Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RUANG LINGKUP FILSAFAT


(EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Lalan Sahlani, M.Ag

Disusun Oleh :

Naza Arifa Khoeru Rizal 21.03.2891

Nefia Auliasyah 21.03.2875

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI PERSIS BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang merajai kerajaan langit dan bumi. Tuhan pemilik
semesta alam, yang senantiasa mencurahkan segala limpahan rahmat dan kasih sayang kepada
hamba-hamba-Nya dengan tanpa henti. Kekuatan serta pertolongan senantiasa diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam perjalanan penulisan, tak luput dari rintangan dan
hambatan, namun berkat bantuan serta do’a dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat
diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum dengan dosen pengampu,
yaitu yang kami hormati bapak Lalan Sahlani, M.Ag. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada
beliau, yang telah membimbing serta mendidik kami dalam proses belajar. Semoga Allah SWT
membalas dengan balasan yang berlipat ganda.
Penulisan ini memang jauh dari kesempurnaan, mohon maaf apabila masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan tulisan ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, agar kita
senantiasa memiliki kekuatan dan mendapatkan ridha-Nya dalam menghadapi kehidupan ini.
Akhirnya harapan kami, semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya dan dunia
islam pada umumnya.

Bandung, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2

A. Epistemologi................................................................................................................. 2

B. Ontologi........................................................................................................................ 3

C. Aksiologi...................................................................................................................... 6

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 8

A. Kesimpulan................................................................................................................... 8

B. Saran............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran yang tidak akan pernah
puas dengan apa yang sudah ada, manusia selalu mencari kebenaran yang sesugguhnya
dengan salah satu caranya yaitu bertanya. Setelah manusia mengetahui jawabannya belum
tentu menerima begitu saja, tetapi harus mengujinya dengan metode yang diketahuinya.
Semakin pesatnya pengetahuan, juga semakin menggiatkan manusia berdialektika untuk terus
mencari kebenaran berlandaskan teori-teori yang sudah ada atau menemukan teori baru
dengan runtuhnya teori lama. Sehingga menjadikan manusia giat dalam melakukan penelitian
yang besifat ilmiah, guna mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.Untuk
itulah setiap manusia harus dapat berpikir filosofis dalam menghadapi realitas kehidupan,
yang menjadikan filsafat harus dipelajari. Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang
terkait dengan kebijaksanaan, yang dapat menjadikan manusia ideal dalam kehidupannya.
Di dalam kajian ilmu filsafat ada dua objek sebagai bahan penelitian, yaitu objek
penelitiannya yang sangat luas (objek material) dan objek penelitiannya yang sangat
mendalam (objek formal). Ahmad Tafsir menyebutkan dalam bukunya Filsafat Umum,
bahwa dalam garis besarnya filsafat dibagi menjadi tiga ruang lingkup, yaitu teori
pengetahuan yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan (Epistemologi), teori
hakikat yang membahas semua objek dan membicarakan pengetahuan itu sendiri (Ontologi),
dan teori nilai atau membicarakan guna pengetahuan itu sendiri (Aksiologi). 1 Sedikitnya,
ketiga ruang lingkup tersebut akan dibahas dan dirinci pada pembahasan berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Ontologi?
3. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Epistemologi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ontologi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Aksiologi

1
Ahmad Tafsir, Fisafat Umum; akal dan hati dari Thales sampai capra, (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2016) cet. ke-24, h. 22-23

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Epistemologi
1. Pengertian Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari dua kata, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos
(kata, pikiran, percakapan, teori, atau ilmu). Jadi, epistemologi berarti kata, percakapan,
atau teori tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.2
Filsafat pengetahuan atau filsafat epistemologi adalah salah satu ilmu filsafat yang
mencari jawaban atas soal-soal berkaitan dengan pengetahuan seperti “apa itu tahu dan tidak
tahu?”, “Apa yang bisa manusia ketahui dan apa yang manusia tidak bisa ketahui?”, “apa itu
pengetahuan?”, “ada berapa jeniskah pengetahuan?”3
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. Runes dalam kamusnya (Runes,1971) menjelaskan bahwa epistemology is the
branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods, and validity of
knowledge ( Epistemologi adalah cabang filfasat yang menyelidiki asal usul, struktur,
metode dan validitas pengetahuan). Sering juga disebut dengan istilah filafat pengetahuan
dan untuk pertama kalinya muncul digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 18544
2. Aliran-Aliran Epistemologi
Di dalam buku Ahmad Tafsir, disebutkan bahwa pengetahuan manusia ada tiga
macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Untuk
memperoleh pengetahuan itu, manusia melakukan berbagai cara dan menggunakan berbagai
alat. Dalam memperoleh pengetahuan, ada beberapa cara berbeda yang sangat fundamental.
Kemudian cara tersebut berkembang menjadi beberapa aliran dalam epistemologi.
Dalam filsafat barat, terdapat beberapa aliran besar yang berkembang, antara lain;
empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionisme. Bukan berarti aliran dalam
epistemologi hanya itu, tetapi alirannya banyak sekali termasuk kritisme, idealisme,
fenomenalisme, skeptisisme, agnositisme, dan masih banyak lagi. Sedikitnya, Pembahasan
tersebut sebagai berikut:
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya
pengalaman, pengalaman yang di maksud ialah pengalaman indera. Contohnya, manusia

2
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), cet. ke-1, h. 45
3
Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat, (Bekasi: TP, 2016)
4
Ahmad Tafsir, Fisafat Umum; akal dan hati dari Thales sampai capra, h. 23

2
tahu es dingin karena menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya. Bapak aliran
ini adalah John Locke (1632-1704), pada zaman modern mengemukakan teori tabula
rasa yang secara bahasa berarti meja lilin, maksudnya ialah bahwa manusia pada
mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,
lantas ia memiliki pengetahuan.
b. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini mengatakan bahwa akal adalah dasar kepastian manusia.
Pengetahuan yang benar di peroleh dan ukur dengan akal, manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Rene
Descartes ( 1596-1650), tetapi sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum
itu, orang orang Yunani Kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam
memperoleh pengetahuan yang benar, lebih lebih pada Aristoteles.
c. Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Compte ( 1798-1857) ia penganut empirisme. Ia
berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
di pertajam dengan alat bantu dan di perkuat dengan eksperimen. Pada dasarnya
positivisme bukanlah suatu aliran yang khas yang berdiri sendiri, ia hanya
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama.
d. Intuisionisme
Tokoh aliran ini ialah Henri Bergson (1859-1941), ia menganggap tidak hanya indera
yang terbatas akal juga terbatas. Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat
tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang
tertinggi, mirip dengan insting tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya,
pengembangan intuisi memerlukan suatu usaha yang dapat memahami kebenaran yang
utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi dapat menangkap objek secara langsung tanpa
melalui pemikiran. 5
B. Ontologi
Pada pembahasan ini, filosof mulai menghadapi objek-objeknya yang dipikirkan
secara mendalam sampai pada hakikatnya, guna untuk memperoleh pengetahuan. Inilah
sebabnya ontologi sering juga disebut dengan teori hakikat. Ontologi merupakan cabang
filsafat yang paling kuno yang menjadi awal mula pikiran Yunani telah menunjukkan
munculnya perenungan di bidang ontologi. Filsafat Yunani tertua yang kita kenal adalah

5
Ahmad Tafsir, Fisafat Umum; akal dan hati dari Thales sampai capra, h. 24-27

3
Thales, atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal
mula segala sesuatu.
Dalam persoalan ontologi, orang menghadapi persoalan “Bagaimanakah kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?”. Pertama kali orang dihadapkan pada dua
macam kenyataan. Pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan
yang berupa rohani (kejiwaan).6
1. Pengertian Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani: On= being, dan Logos= logic, Jadi
ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).7 Ada juga yang berpendapat, On artinya ada/wujud dan Logos artinya
teori/kata. Jadi, ontologi berarti ‘teori mengenai ada’. Dengan kata lain, filsafat ontologi
adalah salah satu ilmu filsafat yang berupaya menjawab soal-soal seperti “apa itu ‘ada’ dan
‘tidak ada’?”. Dapat juga di sebut dengan nama lain, yaitu kosmologi, metafisika, filsafat
alam, atau filsafat pertama.8
Ahmad Tafsir menyebutkan tentang hakikat ialah realitas, mempunyai arti keadaan
sebenarnya yang bersifat tetap dan tidak berubah, bukan keadaan yang bersifat sementara
atau menipu. Dia mencontohkan hakikat pemerintah demokratis yaitu yang menghargai
pendapat rakyat. Pemerintah yang bertindak seenaknya, sewenang-wenang, tidak
menghargai pendapat rakyat, itu adalah keadaan sementara, bukan hakikat dan hakikatnya
pemerintah itu demokratis. Fatamorgana itu bukan hakikat, tetapi hakikat fatamorgana ialah
ketiadaan itu.9
2. Aliran-Aliran Ontologi
Di dalam pemahaman ontologi, dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran sebagai berikut :
a. Monoisme
Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut dengan black universe (Bakhtiar:
2013). Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asalnya dari seluruh kenyataan itu
hanya satu saja, tidak mungkin dua.10 Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
1) Materialisme, Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-
546 SM), Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air karena pentingnya bagi

6
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), h. 100
7
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), h. 101
8
Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat, (Bekasi: TP, 2016)
9
Ahmad Tafsir, Fisafat Umum; akal dan hati dari Thales sampai capra, h. 29
10
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), h. 102

4
kehidupan. Menurut materialisme/ naturalisme hakikat benda adalah materi, benda itu
sendiri. Rohani, jiwa, spirit, muncul dari benda. Materialisme tidak menyangkal
adanya rohani, jiwa, spirit, dan Tuhan, akan tetapi semuanya itu muncul dari benda.
Jadi, rohani, jiwa, spirit, Tuhan, itu bukan hakikat.
2) Idealisme, Aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya.
“Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma), Yaitu sesuatu
yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi/ zat itu hanyalah penjelmaan pada
ruhani.
b. Dualisme
Tokoh aliran ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
modern. Yang merupakan pada benda itu ada dua, material dan imaterial, benda dan roh,
jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari benda,
keduanya sama-sama hakikat.
c. Pluralisme
Tokoh aliran ini pada zaman Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah,
air, api, dan udara. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih
dari satu atau dua entiras. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910
M). Menurutnya, tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanyalah kebenaran-
kebenaran, yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang
setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
d. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin nothing (tidak ada). Sebuah doktrin yang tidak
mengakui validitas alternatif yang positif. Pandangan Gorgias (483-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis,
realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
Ketiga, Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan
kepada orang lain.
e. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik
hakikat materi maupun rohani. Kata Agnostisisme berasal dari bahasa Grik agnostos yang
berarti unknow. A artinya not, Gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum

5
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu
menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat transendent.11
C. Aksiologi
Bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, terdapat definisi aksiologi
secara mendasar. Dijelaskan bahwa aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Aksiologi kemudian dikenal
sebagai salah satu cabang ilmu dari ilmu filsafat. Arah filsafat dari cabang ilmu ini adalah
mengenai pemanfaatan atau penggunaan dari ilmu pengetahuan.
Adapun menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan bahwa: “Aksiologi adalah teori
nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh”. Sehingga segala
nilai yang berhubungan dengan manfaat pengetahuan akan dikaji atau dibahas di dalam
cabang ilmu filsafat satu ini. Aksiologi ini mempunyai beberapa aspek di dalamnya yaitu :
1. Etika
Etika diketahui berasal dari bahasa Yunani. Yakni dari kata ethos yang memiliki arti
“adat kebiasaan”. Istilah lain untuk menyebutkan unsur etika adalah istilah moral. Dan di
dalam cabang ilmu etika ini ada tiga bagian yang mesti kita pahami yaitu :
a. Meta-etika, adalah bidang studi yang membahas mengenai makna teoritis dan juga
acuan yang digunakan untuk menerapkan maupun membangun etika atau moral dalam
suatu kelompok masyarakat.
b. Etika normatif, adalah bidang studi etika yang membahas mengenai cara praktis untuk
menentukan suatu tindakan moral. Sehingga disini akan dibahas mengenai cara-cara
praktis menentukan tindakan apa saja yang dianggap beretika dan sebaliknya.
c. Etika terapan, adalah bidang studi di dalam etika yang membahas mengenai apa yang
wajib dilakukan seseorang dalam situasi tertentu atau wilayah tindakan tertentu.
2. Estetika
Aspek kedua di dalam Aksiologi adalah estetika dan merupakan cabang ilmu filsafat
yang berhubungan dengan keindahan, rasa, dan segala hal yang berhubungan dengan
perasaan atau penilaian personal (subjektif). Dalam estetika, penentuan nilai suatu hal
melibatkan rasa atau perasaan sehingga dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya
dipengaruhi oleh suasana hati, saat suasana hati buruk maka segala hal dinilai buruk juga.
Begitupun sebaliknya.

11
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), h. 102-111

6
Selanjutnya Aksiologi mempunyai peranan fungsi sebagai cabang dari ilmu filsafat
yaitu :
1. Kegunaan Teoritis, maksudnya aksiologi memiliki fungsi yang sifatnya berupa teori.
Berhubungan dengan segala materi pembelajaran di dunia pendidikan. Jadi, Jika sudah
menguasai aksiologi secara teori maka kemudian akan memudahkan proses prakteknya.
Suatu nilai akan lebih mudah dipraktekan jika sudah dipahami teorinya seperti apa. Maka
fungsi pertama dari aksiologi adalah sebagai unsur teoritis.
2. Kegunaan Praktis, Secara sederhana bisa diartikan sebagai penerapan atau aplikasi dari
pemahaman nilai-nilai dalam suatu kehidupan. Jika mendapatkan ilmu pengetahuan maka
tugas pertama adalah mempraktekannya.
Contoh Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-Hari bisa analogikan dengan contoh
sederhana sebagai berikut :
1. Seseorang memiliki ilmu dan keterampilan untuk membuat kursi, saat kursi selesai dibuat
maka pengrajin ini bisa tahu kegunaan kursi ini untuk apa saja. Misalnya bisa digunakan
untuk duduk, digunakan untuk memberi kenyamanan saat bekerja, menaruh barang seperti
lipatan baju, dan lain sebagainya.
2. Aksiologi juga bicara mengenai etika atau moral yang mengarah pada sopan santun.
Seseorang yang memiliki etika yang baik tentunya akan menghormati siapa saja dan berlaku
sopan kepada siapa saja.12
Jadi sampai di sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Aksiologi adalah pembahasan
penting untuk diketahui dan dikuasai, agar bisa mengetahui hakikat dari ilmu dan
kegunaannya. Lewat pemahaman ini maka setiap ilmu yang dimiliki kemudian akan lebih
mudah untuk dimanfaatkan dalam keseharian.

BAB III
12
https://deepublishstore.com/materi/pengertian-aksiologi/ Diakses Minggu, 02 Oktober 2022 pukul 18.51

7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah epistemologi berasal dari dua kata, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos
(kata, pikiran, percakapan, teori, atau ilmu). Epistemologi berarti kata, percakapan, atau teori
tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah cabang filfasat yang
menyelidiki asal usul, struktur, metode dan validitas pengetahuan. Aliran epistemologi,
sedikitnya yaitu, empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionisme.
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani: On= being, dan Logos= logic, Jadi
ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Aliran ontologi, sedikitnya yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan
agnotisisme.
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika. Menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan bahwa aksiologi
adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

B. Saran
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maupun dalam
materi yang disajikan. Oleh karena itu, teman-teman bisa mencari referensi lain untuk
menambah wawasannya mengenai materi dalam makalah kami. Kami meminta saran dan
kritikannya, guna untuk menyempurnakan penulisan makalah dan materi yang disajikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Fisafat Umum; akal dan hati dari Thales sampai capra, (Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2016) cet. ke-24

Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), cet.
ke-1

Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat, (Bekasi: TP, 2016)

https://deepublishstore.com/materi/pengertian-aksiologi/ Diakses Minggu, 02 Oktober 2022 pukul


18.51

Anda mungkin juga menyukai