Anda di halaman 1dari 26

PEMBAHASAN ILMU

MANTHIK & TAK ADA YANG


MISTERIUS DALAM
ILMU MANTHIK
PENGANTAR

Peran Logika/mantiq dalam islam

Mantiq atau logika, seperti yang dipelajari dalam ilmu-ilmu Islam, itu
benar-benar berfungsi tentang dua hal:

1. Cara membuat definisi yang tepat dari sebuah konsep.


2. Cara untuk membangun sebuah bukti hujah atau argumentasi,
dan utk mendeteksi kelemahan dalam argumen yang rusak.

Tidak Ada yg misterius dalam ilmu ini. Dengan demikian, Tidak


dapat disangkal bahwa logika dibutuhkan dalam semua ilmu,
terutama ilmu Kalaam. Dalam ilmu Kalaam bisa membuat dan
mengetahui bukti terkuat , sehingga pemahaman yang baik tentang
prinsip-prinsip logis diperlukan untuk menilai kekuatan bukti/hujah.
Secara umum, pendidikan modern yang solid benar-benar
mengajarkan tentang kegunaan logika, dan pendidikan terutama yg
mengandalkan hafalan, diperlukan logika untuk mengajar siswa
bagaimana cara berpikir.

Pada saat ini kebanyakan orang berpendidikan akan menyadari


akan pentingnya bgmn membuat definisi yang solid, dan
bagaimana mendeteksi kelemahan dalam argumen, terutama jika
seseorang berhadapan dgn ahli retorika logika hususnya kaum
filsafat kafir. Jika Anda tahu bagaimana cara sebuah pencarian
yang baik di Google, Anda akan tahu bagaimana anda
menggunakan logika utk hal kecil seperti itu. Dan untuk memahami
( cara penilaian istimbat Islam dari Al-Qur’an dan ĥadiitħ), maka
salah satu kebutuhannya adalah mengkaji Uşuulu-l-Fiqh dan juga
mebedakan rantai sanad bgmn sanad kuat dan doif,knpa harus
sanad bersambung dan kuat? itu utk menjaga otentikasi riwayat,
nah darimana kita tau hal itu perlu? dari logika, itu adalah bagian
dari ilmu kalam yang di kenal dengan istilah Logika Islam, sehingga
sangat penting untuk membaca setidaknya satu kitab dalam ilmu ini
“Logika Islam” Maksudku kitab tentang logika yang telah dimurnikan
dari teologi Yunani dan yang berhubungan dengannya.

Ingat bahwa kritik dari beberapa ulama terhadap studi tentang


logika, yg dimaksudkan adalah logika yg dicampur dengan filsafat
Yunani.Setelah semua penjelasan itu, tidak ada orang waras yang
melarang mempelajari bagaimana membuat sebuah definisi atau
membangun bukti pendapat yg tepat, Satu hal lagi: beberapa orang
berpikir bahwa Aristotaleslah yg menemukan logika dan karena itu,
sehingga orang yg menggunakan ilmu kalam di kategorikan
pengikut-Nya…Ini tidak benar, karena setiap manusia telah
menggunakan logika dalam segala usia dan keadaan, atau
setidaknya ketika mereka berhujah/ berdebat, karena mereka harus
mampu mendeteksi kelemahan dalam argumen dan mendefinisikan
konsep dengan benar. yang di lakukan Aristotales adalah
menyusun prinsip-prinsip logika sehingga dapat dipelajari secara
sistematis.

A. Hukum Mempelajari Ilmu Mantiq


Hukum mempelajari ilmu mantiq ada tiga pendapat, yaitu :

1. Ibnu Shalah dan imam Nawawi menghukumi haram dalam


mempelajari ilmu mantiq
2. Al-Ghozali (1059-1111 M) memperbolehkan bahkan
menganjurkan untk mempelajari ilmu mantiq.
3. Menurut pendapat yan masyhur. Hukum mempelajari ilmu mantiq
adalah boleh bagi seorang yang telah sempurna dan mengerti
tentan alqur’an dan hadits. Selainnya tidak boleh

B. Pengertian dan Macam-Macam Ilmu

Ilmu menurut ahli mantiq (logika) ialah hal yang mengetahui


sesuatu yang majhul secara yaqin atau zhann (dugaan), sesuai
dengan kenyataan atau tidak . Seperti contoh seseorang yang
melihat bayangan dari arah jauh dan ia mengetahui bahwa dia
adalah manusia, dia yaqin betul dan kenyataannya bayangan
tersebut adalah manusia, maka pengetahuan (penemuan) orang itu
disebut Ilmu (buah fikiran) yang pasti benar. Tetapi jika melihat
bayangan tersebut hanya menduga dan kenyataanya memang
demikian, maka hal tersebut disebut ilmu zhann yang sesuai
dengan kenyataan (benar).

Ilmu itu dibagi menjadi dua, yaitu ;


1. Ilmu qodim
Yaitu ilmu yang hanya dimiliki oleh allah SWT. Yaitu ilmu yang tidak
terbatas.
2. Ilmu hadits (baru)
yaitu ilmu yang dimiliki oleh manusia secara keseluruhan.

Sedangkan buah dari adanya ilmu manusia itu terbagi menjadi dua
bagian yaitu :
a. Tashawwur (konsepsi), yaitu memahami atau mengetahui lafazh
mufrad (tunggal) seperti pemahaman seseorang terhadp arti lafazh
: manusia, rumah, pohon dan burung.
b. Tashdiq (persepsi), yaitu memahami atau mengetahui kenyataan
ke-nisbat-an(satuan atau rangkaian satuan) seperti pemahaman
bahwa air laut itu asin , langit tidak di bawah kita.

C. Pembagian ilmu ilmu manusia

1. Ilmu Nazhari (spekulatif) adalah Ilmu yang membutuhkan


ta’ammul (angan-angan, renungan, pemikiran atau analisa).
2. ilmu dharuri adalah Ilmu yang tidak membutuhkan ta’ammul
(angan-angan, renungan, pemikiran atau analisa).

D. Definisi dan Hujjah

Definisi menurut ahli Mantiq adalah lafazh yang memberikan


kepahaman tentang makna lafazh mufrad (tashawwur/konsepsi).
Contoh: Ibu menyuruh anaknya ke warung membeli lumpur. Si
anak bingung buat apa lumpur, padahal lumpur adalah tanah.
Setelah dijelaskan bahwa lumpur adalah kue maka sang anak
langsung paham.
Hujjah maksudnya adalah kias (silogisme), kias menurut istilah ahli
Mantiq adalah lafazh yang memberi pengertian pada tashdiq.
Contoh: Ungkapan alam raya ini berubah-rubah dan setiap yang
berubah adalah makhluk, ungkapan ini mengantarkan pada
kesimpulan Alam Raya adalah makhluk.

E. Macam-Macam Dalalah (penunjuk)

Dalalah (penunjuk) adalah sesuatu yang dapat menunjukkan suatu


pengertian. Dalalah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dalalah lafdhiyah , ialah tanda yang berupa bentuk kata,
misalnya: Rumah, menunjukkan bangunan tempat tinggal yang
terdiri dari dinding (papan/tembok), tiang, atap, pintu dan lainnya..
Dalalah Lafdhiyah (tanda yang berupa kata) itu terbagi menjadi tiga
macam, yaitu;
● Thabi’iyah , yaitu dalalah yang bersifat pembawaan, seperti suara
‘Aduh” (rintihan) menunjukkan sakit.
● Aqliyyah , yaitu dalalah yang berdasarkan akal, seperti suara
dalam ruangan menunjukkan ada orang di dalamnya
● Wadh’iyyah , yaitu dalalah yang berdasarkan penetapan istilah,
seperti es teh, menunjukkan minuman teh diberi es.

2. Dalalah Ghairu lafdhiyah, ialah yang bukan berbentuk kata,


misalnya: Merah muda, menunjukkan malu.

Dalalah Ghoiru Lafzhiyyah (tanda yang bukan berupa kata) terbagi


menjadi tiga yaitu:
● Thabi’iyah , yaitu dalalah yang bersifat pembawaan, seperti,
merah muda, menunjukkan malu.
● Aqliyyah , yaitu dalalah yang bedasarkan akal seperti, perubahan
tatanan barang-barang di dalam kamar menunjukkan adanya orang
di dalam kamar.
● Wadh’iyyah , yaitu dalalah yang berupa penetapan seperti,
bendera setengah tiang menandakan berkabung

F. Macam-Macam Dalalah Wadh’iyyah

Di dalam Ilmu Mantiq Dalalah lafhdiyyah Wadh’iyyah itu ada tiga


macam, yaitu:
● Dalalah Muthabaqah (Denotasi lengkap ), yaoitu apabila
maknaya sepenuhnya selaras dengan arti lengkapnya. Seperti
makna sapi pada kalimat “saya membeli sapi” yang dimaksud sapi
disini keselurihan sapi secara makna dan arti.
● Dalalah Tadhammun ( Denotasi Implikasi ), yaitu apabila makna
yang dimaksudkan hanya sebagian saja dari arti penuhnya. Kalimat
“saya membei sapi” yang di maksud disini hanyalah sebagian tubuh
sapi.
● Dalalah Iltizam (Dinotasi Inhern), yaitu apabila makna yang
dimaksudkan adalah pengertian lain tetapi merupakan hal lazim
yang ada pada kata tersebut seperti kalimat “saya menarik sapi”.
Sapi dalam kalimat di sini pengertiannya adalah tali yang
merupakan kelaziman bagi sapi pemelihara.

BAB II
LAFAZH DAN PEMBAGIANNYA

A. Pembahasan Tentang Kata-Kata

Kata adalah bunyi atau satuan yang mengandung arti tertentu.


Sedangkan Kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung
pikiran yang sempurna atau lengkap. Kalimat dalam tata bahasa
sama dengan proposisi ( ‫ ) ﺔﻴﻀﻘﻟﺍ‬dalam ilmu logika (‫) ﻖﻄﻨﻤﻟﺍ‬. Kata
bisa disebut juga Terma atau logika, tetapi tidak semua dapat
dianggap Terma meskipun setiap Terma terdiri dari kata.

Pembagian Kata

Lafazh yang musta’mal (term) itu terbagi menjadi dua macam,


yaitu;
a. Murakkab ( komposit ), jika term itu terdiri dari lebih dari satu
kata. Lafazh murakkab (term komposit) meskipun dari kata
mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi jika digabungkan hanya
menjadi satu pengertian. Contoh; rumah sakit, kuda putih dll.
b. Mufrad ( simpel ), jika term itu terdiri dari satu kata atau satu
istilah. Contoh: Manusia, negara dll.

Pembagian Lafazh Mufrad

Lafzh Mufrad itu terbagi menjadi dua macam, yaitu :


a. Kulliy ( Universal ) adalah term yang dapat dipergunakan bagi
setiap anggota suatau kelas dengan arti yang sama. Contoh:
Manusia, sekolah, hewan dll.
b. Juz’iy ( Partikuler), kebaikan kulliy, yaitu Term yang menunjukkan
satu obyek saja. Contoh: Ahmad, Presiden Republik Indonesia
pertama.

Pembagian Lafazh Mufrad Kulliy

Kulliy (Term Simpel Universal) terbagi menjadi dua, yaitu:


a. Dzati ( Substansional), yaitu jika pengertian dari Kulliy itu bagian
dari hakekat Juz’i sebagiannya, seperti Hewan (Unsur Animalitas)
dan Natiq (Unsur rasionalitas) dinisbatkan pada manusia. Manusia
hakekatnya hewan (sebagian) dan manusia hakekatnya berfikir
(sebagian). Hewan sebagian dari pengertian manusia. Manusia
sama dengan hewan yang berfikir (seluruhnya).
b. Aridhi (Accidental ), yaitu jika pengertian dari Kulliy tidak
termasuk dalam hakekat Juz’i (sebagian)nya. Seperti Gubernur
dinisbatkan kepada Sutiyoso, Gubernur bukan termasuk nhakekat
Sutiyoso, buktinya kalau Sutiyoso tidak jadi Gubernur maka lafazh
Gubernur tidak bisa lagi dinisbatkan ke Sutiyoso.
Pembagian Kulliyyat (Klarifikasi)
Kulliyat lima (Klasifikasi predicable) disebut juga Pradicabel.
Pradicable adalah nama-nama jenis predikat dalam hubungannya
dengan subyek.
Menurut Prophyrius, predicable itu ada lima macam yaitu :
1. Jinsi ( ‫) ﺲﻨﺠﻟﺍ‬, yaitu himpunan golongan-golongan yamng
menunjukkan hakekat sesuatu yang berbeda tetapi terpadu oleh
persamaan sifat, seperti term “Hewan” merupakan genus dan
golongan, manusia merupakan species. Genus lebih umum
daripada species.
2. Fashol ( ‫) ﻞﺼﻔﻟﺍ‬, artinya perbedaan, yaitu suatu atribut atau
kumpulan atribut-atribut yang membedakan suatu
kelas/golongan/species dengan genus yang sama. Contih,
Rasionalitas memisahkan manusia dari golongan-golongan hewan
lain.
3. Ardh ( ‫)ﺽﺮﻌﻟﺍ‬, yaitu atribut yang bukan merupakan sebagian dari
konotasi (hakekat) term dan tidak merupakan kelanjutan dari
konotasi itu. Contoh, Hitam, bukan atribut kusus bagi manusia, tapi
anggota lainpun memiliki atribut hitam, seperti hewan.
4. Nau’ ( ‫) ﻉﻮﻨﻟﺍ‬, yaitu kelompok dari (individu) yang menunjukkan
hakekat kebersamaan bentuknya dan sifat-sifat tertentu yang
membedakannya dengangan dari golongan lain. Contoh, Term
manusia, setiap individu memperlihatkan persamaan bentuk yang
membedakan adalah kemampuan berfikir.
5. Khosh ( ‫) ﺹﺎﺨﻟﺍ‬, yaitu satu atribut atau kumpulan atribut
tambahan yang dimiliki secara husus oleh setiap individu golongan.
Seperti tertawa, bagi manusia tertawa bukanlah hakekat tapi itu
kusus ada pada manusia, selain manusia tidak ada tertawa.

Pembagian jinis

Jinis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :


1. Jins qorib ( ‫) ﺐﻳﺮﻘﻟﺍ ﺲﻨﺠﻟﺍ‬, ialah genus yang dibawahnya tidak
terdapat genus lain, hanya ada kelas-kelas, golongan-golongan dan
di atasnya terdapat genus yang paling tinggi. Contoh, Term Hewan,
di bawahnya sudah tidak ada genus lain. Al-Jins Al-Qarib ini disebut
juga dengan Al-jins Al-Safil.
2. Jinis ba’id ( ‫) ﺪﻴﻌﺒﻟﺍ ﺲﻨﺠﻟﺍ‬, ialah genus yang di atasnya tidak ad
genus lain dan di bawahnya ada. Contoh, Al-Jauhar yaitu, jasad,
jasad hidup dan hewan. Al-Jins Al-Ba’id disebut juga Al-Jins Al-‘Ali.
3. Jinis wasath ( ‫) ﻂﺳﻮﻟﺍ ﺲﻨﺠﻟﺍ‬, ialah genus-genus yang diatas dan
bawahnya terdapat genus lain. Contoh, jasad hidup (An-Nami)
diatas ada genus jasad di bawahnya ada genus hewan.

B. Hubungan Lafazh Dengan Arti

a. Pembagian Lafazh Menurut Arti

Lafazh Kulliy yang mencakup dari segi arti itu ada lima macam,yaitu
:
1. Tawathu’ , yaitu lafazh yang mempunyai banyak arti yang semua
arti itu sama, seperti Manusia.
2. Tasyakuk , ialah kata yang mempunyai banyak arti tetapi artinya
tidak sama, seperti kata Cahaya.
3. Takhaluf , ialah suatu kata yang arinya tidak sama dengan kata
lain atau sejumlah lafazh yang memiliki arti sendiri-sendiri, seperti,
kata “Manusia” dan kata “Kuda”.
4. Musytarak , ialah suatu kata yang mempunyai arti lebih dari satu,
seperti kata “Amat”, kata ini dapat bermakna sangat bisa juga nama
orang.
5. Mutaradif , ialah sejumlah kata yang berbeda diartikan dengan
pengertian yang sama, seperti kata adat, aturan, kebiasaan dan
norma adalah satu arti.

b. Pembagian Lafazh Murrakab


Lafazh yang Murakkab secara sempurna disebut Kalimat, kalimat
itu dibagi mnjadi dua macam, yaitu :

1. Thalab yang artinya permintaan. Ini dibagi menjadi tiga, yaitu :


a. Amar yang artinya perintah.
b. Do’a yang artinya permohonan.
c. Iltimas yang artinya permintaan atau harapan.

2. Kalimat berita disebut juga keterangan, proposi ( ‫ ) ﺔﻴﻀﻗ‬kalimat


berita inilah yang menjadi obyek bahasan Ilmu Mantiq (Logika).

B. Kulli-Kulliyyat dan Juz’i-Juziyyat

● Al-Kull , artinya menentukan hukum atas sesuatu secara majmuk


(umum, sebagian atau keseluruhan).
● Al-Kulliyyah artinya menentukan hukum atas sesuatu secara
keseluruhan satu persatu.
Contoh : – Tiap-tiap yang bernyawa pasti merasakan mati.
– Tak satupun makhluk hidup kekal di dunia ini.

● Al-Juz’i artinya menetapkan hukum atas suatu secara tidak


keseluruhan tapi sebagian dari keseluruhan.
Contoh : – Sebagian pemuda Indonesia bekerja di luar negri.
– Tak semua pemuda Indonesia bekerja di luar negri.

● Al-Juziyyah , artinya satuan suatu yang yang dari satuan itu


beserta satuan-satuan lainnya berbentuk Al-Kullu, seperti atap,
dinding, lantai adalah bagian dari rumah.

C. Definisi (ta’rif)

1. Pembagian definisi
Definisi terbagi menjadi tiga macam, yaitu :

a. Definisi Esensial ( ‫ ) ﺪﺤﻟﺍ‬terbagi menjadi dua macam yaitu; Tam


(lengkap) dan Naqish (tak lengkap).

● Definisi Essensial Lengkap ( ‫ ) ﻡﺎﺘﻟﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬ialah definisi yang tersusun


dari jenis (genus) terdekat dan sifat pembeda/differentia. Contoh:
Manusia adalah hewan yang berakal.
● Definisi Essensial tak Lengkap ( ‫ ) ﺺﻗﺎﻨﻟﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬ialah definisi yang
tersusun dari sifat pembeda/differentia saja atau tersusun dari
pembeda/differentia dan jenis/genus jauh. Contoh: – Manusia
adalah yang berfikir. Manusia adalah benda yang berfikir.

b. Definisi Eksidentil ( ‫ ) ﻰﻤﺳﺮﻟﺍ‬juga terbagi menjadi dua yaitu Tam


(lengkap) dan Naqish (tak lengkap).

● Definisi Eksidental Lengkap ( ‫ ) ﻡﺎﺘﻟﺍ ﻰﻤﺳﺮﻟﺍ‬ialah definisi yang


tersusun dari jenis (genus) terdekat dan sifat kusus.
Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat membaca.
● Definisi Eksidental tak Lengkap ( ‫ )ﺺﻗﺎﻨﻟﺍ ﻰﻤﺳﺮﻟﺍ‬ialah definisi yang
hanya menyebutkan sifat khusus dan jenis (genus) jauh. Contoh:
Manusia adalah yang dapat tertawa.
Manusia adalah benda yang dapat tertawa.

c. Definisi Nominal (‫ ) ﻲﻈﻔﻠﻟﺍ‬yaitu menjelaskan sebuah kata dengan


kata lain yang lebih umum dimengerti. Contoh: Nirwana adalah
Surga.

2. Syarat-syarat Definisi

Syarat-syarat definisi harus dipenuhi agar tidak terdapat cacat pada


definisi tersebut. Dalam definisi adakalanya istila mu’arrif “ ‫( ” ﻑﺮﻌﻣ‬
Definiens/definisi) dan mu’arraf “ ‫( ” ﻑﺮﻌﻣ‬Definiendum/yang diberi
definisi).

Dalam kitab Sullam Munauraq disebutkan yarat-syarat yang


dominan bagi orang yang akan membuat suatu definisi, yaitu:
● Definisi harus mengandung semua dari yang ada pada
Definiendum dan tidak memasukkan yang tidak terkandung pada
Definiendum, maksudnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
● Definisi harus lebih jelas (lebih umum) dari pada Definiendum,
tidak sebaliknya.
● Definisi harus tidak terdiri dari suatu yang sama dengan
Definiendum dalam hal kesamaran.
● Definisi harus tidak mengandung kiasan (majaz) dengan tanpa
ada tanda.
● Definisi tidak boleh menggunakan kata yang musytarak
(homonim) yang tidak disertai tanda (qorinah).
● Definisi tidak boleh dimasuki ketentuan hukum.
● Definisi Essensial (Had) tidak boleh ada kata atau di dalamnya,
tetapi dalam Definisi Eksidental boleh.

BAB III
PROPOSISI DAN OPPOSISI

A. Proposisi dan Hukum-Hukumnya

1. Pengertian Proposisi (Qadhiyyah)

Qadhiyyah (Proposisi) adalah sebuah pernyataan kalimat yang


mungkin benar dan mungkin salah ditinjau dari segi kalimat
pernyataan itu sendiri. Qadhiyyah disebut juga Kalam.
Proposisi terdiri dari tiga unsur, yaitu: Subyek ( ‫ )ﻉﻮﺿﻮﻣ‬Predikat (
isisoporp naigab utas halada alupoK .(‫ ﻧﺴﺒﺔ‬/ ‫) ﺭﺍﺑﻄﺔ‬alupoK nad (‫ﻣﺤﻤﻮﻝ‬
yang merupakan suatau tanda yang menyatakan hubungan
diantara Subyek dan Predikat. Contoh: semua manusia adalah
bermoral, proposisi ini terdiri term semua manusia adalah subyek,
bermoral adalah predikat dan adalah dinamai Kopula.

2. Macam-macam Proposisi

Proposisi (‫ ) ﺔﻴﻀﻗ‬itu terbagi menjadi dua macam, yaitu: Proposisi


Kategoris dan Proposisi Kondisional.

a. Proposisi Kategoris ( ‫ ) ﺔﻴﻠﻤﺣ ﺔﻴﻀﻗ‬dan Pembagiannya


Yaitu pernyataan yang antara subyek dan predikat tidak terkait
dengan suatu syarat. Contoh: Semua makhluk akan sirna.
Muhammad adalah utusan Allah.

Proposisi Kategoris ( ‫ ) ﺔﻴﻠﻤﺣ ﺔﻴﻀﻗ‬terbagi menjadi dua macam, yaitu:


1. Proposisi Kategoris Universal ( ‫ ﻗ‬isisoporp utiay ,( ‫ﻀﻴﺔ ﺣﻤﻠﻴﺔ ﻛﻠﻴﺔ‬
katagori yang subyeknya mencakup semua yang dikandungnya.
Contoh: Manusia adalah makhluk yang bernyawa.

Proposisi Kategoris Universal di bagi menjadi dua, yaitu:


– Definitif ( ‫ ) ﻣُﺴﻮّﺭﺓ‬ialah Qadhiyyah hamliyyah kulliyyah yang
didahului oleh sur.
– Indefinitif ( ‫ ) ﻣُﻬــﻤﻠﺔ‬ialah Qadhiyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah
yang tidak idahului oleh sur.
Sur adalah kata yang menunjukkan kualitas subyek, adakalanya
Kulli dan Juz’i.

b. Proposisi Kondisional ( ‫ ) ﺔﻴﻃﺮﺷ ﺔﻴﻀﻗ‬dan Pembagiannya

Yaitu proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat terkait


dengan syarat. Proposisi Kondisional itu terbagi menjadi dua yaitu :
1. Proposisi Kondisional Hipotetis (‫ ) ﺔﻠﺼﺘﻣ ﺔﻴﻃﺮﺷ ﺔﻴﻀﻗ‬ialah proposisi
kondisional yang hubungan antara subyek dan predikat merupakan
hubungan yang tetap.

2. Proposisi Kondisional Disjunktif ( ‫ ) ﺔﻠﺼﻔﻨﻣ ﺔﻴﻃﺮﺷ ﺔﻴﻀﻗ‬ialah proposisi


kondisional yang memastikan adanya hubungan yang berlainan
diantara dua unsur proposisi itu.

Proposisi Kondisional dipandang dari segi pengantar dan pengiring


terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Mani’u Jami’ , yaitu terlarang berkumpul antara pengantar (‫) ﻣﻘـﺪﻡ‬


dan pengiring (‫ ) ﻲﻟﺎﺗ‬dan tidak mungkin dapat bergabung, tapi boleh
sepi keduanya.
2. Mani’u Khuluwwin , yaitu terlarang (tiada) satu dengan yang lain,
tapi boleh berkumpul keduanya.
3. Mani’u Jum’in Wa Khuluwwin , yaitu terlarang sepi dari salah
satunya dan terlarang pula bersatu.
Bentuk proposisi dapat dirumuskan menjadi:
– Proposisi Universal Afirmatif ( ‫) ﺔﺒﺟ ﻮﻣ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﻀﻗ‬
– Proposisi Universal Negatif ( ‫) ﺔﺒﻟﺎﺳ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﻀﻗ‬
– Proposisi Particuler Afirmatif ( ‫) ﺔﺒﺟ ﻮﻣ ﺔﻴﺋﺰﺟ ﺔﻴﻀﻗ‬
– Proposisi Particuler Negataif ( ‫) ﺔﺒﻟﺎﺳ ﺔﻴﺋﺰﺟ ﺔﻴﻀﻗ‬

3. Proposisi Kategoris Individual ( ‫) ﺔﻴﺼﺨﺷ ﺔﻴﻠﻤﺣ ﺔﻴﻀﻗ‬, yaitu proposisi


katagoris yang subyeknya tidak mencakup semua jenisnya tetapi
hanya sebagiannya saja. Contoh: Sebagian pejabat itu tidak
koropsi.

Proposisi Kategoris ditinjau dari segi predikat (‫ )ﻝﻮﻤﺤﻣ‬atau


kualitasnya ada dua, yaitu:
1. Proposisi Affirmatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya
membenarkan adanya persesuaian hubungan subyek dan predikat.
2. Proposisi Negatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya
menyatakan bahwa antara subyek dan predikat tidak ada hubungan
sama sekali.

B. Tanaqudh (Opposisi)

1. Pengertin Opposisi (Pertentangan)

Tanaqudh (Opposisi) ialah pertentangan yang terdapat pada dua


proposisi yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi
berbeda dalam kualitas atau kuantitasnya sehingga dapat
menyebabkan yang lain benar dan salah.
Contoh: Semua manusia hewan, Sebagian manusia tidak hewan

2. Bentuk-bentuk Opposisi

Opposisi dalam logika bentuknya ada empat, yaitu:


a. Opposisi Subkontraris , yaitu hubungan antara dua
proposisi/individu ( ‫ ) ﺔﻴﺼﺨﺷ ﺔﻴﻀﻗ‬yang mempunyai subyek dan
predikat yang sama tetapi beda kualitasnya.
b. Opposisi Kontras, yaitu hubungan yang terdapt antara dua
proposisi Universal (‫ )ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﻀﻗ‬yang mempunyai subyek dan predikat
yang sama tetapi beda kualitasnya.
c. Opposisi Subalternasi , yaitu hubungan antara Proposisi
Universal ( ‫ ) ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﻀﻗ‬dan Proposisi Particuler ( ‫ ) ﺔﻴﺋﺰﺟ ﺔﻴﻀﻗ‬yang sam
kualitasnya.
d. Opposisi Kontradiktaris, yaitu pertentangan antara dua proposisi
yang mempunyai predikat yang sama tetapi berbeda kualitas dan
kuantitasnya.

C. Pengubahan Proposisi
Pengubahan Proposisi (Al-Aksu Al-Mustawi) adalah pembalikan
Proposisi dilakukan dengan mengubah kedudukan dua bagian,
yaitu subyek dan predikat sehingga yang semula menjadi subyek
diubah menjadi predikat dan sebaliknya dengan syarat tetap
memelihara kebenaran isi, tidak merubah kualitas dan
kuantitasnya.

Proposisi/keterangan yang pertama disebut dengan proposisi Asli


(Convertend )dan Proposisi yang kedua disebut ‘Aks (Converse).
Contoh: – Asli : Kecepatan transformasi informasi adalah ciri
khusus abad modern.
– ‘Aks : Ciri khusus abad modern adalah kecepatan transformasi
informasi.

Di dalam istilah Logika dikenal tiga jenis ‘Aks, yaitu :

Aksun Mustawi ( Conversi)


Aksun Maqidhun Muwafiq ( Obversi)
Aksun Naqidun Mukhalif ( Kontraposisi)

1. Proposisi Yang Tidak Dapat Dibuat ‘Aks

Semua proposisi itu dapat dibuat ‘Aks/pembalikannya kecuali


proposisi yang mengandung dua unsur yaitu Salibah (Negatif) dn
Juz’iyyah (Partikulatif).

2. Proposisi Yang Dapat Dibuat ‘Aks

‘Aks atau pembalikan itu tidak dapat berlaku kecuali pada proposisi-
proposisi yang memiliki tertib tabi’i (pasti), proposisi yang memiliki
tertib ini adalah Proposisi Kategoris ( ‫ ) ﺔﻴﻠﻤﺣ ﺔﻴﻀﻗ‬dan Proposisi
Kategoris Hipatesis( ‫) ﺔﻠﺼﺘﻣ ﺔﻴﻃﺮﺷ ﺔﻴﻀﻗ‬.
Tartib Thabi’i adalah sesuatau yang urutannya dapat membentuk
ma’na dan jika tartib/urutan itu dirubah tentu maksudnya berubah.

Rinkasnya semua proposisi dapat dibuat ‘Aks/pembalikannya,


kecuali :
– Partikular Negatif ( ‫) ﺔﺒﻟﺎﺳ ﺔﻴﺋﺰﺠﻟﺍ‬
– General Negatif ( ‫) ﺔﺒﻟﺎﺴﻟﺍ ﺔﻠﻤﻬﻤﻟﺍ‬
– Hipatetis Disjunktif ( ‫) ﺔﻠﺼﻔﻨﻣ ﺔﻴﻃﺮﺷ‬

BAB IV
QIYAS DAN HUJJAH

A. Qiyas dan Hakekatnya

1. Pengerian Qiyas (Silogisme)

Pembahasan dalam bab ini sebenarnya adalah tentang Istidlal


(penyimpulan secara tak langsung). Istidlal merupakan bab
terpenting dalam Ilmu Mantiq dan merupakan tujuan penting, sebab
dengan mempergunakan Istidlal pikiran dapat mengetahui hal-hal
yang belum diketahui.

istidlal ada dua macam yaitu :


a. Istidlal Istiqra’i (Induksi), ialah menyimpulkan bedaasar penelitian
pada bagian-bagin untuk menentukan suatu hukum yang bersifat
umum.
b. Contoh: Semua logam jika dipanaskan pasti memuai.
c. Istidlal Qiyasi (Detuktif), ialah penyusunan dengan menggunakan
keteranga-keterangan yang telah diakui kebenarannya untuk
sampai pada keterangan tentang sesuatu yang belum diketahui.
Al-Qiyas (Silogisme), adalah suatu bentuk penarikankonklusi
secara deduktif tak langsung yang konklusinya ditarik dari permis
yang telah disediakan secaara serempak. Contoh:
– Anda mengutamakan kepentingan Negara
– Setiap orang yang mengutamakan kepentingan Negara adalah
seorang Nasionalis
– Anda adalah seorang Nasionalis

2. Pembagian Qiyas

Qiyas (Silogesme) menurut ahli Mantiq (logika adalah) itu ada dua
bagian, yaitu:
– Iqtirani, disebut juga Hamli (kategoris)
– Istitsna’i , disebut juga Istiranti (hipatis)

Qiyas Istirani (silogis Kataagori)

Qiyas Istirani ialah Qiyas yang menunjukkan konklusi( ‫ ) ﺔﺠﻴﺘﻧ‬dengan


tegas yang pasti. Dan Qiyas Iqtirani khusus ada pada proposisi
kategori.
Contoh: – Semua manusia adalah makhluk
– Semua makhluk akan mati
– Semua manusia akan mati

3. Aturan-aturan Umum Qiyas Iqtirani

Dalam membuat Qiyas Iqtirani harus sesuai dengan aturan yaitu


menyusub permis-permis dengan menurut aturan yang berlaku.
Premis-premis adalah dasar dari kesimpulan deduktif yang diambil,
premis-premis tersebut harus digambarkan sedemikian rupa hingga
nampak dengan jelas ada.

Premis Minor ( ‫ ) ﺮﻴﻐﺻ ﺔﻣﺪﻘﻣ‬ialah Proposisi


yang mengandung term minor ( ‫) ﺮﻴﻐﺼﻟﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬, seperti; Arak adalh
minuman yang memabukkan.
Premis Mayor ( ‫ ) ﺮﻴﺒﻛ ﺔﻣﺪﻘﻣ‬ialah Proposisi yang
mengandung term mayor ( ‫) ﺮﺒﻛﻻﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬, seprti;
Setiap yang memabukkan adalh haram.
Konklusi ( ‫ ) ﺔﺠﻴﺘﻧ‬ialah Proposisi yang mengandung Term minor dan
Term Mayor, seperti; Arak adalah haram .

Qiyas itu juga harus mengandung tiga term, yaitu:


1. Term Minor ( ‫ ) ﺮﻴﻐﺼﻟﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬ialah yang menjadi subyek ( ‫)ﻉﻮﺿﻮﻣ‬
dalam proposisi yang menjadi natijah .
2. Term Mayor ( ‫ ) ﺮﺒﻛﻻﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬ialah kata yang menjadi predikat (‫)ﻝﻮﻤﺤﻣ‬
dalam proposisi yang menjadi natijah .
3. Term Penengah ( ‫ ) ﻂﺳﻮﻟﺍ ﺪﺤﻟﺍ‬ialah kata yang diulang-ulang di
dalam dua proposisi, yaitu proposisi pertama disebut dengan
premis minor dan proposisi yang kedua yang di sebut proposisi
mayor.

B. Bentuk-Bentuk Silogisme

1. Pengerian Syakat dan Dharb

Syakal ( ‫ ) ﺍﻟﺸـﻜــﻞ‬artinya bentuk, Asyakul Qiyas artinya bentuk-


bentuk silogisme yang berkaitan dengan term-term yang terdapat
pada permis-permis/muqaddimah-muqaddimah Qiyas dalam tidak
memperhatikan kualitas dan kuantitas.

Dharb (‫ )ﺍﻟﻀﺮﺏ‬artinya mode (mood), ialah bentuk silogisme yang


ditentukan oleh kualitas (‫ ) ﺍﻟﻜـﻴﻒ‬dan kuantitas (‫)ﺍﻟﻜـﻢ‬.

2. Macam-macam Bentuk Silogisme


Bentuk silogisme ditentukan oleh letak Term Menengah yang
lambangnya M, berdasarkan letaktersebut terdapat empat syakal
silogisme, yaitu:

Ø Bentuk I ( ‫) ﺍﻟﺸﻜـﻞ ﺍﻷﻭﻝ‬


Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi predikat pada premis
minor dan subyek pada premis mayor. Contoh:
– Alam raya adalah sesuatu yang berubah
– Sesuatu yang berubah adalah alam
– Alam raya adalah baru
Kata yang bergaris bawah adalah Term Menengah.

Ø Bentuk II ( ‫) ﺍﻟﺸﻜـﻞ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ‬


Dalam bentuk ini Term Menengah menjadi predikat pada premis
minor dan pada premis mayor. Contoh:
– Semua keadilan adalah kebaikan
– Semua kedhaliman itu bukan
kebaikan
– Keadilan bukanlah kebaikan

Ø Bentuk III ( ‫) ﺍﻟﺸﻜـﻞ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‬


Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi subyek pada premis
mayor dan pada premis minor. Contoh:
– Semua makhluk berubah
– Semua makhluk binasa
– Sebagian yang berubah akan binasa

Ø Bentuk IV ( ‫) ﺍﻟﺸﻜـﻞ ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ‬


Dalam bentuk ini, Term Menengah menjadi subyek pada premis
minor dan predikat pada premis mayor, bentuk ini kebalikan bentuk
I. Contoh:
– Tak satupun makhluk itu abadi
– Sebagian makhluk adalah manusia
– Manusia tidak abadi

3. Aturan Proposisi Konklusi

Konklusi (Natijah) yang diambil itu harus mengikuti premis yang


lemah, maksudnya premis yang partikuler jika dibandingkan
dengan yang universal, dan premis yang negatif jika dibandingkan
dengan yang afirmatif, kesimpulan itu tidak boleh lebih umum
daripada premis.

4. Membuang Struktur silogisme

Salah satu Silogisme itu boleh dibuang, karena pengertiannya telah


dapat dipahami. Boleh membuang premis minor, boleh membuang
premis mayor atau membuang konklusi, bahkan kadang-kadang
premis dan klokusi dibuang keduanya.

5. Aturan Dalam Premis

Suatu hal yang penting pada silogisme adalah persoalan


kebenaran dan ketidak benaran pada premis-premis tak pernah
timbul, karena permis-permis selalu diambil yang pasti dan benar,
akibatnya koklusi sudah dilengkapi dengan hal-hal yang benar.
Dengan demikian silogisme tinggal hanya mempersoalkan
kebenaran bentuk dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran isi.

C. Silogisme Eksepsional (Qiyas Istitsna’i)

a. Pengertian Qiyas Istisna’


Silogisme Hepotetis disebut juga Silogisme Eksepsional, yaitu
silogisme yang premis mayornya terdiri dari pernyataan bersyarat.
Disebut Silogisme Eksepsional sebab premis minornya
mengandung huruf istitsna’ “tetapi”.
Silogisme Hepotetis ialah qiyas yang dapat menunjukkan atau
kebalikannya dengan jelas, tidak melalui kekuatan pengertian yang
terkandung pada premis, tetapi merupakan keadaan sebagai akibat
daripada bab penegasan dan penindakan terhadap salah satu
bagian premis mayor.

b. Pembagian Qiyas Istitsna’i/Syarthi

Silogisme Hepotetis itu ada dua, yaitu:

1. Qiyas Syarthi Muttashil dan Hukum-hukumnya


Qiyas Syarthi Muttashil memiliki Hukum-hukum yang berkaitan
dengan natijah, yaitu:
– Dengan menetapkan muqaddam, maka natijahnya pasti berupa
penetapan taali.
– Dengan meniadakan taali, maka natijahnya pasti berupa
muqaddam.

2. Qiyas Syarthi Munfashil dan Hukum-hukumnya


Qiyas Syarthi Munfashil ialah keterangan/proposisi yang premis
mayornya terdapat kait pisah.
Hukum-hukum Qiyas Syarthi Munfashil:
– Apabila premis mayor dalam Qiyas Syarthi Munfashil mani’atu
jam’in wa khuluwwin, maka penetapan salah satu dari dua bagian
qiyas pasti melahirkan natijah ketiadaan bagian yang lain dan
sebaliknya.
– Apabila premis mayor Qiyas Syarthi Munfashilah itu mani’atu
jam’in, maka penetapan salah satu bagian, pasti melahirkan
kesimpulan tiadanya bagian lainnya, tidak sebaliknya.
– Apabila premis mayor dalam Qiyas Syarthi Munfashil ini mani’atu
khuluwwun, maka hukumnya kebalikan yang mani’atu jam’in,
artinya peniadaan salah satu bagian dari dua bagian qiyas
melahirkan tetapnya bagian yang lain, tidak sebaliknya.

D. Macam-macam Qiyas

1. Qiyas Murakkab (Silogisme Majmuk)

Qiyas Murakkab ialah Qiyas yang dirangkai dari dua qiyas atau
beberapa qiyas dengan cara menjadikan suatu natijah tiap-tiap
qiyas sebagai premis qiyas berikutnya.

Qiyas Murakkab dibagi menjadi dua, yaitu:


● Muttashilum Nata’i ( ‫) ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﻞﺼﺘﻣ‬, yaitu Qiyas Murakkab yang
natijah-natijahnya disebutkan secara eksplisit, untuk dijadikan
premis minor bagi Qiyas Lahiq.
● Mufashilum Nataij ( ‫) ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﻞﺼﻔﻨﻣ‬, yaitu Qiyas Murakkab yang
natijah-natijahnya tidak disebutkan secara eksplisit.

2. Qiyas Istiqra’ (Silogisme Induksi)

Istiqra’ naqish adalah kajian tentang hal-hal yang ada pada hal-hal
yang juz’iy dan menerapkan hasil kajian itu pada hal yang kulliy
secara menyeluruh.
Lawan Qiyas Istqra’ adalah Qiyas Manthiqi, yaitu menggunakan
hal-hal yang kulliy (universal) untuk bukti hal-hal yang juz’iy.

3. Qiyas Tamtsil (Analogi)


Qiyas Tamtsil ialah menetapkan hukum hal yang bersifat juz’iy
pada hal juz’iy yang lain, karena adanya kesamaan antara
keduanya.

E. Pembagian Hujjah

Hujjah itu ada dua macam, yaitu:


Hujjah Naqliyyah , ialah Hujjah yang diambil dari Al-Qu’an, Al-
Hadits atau Ijma’ ulama’

Hujjah Aqliyyah , ialah Hujjah yang berdasarkan akal. Hujjah ini ada
lima yaitu:
a. Khithabiyyah , yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang
dapat diterima.Tujuannya yaitu untuk menyenangkan pendengar
terhadap hal yang berguna untuknya.
b. Syi’riyyah , yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang
fantastis. Tujuannya yaitu untuk mempengaruhi jiwa/hati.
c. Burhaniyyah , yaitu Hujjah yang disusun dari premis-premis yang
meyakinkan dan dapat melahirkan kesimpulan yang benar.
d. Jadaliyyah , yaitu Hujjah yang dari premis-premis yang umum
yang telah dikenal oleh orang banyak. Tujuannya yaitu untuk
melegakan orang yang tidak menguasai memahami premis-premis
Hujjah Burhaniyyah atau untuk menekan lawan.
e. Safsathaiyyah (Safistik), yaitu Hujjah yang disusun dari premi-
premis yang salah tapi seolah-olah benar.

Hubungan Antara Dalil dan Natijah

Natijah dari susunan maqaddimah ini terdapat empat madzhab,


yaitu”
1. Madzhad Imam Al-Haramain , bahwa Natijah itu bersif Aqliyyah
(Rasional).
2. Madzhab Imam Al-Asy’ari , bahwa Natijah itu bersifat ‘adiy
(kebiasaan).
3. Madzhab Mu’tazillah , bahwa Natijah darimuqaddimah-
muqaddimah yang telah tersusun itu bersifat tawallud.
4. Madzhab Ahli Filsafat , bahwa Natijah yang timbul dari
muqaddimah-muqaddimah yang telah tersusun adalah bersifat
wajibah atau pasti.

F. Kesalahan dalam Silogisme (Qiyas )

1. Kesalahan Dalam Segi Materi

Kesalahan dalam qiyas dari segi materi adalah disebabkan makna,


sebagaimana adanya kemiripan muqaddimah yang salah dengan
muqaddimah yang benar.

2. Kesalahan Dari Segi Bentuk

Kesalahan qiyas dari segi bentuk disebabkan bentuk tidak sesuai


dengan salah satu dari empat bentuk qiyas yang telah diterangkan,
atau bentuknya sudah sesuai dengan salah satu bentuk qiyas yang
telah ditentukan, tetapi dalam mengambil kesimpulan tidak
memenuhi syarat intaj.

REFERENSI

◆ Cholil Bisri Musthafa, Terjemah As-Sullam Al-Munauraq ,


Bandung: Al-Ma’arif, 1989 M.
◆Nur Al-Ibrahimi Muhammad, Ilmu Mantiq, Surabaya : Maktabah
Said Nabhan.
◆ Ahmad Ad-Damanhuri, Idhahul Mubham , Jeddah: Al-Haramain.
◆ Bisri Musthafa, Terjemah As-Sullam Al-Munauraq , Kudus:
Menara Kudus, 1372 H.
◆ Muhammad Husni, Pengantar Logika , Yogyakarta: Sumbangsih
Offsett.

Anda mungkin juga menyukai