Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“EPISTIMOLOGI (ILMU PENGETAHUAN) DAN METODE ILMIAH”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Makalah Bahasa Indonesia

Diampu Oleh Dosen:

Disusun Oleh :

1. Ach. Kholili

2. Ainur Rofiq

3. Ruba’i

Kelompok 2

SEKOLAH TINGGI EKONOMI BISNIS ISLAM AL ANWAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN SYARIAH

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha kuasa karena dengan
rahmat, karunia serta taufiq dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah
tentang “EPISTIMOLOGI (ILMU PENGETAHUAN) DAN METODE
ILMIAH”. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Saiful Sulum selaku
pengajar mata kuliah Pengantar Study Islam yang telah memberikan tugas ini .

Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kepada pembaca dan yang terpenting yaitu kepada kami sendiri
mengenai “EPISTIMOLOGI (ILMU PENGETAHUAN) DAN METODE
ILMIAH”. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritikan dan saran serta usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang. Mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami oleh siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon kritikan serta
sarannya yang membangun.

Noreh, 9 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DATAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Epistemologi ............................................................................ 3
B. Aliran-alairan Epistemologi ....................................................................... 5
C. Landasan Epistemologi ……………………………………………….. ... 8
BAB III PENUTUP …………………………………………………………. .... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika mempelajari filsafat ilmu, kita pasti menjumpai istilah “Epistemologi”.
Yang merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Dan karena Filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi adalah bagian filsafat
yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, batas-batas dan metode, dan kesahihan pengetahuan. sehingga
dalam kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sumber-sumber
epistemologi. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran.
Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan
mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk
mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu
memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk
mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu,
tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan
cara-cara ilmiah.
Epistemologi, dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,
karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari
ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca
indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif,
metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis

1
Latar belakang munculnya pembahasan epistemologi adalah karena pada
sebelumnya para pemikir melihat bahwa panca indra manusia merupakan satu-
satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal yang terkadang
menimbulkan banyak kesalahan dalam menangkap objek luar. Dengan demikian,
sebagian pemikir tidak menganggap indra lahir dan berusaha membangun struktur
pengindraan valid yang rasional.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Epistemologi


2. Untuk mengetahui aliran-aliran Epistemologi.
3. Untuk mengetahui landasan Epistemologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi
Dalam studi Filsafat ditemukan istilah Epitemologi. Epistemologi adalah
ilmu yang membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan. Istilah
Epistemologi diserap dari kata Yunani yang berarti studi atau penelitian tentang
pengatahuan. “Logika” juga dapat disebut sebagai cabang dari Epistemologi.
Tugas utama Logika adalah menyelidiki sifat berpikir secara benar dan
menggunakan akal yang sehat termasuk hukum-hukum pemikiran manusia
(Dirdjosisworo, 1985).
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata
“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme
berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam
kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu
itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran
ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain
sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada
epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu
dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

3
Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila
telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini
menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia
berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-
masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam
epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat
membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya (Anonim, 2014 b).
Epistemology membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan. Tatkala manusia lahir dia tidak memiliki pengetahian
sedikitpun setelah berumur 40 tahun pengetahuan banyak sekali mereka dapat,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu, mengapa dapat juga berbeda
timgkat akurasinya hal hal seperti itulah yang di bicarakan dalam epistemology .
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology adalah filsafat
pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah epistemology
pertama kali muncul dan di gunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1845.
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila
seseorang mengenal tentang sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya
adalah yang terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta
kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Maka pengetahuan selalu
menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk ingin mengetahui
tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi pengetahuan
adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa
pikiran pengetahuan tidak bisa eksis. Jadi keterkaitan antara pengetahuan dengan
pikiran merupakan sesuatu yang kodrati (Bahtiar, 2012).

4
B. Aliran-aliran Epistemologi
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari
kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis
karena manusia mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin.
Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari
pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia
memiliki pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu
sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.berarti,
bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat
dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati
dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera
itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini
adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah
karena keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan
kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau
dilihat dari dekat benda itu besar (Tafsir, 2009).

2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat
scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian

5
disebabkan oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga
mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu
terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir.
Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang terang
menderang.
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat
membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang
terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang
terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah
pemberian tuhan seorang dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai
pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang
dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionlisme. Aliran
rasionalisme ada dua macam , yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang
filsafat. Dalam bidang agama , aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas
dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajran agama. Adapun dalam
bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering
berguna dalam menyusun teori pengetahuan (Tafsir, 2009).

3. Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah August compte (1798-1857). Ia menganut
paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan
diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat
eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya
untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran,
untuk mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan
. Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh
dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah
bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah
suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme.

6
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap
tidak hanya indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu
berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah
tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu
objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu
manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami
sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran
yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal
maka bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang
dimiliki manusia, yaitu intuisi (Tafsir, 2009).

5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang
ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant
(1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant
mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya
kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba
mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal
(rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia
mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari
bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal (Asmoro, 2012).

6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah
idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa.
Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena
itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada

7
spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum
berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang
mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh dari
manusia dengan akalnya (Saebani dan Hakim, 2008).

C. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum
dalam metode ilmiah. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari
wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan
demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio
dan fakta secara integratif.
Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan
masalah yang akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya.
Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batasan-
batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran
dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan kerangka
masalah;
2. Perumusan Kerangka Masalah, merupakan usaha untuk mendeskrisipakn
masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan
faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut
membentuk suatu masalah yang berwujud gejala yang sedang kita telaah.

8
3. Pengajuan hipotesis merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan
sementara menge-nai hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor
yang membentuk kerangka masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada
hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif deduktif dengan
mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.
4. Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam
usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita
menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa
saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam
hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.
5. Pembuktian hipotesis merupakan usaha untuk megunpulkan fakta-fakta
sebagaimana telah disebutkan di atas. Kalau fakta-fakta tersebut memag
ada dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah
terbukti, sebab didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis
itu tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita
kembali mengajukan hipotesis yang lain, sampai kita menemukan
hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
6. Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai
bagain dari ilmu. Atau dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat
kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah dapat diartikan sebagai
suatu penjelasan teoritis megnenai suatu gejala tertentu. Pengetahuan ini
dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis
dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan
demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi dalam suatu
daur sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapakan teori
ilmiah tersebut (Anonim, 2014 c).

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera mempunyai


metode tersendiri dalam teori pengetahuan,diantaranya adalah :
1. Metode Induktif

9
Induksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih
umum. Menurut David Hume (1711-1716), pernyataan yang berdasarkan
observasi tunggal betapa pun besar jumlahnya, secara logis tak dapat
menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.

2. Metode Deduktif
Deduksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan bahwa data
empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-
hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis
antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga
tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.
4. Metode Kontemplatif
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga
tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.
5. Metode Dialektis
Merupakan metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu:
1. Pengetahuan diperoleh dari akal, yakni pengetahuan yang didapatkan melalui
proses berpikir yang logis sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini
memunculkan aliran rasionalisme.
2. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, yakni pengetahuan baru muncul
ketika indera manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan
mengamati berbagai kejadian dalam kehidupan, jadi ketika manusia lahir
benar-benar dalam keadaan yang bersih dan suci dari apapun. Aliran yang
mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
3. Pengetahuan diperoleh dari intuisi, yakni pengetahuan yang bersifat personal,
dan hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014a. http://darul-ulum.blogspot.com/2008/05/dasar-dasar


pengetahuan.html. Di akses pada tanggal 17 Desember 2014.

Anonim, 2014b. http://barabbasayin.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-ruang-


lingkup.html. Di akses pada tanggal 17 Desember 2014.

Anonim, 2014c. http://barabbasayin.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-ruang-


lingkup.html. Di akses pada tanggal 17 Desember 2014.

Anonim, 2014d. http://ebookcollage.blogspot.com/2013/06/pengaruh-


epistemologi.html. Di akses pada tanggal 17 Desember 2014.

Asmoro, Ahmadi. 2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada. Jakarta

Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Dirdjosisworo, Soedjono, 1985. Pengantar Epistemologi dan Logika. Remadja.


Bandung.

Saebani, Ahmad dan Hakim 2008. Filsafat umum dari metologi sampai
teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung.

Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat umum. Remaja Rosdakarya. Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai