Ihsan, Kamis 10
Juli 2014).
77

Dengan demikian keberadaan jama‟ah Asy-Syahadatain di


Wanantara mendapatkan respon yang baik, bagi anggota jama‟ah Asy-
Syahadatain dapat merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa dan
hubungan sosial yang baik dengan sesama jama‟ah Asy-Syahadatain
serta dengan masyarakat yang bukan jama‟ah Asy-Syahadatain.

2. Kekhasan dari Jam‟ah Asy-Syahadatain


Menurut Abdul Hakim (2001 : 54) dijelaskan bahwa pada
tuntunan Syekhuna (Abah Umar) merupakan tuntunan peribadatan yang
berdasarkan pada sunnah Rasul dan amalan para Salafus Shalih.
Kaitanya terhadap tatacara berpakaian dalam shalat dan beribadah,
Syekhuna menuntun para santrinya untuk berpakaian yang serba putih,
bahkan pakaian yang digunakannya adalah bernuansa Arab yaitu jubah,
sorban dan lain sebagainya, yang menurut halayak umum itu adalah
budaya Arab. Namun menurut mereka pada hakekatnya pakaian seperti
itulah yang digunakan Rasulullah adan segala sesuatu yang dilakukan
Rasul adalah sunnah.
Dalam tuntuan Syekhuna juga terdapat wirid-wirid yang dibaca
dengan posisi berdiri yang dibaca dengan suara keras, yang orientasinya
adalah sebagai bentuk penghormatan kepada asma Nabi Muhammad
SAW. Begitu pula berdoa dengan tangan ke atas, ketika berdoa posisi
tangan harus sampai terlihat putih-putih ketiaknya. Mengenai berdoa ini
terkadang ketika berdoa menggunakan telapak tangannya dan terkadang
pula menggunakan punggung telapak tangnnya (telungkup tangannya).
Sementara Abdul Hakim menjelaskan tentang keutamaan
memakai pakaian putih, qamis dan sorban, antara lain :
1) Keutamaan pakaian putih
Segala sesuatu yang dilakukan Rasulullah adalah sebuah wahyu
dan interprestasi dari Al-Quran dan bukan hanya budaya-budaya dan
tradisi semata.
78

Hal ini menurut mereka dapat ditinjau dari ayat Al-Quran surat
Al-„Arof ayat 31 :

           

    


Artinya : “Wahai anak Adam, pakailah pakaian yang indah dan baik, di
ketika hendak bersembahyang dan makanlah kamu dan minumlah kamu
dan janganlah kamu berlebih lebihan, bahwasanya Allah tiada menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan (berlaku boros)” (T.M. Hasbi Ash-
Shiddiqy, 1995 : 1336-1337).
Berdasarkan ayat di atas merupakan anjuran berhias dengan
berpakain yang bagus dan pantas ketika hendak memasuki masjid (shalat
atau beribadah). Sedangkan pakaian yang dipakai Rsulullah adalah
berupa jubah, imamah atau sorban, kufiyah dan lain sebagainya. Hal ini
menurut mereka bukanlah sekedar budaya Arab yang setiap hari
digunakannya, akan tetapi memakai pakaian berwarna putih itu lebih
utama dan lebih baik serta terjaga kesuciannya (Abdul Hakim, 2001 :
54).
2) Keutamaan Qamis, jubbah dan sorban
Jubbah, sorban dan lain sebagainya merupakan pakaian yang
telah dianjurkan oleh Rsulullah SAW. menurut mereka hal ini telah
dijelaskan oleh para ulama dalam beberapa kitabnya diantaranya sebagai
berikut :

‫و لرجل احسن ثيا بو ويتقمص ويتعمم فاءن اقتصر فثو بان‬


‫قميص معو رداء‬
Artinya : “Hendaklah bagi laki-laki agar memakai sebaik-baik
pakainnya dan hendaklah ia memakai qamis (jubbah), sorban dan
apabila ingin membatasi maka cukuplah memakai dua pakaian yaitu
qamis dengan rida (kain yang dikalungkan dileher).”
79

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pakaian putih, sorban


dan jubbah yang dipakai oleh jama‟ah Asy-Syahadatain ini banyak yang
mengatakan suul adab, dengan alasan bahwa pakaian tersebut adalah
pakaiannya para ulama. Tapi menurut Abdul hakim setelah menelusuri
sumber-sumber hadits dan qaul ulama tidak diketemukan hadits atau
ucapan para salaf yang mengatakan bahwa yang berpakaian demikian itu
dilarang bagi kebanyakan umat, bahkan yang mereka temukan adalah
sunnah rasul. Oleh sebab itu dianjurkan para umat Islam untuk
memakainya dengan tujuan mengikuti rasul maka ia akan mendapat
keutamaan dari Allah, tetapi apabila memakainya dengan tujuan
kesombongan dan ria, maka hal itu akan merusak dirinya sendiri karena
ria merupakan panyakit yabg harus dihindari dalam segala hal (Abdul
hakim, 2001 : 59-61).

Anda mungkin juga menyukai