Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-
satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada Tgk. Ahmad Yani, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Ilmu Filsafat.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
Tim Penyusun
xi
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dipikirkannya atau yang diselidikinya. (The Liang Gie, 1997: 94-109). Ilmu
pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris Science,yang berasal dari bahasa
latin scienta dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari pengetahuan.
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia itu dalam berbagai seginya
ingin dimengerti.
antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, dan ternyata memang ada
hubungan, atau memahami bahwa tidak ada hubungan antara yang diterangkan
dengan yang menerangkan, dan ternyata memang tidak ada hubungan. Hasil
pemikiran dikatakan salah, bila memahami bahwa ada hubungan antara yang
diterangkan dengan yang menerangkan, padahal tidak ada, atau memahami bahwa
tidak ada hubungan antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, padahal
ada.
langsung menanyakan dan mencari benda yang namanya “kebenaran”, jelas itu
tidak akan ada hasilnya; itu merupakan usaha yang sesat. Meskipun ada kata
benda “kebenaran”, namun dalam realitanya tidak ada benda “kebenaran”, yang
mengenalnya pada hal yang memiliki sifat bersangkutan, demikian pula sifat
“benar” tentu saja juga dapat dicari dan dapat ditemukan dalam hal-hal yang
memiliki sifat “benar” tersebut. Misalnya sifat “bersih” dapat ditemukan pada
udara yang bersih, lantai yang bersih; sifat “tenang” dapat ditemukan dalam
suasana kelas yang tenang, suasana hati yang tenang. Demikian pula sifat “benar”
pada umumnya dapat ditemukan pada hal-hal berikut: pemikiran yang benar,
jawaban yang benar, pengetahuan yang benar, penyataan yang benar, penjelasan
yang benar, pendapat yang benar, pandangan yang benar, informasi yang benar,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBASAHAN
berhubungan secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas
hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi
diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 116.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2000, cet. ke 13), hlm. 55.
3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer…, 56
membutuhkan air, Ahmad adalah seorang manusia, Jadi, Ahmad membutuhkan
air
Suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu coherent (saling
berhubungan) dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika arti yang
pengertian yang bersifat psikologis. Kedua, pengertian yang bersifat logis. Ketiga,
pengertian akan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan umum, di mana hal
itu di artikan sebagai kepastian yang didasarkan pada nalar yang tidak dapat
diragukan lagi.4
dan matrealisme, teori koherensi atau konsistensi ini berkembang pada abad ke-19
dibawah pengaruh hegel dan diikuti oleh pengikut madzhab idealism. Dia
serap dengan indera kita itu tidaklah berwujud terlepas dari kesadaran tentang
objek tersebut. Karenanya, teori ini lebih sering disebut dengan istilah
subjektivisme. Pemegang teori ini, atau kaum idealism berpegang, kebenaran itu
5
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, 117
memandang keadaan real peristiwa-peristiwa. Manusia adalah ukuran segala-
kaum idealisme.6
pertama tadi. Teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan.
Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi kita tidak
antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan
itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten
dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui
kebenarannya.7
6
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 85.
7
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu; Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hlm. 51
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berhubungan secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas
hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi
diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi
air.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012