Anda di halaman 1dari 4

DUA SHOLAWAT MULTIFUNGSI

Dipublikasi pada 25 Desember 2012 oleh wongalus

4 Votes
SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL AZHIIM. WA
QOOMAT BIHII AWAALIMULLAHIL AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ALAA
MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL AZHIIM. WA ALAA AALI
NABIYYILLAHIL AZHIIM. BIQODRI AZHOMATI DZAATILLAHIL
AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ADADAMA FII
ILMILLAHIL
AZHIIM.
SHOLAATAN
DAA
IMATANM
BIDAWAAMILLAAHIL
AZHIIM.
TAZHIIMAL
LIHAQQIKA
YAA
MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL AZHIIM.
WASALLIM ALAYHI WA ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA
BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMATA BAYNAR RUUHI WANAFS,
ZHOOHIROW
WABAATHINAA,
YAQHZHOTAW
WAMANAAMAA.
WAJALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMIIIL WUJUUHI FID
DUNYAA QOBLAL AAKHIROTI YAA AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah
Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan dengannya
berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat tersampaikan atas
pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang Agung. Dan atas
keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat Allah yang
Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam Ilmu
Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung.
(sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang
memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta
keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau
sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam
keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku,
sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari akhir,
wahai Zat yang memiliki Keagungan.
Ada sebuah peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah
Habib Abu Bakar bin Abdullah Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD

BIN IDRIS secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam
tas pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf melihat
cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu memberitahukan apa
yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar berkata kepadanya, Tas ku ini
hanya berisi pakaian dan shalawat. habib Abu Bakar lalu menunjukan sholawat itu
kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani
(1173 1253 H / 1760 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat
Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz
bin Masud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami
perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini
disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat
yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran
yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki
hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah,
Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah.
Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris
menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya Salsabil Muin
fi Tharaa-iqul Arbaiin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah
Mutabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan
murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang
diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib,
di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang
didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu
Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi
Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah
Shalawat Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi
Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syariat Tarekat ini
menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh
al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah.
Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi alKhathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat AlIdrisiyyah diteruskan oleh Syekh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah
ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot,
berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya
mengenakan cadar hitam. Jamaahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti
merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat

berjamaah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan
secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak
berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau
Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad
bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah
berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal
oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jamaah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu
bada Maghrib hingga Isya dan bada Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di
Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadangkadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama
Hadiqatur Riyahin yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari
berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad
wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca
Al-Quran
satu
Juz,
Membaca
Itighfar
Shagir
100
kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR
ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ADADA MAA WASIAHUU
ILMULLAH.
Membaca
Sholawat
Ummiyyah
100
kali,
Membaca
Yaa
Hayyu
Yaa
Qoyyuum
1000
kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah,
lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat tahajjud dan
membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah bada Shubuh hingga terbit
Fajar.
@@@
SHOLAWAT SYEKH HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
BaAlawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN
NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI
SHALAWATULLAH WA ANBIYAIHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA
AWLIYAIHI, WA YANFAUNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM
WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ALAA AWLADINA WA
ABNAAINA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN

AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH


BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda Sayidina Muhammad
Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya, dengan
shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan
Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan
kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak
cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang
mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di
dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah al-Arifbillah Al-Walid al-Habib
Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya BaAlawy. Shalawat luar biasa yang
mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada, yang manfaat serta barakahnya
menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan keluarga kerabat kita. Boleh di baca
sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.

Anda mungkin juga menyukai