Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Khanifudin
Rici Triono Prasetiawan
2 Ulya

‫العلم‬
Ilmu menurut ahli logika (mantiq) adalah pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui dari sisi
kepastian atau dugaan, yang sesuai dengan kenyataan atau yang bertentangan dengan kenyataan.
Jika kamu melihat bayangan dari kejauhan, dan kamu menyadari bahwa itu adalah manusia, kemudian
kamu meyakini terhadap hal tersebut, dan faktanya itu adalah manusia, maka pemahamanmu adalah
pengetahuan pasti (mutlak) sesuai dengan kenyataan. Jika kamu hanya menduga/menyangka bahwa bayangan
tersebut adalah manusia, maka pemahamanmu adalah pengetahuan yang bersifat dugaan sesuai dengan
faktanya.
Jika pada kenyataannya apa yang kamu lihat bukanlah manusia, pohon misalnya. maka persepsimu pada
gambar yang pertama adalah pengetahuan yang pasti (mutlak) yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan
persepsi kamu pada gambaran yang kedua adalah pengetahuan yang bersifat dugaan yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, kepercayaan manuasia bahwa bumi itu datar bukanlah bulat adalah suatu
ilmu pengetahuan yang pasti (mutlak) yang tidak sesuai dengan kenyataan.
IImu menurut pakar mantiq adalah kemampuan hati untuk memahami (idrak) secara umum, meskipun
tidak mantap atau tidak sesuai dengan kenyataan, yang mencakup dhan (dugaan), jahl murakab (kebodohan
berlapis), tashawwur an-nisbat al-maskukah wa al-mutawahammah (menggambarkan penyandaran hukum
yang diragukan dar yang dikJrayalkan). Pengertian idrak dalam hal ini adalah tercapainya sebuah makna secara
sempurna di dalam hati. Sedangkan tercapainya sebuah makna tidak secara sempuma di dalam hati disebut
syu’ur (perasaan).1
Dalam memaknai ilmu terjadi perbedaan pendapat antara ulama pakar ushul dan pakar mantiq, sebagaimana
disampaikan Syekh Al- 'Adawy:
a. Menurut ulama pakar ushul, ilmu adalah keyakinan yang mantap dan sesuai dengan kenyataan, serta
diperoleh dari sebuah da1il.
b. Menurut ulama pakar mantiq. ilmu adalah suatu gambaran yang tertangkap di dalam hati, baik dalam
bentuk kenyataan (i'tiqad), dugaan (dhan) atau kebodohan yang berlapis (jahl murukkab).2
ILMU DIBAGI MENJADI TASHAWWUR (IMAJINASI /KHAYALAN) DAN TASHDIQ
(KEYAKINAN)
1. TASHAWWUR / IMAJINASI adalah memahami tentang keyakinan kata-kata tanpa menolak untuk
disandarkan kepada sesuatu perkara atau menyangkal sesuatu tentang kata-kata tersebut, seperti
pemahaman untuk mengetahui arti kata “‫ “ أنت‬,” ‫ “ طاهر‬,” ‫” أحمد‬, dan “ ‫” هي‬. Dan tujuh pengetahuan
lainnya, Seperti persepsi arti “ ‫ “ طائر‬,” ‫” أنت‬, dan “ ‫” شجرة‬.
2. TASHDIQ adalah memahami penisbatan secara utuh antara dua kata, atau memahami hukum secara
pasti dengan disandarkan pada sesuatu perkara atau menyangkalnya. Seperti yang kita ketahuai bahwa
muhammd Abduh adalah tokoh pembaru islam, dan bahwa Indonesia adalah negara kaya, Seperti yang
kita sadari bahwa Mesir tidak berada di Asia, dan bahwa langit tidak berada di bawah kita.
PEMBAGIAN TASHAWWUR & TASHDIQ
Setiap Tashawaur dan Tashdiq dibagi menjadi dua bagian;

1
Terjemah kitab "Sulam al-Munawraq karya Syekh Abdurrahman bin Muhammad As-Shaghir Al-Ahdhari”, oleh KH.Abdulloh
Kafabihi Mahrus Pengasuh Pon.Pes. Lirboyo, Darul Azka dan Nailul Huda.
2
Terjemah kitab "Sulam al-Munawraq karya Syekh Abdurrahman bin Muhammad As-Shaghir Al-Ahdhari”, oleh KH.Abdulloh
Kafabihi Mahrus Pengasuh Pon.Pes. Lirboyo, Darul Azka dan Nailul Huda.
1. BADIHY (PASTI): adalah sesuatu yang tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan, seperti
membayangkan lapar, haus, dingin, dan panas; dan seperti percaya bahwa satu hal tidak dapat berada di
dua tempat dalam satu waktu, dan percaya bahwa setengah dari dua adalah satu.
2. NADHARIY (PERHITUNGAN): adalah suatu perkara yang dihasilkan melalui proses analisa dan
pemikiran. seperti gambaran hakikat tenaga listrik, ruh, dan radio ; Seperti percaya bahwa ‘alam (dunia)
adalah suatu hal yang baru, dan bahwa orang mati akan dibangkitkan dari kubur. Fakta-fakta ini adalah
persepsi yang tidak mungkin yang terwujudkan kecuali setelah pemikiran yang panjang dan
pertimbangan yang cermat.
Bagan berikut ini menunjukkan apa yang telah di uraikan di atas dengan ringkas :

‫العلم‬

‫تصديق‬ ‫تصور‬

‫نظرى‬ ‫بديهى‬ ‫نظرى‬ ‫بديهى‬

?‫الداللة وأنواعها‬
Ad-dilalah adalah suatu perkara yang bemberikan pemahanan untuk perkara yang lain. Perkara pertama
disebut maddlul (yang ditunjukkan), dan perkara kedua disebut dal (yang menunjukkan).
Dilalah dibagi menjadi dua :
a) Dilalah Lafdziyyah : Yaitu dilalah yang berbentuk lafadz atau suara, dilalah ini dibagi menjadi tiga
macam :
1) Thabi'iyyah : yaitu sesuatu yang menjadi petunjuk untuk perantara sifat alami (pembawaan).
Seperti, Suara rintihan yang mengindikasikan adanya rasa sakit.
2) ‘Aqliyah : yaitu sesuatu yang menjadi petunjuk untuk analisa akal. Seperti, Suara / ucapan di
dalam kamar menunjukan adanya orang di dalamnya.
3) Wadh'iyyah : yaitu sesuatu yang menjadi petunjuk untuk ketetapan istilah. Seperti, kata-kata
yang memiliki makna untuk menentukan bahasa.
b) Dilalah Ghairu Lafdziyyah : yaitu Dilalah yang tidak berbentuk lafadz atau suara, dilalah ini dibagi
menjadi tiga macam juga :
1) Thabi'iyyah : yaitu sesuatu yang menjadi petunjuk untuk perantara sifat alami (pembawaan).
Seperti, Merahnya wajah menunjukkan rasa malu.
2) ‘Aqliyyah : yaitu sesuatu yang menjadi petunjuk untuk analisa akal. Seperti, perubahan tatanan
kamar menyebabkan perbahan keluarnya manusia dari kamar.

3) Wadh’iyayah : yaitu perkara yang menjadi petunjuk sesuatu terhadap istilah yang menunjukan
makna yang dapat dipahami. Seperti, tali (pita) yang berwarna hitam menunjukan sikap
kesedihan orang eropa.

Macam-macam dilalah tersebut dijelaskan dengan ringkas pada bagan berikut ini :
‫الداللة‬

‫غير لفظية‬ ‫لفظية‬

‫وضعية‬ ‫عقلية‬ ‫طبيعية‬ ‫وضعية‬ ‫عقلية‬ ‫طبيعية‬

Dilalah yang dimaksud dalam ilmu mantiq adalah jenis dilalah lafdziyyah yang ke-tiga, yaitu dilalah
lafdziyyah wadh’iyyah.
Dilalah lafdziyyah wadh’iyyah dibagi menjadi tiga bagian :
1. Muthobiqiyyah : yaitu lafadz yang menunjukan kesempurnaan dari makna topiknya. Seperti, kecepatan
berlari menjadi tanda hewan kuda, Sebuah rumah yang menunjukan terdiri dari kumpulan tiang,
dinding, dan atap yang melengkung.
2. Tadhommuniyyah : yaitu lafadz yang menunjukan bagian dari makna topiknya. Seperti, sebuah rumah
yang menunjukan adanya dinding-dinding saja.
3. Tizamiyyah : yaitu lafadz yang menunjukan atas sesuatu yang keluar dari makna lazim-nya. Seperti
sebuah atap menjadi beban tenhadap tiang,
Untuk ringkasan dari pembahasan ini yaitu :

‫الداللة اللفظية الواضعية‬

‫التزامية‬ ‫تضمنية‬ ‫مطابقية‬

Anda mungkin juga menyukai