Anda di halaman 1dari 10

Teori Sosiologi Modern

Peter M. Blau
Dosen Pengampu : Dr. Agyo Demartoto,M.Si

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
A. Biografi Peter M. Blau

Peter Michael Blau merupakan seorang Sosiolog dan pemikir yang berasal
dari Austria. Ia lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. Ia bermigrasi ke Amerika
Serikat tahun 1939 dan menjadi warga Amerika Serikat tahun 1943. Blau pernah
mengenyam pendidikan di Universitas Columbia (1952) dan Elmhurst (1942). Selain
iu, Blau juga perah mendapatkan penghargaan dari Beasiswa Guggenheim untuk
ilmu sosial AS dan Kanada. Ia meningal pada 12 Maret 2002 di carrboro, Carolina
Utara, Amerika. Sebagian besar dari sumbangan terhadap Sosiologi adalah dalam
bidang organisasi kelompok.

Blau mendapatkan pengakuan di bidang sosiologi karena kontribusinya bagi


studi organisasi-organisasi formal yang empiris, dan juga buku-buku pelajaran yang
ditulisnya mengenai organisasi yang dikutip secara luas. Dia meninggal dunia pada
12 Maret 2002. Dan dia memberikan sumbangan yang penting kepada sosiologi.
Buku yang pernah ditulis oleh Blau salah satunya adalah Exchange and Power in
Social Life (1964), yang merupakan komponen utama teori pertukaran. Buku lain
yang pernah ditulis oleh Blau diantaranya adalah :

* 1964: Exchange and Power in Social Life

* 1967: The American Occupational Structure

* 1970: A Formal Theory of Differentiation in Organizaztions

* 1977: Inequality and Heterogenity: a primitive theory of social structure


* 1984: Crosscutting Social Circles: Testing a Macrostructural Theory of
Intergrooup Relations,with Joseph E. Schwarz

Meski Blau terkenal karena berbagai karya, yang menjadi perhatian di sini
adalah kontribusinya terhadap teori Sosiologi. Dan yang menarik adalah Ia telah
memberikan kontribusi penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda.
Bukunya  Exchange and Power In Social Life (1964) merupakan komponen utama
teori pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada
kelompok berskala besar. Walaupun mengandung beberapa kelemahan, karyanya itu
merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi
berskala luas dan berskala kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar teori
struktural.

Selama masa jabatannya selaku presiden the American Sociological


Association (1973 – 1974) Ia menjadikan teori struktural ini sebagai tema pertemuan
tahunan asosiasi sosiologi itu. Sejak itu Ia telah menerbitkan sejumlah buku dan
artikel yang direncanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural.
Karya terakhirnya di bidang ini adalah Structural Contexts of Opportunities (1994),
dan Crosscutting Social Circles edisi kedua (Blau dan Schwarz, 1997).

B. Teori Peter M Blau

1. Teori Pertukaran Sosial dan Kekuasaan


Peter M. Blau menilai bahwa teori pertukaran yang dikemukakan Homans
cenderung ke arah reduksionisme psikologis yang menekankan bahwa perilaku
individu merupakan gambaran dari perilaku seluruh kelompok. Blau mengisyaratkan
para ilmuwan sosial agar waspada akan bahasa reduksionisme yang mengabaikan
kehadiran properti sosial dan struktural. Tekanan Blau atas kelahiran (emergence)
atau properti kelompok yang tak dapat diredusir pada psikologi beorientasi individual.
Hal ini membuat Peter Ekeh menggambarkan karya Blau sebagai suatu ‘tesis yang
bersifat kolektivis strukturalis” yang dapat dibedakan dari teori individualistik
behavioris dari Homans”.
Konsep Blau mengenai teori pertukaran social terbatas terhadap tingkah laku
yang menghasilkan ganjaran atau sanksi social. Blau menyatakan bahwa terjadi tarik
– menarik yang mendasar antara pelaku – pelaku social tersebut yang menyebabkan
terjadinya teori pertukaran social, dan dia menggunakan paradigm yang terdapat
dalam karya Homans untuk menjelaskan mengenai ketimpangan kekuasaan.
Ketimpangan tersebt bias terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan ganjaran
antara satu pihak dengan pihak yang lain. Blau mengatakan bahwa ‘sementara yang
lain dapat diganjar dengan cara yang memadai melalui pengungkapan kepuasan telah
menolongnya, maka pihak yang ditolong itu tidak harus memaksa dirinya dan
menghabiskan waktunya untuk membahas pertolongan dari penolongnya.
Blau juga berpendapat bahwa reduksionisme dalam ilmu sosial akan
menghambat para ilmuwan sosial membahas fenomena yang emergent dan penting
seperti stratifikasi dan kekuasaan. Dia menolak pendapat Homans bahwa topik
demikian dapat dimengerti melalui prinsip –prinsip psikologi perilaku tentang
pertukaran. Apa yang dilakukan Blau dalam teorinya tidak lain adalah memanfaatkan
konsep pertukaran dari sosiologi mikro dan menyatukannya dengan konsep kekusaan
yang merupakan subyek usaha – usaha makro teoritis.
Sebagai hasilnya, Blau berhasil melahirkan karya monumental berjudul
Exchange And Power in Social Life (1964). Meski mengandung beberapa kelemahan
karyanya itu merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis
masalah sosiologi berskala luas (makro) dan berskala kecil (mikro).
Pada tingkat mikro, Blau membedakan penghargaan yang intrinsik dan yang
ekstrinsik, di mana pertukaran dengan penghargaan intrinsik tunduk pada hambatan –
hambatan normatif tertentu yang menghalangi terjadinya tawar menawar mengeni
biaya dan imbalan dan yang mengurangi perhatian terhadap apa yang harus
dibayarkan oleh individu. Selain itu, Blau menunjuk pada paradoks di mana orang
menahan diri untuk mulai berinteraksi dengan mereka yang dapat memberikan
imbalan yang menarik karena mereka mau menhindarkan diri dari subordinasi yang
dapat terjadi dalam suatu hubungan seperti iu.
Apabila orang – orang tidak mampu atau tidak bersedia untuk menghindari
keadaan yang tidak seimbang dalam hubungan pertukaran, disana muncullah struktur
kekuasaan. Orang yang menyediakan penghargaan di mana orang yang menerima itu
menjadi tergantung dan mereka tidak dapat membalasnya, mampu menuntut ketaatan
dari mereka dalam pertukaran. Seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain
dengan mengontrol sumber – sumber penghargaan di mana mereka menjadi
tergantung, mampu untuk membangun suatu garis tindakan kelompok dalam
hubungannya dengan orang atau kelompok lain atau dalam mencapai suatu tujuan
kelompok. Perkembangan garis tindakan kelompok iinilah yang merupakan dasar
munculnya struktur makro.
Ada beberapa sifat dasar yang muncul dalam struktur makro yang
membedakan dari struktur mikro, yakni terletak pada persoalan nilai dan norma
(konsensus nilai) yang ada dalam masarakat. Menurut Blau, konsensus nilai itu
mengganti pertukaran tak langsung dengan pertukaran langsung, sebagai contoh,
seorang anggota menyesuaikan diri dengn norma kelompok dan mendapat persetujuan
karena penyesuaian diri itu da mendapat persetujuan imlisit karena kenyataan bahwa
penyesuaian diri memberikan kontribusi atas pemeliharaan dan stabilitas kelompok.
Dengan kata lain, kelompok atau kolektivitas terlibat dalam suatu hubungan
pertukaran dengan individu.
Beberapa tipe yang berbeda mengenai nilai dan norma didiskusikan : nilai –
nilai yang memberikan legitimasi, nilai – nilai oposisi, nilai – nilai partikularistik, dan
nilai – niai universalistik. Dalam sistem yang besar dan kompleks seperti masyarakat
keseluruhannya, nilai – nilai abstrak seperti itu menjadi lebih penting daripada
penghargaan yang bersifat langsung, untuk mempertahankan pola – pola yang sudah
mapan. Ini disebabkan karena banyak dari pola – pola ini bersiat tidak langsung
meskipun bayaran orang secara pribadi itu selalu penting, orang sering rela untuk
membatalkan pemuasan yang langsung atas beberapa kebutuhannya demi
kepentinngan penyesuaian diri terhadap nilai – nilai dan norma – norma bersama, dan
memperoleh dukungan sosial yang merupakan hasil dari penyesuaian diri itu. Pada
umumnya dinamika – diamika sosial yang terkandung dalam proses institusionalissi
sangat penting untuk menjelaskan sistem makro yng lus ini. Sebaliknya, proses –
prose ini secara relatif kurang penting dibandingkan dengan bayaran aau penghargan
yang diberikan secara pribadi pada tingkat mikro dalam pertemuan tatap muka.
Menurut Blau, beberapa orang tertarik untuk dapat membangun sebuah
asosiasi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Begitu awal katan terjalin, maka
ganjaaran yang mereka berikan kepada sesamanya dapat berfungsi sebagai penguat
suatu ikatan atau justru juga dapat menjadikan hal itu sebagai perusak hubungan
ikatan yang terjalin tersebut yang dikarenakan ketidakseimbangan ganjaran antara
satu pihak dengan pihak yang lain. Dann lebih jauhnya, tidak hanya memperlemah
dan menghancurkan hubungan tersebut, namun juga akan menimbulkan eksploitasi
kekuasaan. Ganjaran yang dimaksud diatas adalah sebuah hal yang bisa berupa
instrinsik, seperti kasih, saying, afeksi, dan yng lainnya. Dan juga dapat berupa hal
yang bersifat ekstrinsik seperti uang, barang, dan bahan material lainnya. Karena
setiap kelompok tidak dapat memberikan ganjaran yang sama/simbang, maka
disitulah keetimpangan kekuasaan terjadi.
Blau (1964: 117) memberi batasan kekuasaan sesuai dengan pengertian
Weberian, yaitu  “kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya  pada
pihak lain, walaupun terdapat penolakan melalui perlawanan, baik dalam bentuk
pengurangan pemberian ganjaran secara teratur maupun dalam bentuk
penghukuman, sejauh kedua hal itu ada, dengan memperlakukan sanksi negatif”…
Sedangkan untuk menjelaskan hubungan-hubungan ketergantungan-kekuasaan
(power-dependence), Blau (1964: 118) mengutip skema Richard Emerson sebagai
dasar untuk menganalisa ketimpangan kekuasaan yang terdapat di dalam dan di antara
kelompok-kelompok. Individu yang membutuhkan pelayanan orang lain harus
memberikan alternatif berikut ini:
1. Mereka dapat memberi pelayanan yang sangat ia butuhkan sehingga cukup
untuk membuat orang tersebut memberikan jasanya sebagai imbalan, walau
hanya apabila mereka memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk ini; hal ini
menjurus pada pertumbuhan timbal balik.
2. Mereka dapat memperoleh pelayanan yang dibutuhkan itu di mana-mana
(dengan asumsi bahwa ada penyedia alternatif), yang menjurus pada pertukaran
timbal-balik, sekalipun dalam bentuk hubungan yang berbeda.
3. Mereka dapat memaksa seseorang menyediakan pelayanan (dengan asumsi
orang tersebut mampu melakukannya). Bilamana pemaksaan yang demikian
terjadi, maka mereka yang mampu memperoleh pelayanan tersebut menciptakan
dominasi terhadap penyedia (supplier).
4. Mereka dapat belajar menarik diri tanpa mengharap pelayanan atau menemukan
beberapa pengganti pelayanan serupa itu.
Keempat alternatif itu menunjukkan kondisi-kondisi ketergantungan sosial dari
mereka yang membutuhkan pelayanan tertentu. bilamana orang-orang yang
menginginkan pelayanan itu tidak mampu memenuhi salah satu dari alternatif tersebut
maka mereka tidak mempunyai pilihan kecuali menuruti kehendak penyedia “sebab
kelangsungan persediaan pelayanan yang dibutuhkan tersebut hanya dapat diperoleh
sesuai dengan kepatuhan mereka” (Blau, 1964: 118). Ketergantungan ini
menempatkan penyedia pada posisi kekuasaan. Agar dapat mempertahankan
posisinya penyedia ini harus tetap bersikap wajar terhadap keuntungan yang diperoleh
atas pertukaran pelayanan itu dan harus merintangi penyedia lain dalam kegiatan
pelayanan yang sama (Blau, 1964: 121)… Blau juga berpendapat (1964: 200) bahwa
hanya perintah-perintah kekuasaan sah yang akan dipatuhi”.
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan
diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih
berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai
serta merasa ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang
atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain. Adapun strategi atau
cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu
memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu
upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang
dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai ketergantungan.

2. Strukturalisme Pertukaran >< Pertukaran Perilaku


Dua bahaya harus dihindarkan dalam derivasi proses sosial yang lebih
kompleks dari yang lebih sederhana, dan dalam studi struktur sosial pada umumnya,
perumusan konsepsi-konsepsi abstrak yang sangat terpisah dari realitas empiris yang
dapat diteliti, dan reduksionisme yang mengabaikan kelahiran  sosial dan struktural
(Blau, 1964:2-3)

Kutipan di atas merupakan kritik yang disampaikan oleh Blau terhadap teori
pertukaran-perilaku milik Homans. Walaupun pada kenyataannya tidak dapat
dipungkiri bahwa Peter M. Blau terinspirasi dan mengadopsi prinsip-prinsip
pemikiran yang berasal dari ahli Psikologi B.F. Skinner dan ahli teori pertukaran
sosial George C. Homans. Tetapi dari pengamatan yang lebih dalam akan terungkap
bahwa perbedaan antara Blau dan Homans mungkin lebih besar daripada kesamaan
yang terlihat di permukaan. Sebagaimana diketahui, teori Homans cenderung ke arah
reduksionisme psikologis, yang menekankan bahwa penjelasan perilaku individu juga
berarti penjelasan seluruh perilaku kelompok. Sebagaimana terlihat dari kutipan di
atas, Blau mengisyaratkan para ahli sosiologi agar waspada akan bahaya
reduksionisme “yang mengabaikan kehadiran properti sosial dan struktural”. Tekanan
Blau atas kelahiran (emergence), atau properti kelompok, yang tak dapat diredusir
pada psikologi berorientasi individual, mengakibatkan Peter Ekeh (1974)
menggambarkan karya Blau tersebut sebagai suatu “tesis yang bersifat kolektivitas
strukturalis yang dapat dibedakan dari teori individualistik behaviors dari Homans.
Peter M. Blau berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang
menggabungkan tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang
lebih luas, yakni antara kelompok, organisasi, dan Negara.
Konsep Blau tentang pertukaran sosial terbatas pada tingkah laku yang mendatangkan
imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti kalau dia berasumsi bahwa tidak
bakal aka nada imbalan lagi. Menurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain
karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka membentuk atau
membangun asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-organisasi sosial (Raho, 2007:
176).
Selain itu seperti yang ditulis oleh Kamanto Sunarto dalam buku pengantar
Sosiologi, Peter M. Blau. Berbeda dengan Homans, yang membatasi analisisnya pada
jenjang mikrososiologi walaupun menurutnya proses perilaku sosial pada jenjang
mikro tersebut mempunyai dampak pada makrososiologi, maka teori Blau berusaha
untuk menjembatani kedua jenjang analisis tersebut. Jadi sebenarnya jika menurut
Poloma (2004) apa yang dilakukan Blau dalam teorinya ialah memanfaatkan konsep
pertukaran dari sosiologi mikro dan menyatukannya  dengan konsep-konsep
kekuasaan yang merupakan subyek usaha-usaha makro teoritis.
Tidak hanya itu, terdapat perbedaan lain yang sebenarnya tidak terlalu
mencolok antara Homans dan Blau yaitu pada keterlibatan pertukaran terhadap
interaksi sosial. Jika Blau memang mengakui tidak semua perilaku manusia dibimbing
oleh pertimbangan pertukaran sosial, walaupun menurutnya kebanyakan memang
demikian (berdasarkan pertimbangan pertukaran sosial). Akan tetapi dia
mengetengahkan dua persyaratan yang harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus
pada pertukaran sosial: 1) perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang
hanya dicapai melalui interaksi dengan orang lain, dan 2) perilaku harus bertujuan
untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut (Blau, 1964:5).

3. Mikro dan Makro


Seperti disinggung sebelumnya, di level mikro atau individu pada konsep
pertukaran sosial, Blau dan Homans tertarik pada proses yang sama. Tetapi menurut
Ritzer & Goodman (2007; 369 Peter M. Blau berusaha mengembangkan sebuah teori
pertukaran yang menggabungkan tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur
masyarakat yang lebih luas, yakni antara kelompok, organisasi, dan Negara.
Konsep Blau tentang pertukaran sosial terbatas pada tingkah laku yang mendatangkan
imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti kalau dia berasumsi bahwa tidak
bakal aka nada imbalan lagi. Menurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain
karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka membentuk atau
membangun asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-organisasi sosial (Raho, 2007:
176).
Hadiah yang dipertukarkan dapat berupa sesuatu yang bersifat intrinsik seperti
cinta, kasih sayang dan rasa hormat, atau sesuatu yang bernilai ekstrinsik seperti uang
dan tenaga kerja fisik. Orang yang terlibat dalam ikatan kelompok tak selalu dapat
saling memberikan hadiah secara setara. Bila terjadi ketimpangan dalam pertukaran
hadiah, maka akan timbul perbedaan kekuasaan dalam kelompok. Inilah yang
nantinya juga akan dibahas oleh Peter M. Blau. Jadi bila satu orang membutuhkan
sesuatu dari orang lain, tetapi tidak memberikan apa pun yang sebanding sebagai
tukarannya, maka akan tersedia empat kemungkinan.
Pertama, orang itu dapat memaksa orang lain untuk membantunya.
Kedua, orang itu akan mencari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketiga, orang itu dapat mencoba terus bergaul dengan baik tanpa mendapatkan apa
yang dibutuhkannya dari orang lain.
Keempat, orang itu mungkin akan menundukkan diri terhadap orang lain dan dengan
demikian memberikan orang lain itu “penghargaan yang sama” dalam antar-hubungan
mereka. Orang lain kemudian dapat menarik penghargaan yang diberikan itu ketika
menginginkan orang yang ditundukkan itu melakukan sesuatu. (Alternatif yang
terakhir ini jelas merupakan ciri esensial dari kekuasaan). Hingga di sini pendapat
Blau sama dengan Homans, tetapi Blau meluaskan teorinya hingga ke tingkat fakta
sosial. Blau juga bergerak pada tingkat kemasyarakatan dan membedakan antara dua
jenis organisasi sosial. Organisasi sosial jenis pertama lahir dari proses pertukaran dan
persainga. Dalam hal ini Blau mengakui kemunculan sifat kelompok sosial. Jenis
organisasi sosial kedua tak muncul begitu saja, tetapi dengan sengaja didirikan untuk
mencapai keuntungan optimal.
C. Kesimpulan
Teori pertukaran dan kekuatan dalam kehidupan sosial yang dikemukakan
Blau pada dasarnya menganut perspektif Homans, tetapi ada suatu perbedaan penting.
Homans lebih menekankan pada perilaku individu yang mempengaruhi segala
aktivitas sedangkan Blau menekankan pada skala yang besar yaitu kelompok. Blau
menggabungkan bentuk – bentuk elementer perilaku sosial dengan pertukaran pada
tingkat – tingkat struktural dan budaya.
Blau menjelaskan bahwa dalam kehidupan social beermasyarakat ini ada
sebuah pertukaran antara satu pihakn dengan pihak yang lain, yang baik berupa kasih,
saying, afeksi, maupun yang berwujud materiil seperti uang, barang, dan lainnya.
Namun, jika ganjaran yang didapat oleh setiap orang itu berbeda, maka akan
menimbulkan suatu kesenjangan kekuasaan didalam suatu kelompok. Orang yang
mempunyai ganjaran yang lebih banyak dari orang lain akan dapat menguasai orang –
orang yang ada disekitarnya.

D. Daftar Pustaka
Kamanto. Pengantar Sosiologi, edisi kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2000.
http://beasiswa.unair.ac.id/sites/default/files/perpanjangan/2013/ki_M
http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/peter-m-blau-strukturalisme-pertukaran.html

Journal Universitas Kristen Satriya Wacana: Teori Pertukaran Social dan Teori
Pertuakran Social dalam Pandangan Peter M. Blau

Anda mungkin juga menyukai