BAB III
DESKRIPSI UMUM TAREKAT ASY-SYAHADATAIN
DI WANANTARA DESA KUBANG KECAMATAN TALUN
KABUPATEN CIREBON
tahun 1937 kelompok pengajian ini menghimpun dua puluh orang anggota.
Pengajian ini selanjutnya dikenal dengan “Pengajian Abah Umar.”
Melihat aktivitas pengajian dan kebiasaab berkumpul di kediamaan
Habib Umar, pemerintah colonial merasa curiga dan menganggap
pengajian tersebut membahayakan misi kolonialisasinya. Dengan tuduhan
menggangu stabilitas, Habib Umar ditangkap dan dipenjarakan.
Penangkapan ini membuat jamaah pengajian marah, dan kemudian mereka
melakukan perlawanan frontal terhadap pemerintah colonial. Akibatnya
tidak sedikit para antek Belanda terbunuh akibat sasaran amuk mereka.
Setelah tiga bulan mendekam di penjara, Habib Umar kemudian
dibebaskan.
Pada tahun 1940, Habib Umar menjadikan kediamanya sebagai basis
perjuangan melawan Belanda. Dikediamanya itulah Habib Umar
mengajarkan ilmu olah kanuragan kepada pemuda di daerahnya. Pada
tanggal 24 Agustus 1940, untuk kedua kalinya Habib Umar ditangkap dan
pengajianya ditutup. Pada saat itu, Belanda menawarkan bentuk kerja
sama, namun Habib Umar menolaknya. Penolakan ini mengakibatkan
siksaan dan hukuman atas dirinya diperberat. Pada 20 Februari 1941,
Habib kembali dibebaskan.
Selepas dari penjara, Habib Umar semakin aktif dalam perjuangan
melawan penjajah. Beberapa kiai dan masyarakat setempat-K. Ahmad
Sujak (Bobos Palimanan), Abdul Halim (Majalengka), Syamsuri
(Wanantara), Kiai Musthafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjil), KH.
Mukhidin dan KH. Abdullah.
Pada masa pendudukan Jepang, terbit undang-undang yang
melarang pengajaran huruf Arab. Menyingkapi undang-undang, Habib
Umar menolaknya karena pelarangan tersebut merupakan ajakan terhadap
umat Islam untuk meninggalkan al-Qur‟an. Pelarangan ini, tegas Habib
Umar, merupakan perbuatan syirik.
Pada tahun 1947, Habib Umar mengajar di kelompok pengajian
yang diberi nama “Jama‟ah Syahadatin”. Berkenaan dengan jama‟ah yang
37
saat jama‟ah tersebut mengalami vacum of power. Baru pada tahun 1976,
dimana pemerintah turun tangan, diadakan musyawarah untuk memilih
pemimpin baru (A Mujib dkk, 2006:237-240).
Perkembangan tarekat Asy-Syahadatain di Wanantara Desa
Wanasaba Kidul Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dibawa oleh
murid Syekhunal Mukarrom (Abah Umar) yang memang berasal dari
Wanantara, yaitu KH. Ahmad Ridwan Yasin bin KH. Asyikin. Pada
awalanya KH. Ahmad Ridwan Yasin tidak langsung menerima begitu
saja ajaran yang dibawa oleh Abah Umar, melainkan membuktikan
dulu apakah ajaran syahadatain yang dibawah oleh Abah Umar itu
berdasarkan al-Quran dan Hadits tidak. Kemudian, setelah ditelaah
secara mendalam ternyata ajaran syahadatain Abah Umar tidak
bersebrangan dengan al-Quran dan Hadits.
2. Letak Geografis
dihidupkan kembali oleh Abah Umar seperti berpakaian sorban jubah putih
disaat sholat, hal ini merupakan hal asing dizaman Abah Umar
menjalankan dan mengajarkan, bahkan banyak ulama yang mengatakan
sesat kepada Abah Umar dengan alasan hal tersebut (pemakaian jubah
putih).
Hadits tersebut berbunyi :
ال الَّ ِذيْ َن ُُْييُ ْو َن ُسن َِِّت َويُ َعلِّ ُم ْونَ َها ِ
َ َُعلَى ُخلَ َفا ِئ َر ْْحَةُ اهللِ قْي َل َوَم ْن ُخلَ َفائ
َ َك ق
ِعبَ َاد اهلل
Artinya: “Semoga rahmat Allah ditetapkan bagi para kholifahku. Beliau
ditanya: siapakah para kholifahmu tuan? Beliau menjawab: mereka
adalah orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya
kepada hamba-hamba Allah.”
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa Abah Umar adalah
termasuk dari Khalifah Rasul yang mendaptkan rahmat dan keutamaan dari
Allah swt. Karena beliau telah menghidupkan dan mengajarkan sunnah-
sunnah Rasulullah saw. dizaman sekarang ini.
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Abah Umar
adalah seorang Guru Mursyid Kamil yang telah menuntut ummat manusia
pada keutamaan peribadatan sebagai penguat keimanan, serta beliau telah
mengajarkan sunnah-sunnah rasul dengan istiqamah, sehingga beliau dapat
dikategorikan sebagai Kholifatur Rasul yang mendapatkan Nur
Muhammad karena beliau memenuhi syarat-syarat tersebut di atas. Jadi
jelaslah orang yang tidak berguru pada Abah Umar adalah orang yang
merugi. Sebagaimana nadzom jawa berikut :
Syekhunal Mukarrom pengajake ora sulaya
Ngajak muride kebeh dikon pada mulya
Artinya : “Syekhunal Mukarrom (Abah Umar) ajakannya tidak ingkar
untuk mengajak semua muridnya untuk mulia.” (Abdul hakim, 2001 : 119-
124)
45
4) Modal
Modal adalah istilah bagi sebuah ritual yang bertujuan membuat
modal untuk kehidupan di akherat kelak dengan benyak berdzikir. Dzikir
yang dibacanya di khususkan dengan peraturan ynag ditentukan oleh
syekhuna, namun jumlahnya disesuaikan dengan permintaan dari para
salknya, dan waktunya sampai dia selesai membacanya sesuai dnegan
jumlah yang dimintanya. Tujuan dari modal ini memohon kepada Allah
dengan Asma-asma-Nya mendapatkan berlimpah keberkahan dan
kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Modal ini dimulainnya pada hari senin ba‟da ashar, dengan
bacaannya sebagai berikut :
- Dari waktu ashar sampai magrib membaca “Ya Kafi Ya Mubin Ya
kafi Ya Mughni Ya Fattah Ya Rozzaq Ya Rohman Ya Rohim”
- Dari waktu magrib sampai subuh membaca “Ya Kafi Ya Mubin Ya
Kafi Ya Mughni”
- Dari waktu subuh sampai ashar membaca “Ya Fattaaah Ya Rozzaq
Ya Rohman Ya Rohim”
Sedangkan jumlah bacaannya tergantung pada santri
memintannya, sebagai contoh apabila meminta modalnya 5 juta, maka
harus membaca wirid tersebut sebanyak 5 juta kali, dan tanpa ada batas
waktunya (Abdul Hakim, 2011 : 77).
5) Karcis
Karcis adalah istilah untuk proses ritual yang kelima, yaitu
membaca beberapa wirid khusus yang dibarengi dengan shalat dhuha,
shalat tahajud, dan puji dina selama 40 hari. Sedangkan tujuannya adalah
mendapatkan pengakuan (karcis/tanda bukti) sebagai murid Syekhunal
Mukarrom.
Disamping amalan dan bacaan di atas tersebut, karcis memiliki
bacaan tersendiri yaitu :
a. Syahadat shalawat 3 x
b. Shalawat tunjina 3 x
48
c. Ya Nur Ya Mubin…..dst.
d. Inna Fatahna Mubin 1 x
e. Ya Kafi Ya Mughni 100 x
f. Ya Ghonni 100 x
g. Ya Hu 11 x
h. Huwallohu ahad Allohussomad lam walam yulad walam yakul lahu
kufuwan ahad 1 x
i. Ya Fattah Ya Rozzaq 100 x
j. Ya Rohman Ya Rohim 100 x
k. Ya Robbana Ya Ghoffar 44 x
l. Ya Ghoffar 100 x
m. Ya Robbana Ya Ghoffur 44 x
n. Ya Ghoffur Aliman Ghoffar Ya Hayyu…….sampai minadz
dzolimin. Kemudian berdoa, Ya Allah….., dan lanjutkan dengan
membaca Inna Fathna….dst. 100 x (Abdul Hakim, 2011 : 77-78).
2. Penerapan maqom tasawuf/thoroqotul auliya
Menurut Abdul Hakim (2011 : 78) sebagai jalan menuju pada
kesempurnaan yang hakiki, maka dalam Tuntunan Syekhuna diterapkan
dua suluk, yaitu perkoro songo dan perkoro nenem.
1) Perkoro Songo
Perkoro songo adalah sembilan sifat kewalian menurut para ahli
tasawuf. Dalam Tuntunan Syekhuna terdapat doa yang berbunyi: “Ya Allah
Ya Rsulullah pasrah anak kula lan ahli-ahli kula sedaya, kula niat belajar
ngelampahi perkawis ingkang sanga senunggal niat belajar taubat, kaping
kalih niat belajar kona‟ah, kaping tiga niat belajar zuhud, kaping sekawan
niat belajar tawakal, kaping lima niat belajar muhafadzoh ala sunnah,
kaping nenem niat belajar ta‟allamul ilmi, kaping pitu niat belajar ikhlas,
kaping wolu niat belajar uzlah, kaping sanga niat belajar hifdzul awkot,
ngilari kanggo sangu urip senenge ibadah”. Dengan doa tersebut memiliki
dua arti yaitu perintah belajar untuk melaksanakan sembilan macam sifat
kewalian tersebut, dan yang kedua memohon kepada Allah untuk
49
a) Sholat Dhuha
Sholat dhuha adalah sholat yang dikerjakan setelah terbit matahari
sampai waktu dhuhur. Jumlah rokaatnya maksimal 12 rokaat.
b) Sholat Tahajud
Sholat tahajud adalah sholat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam sampai waktu subuh. Jumlah roka‟atnya tidak terbatas. Mengenai
keutamaannya banyak sekali.
c) Sidik
Sidik adalah benar dalam perkataan, keyakinan dan perbuatan. Artinya
Tuntunan Syekhuna membimbing manusia untuk berkata, bertekad, dan
berbuat benar.
d) Membaca Al-quran
Membaca Al-quran merupakan kegemaran para sahabat, karena
memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Oleh sebab itu, dalam Tuntunan
Syekhuna dianjurkan membaca Al-quran setiap hari, minimal membaca
ayat sebelum dan sesudah fajar.
e) Netepi Hak buang batal
Yaitu mejalankan yang hak dan meninggalkan yang batal. Artinya
menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya baik berupa fardhu
maupun sunnah, dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya.
f) Eling Pengeran
Eling Allah (ingat Allah) adalah hidupnya hati dengan selalu
dzikir/ingat Allah. Atau belajar untuk selalu berdzikir.
Dengan pelaksanaan enam macam pengamalan ini, seorang hamba
akan benar-benar mendapatkan kenikmatan hidup di dunia maupun di
akhirat (Abdul Hakim, 2011 : 80-81).
3) Implementasi Uzlah dalam Tuntunan Syekhuna
Menurut Abdul Hakim (2011 : 87) uzlah adalah menghindarkan diri
dari keramaian terutama dari keramaian hawa nafsu. Artinya uzlah adalah
52
memenjarakan diri untuk mengosongkan diri cinta dunia dan diisi dengan
cinta kepada Allah.
Dalam Tuntunan Syekhuna, pelaksanaan uzlah itu melalui banyak
cara. Disamping uzlah syar‟i yaitu dengan menyendiri/menutup diri sehari
semalam, maupun uzlah hakiki, yaitu dengan menahan hawa nafsu dari
keinginan dunia, seperti yang dilaksanakan pada bentuk-bentuk ibadah
sebagai berikut :
1) I‟tikaf Magrib sampai Isya
I‟tikaf dari waktu magrib sampai isya merupakan perbuatannya para
salafus sholih, dan ini merupakan bentuk ibadah yang berat untuk
dilaksanakan dan memiliki keutamaan yang amat besar. Oleh sebab itu,
dalam Tuntunan Syekhuna diterapkan wirid-wirid yang dibaca secara
berjama‟ah untuk diamalkan dari waktu magrib sampai isya tersebut menjadi
kebiasaan dan tidak berat lagi bagi para santri Syekhuna.
Mengenai keutamaannya terdapat dalam beberapa kitab salaf,
diantaranya yaitu dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali sebagai berikut :
تِ ات والتَّو ُّس ََلِ ِ ِ ِ (وأ ََّما) ما ي ْفعل لَيل قَبل الْ َفج ِر ِمن الت
َ َ ََّسابْي ِح َو ْاْل ْستغَاث
َ ْ ْ َْ ًْ َُ ُ َ َ
ِ َّش ْ ك ِم َن ِ ِ
اط َ ث َعلَى الن ِّ َاْل ً ْالْ َم ْعُرفَةُ بِ ْْلَبَد فَبِ ْد َعةٌ َح َسنَةٌ أَي
َ ضا َوََّل ََيْ َفى َم ِاِف ذَل
لِْلعِبَا د
Artinya :“(dan adapun) sesuatu amalan yang dilaksanakan pada malam hari
sebelum fajar seperti tasbih, istighosah, dan tawasul yang selama ini kita
ketahui, maka itu adalah bid‟ah hasanah (baik) dan tidak samar lagi tujuan
dari amalan tersebut yaitu untuk mendorong giatnya beribadah.” (Abdul
Hakim, 2011 : 84).
4) Aurod Ati Salim
Aurod Ati Salim adalah wirid yang dibaca setelah shalat tahajud. Wirid
ini dibaca sebelum Tawasul Fajar, hal ini dilakukan sebagai penguat hati
dalam mempertahankan keimanan dari godaan syetan yang dilakukan di
54
ُّح َف ِة ِ ِِ
ْ اعةُ إِ َجابَة َك َذا ِِف الت
َ ضا أَ ْن ُك ُّل لَْي لَة فْي َها َس َ َوُرِو
ً ْي أَي
Artinya:“Dan diriwayatkan juga bahwa sesungguhnya pada setiap malam
terdapat didalamnnya waktu mustajab (mudah terkabul). Seperti yang
terdapat dalam kitab tuhfah.” (Abdul Hakim, 2011 : 84).
5) Puji Dina
Puji Dina adalah wirid yang dibaca setiap hari, dengan bacaan yang
berbeda pada setiap harinya. Cara membacanya tidaklah diharuskan di
masjid, tetapi dimana saja kita berada dan pada kondisi apapun. Hal ini sesuai
dengan pelaksanaan uzlah, bahwa uzlah adalah menyendiri untuk berdzikir
ditengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan dunia.
Ayu batur puji dina di tandangi
Kanggo muji zaman sedina sewengi
Artinya : “Wahai saudara ku, hendaklah kita memuji hari (wirid setiap hari)
untuk memuji kepada Allah sehari semalam.
Cangkem ngucap ning ati aja keliwat
Nuhun hasil futuh ilmu kang manfaat
Artinya : “Mulut mengucap di hati juga jangan terlewat, memohon kepada
Allah terbukanya hasil ilmu yang manfaaat (Abdul Hakim, 2001 : 85).
Adapun maksud nadzom di atas adalah bahwa manusia setiap hari
harus mampu menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk berdzir kepada
Allah. Dengan tujuan untuk memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah
Swt.
4) Metode Dzikir dalam Tuntuan Syekhuna
a. Tawassul
Menurut Abdul Hakim (2011 : 85) tawassul dalam arti bahasa
adalah perantara, segala sesuatu yang menggunakan perantara adalah
tawasul. Sebagai contoh makan, dalam praktiknya nasi sebagai perantara
dalam mengenyangkan perut, artinya manusia bertawasul kepada nasi
55
ت ُد ُم ْوعُ ُه ْم ِ ذَ َكروا اهلل مادوا َكما ََتِي ُد الشَّجر ِِف الْي وِم الش
ِّ َّديْ ِد
ْ الريْ ِح َو َجَر َْ َُ ْ َ ُْ َ ُ
َعلَى ثِيَاِبِِ ْم
Artinya : “Dan meriwayatkan Imam Hafidz Abu Nu‟aim Ahmad Ibnu
Adillah Al-Isfihani dengan sanadnya dari Ali bin Abi Tholib ra. Bahwa
beliau pada suatu hari menerangkan keadaan para sahabat, beliau
berkata : ketika mereka berdzikir kepada Allah, mereka bergerak-gerak
seperti geraknya pohon yang dihembus oleh angin kencang (besar) dan
air mata mereka mengalir membasahi pakaian meraka.”
Dalam tuntunan syekhuna juga terdapat wirid-wirid yang dibaca
dengan posisi berdiri, hal ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada
asma Nabi Muhammad SAW yang dibaca. Begitu pula berdoa dengan
tangan ke atas, ketika berdoa posisi tangan harus sampai terlihat putih-
putih ketiaknya. Mengenai berdoa ini terkadang ketika berdoa
menggunakan telapak tangannya dan terkadang pula menggunakan
punggung telapak tangannya (telungkup tangannya) (Abdul hakim, 2001
: 96).
Tawassul yang dilakukan di Wanantara, yaitu dilakukan setiap
malam senin dan malam selasa setelah shalat magrib sampai
menjelang datangnya waktu shalat isya. Mereka melaksanakanya
semata-mata mengamalkan apa yang ada pada tuntunan syekhuna
serta bertunjuan dakwah Islam dan mempererat tali persaudaran
yang orientasinya meraih keridhoan Allah SWT (Wawancara,
Amir, 4 Juli 2014)
b. Marhaban
Marahaban menurut bahasa adalah ucapan selamat datang,
sedangkan menurut istilah adalah pengucapan selamat datang kepada
kedatangan Nabi Muhammad SAW dalam tugasnya di muka bumi.
Sedangkan dalam konteks Asy-Syahadatain adalah hormat Nabi
SAW dengan pembacaan Al-Barjanzi dan beberapa pujian kepada
Baginda Nabi dan Ahlul Bait sebagai implementasi cintanya kepada
59
ابِ َاْلَط ْ َخ ٌذ بِيَ ِد عُ َمَر بْ ِن ِ ُكنَّا مع النَِِّب صلى اهلل عليو وسلم وىو أ
ََُ ِّ َ َ
َل ِم ْن ُك ِّل َشْي ِئ إََِّّل ِم ْن
ََّ ِب إَّ َح
َتأ َ ْ َْلَن, يَا َر ُس ْوَل اهلل: ال لَوُ عُ َمُر َ فَ َق
ِ والَّ ِذى نَ ْف ِسى بِي ِده, ََّل: ال النَِِّب صلى اهلل عليو و سلم ِ
َ َ ُّ َ فَ َق.نَ ْفسى
تَ ْ فَِإنَّوُ آل َن َواهلل َْلَن: ُال لَو َ فَ َق.كَ ك ِم ْن نَ ْف ِس َ ب إِلَْي َ َح َِّت أَ ُك ْو َن أ
َّ َح
اآل َن يَا عُ َمُر: ال النَِِّب صلى اهلل عليو و سلم َ فَ َق.َل ِم ْن نَ ْف ِسى
ََّّ ِب إ
َّ َحَأ
Artinya : “Dulu kami pernah bersama Nabi, sedangkan beliau waktu itu
menggandeng tangan Umar bin Khattab ra. Maka Umar berkata kepada
Nabi SAW. ya Rasulullah sesungguhnya engkau lebih aku cintai
dibanding lainnya, kecuali diri saya sendiri. Maka Nabi bersabda :
Tidak, dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya (kekuasaan-Nya),
sehingga aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri. Maka Umar
berkata : kalau demikian sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai
daripada diriku sendiri. Nabi lalu berkata : Sekarang wahai Umar
(sekarang sudah sempurna imanmu wahai Umar).”
Dalam tuntunan syekhuna, cinta kepada Rasulullah dan Ahlu
baitnya merupakan pokok utama dalam menapaki jalan menunuju ridho
Allah. Marhaban dan tawassul merupakan dua peninggalan/warisan dan
wasiat Syekhunal Mukarrom untuk para santrinya, sebagai salah satu
cara memohon syafa‟at kepada Rasulullah Saw., sehingga salah satu
sarat menjadi santrinya adalah istiqamah dalam menajalankan marhaban
dan tawassul tersebut (Abdul Hakim, 2001 : 96-98).
60
“Allah Huu..”, baru kemudiam “Hu..”. dari tata urutan wirid tersebut,
jelaslah bahwa lafazd “Hu..” merupakan dhomir (kata ganti) yang
kembali kepada Allah. Cara membacanya, disaat membaca „Hu..”
nafas dikeluarkan. Kemudian menarik nafas dengan mengucapkan
“Allah” di dalam hati, dan begitulah seterusnya hingga sudah merasa
mendekati eling, barulah dilanjutkan dengan bacaan “Hu…Allah”
artinya Allah yang ada di dalam hati dikeluarkan dengan keras.
Dengan tujuan melatih hati untuk belajar eling (Abdul Hakim, 2001 :
104-105).
6) Menyebutkan kalimat Ali Jibril (keluarga jibril)
Dalam tuntunan syekhuna terdapat doa yang bertawasul kepada
para Nabi, wali, dan para Malaikat seperti berikut :
kurang dari 40 orang, maka apabila ada suatu Desa yang masanya
kurang dari 40 orang dia tidak akan pernah melakukan perintah Allah
yang satu ini, dan ini berarti bahwa perintah Allah tidak fleksibel dan
universal.
11) Shalat sunnah berjama‟ah
Kebolehan melaksanakan shalat sunnah berjama‟ah merupakan
suatu hal yang sudah tidak aneh lagi, hal semacam ini sudah maklum
di negara kita seperti pelaksanaan shalat witir, taraweh dan lain
sebgainya.
12) Jumlah dalam berdzikir
Mengenai jumlah dalam beberapa bacaan yang dibaca Syekhuna
jelas memiliki sirr (rahasia). Semisal dengan bacaan tasbih, hamdalah
dan takbir yang dibaca setelah magrib dan subuh hanya dibaca tiga
kali, sedangkan pada umumnya dibaca 33 kali. Hal ini hanya
Syekhuna yang mengetahui maksud dan tujuannya (Abdul Hakim,
2001 : 107-111).
وم ََّل تَأْ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َوََّل نَ ْوٌم لَوُ َما ِِف ْ اهللُ ََّل إِلَوَ إََِّّل ُى َو
ُ ُّاْلَ ُّي الْ َقي
ض َم ْن ذَا الَّ ِذي يَ ْش َف ُع ِعْن َدهُ إََِّّل بِِإ ْذنِِو ِ ات َوَما ِِف ْاْل َْر ِ السماو
َ َ َّ
ْي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما َخ ْل َف ُه ْم َوََّل ُُِييطُو َن بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِعلْ ِم ِو َ ْ َيَ ْعلَ ُم َما ب
66
ِ ْ ربَّنَا ياربَّنَا ظَلَمنَا أَنْ ُفسنَا وإِ ْن ََل تَ ْغ ِفر لَنَا وتَر َْحنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن
َ اْلَاس ِر
ين َ ْ َْ ْ ْ َ َ ْ ََ َ
Artinya :“Yaa Robb, Kami menganiaya diri kami sendiri jikalau
tidak engkau ampuni dan kasihi tentulah kami menjadi orang yang
merugi”.
67
3. Waktu Ashar
a. Puji Ashar
اق اَّلَ ْغيَ ْار ِ اَللّه َّم ص ِّل على نُوِر اَّلَنوار وسِّر اَّلَسرار وتِري .b
َْ َ ْ َ ْ ََ َْ ْ َ َ ُ
اب الْيَ َس ْار َسيِّ ِدنَا َوَم ْوَّلَنَا َُمَ َّم ٍد ِن الْ ُم ْختَ ْار َوآَلِو
ِ اح ب
َ ِ ََوم ْفت
ِ
ضالِو ِ ِ
َ ْص َحابِو اَّلَ ْخيَ ْار َع َد َد ن َع ِماهلل َو إِف
ْ َاَّلَطْ َه ْار َوا
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada cahaya
segala cahaya, dan rahasia dari segala yang rahasia, dan
penangkal segala serangan, dan kunci pintu kemudahan,
baginda kami dan junjungan kami Nabi Muhammad selaku
orang pilihan dan keluarganya yang suci bersih serta para
shahabatnya yang terpilih yang mendapat nikmat
keutamaannya dari Allah”
Hal ini menurut mereka dapat ditinjau dari ayat Al-Quran surat
Al-„Arof ayat 31 :