Anda di halaman 1dari 23

ALIRAN KONSTRUKSIONISME SOSIAL

Pergolakan tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, setelah perang Vietnam berakhir.
Kalangan Akademik kembali ke dunia !isnis "ebagai Kebiasaan# sebagai solusi peme$ahan
masalah sosial, gagasan ahli konstruksionisme men%adi bagian dari perubahan ini. &erakan
ini meradIKal dalam sosiologi, terutama terhadap permasalahan 'praktek-praktek( sosial.
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PERSPEKTIF
KONSTRUKSIONISME
"pe$tor dan Kitsuse mengungkapkan bahwa problem-problem sosial adalah apa
)ang sedang mereka pikirkan. Kondisi ob%ekti* )ang mungkin atau tidak mungkin
ter%adi, itu %uga merupakan landasan dasar konsep problematika sosial. +engadopsi
dari sub%ekti,isme radikal, mereka terpokus perhatian pada proses penentuan
problem. -asil dari interaksi antara )ang komplek dan )ang merespon )aitu .
Definisi . Problem sosial adalah kondisi-kondisi )ang men%adi ketetapan buda)a
seperti hal-hal )ang men)usahkan, tersebar luas, perubahan dan
sesuatu )ang diperlukan dalam proses perubahan.
Penyebab . Akti,itas-akti,itas mas)arakat )ang men)ebabkan timbuln)a
problem.
Kondisi . Proses interaksi antara pengadu dan perespon untuk sebuah perbaikan.
Konsekuensi . Akibat-akibat )ang ter%adi dari sebuah perbuatan. -an)a penelitian
empiris )ang dapat menawarkan %awaban-%awaban sementara untuk
pertan)aan dari konsekuensi.
Solusi . /pa)a tertentu untuk memberikan keterangan terhadap problema
sosial dengan melalui riset dalam proses kehidupan.
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
0i tahun 1960-an mun$ul istilah pelabelan perspekti*. Pandangan tersebut
mun$ul dari pen)impangan )ang mas)arakat kemukakan. -al ini se$ara $epat
di%adikan sebagai stimulasi penelitian, tulisan dan kritik. Pada pertengahan tahun
1971, se%umlah rise$er aliran ob%e$turisme mempertan)akan apa )ang mereka lihat
sebagai dalil dasar dari perspekti* baik )ang menopang atau mengembangkan
perilaku men)impang.
Pada pertengahan tahun tu%uh puluhan, nampak kemun$ulan suatu keradikalan
dari pelabelan perspekti* konstruksionisme sosial, sebagai suatu pendekatan studi
problem-problem sosial.
Pada tahun 1910, pemikiran konstruksionisme berkembang dengan
mengembangkan sekolah-sekolah )ang men%adi sentral seluruh penelitian mereka
mengenai problem-problem sosial sekaligus pen$arian solusin)a.
DEFINISI PROBLEM-PROBLEM SOSIAL
John I. Kitsuse and Ma!o" S#e!to$
0alam kutipan ini, Kitsuse dan "pe$tor mengungkapkan bahwa sosial problem
adalah proses )ang didalamn)a ditemukan situasi tertentu sebagai problem sosial
)ang men%adi pokus para ahli sosiologi. +as)arakat keberatan dengan de*inisi
mengenai sosial problem tentang moral interest, moral wrong, karena tidak sesuai
dengan *akta )ang sebenarn)a.
2uller dan +)ers menggunakan istilah ,alue 'nilai( membingungkan )aitu
,alue pertimbangan 'keputusan( dan ,alue kon*lik. +ereka menggunakan konsep
nilai ',alue( itu diantaran)a .
3ilai-nilai pertimbangan '%udgement(, menga%ak mas)arakat untuk melaporkan
kondisi )ang tidak diinginkan oleh mereka dan ditentukan sebagai sosial problem,
dengan kata lain bahwa nilai-nilai merupakan kun$i utama )ang menentukan sosial
problem.
Value %udgement tidak han)a menolong mengembangkan kondisi, tetapi %uga men$ari
solusin)a.
SOSIAL PROBLEMS SEBAGAI PROSES
Kita tahu bahwa arah dari sub%e$ti,e element# sosia problems adalah proses
)ang dilakukan oleh anggota-anggota suatu kelompok atau mas)arakat tertulis )ang
menimbulkan permasalahan sosial )ang merupakan ka%ian sosiologi mengenai
problem sosial. 0engan kata lain, bahwa sosial problem merupakan akti,itas-akti,itas
anggota kelompok )ang melakukan tuntutan-tuntutan berupa keluhan dan klaim
se$ara respek sehingga menimbulkan kondisi )ang tidak kondusi*.
Kondisi sosial problem itu akan senantiasa berubah dan berkembang sesuai
dengan proses perkembangan mas)arakat itu sendiri, dengan kata lain problem sosial
itu sebagai proses.
+a$am-ma$am interest atau minat dan kelompok sebagai sosial problem antara
lain .
1. 3ilai kelompok )ang berkembang men%adi kondisi pen)ebab sosial problem
diantaran)a adan)a ke$emburuan terhadap posisi di antara mereka.
4. 5er%adi debat tertulis antar kelompok )ang menimbulkan tuntutan-tuntutan satu sama
lain.
6. Adan)a protes-protes dari mas)arakat terhadap nilai-nilai )ang berkembang )ang
sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
7. 5erdapat kepentingan orang-orang )ang kuat )ang melakukan interpensi atau
penekanan terhadap orang-orang )ang lemah.
8tulah beberapa hal )ang mengakibatkan timbuln)a kon*lik dan pada akhirn)a
solusin)a dengan melalui pendekatan-pendekatan )ang rele,an )ang disesuaikan
dengan proses perkembangan mas)arakat.
KESIMPULAN
"osial Problem adalah proses )ang didalamn)a ditemukan situasi-situasi
tertentu sebagai problem sosial )ang dilakukan oleh anggota-anggota suatu kelompok
atau mas)arakat, atau merupakan akti,itas-akti,itas anggota kelompok )ang
melakukan tuntutan-tuntutan berupa keluhan dan klaim se$ara respek, sehingga
menimbulkan kondisi )ang tidak kondusi*.
"osial problem senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan proses
perkembangan mas)arakat itu atau dengan kata lain problem sosial itu sebagai proses.
BAGAIMANA SE%ARA SUKSES
MENGONSEPKAN MASALA& SOSIAL
Donieen R.Lose'e
Masyarakat kontemporer memunculkan banyak kondisi yang dapat kita klaim
sebagai masalah-masalah sosial. Tetapi dari banyak kondisi yang berkompetisi untuk
status masalah sosial, mengapa hanya beberapa yang mencapai status tersebut?
Sementara penelitian sistematis telah membuat perbedaan antara klaim yang berhasil
dan tidak berhasil, Loseke, setelah mempelajari literatur yang relevan, telah
menyarankan resepnya mengenai bagaimana secara efektif mengonsepkan masalah
sosial. lemen utamanya memfokuskan pada bentuk dan isi klaim-klaim yang
meningkatkan kemungkinan diterimanya sebagai masalah sosial. Loseke berhubungan
dengan elemen-elemen tersebut seperti bagaimana kompleknya klaim-klaim itu
seharusnya, apa yang harus ditekannya, bagaimana luasnya seharusnya, dan apa jenis
cerita yang harus ada didalamnya. !ika klaim-klaim memunculkan cukup rasa takut dan
kemarahan moral, audiens kemungkinan menyerukan agar "sesuatu dilakukan
untuknya.#
RINGKASAN CARA SUKSES MENGONSEPKAN MASALAH SOSIAL
+as)arakat kontenporer memun$ulkan ban)ak kondisi )ang dapat kita klaim sebagai
masalah-masalah sosial. 0onileen 9.:oseke telah men)arankan resepn)a mengenai
bagaimana se$ara e*ekti* mengonsepkan masalah sosial. +enurutn)a berhubungan
dengan elemen-elemen tersebut seperti bagaimana komplekn)a klaim-klaim itu
seharusn)a, apa )ang harus ditekan)a, bagaimana luasn)a seharusn)a, dan apa %enis
$erita )ang harus ada di dalamn)a.
1. +engonsepkan Kerangka )ang Populer
"etiap masalah sosial harus dikonsepkan sebagai %enis masalah tertentu dengan
%enis pen)ebab tertentu. Ada dua strategi untuk mengonsep kerangka tersebut
)ang berhubungan dengan keberhasilan.
a( Pertama adalah strategi mengonsep perbedaan dalam kesamaan. +engonsepkan
perbedaan penting karena terdapat premi pada hal baru dalam permainan masalah
sosial. Perhatian audiens )ang baru dan berbeda karena orang-orang Amerika
$endrung men%adi bosan dengan masalah-masalah sosial tertentu. 8stilah disini
adalah ke%enuhan dimana audien men%adi %enuh dengan klaim-klaim, ketika
klaim men%adi membosankan, audien berhenti mendengarkan. 5etapi ketika
membuat sesuatu )ang berbeda adalah penting, tampakn)a %uga perbedaan ini
adalah )ang terbaik ketika tidak se$ara total baru. "ebagai $ontoh; 5eknologi
kedokteran, seperti pengkloningan manusia, per$obaan ba)i tabung. "e$ara
keseluruhan, klaim-klaim baru dapat men%adi berhasil %ika audiens tidak memiliki
kategori untuk memahamin)a. Pembuatan klaim-klaim )ang berhasil oleh karena
itu merubah klaim lama dan $ara-$ara baru. 0alam dua $ara, klaim-klaim dapat
membuat perbedaan dalam kesamaan.
"tategi pertama adalah pigg)ba$king. Pigg)ba$king dilakukan ketika masalah
baru dibuat sebagai $ontoh )ang berbeda deari masalah )ang telah ada. "ebagai
$ontoh, se$ara histories, gerakan hak-hak sipil untuk memperoleh hak-hak )ang
setara bagi penduduk Amerika-A*rika adalah gerakan kesetaraan pertama setelah
P0 88 di A". Kesetaraan adalah suatu kata dalam konstitusiA", namun
mas)arakat Amerika se$ara umum tidak $endrung berpikir mengenai moralitas
penting dalam kehidupan sehari-hari.
b( "trategi kedua )aitu perluasan domain, dalam perluasan domain, isi dari kategori
dimasukkan lebih ban)ak lebih ban)ak dibandingkan konsep-konsep sebelumn)a.
"ebagai $ontoh# perbudakan# dimulai ketika kategori sangat sempit digunakan
untuk kondisi dimana orang-orang se$ara *isik dilarang untuk meninggalkan
kondisi. 5etapi klaim-klaim baru ini telah meluaskan kategori ini.
4. +engonsepkan Kondisi <ang "angat /mum.
Permaian masalah sosial menggunakan hukum %umlah-%umlah angka besar,
semakin besar %umlah korban )ang di$iptakan oleh suatu kondisi, maka semakin
besar kemungkinan audiens ingin menge,aluasi suatu kondisi sebagi masalah
sosial."ebagai $ontoh;
- Pen)alah gunaan obat-obatan,orang )ang men)alahgunakan obat-obatan
dianggap sebagai korban kemiskinan atau rasisme menurut beberapa klaim.
5etapi menurut audiens menganggap orang-orang )ang men)alahgunakan obat-
obatan adalah sebagai pen%ahat.
- Korban perkosaan , semua hubungan heteroseksual adalah perkosaan.
- +asalah nutrisi, selama beberapa tahun )ang lalu audien-audien di A" telah
diberi tahu untuk tidak makan lemak, mengenai kolesterol dan makanan =ina dan
%uga e*ek pop$orn. 0alam batasan ini, strategi menekankan pentingn)a ukuran
kondisi dan %umlah korban karena mendorong anggota-anggota audiens untuk
menge,aluasi apakah suatu kondisi $ukup untuk disebut sebagai masalah sosial.
"trategi menekankan ukuran ini %uga penting karena dapat membantu
men)akinkan audiens bahwa masalah sosial dekat dengan)a. "ementara moralitas
kemanusiaan menganggap pentingn)a membantu orang>orang karena ini
merupakan hal moral )ang dilakukan, karakteristik audiens-audiens Amerika
se$ara tidak lansung mempengaruhi kita.
- +engonsepkan korban-korban kelas menengah dan orang-orang %ahat, %uga
merupakan %enis hal baru )ang memun$ulkan ketertarikan audiens. Korban-
korban dan orang %ahat dan )ang tak terduga lebih tertarik disbanding )ang kita
duga sebelumn)a."eperti ?.@."impson adalah seorang %ahat )ang sangat baik.
"iapa )ang men)angka seorang )ang ka)a dan memiliki kekuasaan men%adi
seorang )ang melakukan tindakan kekerasan kepada istrin)a. !egitu %uga,
@on!enet9amse), seorang anak )ang terbunuh )ang se$ara umum dianggap
sebagai ratu ke$antikan berumur enam tahun, telah mempesona mas)arakat
selama hampir dua tahun. 0ia adalah anak )ang $antik, orang tuan)a ka)a.
=eritan)a membuat suatu klaim )ang e*ekti* karena dia adalah korban )ang tak
terduga. Komentar-komentar seperti itu kita tidak pernah menduga hal itu dapat
ter%adi disini, menekankan bagaimana kondisi mempengaruhi seseorang. "emua
anggota audiens, terutama mereka dalam kelas menengah )ang kuat se$ara sosial
dan ekonomi, dianggap memiliki pan$ang dalam hasil permainan masalah sosial.
6. +engonsepkan Konsekuensi <ang +enakutkan.
+asalah sosial bukan semata-mata A Amasalah, masalah sosial sering kali
dikonsepkan dalam bahasa )ang sangat kuat adalah suatu krisiB suatu AepidemikB,
suatu ben$ana.Klaim-klaim membuat konsekuensi-konsekuensi )ang menakutkan
untuk masalah-masalah sosial. Klaim-kl;aim tentang Amengemudi sembari mabukB
$ontohn)a,menekankan pada konsekoensi )ang paling ekstrim, ketika pengemudi
tersebut dapat membunuh orang lain. 8ni merupakan strategie*ekti* dalam
permainan masalah sosial, )aitu men)akinkan anggota-anggota audiens bahwa
suatu kondisi se$ara moral men)usahkan, menekankan titik ektsrim kondisi )ang
menun tun pada konsekuensi )ang paling ekstrim. Kita semua mengetahui
,berdasarkan kekomplekkan kehidupan sosial, konsekuensi-konsekuensi ob%ekti*
dari kondisi masalah sosial tertentu akan berkisar dariBtidak men)enangkanB hingga
Asangat burukB hingga AmenakutkanB. "ebagai $ontoh mengenai kondisi Aanak )ang
hilangB seringkali adegan)a menakutkanB dari seorang anak )ang se$ara brutal
dibunuh oleh orang asing. Aturan umumn)a adalah semakin menderita korban,
maka semakin e*ekti* suatu klaim itu.
7. +empersonalisasikan Kondisi 0an ?rang-?rang.
"trategi pengonsepan klaim )ang penting adalah mempersonalisasikan masalah.
"ementara para audiens mas)arakat Amerika se$ara umum ingin mengetahui
berapa ban)ak orang-orang dipengaruhi oleh kondisi masalah sosial.
+empersonalisasikan $erita adalah rute untuk men)elamatkan audiens. =erita
adalah $ara untuk mendorong audiens merasakan simpati terhadap korban, untuk
merasakan kemarahan moral terhadap orang )ang berbuat %ahat. "trategi
mempersonalisasikan kondisi-kondisi masalah sosial %uga beker%a dengan baik
ketika menggunakan $erita-$erita selebritis )ang dikenal dengan baik. =erita-$erita
selebritis dapat %uga ber*ungsi untuk menekankan bagaimana seseorang dapat
men%adi korban kondisi masalah sosial. "ebagai $ontoh, 9o$k -usson, +agi$
@honson, dan &reg :ouganis telah men%adi $ontoh e*ekti* untuk membuat klaim
tentang masalah sosial )aitu A80". Kematian bintang bola basket :en !ias pada
tahun 1916 karena o,erdosis kokain. Audiens umum untuk klaim masalah-masalah
sosial $enderung tidak menilai klaim semata-mata pada dasar logika bukti ilmiah,
kita menilain)a berdasarkan apa )ang kita rasakan.
C. +engonsepkan pen)ederhanaan.
"trategi pembuatan klaim )ang e*ekti* adalah untuk melupakan tentang
kekomplekan kehidupan n)ata dan membuat kondisi-kondisi masalah sosial dan
orang-orang di dalamn)a mudah untuk dipahami. "alah satu $ara )ang dapat
ddilakukan adalah dengan membuat ime%-ime% kondisi untuk han)a memiliki
konsekuensi-konsekuensi )ang menge%utkan. "ebagai $ontoh;
- +asalah sekolah )ang buruk D )ang tidak teratur.
- +asalah kondisi orang tua )ang masih rema%a.
- +asalah kekerasan suami terhadap istri.
"e$ara pasti klaim-klaim )ang e*ekti* adalah klaim-klaim )ang han)a
mengonsepkan karakteristik kondisi )ang menuntun pada ime%-ime% kondisi
sebagai masalah sosial, han)a memiliki karakteristik korban )ang
mengonsepn)a sebagai korban. Pen)erderhanaan %uga dibuat dengan
menekankan kemurnian korban. !ahwa ban)ak audiens tidak akan
menge,aluasi seseorang sebagai korban ke$uali %ika mereka )akin orang
tersebut tidak bertanggung %awab atas kerugian )ang dialamin)a., seperti
masalah A80". Kategori-kategori orang-orang tersebut se$ara %elas tidak
bertanggung %awab akan kerugian ini. +aka kita memiliki klaim untuk
menganggap tidak han)a#ketidaktanggung %awaban# tetapi %uga untuk
mengganggap apa )ang sering kali tampak men%adi kemurnian mutlak korban.
6. "trategi-"trategi 0alam +engonsepkan "eseorang <ang @ahat
Ketika mengonsep moralitas dan kemurnian hampir selalu merupakan strategi
e*ekti* dalam mengonsep korban, situasi men%adi lebih komplek ketika beralih pada
strategi untuk mengonsep orang-orang )ang %ahat. Ada 6 )aitu;
a(. "trategi seorang pembunuh, klaim-klaim menganggab seorang pembunuh sebagai
seorang dibawah tekanan tertentu, ketika $riminal-kriminal sebagai pasien-pasien
mental sebagai orang-orang )ang tidak pernah benar-benar memiliki kesempatan
dalam kehidupan. "trategi ini e*ekti* ketika se$ara emosional melekat pada
audiens. 8ni memungkinkan kita untuk memben$i dosa dan men$intai orang )ang
berbuat dosa.
b( Kalim dapat menolak untuk menganggab orang %ahat sebagai %enis orang tertentu.
+aka bagaimana kita mengetahui bahwa seseorang itu seorang pelaku kekerasan
pada anakE# Kita tidak mengetahuin)a. "iapa sa%a dapat men%adi %enis orang ini.
"trategi ini dapat men%adi e*ekti* karena tidak bersifat mengrakteristikan.
Karena tidak mengarekteristikan, maka tidak memiliki resiko mendorong audiens
untuk berpikir tentang kekomplekan orang-orang n)ata, )ang mungkin menuntun
pada klaim-klaim )ang menantang pengklari*ikasikan.
$( ?rang %ahat sesungguhn)a )ang la)ak disalahkan dapat dikonsepkan, dalam hal
ini strategi pertama-tama dalah mengonsep kerugian )ang tidak dapat dipikirkan
)ang dilakukan terhadap korban. "eseorang )ang %ahat harus begitu ekstrim
dikonsep. 5idak ada )ang baik mengenai orang-orang ini, pengonsepan tidak
harus memiliki apapun tetapi apa )ang se$ara masuk akal dapat dide*enisikan
sebagai ke%ahatan murni. 8ni akan men%adi suatu ime% dari kondisi )ang sangat
umum dengan konsekoensi-konsekoensi )ang sangat menakutkan )ang
mempengaruhi penduduk Amerika kelas menengah. -al ini akan men$erminkan
pemahaman rak)at Amerika )ang tipikal akan melekat se$ara emosional audiens
akan didorong untuk merasakan iba terhadap korban sementara mereka didorong
untuk men)alahkan orang-orang %ahat )ang murni benar-benar %ahat
7. +engonsepkan %enis-%enis masalah dan orang-orang untuk presentasi media massa.
Katika %aringan tele,isi merupakan satu-satun)a dari ban)ak bentuk media
massa, tele,isi terutama penting untuk dua alas an.
a( 5ele,isi memiliki kekuatan untuk men$apai hampir semua penduduk Amerika,
sehingga menawarkan audiens terbesar untuk klaim masalah-masalah sosial.
"trategi untuk mendapat $akupan media adalah dengan membuat klaim-klaim
ketika dunia menawarkan $ontoh kehidupan n)ata dari kondisi. +engklaim pada
waktu )ang tepat merupakan strategi )ang e*ekti* untuk memperoleh ketertarikan
audiens se$ara umum, perhatian media se$ara khusus.
b( !ahwa keban)akan media adalah mengenai hiburan. 5a)angan-ta)angan
tele,ise, termasuk berita-berita malam dan beragam a$ara )ang bersipat
menghibur, %ika tidak maka pemirsa akan mematikan tele,isi. !ertan)alah pada
diri anda sendiri, apa )ang mendorong anda untuk menonton tele,ise dari pada
memba$a, atau ber%alan-%alanE @awabann)a, dapat membawa kita kembali pada
strategi-strategi untuk mengonsep %enis-%enis kondisi orang-orang dari media
massa.
KEJA&ATAN DAN INDUSTRI KORBAN
Joe Best
$ada tahun %&'%, (uller mengatakan "dengan demikian, setiap masalah sosial terdiri
dari kondisi obyektif dan definisi subyektif.# )emudian ia pun mengatakan bah*a "+masalah
sosial adalah sesuatu yang orang anggap sebagai masalah sosial ,pusat perhatian kita-#
./merican Sociology 0evie*, 1 ,!uni %&'%-2 345-467. $ada tahun %&83, dalam penyelesaian
kasus pertama dengan menggunakan pendekatan kaum konstruksionis dalam kajian masalah
sosial, Spector dan )itsuse mendefinisikan masalah sosial sebagai proses sosial dimana
kelompok-kelompok menyatakan tuntutan mengenai "dugaan# tentang kondisi di dalamnya
.Social $roblem, 45 ,Spring %&83-2 %'9-9&7. Menurut mereka, seharusnya satu-satunya fokus
dalam kajian sosiologis adalah proses pernyataan tuntutan. :alam kritiknya pada tahun %&6&,
!oel ;est menyebut sudut pandang Spector dan )itsuse sebagai "konstruksionisme sempit#
karena kurangnya perhatian pada kondisi obyektif. ;est menyebut posisi dirinya dan banyak
kaum konstruksionis lainnya sebagai "konstruksionisme kontekstual# yang berpendapat bah*a
dalam setiap teori masalah sosial, sifat saling mempengaruhi antara definisi subyektif dengan
kondisi obyektif perlu dipertimbangkan. Tulisannya mengenai "industri korban# menguraikan
pernyataannya tentang kondisi obyektif yang mempengaruhi perkembangan tuntutan. <a
menunjukkan bagaimana pergerakan hak sipil menyebabkan munculnya gerakan kejahatan, dan
bagaimana sekumpulan kelompok, organisasi, dan individu akhirnya menemukan, mengambil,
dan memanfaatkan kejahatan.
BUDA(A DAN KASUS PENGANIA(AAN
SEKSUAL PADA ANAK
Kathe$ine Be!'ett
;eckett mempelajari tahap-tahap perkembangan media sehubungan dengan
penganiayaan seksual pada anak. <a menganalisa artikel-artikel yang dimuat di surat kabar
mengenai penganiayaan seksual pada anak yang telah muncul lebih dari tiga periode lima tahun
yang berbeda. <a mengemukakan bah*a kelompok- kelompok yang berbeda muncul sebagai
pihak penuntut pada tiap periode dan juga memiliki tema yang berbeda tentang siapa yang
menjadi "korban# dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. <a
menemukan bah*a pelaku dalam#industri penganiayaan anak# merupkan penuntut dominan
pada periode lima tahun pertama, yang menggambarkan anak- anak sebagai korban dan
menyatakan keinginan untuk mengakhiri adanya penyangkalan terhadap masalah ini di
masyarakat. :alam periode lima tahun kedua, para ahli dan golongan akademis menjadi
penuntut utama serta lebih sering menyerang pimpinan konstruksi dari pihak- pihak yang
bersalah- menuduh bah*a si korbanlah pihak yang sesungguhnya bersalah .dikarenakan ajaran
saudara- saudara mereka yang lebih tua dan tuduhan- tuduhan keliru7. $ada periode lima tahun
ketiga, penuntut dominannya adalah para korban de*asa yang bertahan serta para selebriti
yang mengungkapkan pengalaman pahitnya di masa kecil dan mendorong orang- orang untuk
berani mengeluarkan pendapat. ;eckett juga menjelaskan hal apa yang menyebabkan beberapa
penuntut lebih berhasil dalam mempromosikan masalahnya dibandingkan yang lain.
Rangkuman
-asil dari analisa ini men)atakan bahwa kerangka pemberitaan media mengenai
kasus pengania)aan seksual anak telah berubah drastis selama lebih dari 1C tahun )ang
lalu. "ementara Pen)angkalan Kolekti* mendominasi pemberitaan awal mengenai topik
ini, 5uduhan- tuduhan keliru )ang lebih baru lagi )aitu mun$uln)a memori- memori )ang
keliru, telah men%adi $ara dominan untuk menginterpretasikan tuntutan- tuntutan
mengenai kasus pengania)aan. Paket- paket permasalahan ini kita mengalihkan perhatian
dari soal Pen)angkalan Kolekti* dan Korban Pengania)aan )ang Angkat !i$ara.
!agaimana $ara untuk men%elaskan kemun$ulan hilangn)a beragam paket permasalahanE
+enurut &amson '1911( ada tiga *aktor utama )ang dapat men%elaskan pergantian *okus
perbin$angan mengenai pengania)aan seksual anak adalah sebagai berikut. 2aktor- *aktor
ini melibatkan akti,itas dari paket penuntut maupun pendukung dari paket )ang
berlainan, praktisi media dan resonansi kultural. :ebih lan%ut lagi, %uga melibatkan
analisa terhadap kapasitas dari aktor sosial untuk men$iptakan dan mengungkapkan paket
permasalahan )ang baru.
KONSTRUKSIONISME DALAM KONTEKS
Joe Best
;est menguji kritik konstruksionisme, tipe para konstruksionis, dan penggunaan praktis
sebaik teoretis di mana konstruksionisme diposisikan. )ritikus yang berseberangan paham
mengatakan bah*a tidak ada manfaatnya mengabaikan "kondisi-kondisi objektif# yang
mendasari inti permasalahan sosial ,social problems- dan bah*a para konstruksionis
mengabaikan penyebab kejahatan dan penderitaan permasalahan sosial. )ritikus simpatik
memberikan ja*aban bah*a selama bertahun-tahun studi objektif aspek permasalahan telah
mengurangi penderitaan dan menghasilkan sebuah teori sosiologis permasalahan sosial yang
asli= lagipula, jika seseorang tidak menunjukkan kejahatan, situasi tak tergambarkan atau
permasalahan sosial akan muncul.
Meski demikian para kritikus simpatik yang lain membantah bah*a para konstruksionis
lainnya membuat asumsi kondisi objektif, lebih buruk lagi, mempercayai mereka mengetahui
ketika kondisi-kondisi objektif telah berubah atau tidak. !ika demikian, para kritikus simpatik
tidak mampu memenuhi desakan konstruksionis, di mana mereka memerlukan informasi atas
keyakinan orang-orang yang terlibat dalam proses permasalahan sosial dibanding keyakinan
para sosiolog.
Sebagai hasilnya, dua pemikiran telah memunculkan pengembangan tradisi
konstruksionis2 menegaskan para konstruksionis sosial yaitu mereka yang hanya belajar proses
pembuatan klaim ,claims making process- dan menegaskan para konstruksionis kontekstual
yaitu mereka yang mempertimbangkan apa yang diketahui dengan kondisi objektif. >rang bijak
mengatakan siapa yang ingin memecahkan permasalahan akan bekerja dengan baik untuk
mempelajari kesuksesan pembuatan klaim ,claims-making- yang lainnya.
Pendekatan konstruksionis mempela%ari permasalahan sosial )ang mun$ul dari
ketidakpuasan sosiolog )ang dominan, pendirian ob%e$ti,ist. Para konstruksionis
berargumentasi bahwa pende*inisian permasalahan sosial dalam batasan kondisi ob%ekti*
di mas)arakat mempun)ai dua kekurangan. mengabaikan *akta pengidenti*ikasian
kondisi sosial sebagai permasalahan sosial )ang memerlukan pertimbangan sub%ekti*;
dan, dengan kondisi labelisasi permasalahan sosial, ob%ekti*isme tidak bisa di%adikan
sebagai pondasi teori permasalahan sosial.
Kebalikann)a, para konstruksionis menggambarkan permasalahan sosial
berkaitan dengan pembuatan klaim; mereka memusatkan pada pertimbangan sub%ekti*,
mengklaim bahwa F sebagai masalah sosial di mana para ob%e$ti,ist melalaikann)a. 0an
seperti )ang diungkapkan dalam bab buku ini, pendekatan konstruksionis menawarkan
basis pengembangan teori baru tentang klaim, pembuat klaim, koneksi antar kampan)e
pembuatan klaim, dan kebi%akan sosial.
KRITIKUS KONSTRUKSIONISME) MEN(ERANG DARI LUAR
Konstruksionisme menawarkan perubahan dramatis dari pendekatan ob%e$ti,ist
)ang tradisional hingga pembela%aran permasalahan sosial. !ahkan istilah permasalahan
sosial# mempun)ai maksud berbeda ketika digunakan para konstruksionis. "aat
perspekti* konstruksionis diilhami pokok penelitian Gbod) o* resear$hH )ang besar,
selan%utn)a hal ini dikritik oleh para sosiolog )ang menetapkan tradisi ob%e$ti,ist.
Keban)akan kritik ob%e$ti,ist terhadap konstruksionisme dapat dirangkum dalam empat
argumentasi umum.
1. Konstruksionisme dan Objektivisme adalah Komplementer (Saling elengkapi!.
!eberapa sosiolog )ang menetapkan perspekti* ob%e$ti,ist men)angkal bahwa
konstruksionisme merepresentasikan sebuah pendekatan )ang berbeda. +ereka
membantah bahwa ob%ekti*isme dan konstruksionisme merupakan dua sisi koin )ang
sama,# dimana dua perspekti* teori dapat dengan mudah direkonsiliasi. Paling sering,
usaha untuk memperke$il perbedaan antara ob%ekti*isme dan konstruksionisme han)a lips
service sa%a. "ebagai $ontoh, ban)ak de*inisi buku a%ar tentang permasalahan sosial )ang
men)ebutkan peran pertimbangan sub%ekti* dalam pengidenti*ikasian permasalahan,
tetapi isu konstruksionis tidak memberi perhatian lebih lan%ut di dalam buku ini.
!eberapa kesalahpahaman si*at alami konstruksionisme, )ang melibatkan lebih dari
pengakuan di mana de*inisi permasalahan sosial merupakan sub%ekti*. !erkaitan dengan
pende*inisian permasalahan sosial tentang pembuatan klaim, para konstruksionis meneliti
pengalamatan satu set pertan)aan berbeda tentang si*at alami klaim, mereka )ang
membuat klaim, dan seterusn)a. Kemudian, pendekatan ob%e$ti,ist ke ketunawismaan
memusatkan pada pengukuran populasi tuna wisma, bela%ar mengapa sebagian orang
men%adi tuna wisma, atau men)elidiki ketunawismaan sebagai sebuah kondisi sosial.
"aat seorang analis konstruksionis menan)akan siapa )ang membawa klaim
ketunawismaan hingga men%adi perhatian publik, bagaimana klaim itu melambangkan
tunawisma, bagaimana publik dan para pembuat kebi%akan men%awab klaim tersebut, dan
seterusn)a.
".Subjek Konstruksionisme Se#ara Relatif $idak Penting.
"osiolog ob%ekti,ist lainn)a mengakui bahwa konstruksionisme mempun)ai
pendekatan )ang unik - )ang mereka sesalkan. +ereka membantah bahwa para
konstruksionis mem*okuskan pada pengabaian pembuatan klaim lebih %auh dibanding
pada sub%ek. kondisi sosial berbaha)a )ang men%adi masalah sosial )ang n)ata.#
Kemudian, sebuah artikel mengkritik analisis konstruksionis dalam kar)a sosial )ang
ber%udul 0ealitas ada. >.)E# G"peed 1991H. Konstruksionis men%awabn)a dengan
meminta analis untuk kembali ke sub%ek tradisional men%adi dua hal.
1( tidak ada salahn)a mempela%ari kondisi sosial tertentu, selama puluhan tahun riset
ob%ekti,ist atas kondisi sosial telah gagal untuk meletakkan sebuah pondasi teori
umum permasalahan sosial; dan
4( penting untuk diingat bahwa kita mengenali kondisi sosial ketika benar-benar#
berbaha)a han)a karena seseorang membuat klaim persuasi* untuk e*ek itu. :agi
pula, ob%ekti,isme dan konstruksionisme menan)akan pertan)aan berbeda; nilai
relati* dari dua set pertan)aan tergantung pada apa )ang ingin kita ketahui.
%.Konstruksionisme empunyai &ias oral atau Politis.
!an)ak sosiolog membawa komitmen moral atau politis dalam peker%aann)a; seringkali
mereka memperhatikan isu sosial )ang mengarahkann)a ke studi sosiologi. "e$ara khas,
sosiolog mempun)ai simpati-liberal kekirian, dan mereka men)ukai perubahan sosial
)ang egaliter Gpenganut paham persamaanH. !eberapa kritik -termasuk beberapa sosiolog
)ang mengidenti*ikasi pendekatan konstruksionis mereka> khawatir konstruksionisme
menumbangkan tu%uann)a. /mumn)a, kritik ini membantah orang-orang dengan
kekuasaan lebih sedikit mempun)ai waktu lebih keras agar terdengar, konstruksionis
memusatkan pada pembuatan klaim berkenaan dengan suara, pembuatan klaim )ang
visible akan menarik perhatian anggota mas)arakat )ang invisible > )ang sukar berbi$ara,
teralienasi, atau tidak mempun)ai kekuatan untuk men)atakan klaim.
'. Konstruksionisme embuktikan Ketidakbenaran &elaka.
Konstruksionisme menggeser *okus analis dari kondisi-kondisi sosial ke klaim
anggota tentang kondisi-kondisi tersebut. 8ni merupakan klaim, bukan kondisi atas isu;
ken)ataann)a beberapa konstruksionis se$ara hati-hati berbi$ara tentang kondisi-kondisi
putati* G)ang bereputasi baikH# )ang boleh atau tidak boleh ada. 8ni telah mengarahkan
beberapa kritikus untuk men)amakan konstruksionisme dengan bukti ketidakbenaran
sedemikian rupa sehingga mereka menan)akan apakah masalah sosial tertentu
merupakan sebuah kondisi sosial )ang ob%ekti*, atau han)a# sebuah konstruksi sosial.
8ni men)amakan konstruksi sosial dengan kesalahan, dan menggambarkan analisis
konstruksionis sebagai metoda pembongkar kesalahan atau distorsi klaim. "ebagai
$ontoh, 2ors)th dan ?li,er G1990.41CH men)atakan. Pada dasarn)a argumen
konstruksionis tidak memiliki perubahan signi*ikan dalam akti,itas )ang
dipermasalahkan, tetapi akti,itas )ang tidak digambarkan sebelumn)a - problematik,
digambarkan sebagai sebuah masalah.#
!eberapa konstruksionis strict men%awab pengenalan ini dengan pindah dari studi
kasus. 5ulisan Petrus 9. 8barra dan Kitsuse mengusulkan tentang studi kasus )ang se$ara
analitis men)usahkan.

Posisi kita adalah di mana pro)ek pengembangan sebuah teori *acana permasalahan
sosial )ang merupakan suatu $ara )ang lebih koheren dibanding dengan
konstruksionisme, sebagai $ontoh, pengembangan satu rangkaian teori diskrit atas
konstruksi sosial F, <, dan I. /ntuk mengembangkan sebuah teori tentang kondisi F
saat status ontologis F ditangguhkan menghasilkan manipulasi ontologis di mana dapat
disebut teori )ang $a$at. '8barra dan Kitsuse 1996.66, penekanan sesuai aslin)a(.
mereka berbi$ara tentang keinginan logis dari konstruksionisme strict. G+ereka
men)amakan pendekatan konstruksionis strict dengan apa )ang mereka sebut
kontekstualisme# -#ber$erita tentang *enomena dalam konteks alami mereka# G"arbin
dan Kitsuse 1997.7H.H. Akan tetapi mereka mengakui.
5idak satupun bab dalam ,olume ini merupakan sebuah $ontoh konstruksionisme
strict. 8ni dapat dipertan)akan apakah para peneliti dapat menopang metoda apapun
)ang akan men%adi konsisten dengan kebutuhan kontekstualisme strict. Para
pen)elidik dan analis tidak dapat membantu tetapi memasukkan kepentingan
mereka, %ika bukan agenda pro*esionalitas mereka, ke dalam interaksi-interaksi
melalui in*orman mereka G"arbin dan Kitsuse 1997.17H.C
KONSTRUKSIONISME KONTEKSTUAL
"elagi debat konstruksionisme strict mengambil perhatian beberapa ahli teori
permasalahan sosial, ban)ak pula sosiolog lainn)a men$oba untuk menggunakan
perspekti* konstruksionis untuk melakukan riset. 5ahun berikutn)a Joolgar dan Pawlu$h
mengkritik manipulasi ontologis )ang melihat ban)akn)a studi konstruksionis,
men$akup bagian dalam %urnal bergengsi Tinjauan ?lang )emasyarakatan /merika
G!lo$k dan !urns1916H, !urnal Sosiologi /merika G&amson dan +odigliani 1919;
-ilgartner dan !osk 1911H, dan Tinjauan ?lang <lmu $engetahuan $olitik /merika
GA."$hneider dan 8ngram 1996H. Keban)akan riset sederhana ini mengabaikan kritik
konstruksionis strict.
5etapi ma)oritas riset konstruksionis %atuh di sebuah tempat antara dua *enomena
konstruksionis strict )ang ekstrem, dengann)a mustahil para analisis menghindari semua
asumsi tentang kondisi sosial, dan bukti ketidakbenaran GdebunkingH konstruksionis
,ulgar, )ang menghilangkan penglihatan pembuatan klaim sebagai *okus analisis
permasalahan sosial. Konstruksionis beker%a menduduki landasan pertengahan ini -bab
di ,olume ini merupakan $ontohn)a> )ang disebut dengan konstruksionisme kontekstual.
$()*+,+) SOS(O-O.(S D+R(
P/RSP/K$(01P/RSP/K$(0
5u%uan dari buku ini telah menun%ukkan $ara-$ara berbeda dimana para ahli sosiologi
Gatau kemas)arakatanH Amerika telah memandang masalah-masalah sosial dari awal abad kedua-
puluh sampai sekarang. 0alam bab ini, kita akan menin%au se$ara singkat tema sentral dari
perspekti*-perspekti*, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan relati*n)a, dan bagaimana
mereka menggambarkan $ara-$ara )ang berbeda dari memisahkan dwi mandat. '0wi mandat,#
ini akan diingatkan kembali, meru%uk pada dwi sasaran sosiologi untuk peme$ahan masalah-
masalah sosial dan untuk memperkembangkan sosiologi sebagai sebuah disiplin.(
So#ial Pathology GPathologiD8lmu Pen)akit "osialH. 0i tahun-tahun awal dari sosiologi
di Amerika, semangat optimistis memikat para pendirin)a. +elakukan perluasan *ilsa*at
sosial, mereka melihat tugas mereka sebagai demonstrasi dari bagaimana mas)arakat
dapat berkembang untuk memenuhi skema dari hukum alam dan kema%uan. Para ahli
sosiologi ini men%adi para pembuat perubahan sosial, dan sebagaimana mereka
mem*okuskan pada masalah-masalah sosial, peker%aan mereka telah ditanamkan dengan
kemarahan moral. +ereka merumuskan kemarahan ini dalam istilah-istilah dari model
kedokteran, berkenaan dengan seperangkat masalah-masalah sosial sebagai perker%aan
dari orang-orang )ang sakit# itu adalah, de*e$ti,e 'tidak sempurnaD$a$ad(, delinKuent
'%ahat )ang si*atn)a delik(, atau dependent 'tidak mandiri(. Pada waktu )ang sama, para
ahli sosiologi permulaan ini, %uga marah se$ara moral pada )ang menduduki %abatan-
%abatan pimpinan dalam bisnis, industri, pemerintahan, menghubungkann)a pada ban)ak
tindakan-tindakan mereka dengan si*at buruk, ketamakan, korupsi, dan kekuasaan.
So#ial Disorgani2ation GKeka$auan "osialH. 0alam tahap kedua dari sosiologi di
Amerika, pembaharuan mulai memberikan %alan pada sebuah konsepsi dari ahli sosiologi
sebagai seorang ahli ilmu pengetahuan membangun sebuah disiplin akademis baru. Para
ahli sosiologi dalam periode ini mengatur upa)a-upa)a mereka kearah meren$anakan
konsep-konsep, mengembangkan teori-teori, dan menghasilan penelitian-penelitian
empiris daripada membuat moral, ke*ilsa*atan, pern)ataan )ang mengupas se$ara kritis.
Ta*e + Periode-periode /tama dari Perspekti*-perspekti*
3alue 4onfli#t GPertentangan 3ilaiH. "elama periode ketiga dari sosiologi di Amerika,
sangat ban)ak ahli sosilogi melan%utkan mengusulkan pembangunan teori sosiologi.
+eskipun demikian, kumpulan ahli sosiologi )ang se$ara relati* ke$il mulai mengusulkan
untuk mengikuti perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan bebas-nilai.
+alahan, mereka dian%urkan beker%a untuk kebaikan mas)arakat. "ebagaimana kekritisan
kelompok ini diu%i masalah-masalah sosial, ban)ak dari mereka merasakan bahwa
masalah-masalah seperti itu tak dapat dihindarkan karena orang-orang tidak dapat
men)etu%ui kebi%aksanaan-kebi%aksanaan sosial. 0an biasan)a alasan orang-orang tidak
setu%u adalah bukan karena mereka tidak tahu peraturan, tetapi karena mereka memegang
nilai-nilai )ang berbeda atau menge%ar kepentingan mereka sendiri. +emperlihatkan
kerusuhan dari 0epresi )ang !esar dan Perang 0unia 88, perspekti* pertentangan nilai
membuat pengertian. "ebalikn)a perspekti* keka$auan sosial mengan%urkan para ahli
sosiologi tetap men%auhkan diri dari per%uangan didalam mas)arakat, posisi pertentangan
nilai mengan%urkan mereka mempersatukan teori, penelitian dan aplikasi, dan men)ertai
nilai-nilai dan berpihak pada persoalan-persoalan sosial.
Devian &ehaviour G5ingkah laku )ang men)impangH. "e%ak permulaan periode
keempat dari sosiologi di Amerika, perspekti* tingkah laku )ang men)impang ter%adi.
0ibangun di atas perspekti* keka$auan sosial, ini melan%utkan orentasi sosiologi sebagai,
Periode 1.
+enetapkan
dasar '190C
sampai
1911(
Periode 4.
+embentuk
kebi%aksana-
an ilmiah
'1911
sampai
196C(
Periode 6.
+eng-
integrasikan
teori,
penelitian
dan applikasi
'196C
sampai
19C7(
Periode 7.
+engusaha-
kan
bidang
Dkeahlian
khusus
'19C7
sampai
1970(
Periode C.
Pemun$ulan
kembali teori
makro '1970
sampai
191C(
Periode 6.
Pengaruh
)ang
menguasai
konstruksi-
isme so$ial
'191C sedang
berlangsung(
Pathologi
sosial
Keka$auan
sosial
Pertentangan
nilai
5ingkah laku
)ang
men)impang
+emberikan
nama
Kekritisan Konstruksi-
isme so$ial
pertama dan terutama, sebuah ilmu pengetahuan. 8ni diasumsikan bahwa peker%aan ahli
sosiologi adalah mengetes pengertian dari teori, daripada meme$ahkan masalah-masalah
mas)arakat )ang ban)ak. +eskipun orang-orang se%ak itu dipindahkan pada perspekti*
tingkah laku )ang men)impang dalam upa)a-upa)a untuk meme$ahkan masalah-masalah
dari ke%ahatan G$rimeH dan pelanggaran GdeliKuen$)H, para ahli sosiologi dalam tradisi ini
mempela%ari terutama masalah-masalah sosial karena mereka mempun)ai pertalian untuk
teori )ang berhubungan dengan sosiologi. 0alam bagian spesialisasi, bagaimanapun, para
ahli sosiologi ini membatasi perhatian mereka hampir se$ara ekslusi* pada studi dari
tingkah laku )ang men)impang, dide*inisikan sebagai pelanggaran dari harapan-harapan
normati*. @adi, perspekti* )ang mempengaruhi ini pada masalah-masalah sosial
memusatkan perhatian pada sebab dari pen)impangan, dalam sistem-sistem tingkah laku
)ang men)impang, dan dalam kontrol sosial.
-abelling G+emberikan 3amaH. 0i akhir-akhir periode keempat dari sosiologi di
Amerika, perspekti* labelling berkembang, dalam bagian )ang luas dari pertan)aan-
pertan)aan tertinggal )ang belum ter%awab oleh perspekti* tingkah laku )ang
men)impang. /ntuk $ontoh. !agaimana orang-orang dan situasi-situasi dide*inisikan
sebagai permasalahan atau pen)impanganE 0engan e*ek-e*ek apaE 0an bagaimana
ban)ak orang mampu menghindari men%adi dinamakan demikian meskipun mereka
mungkin melakukan sesuatu de,iant#E @adi, sementara perspekti* tingkah laku )ang
men)impang mende*inisikan masalah-masalah sosial sebagai pelanggaran-pelanggaran
ob)ekti* dari harapan-harapan normati*, perspekti* memberikan nama melihat masalah-
masalah sosial sebagai apa sa%a )ang orang-orang katakan siapa mereka 'itu adalah,
sebagai diran$ang se$ara sub)ekti*(. "eperti perspekti* tingkah laku )ang men)impang,
perspekti* memberikan nama berspesialisasi, terutama mem*okuskan pada de*inisi-
de*inisi sosial dan reaksi-reaksi sosial pada masalah-masalah sosial, dengan sedikit
kepentingan dalam segi-segi masalah-masalah sosial
4riti#al Perspe#tive Gperspekti* kekritisanH. "i*at dasar )ang berhubungan dengan
politik dari pergolakan pada tahun 1970-an membawa pada sebuah *okus dalam masalah-
masalah sosial sebagaimana di$iptakan oleh putusan golongan. 2okus ini dimuat dalam
sosiologi. !eberapa ahli sosiologi dalam periode ini mulai menan)akan apakah berbagai
perspekti* )ang ada men%elaskan masalah-masalah sosial keban)akan men%adi
diidenti*ikasi atau men)arankan solusi-solusi )ang dapat diker%akan untuk mereka.
&agasan lain-lainn)a bahwa perspekti*-perspekti* mengabaikan teoritis dalam perhatian
mereka untuk permasalahan-permasalahan se$ara sosial. @adi mengangkat perluasan,
makro, pandangan )ang lebih holistik, beberapa penulis mulai melihat pada bagaimana
berbagai masalah-masalah sosial dihubungkan pada struktur ekonomis-politik dari
mas)arakat. +enarik helaian tradisi +arList Mropa )ang ban)ak dan kompleks, mereka
mengarahkan perhatian mereka pada hubungan golongan. 8ndi,idu-indi,idu, se$ara
berbeda disituasikan dengan respek pada pasar ekonomis, sampai pada membagi
kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai. /pa)a mereka untuk men%aga, melindungi dan
mema%ukan kepentingan ini menu%u per%uangan golongan, )ang mana +arL memandang
sebagai sumber dasar dari masalah-masalah sosial dan, pada akhirn)a, solusi mereka.
So#ial 4onstru#tionism GKonstruksi-isme so$ialH. +eskipun bertahun-tahun
mempela%ari masalah-masalah sosial, para ahli sosiologi masih mengembangkan teori
dari masalah-masalah sosial. "pe$tor dan Kitsuse mengatakan kolega-kolega mereka
gagal karena salah satun)a mereka menerima de*inisi-de*inisi pengertian umum dari
masalah-masalah sosial 'apa )ang diketahui setiap orang#( atau mereka sebagai ahli#
memutuskan situasi-situasi apa )ang diduga keras sebagai masalah-masalah sosial.
Kupasan mereka memberikan peningkatan pada perspekti* pembangun. !an)akn)a
situasi-situasi )ang ada dimana kondisi-kondisi ob)ekti* telah ada, tetapi de*inisi
sub)ekti* dari masalah sosial# tidak ada. Keadaan ini memberikan peningkatan pada
pertan)aan pembangun, apakah )ang orang-orang lakukan untuk membuat situasi )ang
diduga keras sebuah masalah sosial#E "pe$tor dan Kitsuse men%awab. orang-orang
beker%a pada itu. 0alam kata-kata mereka, beberapa orang tampil kedepan dan membuat
tuntutan.# @adi, masalah-masalah sosial adalah proses-proses sosial, mereka mempun)ai
se%arah alamiah, dan ke$uali semua kondisi, )ang penting dan men$ukupi ada, masalah
tidak ter%adi#. Kondisi )ang penting adalah de*inisi sub)ekti* sementara kondisi )ang
men$ukupi terdiri dari tindakan-tindakan orang lain dalam memberikan tanggapan pada
de*inisi pembuat-tuntutan# dari situasi.
@adi masing-masing dari ketu%uh perspekti* mempun)ai perhatiann)a sendiri. Perspekti*
pathologi sosial mem*okuskan pada orang; perspekti* keka$auan sosial menekankan
peraturan; perspekti* pertentangan-nilai melihat pada nilai-nilai dan kepentingan-
kepentingan; perspekti* tingkah laku )ang men)impang menegaskan peran-peran;
perspekti* labelling mengu%i reaksi sosial; perspekti* kekritisan mem*okuskan pada
hubungan golongan; dan perspekti* constructionist memusatkan pada proses-proses
membuat-tuntutan.
"ebagai tambahan, masing-masing perspekti* men)atakan se$ara tidak langsung
rantai sederhana-n)a sendiri dengan mana unsur-unsur ini 'orang, peraturan, nilai dan
kepentingan, peranan, reaksi sosial, hubungan golongan, dan membuat-tuntutan(
dihubungkan. /ntuk $ontoh, perspekti* labelling dan deviant behaviour, keduan)a
berurusan dengan peran-peran pen)impangan dan reaksi-reaksi sosial. 0alam persepekti*
deviant behaviour, bagaimanapun, peran-peran pen)impangan menimbulkan reaksi-
reaksi sosial, sementara perspekti* labelling memandang peran-peran pen)impangan
sebagai konsekuensi dari reaksi-reaksi sosial. 0engan $ara )ang sama, dalam perspekti*
value-conflict, nilai-nilai dan kepentingan-kepentingan menghasilkan peran-peran=
dalam perspekti* critical peran-peran menghasilkan nilai-nilai dan kepentingan-
kepentingan. 0an, akhirn)a, dalam perspekti* constructionist social reaksi-reaksi sosial
menghasilkan peran-peran membuat-tuntutan.
Konstruksi-isme membuat lebih %elas perbedaan diantara penentuan perspekti*
dan )ang mem*okuskan pada human agency. 0engan respek pada studi masalah-masalah
sosial, tabel dibawah mengklasi*ikasikan perbedaan dari sudut pandang dari empat peran
)ang telah kita gambarkan.
Pengaruh )ang menguasai konstruksi-isme dalam studi masalah-masalah sosial
menun%ukkan dengan %elas konsepsi )ang lebih lengkap dari persoalan-persoalan diantara
*okus penentuan dan perantara manusia. 5etapi ini tidak mungkin bahwa *okus perantara
manusia murni akan mengalahkan penentuan murni. !eberapa sintesa dari dua perspekti*
adalah lebih mungkin. 0an sebagaimana itu ter%adi, perspekti* lain pada masalah-masalah
sosial masih akan timbul.
Peran
Pembuat 5eori
Peneliti
Pemakai
Pengeritik
Penentuan
5eori-teori umum
tentang keseluruhan
mas)arakat
+elakukan studi pada
orang-orang sebagai
)ang dipengaruhi oleh
kekuatan eksternal
9ekaman dasar resmi
+engupas total sistem
sosial )ang lebih
mengena
Perantara +anusia
5eori-teori lokal tentang
masalah-masalah sosial
spesi*ik
+elakukan studi pada
orang-orang sebagai
pembentukan kekuatan
eksternal
"egi pendapat perantara
)ang menghasilkan
rekaman )ang lebih dasar
+engupas kebi%aksanaan
sosial spesi*ik )ang lebih
mengena
(okus

Anda mungkin juga menyukai