Anda di halaman 1dari 17

Bab 1 Bab 2

Pengantar Ilmu Mantiq Fatwa Ulama Tentang Ilmu Mantiq

Berpikir merupakan tuntutan bagi setiap manusia yang berakal, karena tugas Para Ulama berbeda pendapat dalam memberikan penjelasan tentang
utama akal adalah berpikir. Manusia yang berakal tidak akan terlepas dari hukum mempelajari ilmu Mantiq, ada tiga pendapat, yaitu :
aktivitas berpikir setiap jam, menit, bahkan detik. Tapi yang menjadi objek 1. Ulama yang berpendapat Haram.
pemikirannya ada yang positif dan ada yang negative, ada yang sistematis dan Pendapat ini dikemukakan oleh dua tokoh Ulama, yaitu: Ibnu
ada yang tidak. Shalah (Taqiyyuddîn Abu ‘Amr Utsman bin Abdurrahman bin Utsman
Untuk membentuk pemikiran seseorang menjadi sistematis maka penulis bin Musa al-Kurdi al-Syahrazuri; 577-643 H) dan Imam Nawawi (Abu
menyarankan untuk mempelajari, memahami dan mempraktekkan ilmu mantiq. Zakaria Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-
Selain membentuk pemikiran yang ideal juga menjembatani pemikiran untuk Dimasyqiy: 631-676 H)  Penyusun kitab Riyadhush Sholihin, Arbain
memahami filsapat, sebagian tokoh berpendapat bahwa ilmu mantiq adalah ilmu Nawawi, dan lain-lain.
pengantar menuju filsapat. 2. Ulama yang berpendapat Boleh dan bahkan dianjurkan
Melalui buku ini penulis berharap bisa membantu menjembatani para mempelajarinya.
pembaca untuk memperdalam ilmu mantiq, sehingga bisa menjadi washilah untuk Pendapat ini di gagas oleh Imam Al-Ghozali (Abu Hamid
memperdalam ilmu filsapat. Muhammad bin Muhammad al Ghazali Ath-Thusi Asy-Syafi'i: 450 - 14
Jumadil Akhir 505 H)
3. Ulama yang berpendapat Boleh.
bagi seorang yang memiliki akal dan hati sempurna  serta
memahami betul  Al-Qur’an dan Hadits, ini menurut pendapat yang
masyhur. 
Bab 3 b. Tashdiq (persepsi), yaitu memahami atau mengetahui adanya
Pengertian dan Ilmu nisbat/relasi/ hubungan antara konsep-konsep yang ada, baik
sesuai kenyataan atau tidak. seperti pemahaman bahwa air laut
Ilmu menurut ahli mantiq (logika) ialah perihal mengetahui sesuatu itu asin, langit berada di atas kita, Langit dicipta oleh Allah swt, dll
yang sebelumnya tidak diketahui, baik secara yaqin atau hanya dhann
(dugaan), sesuai dengan kenyataan atau tidak. Seperti contoh seseorang yang
melihat bayangan dari arah jauh dan ia mengetahui bahwa dia adalah
manusia, dia yaqin betul dan kenyataannya bayangan tersebut adalah
manusia, maka pengetahuan (penemuan) orang itu disebut Ilmu (buah
fikiran) yang pasti benar. Tetapi jika melihat bayangan tersebut hanya
menduga dan kenyataanya memang demikian, maka hal tersebut disebut
ilmu dhann yang sesuai dengan kenyataan (benar). Ilmu itu dibagi menjadi
dua, yaitu ;
1.      Ilmu Qodim
Pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Allah SWT, pengetahuan
yang sifatnya tak terbatas (Allah Maha Mengetahui ; al-Aliim). Dan
Mantiq bukan membahas ilmu ini.
2.      Ilmu Hadist (baru)
Pengetahuan dimiliki oleh manusia secara keseluruhan.Ilmu inilah
yang menjadi pembahasan ilmu Mantiq ( Logika ). Di lihat dari cara
memahami suatu hal, ilmu ini ada dua jenis :
a. Tashawwur (konsepsi), yaitu memahami atau mengetahui lafazh
mufrad (tunggal) seperti pemahaman seseorang  terhadap arti
lafazh : pohon, lemari, nyawa, aliran listrik, dll.
Bab 4 Bab 5
Ilmu Hadist (Ilmu manusia) Definisi dan Hujjah

1.  Ilmu Dhoruri ( Aksiomatis ), adalah mendapatkan suatu pengetahuan, Definisi menurut ahli Mantiq adalah lafazh yang memberikan
tanpa membutuhkan Ta’ammul (angan-angan, renungan, pemikiran atau kepahaman tentang makna lafazh mufrad (tashawwur/konsepsi).
analisa).   Contoh: Ibu menyuruh anaknya ke warung membeli lumpur. Si anak
2. Ilmu Nadhori (Spekulatif) adalah mendapatkan suatu pengetahuan, dengan bingung buat apa lumpur, padahal lumpur adalah  tanah. Setelah dijelaskan
disertai ta’ammul (angan-angan, renungan, pemikiran atau analisa). bahwa lumpur adalah kue maka sang anak langsung paham.
Hujjah maksudnya adalah kias (silogisme), kias menurut istilah ahli
Mantiq adalah lafazh yang memberi pengertian pada tashdiq.
Contoh: Ungkapan alam raya ini berubah-rubah dan setiap yang berubah
adalah makhluk, ungkapan ini mengantarkan pada kesimpulan Alam Raya
adalah makhluk.
o        Aqliyyah, yaitu dalalah yang bedasarkan akal seperti, perubahan tatanan
Bab 6 barang-barang di dalam kamar menunjukkan adanya orang di dalam kamar.
Dalalah (penunjuk) o        Wadh’iyyah, yaitu dalalah yang berupa penetapan seperti, bendera
setengah tiang menandakan berkabung
Dalalah (penunjuk) adalah sesuatu yang dapat menunjukkan suatu
pengertian. Dalalah dibagi menjadi dua, yaitu : Bab 7
              Dalalah lafdhiyah,  ialah tanda yang berupa bentuk kata, misalnya: Rumah, Dalalah Wadh’iyyah
menunjukkan bangunan tempat tinggal yang terdiri dari dinding Di dalam Ilmu Mantiq Dalalah lafhdiyyah Wadh’iyyah itu ada tiga
(papan/tembok), tiang, atap, pintu dan lainnya.. macam, yaitu:
Dalalah Lafdhiyah (tanda yang berupa kata) itu terbagi menjadi tiga macam,           Dalalah Muthabaqah (Denotasi lengkap), yaoitu apabila maknaya
yaitu; sepenuhnya selaras dengan arti lengkapnya. Seperti makna sapi pada kalimat
o        Thabi’iyah, yaitu dalalah yang bersifat pembawaan, seperti suara ‘Aduh” “saya membeli sapi” yang dimaksud sapi disini keselurihan sapi secara
(rintihan) menunjukkan sakit. makna dan arti.
o        Aqliyyah, yaitu dalalah yang berdasarkan akal, seperti suara dalam ruangan           Dalalah Tadhammun (Denotasi Implikasi), yaitu apabila makna yang
menunjukkan ada orang di dalamnya dimaksudkan hanya sebagian saja dari arti penuhnya. Kalimat “saya
o        Wadh’iyyah, yaitu dalalah yang berdasarkan penetapan istilah, seperti es menyembelih sapi” yang di maksud disini hanyalah sebagian tubuh sapi.
teh, menunjukkan minuman teh diberi es.           Dalalah Iltizam (Dinotasi Inhern), yaitu apabila makna yang dimaksudkan
adalah pengertian lain tetapi merupakan hal lazim yang ada pada kata
              Dalalah Ghairu lafdhiyah, ialah yang bukan berbentuk kata,  misalnya: tersebut seperti kalimat “saya menarik sapi”. Sapi dalam kalimat di sini
Merah muda, menunjukkan malu. pengertiannya adalah tali yang merupakan kelaziman bagi sapi
Dalalah Ghoiru Lafzhiyyah (tanda yang bukan berupa kata) terbagi menjadi
tiga yaitu:
o        Thabi’iyah, yaitu dalalah yang bersifat pembawaan, seperti, merah muda,
menunjukkan malu.
b.      Juz’iy (Partikuler), kebaikan kulliy, yaitu Term yang menunjukkan satu
obyek saja. Contoh: Ahmad, Presiden Republik Indonesia pertama.
 LAFAZH DAN PEMBAGIANNYA 3.      Pembagian Lafazh Mufrad Kulliy
Kulliy (Term Simpel Universal) terbagi menjadi dua, yaitu:
Bab 8 a.          Dzati (Substansional), yaitu jika pengertian dari Kulliy itu bagian dari
Pembahasan Tentang Kata-Kata hakekat Juz’i sebagiannya, seperti Hewan (Unsur Animalitas) dan Natiq
(Unsur rasionalitas) dinisbatkan pada manusia. Manusia hakekatnya hewan
Kata adalah bunyi atau satuan yang mengandung arti tertentu. (sebagian) dan manusia hakekatnya berfikir (sebagian). Hewan sebagian dari
Sedangkan Kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung pikiran yang pengertian manusia. Manusia sama dengan hewan yang berfikir
sempurna atau lengkap. Kalimat dalam tata bahasa sama dengan proposisi ( (seluruhnya).
‫ )القضية‬dalam ilmu logika (‫)المنطق‬. Kata bisa disebut juga Terma atau logika, b.          Aridhi (Accidental), yaitu jika pengertian dari Kulliy tidak termasuk dalam
tetapi tidak semua dapat dianggap Terma meskipun setiap Terma terdiri dari hakekat Juz’i (sebagian)nya. Seperti Gubernur dinisbatkan kepada Sutiyoso,
kata. Gubernur bukan termasuk nhakekat Sutiyoso, buktinya kalau Sutiyoso tidak
1.      Pembagian Kata jadi Gubernur maka lafazh Gubernur tidak bisa lagi dinisbatkan ke Sutiyoso.
Lafazh yang musta’mal (term) itu terbagi menjadi dua macam, yaitu; 4.      Pembagian Kulliyyat (Klarifikasi)
a.      Murakkab (komposit), jika term itu terdiri dari lebih dari satu kata. Lafazh Kulliyat lima (Klasifikasi predicable) disebut juga Pradicabel.
murakkab (term komposit) meskipun dari kata mempunyai arti sendiri- Pradicable adalah nama-nama jenis predikat dalam hubungannya dengan
sendiri tetapi jika digabungkan hanya menjadi satu pengertian. Contoh; subyek.
rumah sakit, kuda putih dll. Menurut Prophyrius, predicable itu ada lima macam yaitu :
b.      Mufrad (simpel), jika term itu terdiri dari satu kata atau satu istilah. Contoh: 1.  Jinsi (‫)الجنس‬, yaitu himpunan golongan-golongan yamng menunjukkan
Manusia, negara dll. hakekat sesuatu yang berbeda tetapi terpadu oleh persamaan sifat, seperti
2.      Pembagian Lafazh Mufrad term “Hewan” merupakan genus dan golongan, manusia merupakan species.
Lafzh Mufrad itu terbagi menjadi dua macam, yaitu : Genus lebih umum daripada species.
a.      Kulliy (Universal) adalah term yang dapat dipergunakan bagi setiap anggota 2.  Fashol (‫)الفصل‬, artinya perbedaan, yaitu suatu atribut atau kumpulan atribut-
suatau kelas dengan arti yang sama. Contoh: Manusia, sekolah, hewan dll. atribut yang membedakan suatu kelas/golongan/species dengan genus yang
sama. Contih, Rasionalitas memisahkan manusia dari golongan-golongan 3.      Jinis wasath (‫)الجنس الوسط‬, ialah genus-genus yang diatas dan bawahnya
hewan lain. terdapat genus lain. Contoh, jasad hidup (An-Nami) diatas ada genus jasad di
3.  Ardh  (‫)العرض‬, yaitu atribut yang bukan merupakan sebagian dari konotasi bawahnya ada genus hewan.
(hakekat) term dan tidak merupakan kelanjutan dari konotasi itu. Contoh,
Hitam, bukan atribut kusus bagi manusia, tapi anggota lainpun memiliki
atribut hitam, seperti hewan.
4.  Nau’ (‫وع‬55‫)الن‬, yaitu kelompok dari (individu) yang menunjukkan hakekat
kebersamaan bentuknya dan sifat-sifat tertentu yang membedakannya
dengangan dari golongan lain. Contoh, Term manusia, setiap individu
memperlihatkan persamaan bentuk yang membedakan adalah kemampuan
berfikir.
5.  Khosh (‫اص‬55‫)الخ‬, yaitu satu atribut atau kumpulan atribut tambahan yang
dimiliki secara husus oleh setiap individu golongan. Seperti tertawa, bagi
manusia tertawa bukanlah hakekat tapi itu kusus ada pada manusia, selain
manusia tidak ada tertawa.

5.      Pembagian jinis


Jinis  dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Jins qorib (‫)الجنس القريب‬, ialah genus yang dibawahnya tidak terdapat genus
lain, hanya ada kelas-kelas, golongan-golongan dan di atasnya terdapat genus
yang paling tinggi. Contoh, Term Hewan, di bawahnya sudah tidak ada genus
lain. Al-Jins Al-Qarib ini disebut juga dengan Al-jins Al-Safil.
2.      Jinis ba’id ( 5‫)الجنس البعيد‬, ialah genus yang di atasnya tidak ad genus lain dan di
bawahnya ada. Contoh, Al-Jauhar yaitu, jasad, jasad hidup dan hewan. Al-Jins
Al-Ba’id disebut juga Al-Jins Al-‘Ali.
Bab 9
Hubungan Lafazh Dengan Arti Bab 10
Kulli-Kulliyyat dan Juz’i-Juziyyat
a.      Pembagian Lafazh Menurut Arti           Al-Kull , artinya menentukan hukum atas sesuatu secara majmuk (umum,
Lafazh Kulliy yang mencakup dari segi arti itu ada lima macam, yaitu : sebagian atau keseluruhan).
1.      Tawathu’ , yaitu lafazh yang mempunyai banyak arti yang semua arti itu           Al-Kulliyyah  artinya menentukan hukum atas sesuatu secara keseluruhan
sama, seperti Manusia. satu persatu.
2.      Tasyakuk , ialah kata yang mempunyai banyak arti tetapi artinya tidak sama,                 Contoh :      - Tiap-tiap yang bernyawa pasti merasakan mati.
seperti kata Cahaya.                               - Tak satupun makhluk hidup kekal di dunia ini.
3.      Takhaluf , ialah suatu kata yang arinya tidak sama dengan kata lain atau           Al-Juz’i artinya menetapkan hukum atas suatu secara tidak keseluruhan
sejumlah lafazh yang memiliki arti sendiri-sendiri, seperti, kata “Manusia” tapi sebagian dari keseluruhan.
dan kata “Kuda”.                 Contoh :      - Sebagian pemuda Indonesia bekerja di luar negri.
4.      Musytarak , ialah suatu kata yang mempunyai arti lebih dari satu, seperti                                - Tak semua pemuda Indonesia bekerja di luar negri.
kata “Amat”, kata ini dapat bermakna sangat bisa juga nama orang.           Al-Juziyyah, artinya satuan suatu yang yang dari satuan itu beserta satuan-
5.      Mutaradif  , ialah sejumlah kata yang berbeda diartikan dengan pengertian satuan lainnya berbentuk Al-Kullu, seperti atap, dinding, lantai adalah bagian
yang sama, seperti kata adat, aturan, kebiasaan dan norma adalah satu arti. dari rumah.
b.      Pembagian Lafazh Murrakab
Lafazh yang Murakkab secara sempurna disebut Kalimat, kalimat itu dibagi
mnjadi dua macam, yaitu :
1.      Thalab yang artinya permintaan. Ini dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.      Amar yang artinya perintah.
b.      Do’a yang artinya permohonan.
c.      Iltimas yang artinya permintaan atau harapan.
2.      Kalimat berita disebut juga keterangan, proposi (‫ )قضية‬kalimat berita inilah
yang menjadi obyek bahasan Ilmu Mantiq (Logika).
Bab 11
Definisi (ta’rif) 2.    Syarat-syarat Definisi
Syarat-syarat definisi harus dipenuhi agar tidak terdapat cacat pada definisi
1.    Pembagian definisi tersebut. Dalam definisi adakalanya istila mu’arrif “‫رف‬5555555‫”مع‬
Definisi terbagi menjadi tiga macam, yaitu : ( Definiens/definisi) dan mu’arraf “‫( ”معرف‬Definiendum/yang diberi definisi).
a.      Definisi Esensial ( ‫ ) الحد‬terbagi menjadi dua macam yaitu; Tam (lengkap) Dalam kitab Sullam Munauraq disebutkan yarat-syarat yang dominan bagi
dan Naqish (tak lengkap). orang yang akan membuat suatu definisi, yaitu:
      Definisi Essensial Lengkap (‫ )الحد التام‬ialah definisi yang tersusun dari jenis       Definisi harus mengandung semua dari yang ada pada Definiendum dan
(genus) terdekat dan sifat pembeda/differentia. Contoh: Manusia adalah tidak memasukkan yang tidak terkandung pada Definiendum, maksudnya
hewan yang berakal.   tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
      Definisi Essensial tak Lengkap (‫ )الحد الناقص‬ialah definisi yang tersusun dari       Definisi harus lebih jelas (lebih umum) dari pada Definiendum, tidak
sifat pembeda/differentia saja atau tersusun dari pembeda/differentia dan sebaliknya.
jenis/genus jauh. Contoh: - Manusia adalah yang berfikir. Manusia adalah       Definisi harus tidak terdiri dari suatu yang sama dengan Definiendum dalam
benda yang berfikir. hal kesamaran.
b.      Definisi Eksidentil (‫ )الرسمى‬juga terbagi menjadi dua yaitu Tam (lengkap) dan       Definisi harus tidak mengandung kiasan (majaz) dengan tanpa ada tanda.
Naqish (tak lengkap).       Definisi tidak boleh menggunakan kata yang musytarak (homonim) yang
      Definisi Eksidental Lengkap (‫ )الرسمى التام‬ialah definisi yang tersusun dari jenis tidak disertai tanda (qorinah).
(genus) terdekat dan  sifat kusus.       Definisi tidak boleh dimasuki ketentuan hukum.
                  Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat membaca.       Definisi Essensial (Had) tidak boleh ada kata atau di dalamnya, tetapi dalam
      Definisi Eksidental tak Lengkap (‫اقص‬55‫مى الن‬55‫ )الرس‬ialah definisi yang hanya Definisi Eksidental boleh.
menyebutkan sifat khusus dan jenis (genus) jauh. Contoh:
Manusia adalah yang dapat tertawa.
Manusia adalah benda yang dapat tertawa.
c.      Definisi Nominal (‫ )اللفظي‬ yaitu menjelaskan sebuah kata dengan kata lain
yang lebih umum dimengerti. Contoh: Nirwana adalah Surga.
PROPOSISI DAN OPPOSISI -          Definitif (‫ ) ُمسوّرة‬ialah Qadhiyyah hamliyyah kulliyyah yang didahului oleh
Bab 12 sur.
Proposisi dan Hukum-Hukumnya -          Indefinitif (‫ ) ُمهــملة‬ialah Qadhiyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah yang
1.    Pengertian Proposisi (Qadhiyyah) tidak idahului oleh sur.
Qadhiyyah (Proposisi) adalah sebuah pernyataan kalimat yang mungkin Sur adalah kata yang menunjukkan kualitas subyek, adakalanya Kulli dan
benar dan mungkin salah ditinjau dari segi kalimat pernyataan itu sendiri. Juz’i.
Qadhiyyah disebut juga Kalam.
Proposisi terdiri dari tiga unsur, yaitu: Subyek (‫ )موضوع‬Predikat (‫ )محمول‬dan b.      Proposisi Kondisional (‫ )قضية شرطية‬dan Pembagiannya
Kopula( ‫بة‬55‫نس‬/‫) رابطة‬. Kopula adalah satu bagian proposisi yang merupakan Yaitu proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat terkait dengan
suatau tanda yang menyatakan hubungan diantara Subyek dan Predikat. syarat. Proposisi Kondisional itu terbagi menjadi dua yaitu :
Contoh: semua manusia adalah bermoral, proposisi ini terdiri term semua 1.      Proposisi Kondisional Hipotetis (‫ )قضية شرطية متصلة‬ialah proposisi kondisional
manusia adalah subyek, bermoral adalah predikat dan adalah dinamai yang hubungan antara subyek dan predikat merupakan hubungan yang tetap.
Kopula. 2.      Proposisi Kondisional Disjunktif  (‫لة‬555‫رطية منفص‬555‫ية ش‬555‫ )قض‬ialah proposisi
2.    Macam-macam Proposisi kondisional yang memastikan adanya hubungan yang berlainan diantara dua
Proposisi (‫ )قضية‬itu terbagi menjadi dua macam, yaitu: Proposisi Kategoris unsur proposisi itu.
dan Proposisi Kondisional. Proposisi Kondisional dipandang dari segi pengantar dan pengiring terbagi
a.          Proposisi Kategoris (‫ )قضية حملية‬dan Pembagiannya menjadi tiga, yaitu:
Yaitu pernyataan yang antara subyek dan predikat tidak terkait dengan suatu 1.              Mani’u Jami’, yaitu terlarang berkumpul antara pengantar (‫ )مقـدم‬dan
syarat. Contoh: Semua makhluk akan sirna. Muhammad adalah utusan Allah. pengiring (‫الي‬555‫ )ت‬dan tidak mungkin dapat bergabung, tapi boleh sepi
Proposisi Kategoris (‫ )قضية حملية‬terbagi menjadi dua macam, yaitu: keduanya.
1.   Proposisi Kategoris Universal (‫ة كلية‬5‫)قضية حملي‬, yaitu proposisi katagori yang 2.              Mani’u Khuluwwin, yaitu terlarang (tiada) satu dengan yang lain, tapi
subyeknya mencakup semua yang dikandungnya. boleh berkumpul keduanya.
Contoh: Manusia adalah makhluk yang bernyawa. 3.              Mani’u Jum’in Wa Khuluwwin, yaitu terlarang sepi dari salah satunya dan 
Proposisi Kategoris Universal di bagi menjadi dua, yaitu: terlarang pula bersatu.
Bentuk proposisi dapat dirumuskan menjadi:
-                  Proposisi Universal Afirmatif (‫)قضية كلية مو جبة‬ Bab 13
-                  Proposisi Universal Negatif (‫)قضية كلية سالبة‬ Tanaqudh (Opposisi)
-                  Proposisi Particuler Afirmatif (‫)قضية جزئية مو جبة‬
-                  Proposisi Particuler Negataif (‫)قضية جزئية سالبة‬ 1.    Pengertin Opposisi (Pertentangan)
Tanaqudh (Opposisi) ialah pertentangan yang terdapat pada dua proposisi
3.    Proposisi Kategoris Individual (‫ية‬55‫ة شخص‬55‫)قضية حملي‬, yaitu proposisi katagoris yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi berbeda dalam
yang subyeknya tidak mencakup semua jenisnya tetapi hanya sebagiannya kualitas atau kuantitasnya sehingga dapat menyebabkan yang lain benar dan
saja. Contoh: Sebagian pejabat itu tidak koropsi. salah.
Proposisi Kategoris ditinjau dari segi predikat (‫ )محمول‬atau kualitasnya ada Contoh: Semua manusia hewan, Sebagian manusia tidak hewan
dua, yaitu: 2.    Bentuk-bentuk Opposisi
1.          Proposisi Affirmatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya Opposisi dalam logika bentuknya ada empat, yaitu:
membenarkan adanya persesuaian hubungan subyek dan predikat. a.          Opposisi Subkontraris, yaitu hubungan antara dua proposisi/individu (‫قضية‬
2.          Proposisi Negatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya menyatakan ‫ية‬55‫ )شخص‬yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi beda
bahwa antara subyek dan predikat tidak ada hubungan sama sekali. kualitasnya.
b.          Opposisi Kontras, yaitu hubungan yang terdapt antara dua proposisi
Universal (‫ )قضية كلية‬yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi
beda kualitasnya.
c.          Opposisi Subalternasi, yaitu hubungan antara Proposisi Universal (‫)قضية كلية‬
dan Proposisi Particuler (‫ )قضية جزئية‬yang sam kualitasnya.
d.          Opposisi Kontradiktaris, yaitu pertentangan antara dua proposisi yang
mempunyai predikat yang sama tetapi berbeda kualitas dan kuantitasnya.
Bab 14 Tartib Thabi’i adalah sesuatau yang urutannya dapat membentuk ma’na dan
Pengubahan Proposisi jika tartib/urutan itu dirubah tentu maksudnya berubah.
Rinkasnya semua proposisi dapat dibuat ‘Aks/pembalikannya, kecuali :
Pengubahan Proposisi (Al-Aksu Al-Mustawi) adalah pembalikan -          Partikular Negatif (‫)الجزئية سالبة‬
Proposisi dilakukan dengan mengubah kedudukan dua bagian, yaitu subyek -          General Negatif (‫)المهملة السالبة‬
dan predikat sehingga yang semula menjadi subyek diubah menjadi predikat -          Hipatetis Disjunktif (‫)شرطية منفصلة‬
dan sebaliknya dengan syarat tetap memelihara kebenaran isi, tidak
merubah kualitas dan kuantitasnya.
Proposisi/keterangan yang pertama disebut dengan proposisi Asli
(Convertend)dan Proposisi yang kedua disebut ‘Aks (Converse).
Contoh: - Asli : Kecepatan transformasi informasi adalah ciri khusus abad
modern.
        - ‘Aks : Ciri khusus abad modern adalah kecepatan transformasi informasi.
Di dalam istilah Logika dikenal tiga jenis ‘Aks, yaitu :
1.      Aksun Mustawi (Conversi)
2.      Aksun Maqidhun Muwafiq (Obversi)
3.      Aksun Naqidun Mukhalif (Kontraposisi)
1.        Proposisi Yang Tidak Dapat Dibuat ‘Aks
Semua proposisi itu dapat dibuat ‘Aks/pembalikannya kecuali proposisi yang
mengandung dua unsur yaitu Salibah (Negatif) dn Juz’iyyah (Partikulatif).
2.        Proposisi Yang Dapat Dibuat ‘Aks
‘Aks atau pembalikan itu tidak dapat berlaku kecuali pada proposisi-
proposisi yang memiliki tertib tabi’i (pasti), proposisi yang memiliki tertib ini
adalah Proposisi Kategoris (‫ )قضية حملية‬dan Proposisi Kategoris Hipatesis(‫قضية‬
‫)شرطية متصلة‬.
QIYAS DAN HUJJAH Qiyas (Silogisme) menurut ahli Mantiq (logika adalah) itu ada dua bagian,
yaitu:
Bab 15 - Iqtirani, disebut juga Hamli (kategoris)
Qiyas dan Hakekatnya         - Istitsna’i, disebut juga Istiranti (hipatis)
1.    Pengerian Qiyas (Silogisme) Qiyas Istirani (silogis Kataagori)
Pembahasan dalam bab ini sebenarnya adalah tentang Istidlal (penyimpulan  Qiyas Istirani ialah Qiyas yang menunjukkan konklusi(‫ )نتيجة‬dengan tegas
secara tak langsung). Istidlal merupakan bab terpenting dalam Ilmu Mantiq yang pasti. Dan Qiyas Iqtirani khusus ada pada proposisi kategori.     
dan merupakan tujuan penting, sebab dengan mempergunakan Istidlal               Contoh:    - Semua manusia adalah makhluk
pikiran dapat mengetahui hal-hal yang belum diketahui. - Semua makhluk akan mati
istidlal ada dua macam yaitu :                         - Semua manusia akan mati
a.      Istidlal Istiqra’i (Induksi), ialah menyimpulkan bedaasar penelitian pada 3.    Aturan-aturan Umum Qiyas Iqtirani
bagian-bagin untuk menentukan suatu hukum yang bersifat umum. Dalam membuat Qiyas Iqtirani harus sesuai dengan aturan yaitu menyusub
b.      Contoh: Semua logam jika dipanaskan pasti memuai. permis-permis dengan menurut aturan yang berlaku.
c.      Istidlal Qiyasi (Detuktif), ialah penyusunan dengan menggunakan keteranga- Premis-premis adalah dasar dari kesimpulan deduktif yang diambil, premis-
keterangan yang telah diakui kebenarannya untuk sampai pada keterangan premis tersebut harus digambarkan sedemikian rupa hingga nampak dengan
tentang sesuatu yang belum diketahui. jelas ada.
Al-Qiyas (Silogisme), adalah suatu bentuk penarikankonklusi secara deduktif Premis Minor  (‫غير‬55‫ة ص‬55‫)مقدم‬    ialah     Proposisi   yang   mengandung   term
tak langsung yang konklusinya ditarik dari permis yang telah disediakan minor (‫)الحد الصغير‬, seperti;  Arak adalh minuman yang memabukkan.
secaara serempak. Contoh: Premis Mayor (‫ )مقدمة كبير‬   ialah  Proposisi   yang  mengandung  term mayor (
-              Anda mengutamakan kepentingan Negara ‫)الحد االكبر‬, seprti; Setiap yang memabukkan adalh haram.
-              Setiap orang yang mengutamakan kepentingan Negara adalah seorang Konklusi (‫ )نتيجة‬ialah Proposisi yang mengandung Term minor dan Term
Nasionalis Mayor, seperti; Arak adalah haram.           
-              Anda adalah seorang Nasionalis             Qiyas itu juga harus mengandung tiga term, yaitu:
2.    Pembagian Qiyas 1.          Term Minor (‫غير‬55‫د الص‬55‫ )الح‬ialah yang menjadi subyek (‫وع‬55‫ )موض‬dalam
proposisi yang menjadi natijah.
2.          Term Mayor (‫ )الحد االكبر‬ialah kata yang menjadi predikat (‫ول‬5‫ )محم‬dalam           Bentuk II (‫)الشكـل الثاني‬
proposisi yang menjadi natijah. Dalam bentuk ini Term Menengah menjadi predikat pada premis minor dan
3.          Term Penengah (‫د الوسط‬55‫ )الح‬ialah kata yang diulang-ulang di dalam dua pada premis mayor. Contoh:
proposisi, yaitu proposisi pertama disebut dengan premis minor dan -          Semua keadilan adalah kebaikan
proposisi yang kedua yang di sebut proposisi mayor. -          Semua kedhaliman itu bukan kebaikan
-          Keadilan bukanlah kebaikan
Bab 16           Bentuk III (‫)الشكـل الثالث‬
Bentuk-Bentuk Silogisme Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi subyek pada premis mayor dan
1.    Pengerian Syakat dan Dharb pada premis minor. Contoh:
Syakal (‫ )الشـكــل‬artinya bentuk, Asyakul Qiyas artinya bentuk-bentuk silogisme -      Semua makhluk berubah
yang berkaitan dengan term-term yang terdapat pada permis- -      Semua makhluk binasa
permis/muqaddimah-muqaddimah Qiyas dalam tidak memperhatikan -      Sebagian yang berubah akan binasa
kualitas dan kuantitas.           Bentuk IV (‫)الشكـل الرابع‬
Dharb (‫ )الضرب‬artinya mode (mood), ialah bentuk silogisme yang ditentukan Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi subyek pada premis minor dan
oleh kualitas (‫ )الكـيف‬dan kuantitas (‫)الكـم‬. predikat pada premis mayor, bentuk ini kebalikan bentuk I. Contoh:
2.    Macam-macam Bentuk Silogisme -          Tak satupun makhluk itu abadi
Bentuk silogisme ditentukan oleh letak Term Menengah yang lambangnya M, -          Sebagian makhluk adalah manusia
berdasarkan letaktersebut terdapat empat syakal silogisme, yaitu: -          Manusia tidak abadi
          Bentuk I (‫)الشكـل األول‬
Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi predikat pada premis minor dan 3.    Aturan Proposisi Konklusi
subyek pada premis mayor. Contoh: Konklusi (Natijah) yang diambil itu harus mengikuti premis yang lemah,
-          Alam raya adalah sesuatu yang berubah maksudnya premis yang partikuler jika dibandingkan dengan yang universal,
-          Sesuatu yang berubah adalah alam dan premis yang negatif jika dibandingkan dengan yang afirmatif,
-          Alam raya adalah baru kesimpulan itu tidak boleh lebih umum daripada premis.
Kata yang bergaris bawah adalah Term Menengah.
4.    Membuang Struktur silogisme Bab 17
Salah satu Silogisme itu boleh dibuang, karena pengertiannya telah dapat Silogisme Eksepsional (Qiyas Istitsna’i)
dipahami. Boleh membuang premis minor, boleh membuang premis mayor
atau membuang konklusi, bahkan kadang-kadang premis dan klokusi a.    Pengertian Qiyas Istisna’
dibuang keduanya. Silogisme Hepotetis disebut juga Silogisme Eksepsional, yaitu silogisme yang
5.    Aturan Dalam Premis premis mayornya terdiri dari pernyataan bersyarat. Disebut Silogisme
Suatu hal yang penting pada silogisme adalah persoalan kebenaran dan Eksepsional sebab premis minornya mengandung huruf istitsna’ “tetapi”.
ketidak benaran pada premis-premis tak pernah timbul, karena permis- Silogisme Hepotetis ialah qiyas yang dapat menunjukkan atau kebalikannya
permis selalu diambil yang pasti dan benar, akibatnya koklusi sudah dengan jelas, tidak melalui kekuatan pengertian yang terkandung pada
dilengkapi dengan hal-hal yang benar. Dengan demikian silogisme tinggal premis, tetapi merupakan keadaan sebagai akibat daripada bab penegasan
hanya mempersoalkan kebenaran bentuk dan tidak lagi mempersoalkan dan penindakan terhadap salah satu bagian premis mayor.
kebenaran isi. b.    Pembagian Qiyas Istitsna’i/Syarthi
Silogisme Hepotetis itu ada dua, yaitu:
1.          Qiyas Syarthi Muttashil dan Hukum-hukumnya
Qiyas Syarthi Muttashil memiliki Hukum-hukum yang berkaitan dengan
natijah, yaitu:
-      Dengan menetapkan muqaddam, maka natijahnya pasti berupa penetapan
taali.
-      Dengan meniadakan taali, maka natijahnya pasti berupa muqaddam.
2.        Qiyas Syarthi Munfashil dan Hukum-hukumnya
Qiyas Syarthi Munfashil ialah keterangan/proposisi yang premis mayornya
terdapat kait pisah.
Hukum-hukum Qiyas Syarthi Munfashil:
-          Apabila premis mayor dalam Qiyas Syarthi Munfashil mani’atu jam’in wa Lawan Qiyas Istqra’ adalah Qiyas Manthiqi, yaitu menggunakan hal-hal yang
khuluwwin, maka penetapan salah satu dari dua bagian qiyas pasti kulliy (universal) untuk bukti hal-hal yang juz’iy.
melahirkan natijah ketiadaan bagian yang lain dan sebaliknya. 3.    Qiyas Tamtsil (Analogi)
-          Apabila premis mayor Qiyas Syarthi Munfashilah itu mani’atu jam’in, maka Qiyas Tamtsil ialah menetapkan hukum hal yang bersifat juz’iy pada hal juz’iy
penetapan salah satu bagian, pasti melahirkan kesimpulan tiadanya bagian yang lain, karena adanya kesamaan antara keduanya.
lainnya, tidak sebaliknya.
-          Apabila premis mayor dalam Qiyas Syarthi Munfashil ini mani’atu
khuluwwun, maka hukumnya kebalikan yang mani’atu jam’in, artinya
peniadaan salah satu bagian dari dua bagian qiyas melahirkan tetapnya
bagian yang lain, tidak sebaliknya.

D.       Macam-macam Qiyas


1.    Qiyas Murakkab (Silogisme Majmuk)
Qiyas Murakkab ialah Qiyas yang dirangkai dari dua qiyas atau
beberapa qiyas dengan cara menjadikan suatu natijah tiap-tiap qiyas sebagai
premis qiyas berikutnya.
Qiyas Murakkab dibagi menjadi dua, yaitu:
      Muttashilum Nata’i (‫ائج‬55‫ل النت‬55‫)متص‬, yaitu Qiyas Murakkab yang natijah-
natijahnya disebutkan secara eksplisit, untuk dijadikan premis minor bagi
Qiyas Lahiq.
      Mufashilum Nataij (‫ائج‬55‫ل النت‬55‫)منفص‬, yaitu Qiyas Murakkab yang natijah-
natijahnya tidak disebutkan secara eksplisit.
2.    Qiyas Istiqra’ (Silogisme Induksi)
Istiqra’ naqish adalah kajian tentang hal-hal yang ada pada hal-hal yang juz’iy
dan menerapkan hasil kajian itu pada hal yang kulliy secara menyeluruh.
Bab 18 3.              Madzhab Mu’tazillah, bahwa Natijah darimuqaddimah-muqaddimah yang
Pembagian Hujjah telah tersusun itu bersifat tawallud.
Hujjah itu ada dua macam, yaitu: 4.              Madzhab Ahli Filsafat, bahwa Natijah yang timbul dari muqaddimah-
1.      Hujjah Naqliyyah, ialah Hujjah yang diambil dari Al-Qu’an, Al-Hadits atau muqaddimah yang telah tersusun adalah bersifat wajibah atau pasti.
Ijma’ ulama’
2.      Hujjah Aqliyyah, ialah Hujjah yang berdasarkan akal. Hujjah ini ada lima
yaitu:
a.      Khithabiyyah, yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang dapat
diterima.Tujuannya yaitu untuk menyenangkan pendengar terhadap hal yang
berguna untuknya.
b.      Syi’riyyah, yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang fantastis.
Tujuannya yaitu untuk mempengaruhi jiwa/hati.
c.      Burhaniyyah, yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang
meyakinkan dan dapat melahirkan kesimpulan yang benar.
d.      Jadaliyyah, yaitu Hujjah yang dari premis-premis yang umum yang telah
dikenal oleh orang banyak. Tujuannya yaitu untuk melegakan orang yang
tidak menguasai memahami premis-premis Hujjah Burhaniyyah atau untuk
menekan lawan.
e.      Safsathaiyyah (Safistik),  yaitu Hujjah yang disusun dari premi-premis yang
salah tapi seolah-olah benar.
Hubungan Antara Dalil dan Natijah
            Natijah dari susunan maqaddimah ini terdapat empat madzhab, yaitu”
1.              Madzhad Imam Al-Haramain, bahwa Natijah itu bersif Aqliyyah (Rasional).
2.              Madzhab Imam Al-Asy’ari, bahwa Natijah itu bersifat ‘adiy (kebiasaan).
Bab 19
Kesalahan dalam Silogisme (Qiyas)

1.    Kesalahan Dalam Segi Materi


Kesalahan dalam qiyas dari segi materi adalah disebabkan makna,
sebagaimana adanya kemiripan muqaddimah yang salah dengan
muqaddimah yang benar.
2.    Kesalahan Dari Segi Bentuk
Kesalahan qiyas dari segi bentuk disebabkan bentuk tidak sesuai dengan
salah satu dari empat bentuk qiyas yang telah diterangkan, atau bentuknya
sudah sesuai dengan salah satu bentuk qiyas yang telah ditentukan, tetapi
dalam mengambil kesimpulan tidak memenuhi syarat intaj

Anda mungkin juga menyukai