Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SHOFIANTI

NIM : 11171110000043

Review 6 : Kurikulum
(Kata Kunci: Kurikulum, Kurikulum Tersembunyi, Model Kurikulum)

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu currere yang berarti to run (menyelenggarakan). Atau to
run the course (menyelenggarakan suatu pengajaran). Kurikulum adalah jantung pendidikan. Pendapat ini
menunjukkan betapa pentingnya keberadaan kurikulum dalam ranah pendidikan nasional, karena kurikulum
sangat mewarnai konstruksi dan wajah pendidikan suatu masyarakat. Kurikulum bukan sekadar menyangkut
substansi dan instruksional pembelajaran yang bermain di level mikro, tetapi kurikulum berkaitan dengan
relasirelasi sosial berbagai agen yang terlibat dan berkepentingan di belakangnya. Selain berkaitan dengan
kepentingan politik penguasa, kurikulum juga berkepentingan dengan relasi antara negara dengan sekolah
(melalui represen-tasi guru dan murid), dan relasi sosial antara sekolah dengan masyarakat. Bahkan relasi
dengan pasar atau modal sangat berpengaruh. Aspek kedualah yang menkonfirmasikan bahwa kurikulum
menjadi sangat strategis dalam level makro.1
Kurikulum dapat dipahami sebagai suatu penrencanaan pembelajaran, proses pembelajran, dan hasil dari
perencanaan, dan proses pembelajaran dari sekolah atau perguruan. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2

 TIPOLOGI KURIKULUM
Kurikulun memiliki tipe berdasarkan landasan pemikiran yang berbeda-beda, yaitu:3
1. Kurikulum Berdasarkan Isi
a. Kurikulum Klasik : bersifat tradisional yang menekankan bahasa asing, bahasa kuno, sejarah, sastra,
matematika dan ilmu murni. Terjadi pada jaman kerajaan dimana kerajaan membutuhkan para
pegawai administrasi untuk mengatur rumah tangga kerajaan dan melayani rakyat.
b. Kurikulum Vokasional : menyiapkan peserta didik untuk siap kerja, dengan menyediakan ketrampilan
dan keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kurikulum diarahkan pada keterkaitan dan
keterhubungan dengan dunia kerja , sebab sekolah dipandang sebagai industri penghasil tenaga kerja
yang ahli. Di Indonesia kurikulum jenis ini biasanya digunakan di SMK.
c. Kurikulum Life Adjustment: menekankan pada pengembangan kepribadian, yang meliputi
pengetahuan, pemahaman dan hidup adaftif dengan lingkungan, seperti menjaga kesehatan,
mengkonstruksi hubungan sosial, membangun rumah tangga, dsb.

2. Kurikulum Berdasarkan Model Pengembangan


a. Kurikulum Model Administratif: kurikulum digagas dan dikembangkan menurut prinsip administrasi
pendidikan, dimana ada tim yang disebut dengan pengarah dan pelaksana. Tim pengarah ialah
kelompok pakar dan senior yang memberi pengarahan pada pelaksana. Berdasarkan arahan inilah tim
pelaksana merumuskan kegiatan dan tujuan pendidikannya. Tim ini terdiri dari pakar dibidang
pendidikan, kurikulum. Dsb.
b. Kurikulum Model Akar Rumput: kurikulum yang digagas oleh para guru dan sekolah berdasarkan visi,
misi dan tujuan yang diciptakan oleh pihak sekolah. Standar nasional hanya bersifat rujukan saja, ciri
utama justru pada aspek kelokalannya.

1
Hidayat, Rakhmat. Prespektif Sosiologi tentang Kurikulum. Hal. 178-180
2
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 124
3
Ibid., Hal 124-130
NAMA : SHOFIANTI
NIM : 11171110000043

3. Kurikulum Berdasarkan Harapan Kenyataan


 Kurikulum ideal: Kurikulum yang seharusnya atau yang dicita-citakan yang berisi konseptual ideal
tentang kandungan sebuah kurikulum. Contoh KURNAS dan KTSP.
 Kurikulum Real: kurikulum yang dapat diimplementasikan oleh pihak penyelenggara pendidikan,
yang bisa saja justru tidak sesuai denga kurikulum ideal. Misalnya saja terkendala saran pihak sekolah.

4. Kurikulum Berdasarkan Struktur dan Materi Pembelajaran


 Kurikulum Terpisah: Kurikulum yang mata pelajarannya diberikan secara terpisah-pisah.
 Kurikulum Terpadu: Kurikulum yang mata pelajarannya diberikan secara terpadu dan bersifat tematik,
dan didiskusi dalam telaah ilmu yang inter-disipliner.
 Kurikulum terkorelasi: kurikulum yang bahan ajarnya dirancang, dikonstruksikan dan disajikan secara
terkorelasi dengan bahan ajar lainnya. Misalnya sosiologi pendidikan dengan antropologi pendidikan.

5. Kurikulum Berdasarkan Cakupan Penggunaan


 Kurikulum Nasional: kurikulum yang ditetapkan dan dilaksanakan secara nasional.
 Kurikulum Lokal: Kurikulum yang diinisiasi dan dilaksanakan secara lokal (provinsi atau kabupaten)
sesuai dengan kebutuhan lokal.
 Kurikulum Sublokal (Sekolah): kurikulum yang dirancang dan dilaksanakan di lingkungan sekolah
tertentu (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang berkaitan dengan otonomi sekolah atau
kampus.

 MODEL KURIKULUM: PENDEKATAN TEORITIS


Beberapa pendekatan Kurikulum yang dikembangkan dalam konstruksi model kurikulum sebagai berikut: 4

a. Model Kurikulum Teknik Saintifik


Model ini disebut juga model rasional bahwa semua bentuk kehidupan manusia dapat dicari dalam
hukum-hukum alam yang bersifat umum. Model kurikulum ini melihat dunia pendidikan seperti mesin
yang dapat digambar, dibuat dan diamati, sehingga aspek manusia terhadap penyelenggaraan
pendidikan dan peserta didik kurang diperhatikan.

b. Model Kurikulum Refleksif


Model kurikulum yang diperbincangkan, didiskusikan dan dirundingkan secara bersama, yang
menghasilkan kurikulum holistik (suatu bagian keseluruhan yang diterima peserta didik dari sekolah)
dan kurikulum parsial (suatu bagian tertentu dari bangunan keseluruhan yang diterima oleh peserta
didik dalam bentuk silabus).

c. Model Kurikulum Relasional


Model kurikulum yang berusa mengaitkan antara pelajaran sekolah dengan struktur sosial, yang
berkaitan dengan usaha melakukan pencerminan situasi sosial atau sejarah kehidupan dalam
kurikulum. Misalnya dengan memasukan tema HIV/AIDS atau tawuran pelajar dalam kaitannya
dengan pendidikan budi pekerti (Kewarganegaraan).

 Kurikulum Tersembunyi dan Kurikulum Nyata


Hidden curriculum didefiniskan sebagai nilai-nilai siswa yang sering diabaikan saat kurikulum formal
direncanakan. Keberadaan hidden curriculum jelas berbeda dengan kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan

4
Ibid., Hal 130-132
NAMA : SHOFIANTI
NIM : 11171110000043

kokurikuler. Lebih lanjut Kumalasari (2015: 7) mengemukakan ada 3R yang harus dikembangkan dalam hidden
curriculum yaitu rules (aturan), regulations (peraturan), dan routines (keberlanjutan). 5
Hidden curriculum dalam pelaksanaan kurikulum aktual juga tercermin pada sikap dan kepatuhan siswa
dalam menaati peratuturan, baik itu aturan kedisiplinan, pakaian dan kerapian, penampilan, dan sikap siswa
selama pembelajaran.Aturan kedisiplinan siswa misalnya siswa yang datang terlambat harus mendapat izin dari
guru piket untuk dapat masuk kelas mengikuti pelajaran.6

John P. Portelli mengidentifikasi empat makna utama dari hidden curriculum sebagai berikut: 7
1. the hidden curriculum as the unofficial expectations, or implicit but expected messages (kurikulum
tersembunyi sebagai harapan tidak resmi, atau pesan tersirat tetapi diharapkan)
2. the hidden curriculum as unintended learning outcomes or messages (kurikulum tersembunyi sebagai
hasil atau pesan pembelajaran yang tidak diinginkan)
3. the hidden curriculum as implicit messagesarising from the structure of schooling (kurikulum
tersembunyi sebagai pesan tersirat dari struktur sekolah)
4. the hidden curriculum as created by the students (kurikulum tersembunyi yang dibuat oleh siswa).

Sedangkan Kurikulum nyata (real curriculum or actual curriculum) yaitu kegiatan-kegiatan nyata yang
dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum yang direncanakan. 8
Sementara kurikulum tersembunyi adalah hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai
tujuan.9

 Implementasi Kurikulum Nyata10


Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan
dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa
dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan
intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
1. Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian.
Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
2. Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
3. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian
akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi
pelaksaaan kurikulum.
Dengan tahap-tahap tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum nyata atau aktual.

5
Ibid., hal. 6
6
Ibid., hal. 10
7
John P. Portelli. Exposing the hidden curriculum. ( J. Curriculum Studies, 1993 ), Vol. 25, No.4. Hal. 345
8
Dikutip dari (https://zainullahh.wordpress.com/2016/04/29/kurikulum-2013-antara-ideal-dan-real/) diakses
pada 20 November 2019, pukul 07:56 AM
9
Suntoro. HIDDEN CURRICULUM PEMBELAJARAN DI SMA EHIPASSIKO BSD CITY TANGERANG SELATAN. Hal. 5
10
Oemar Hamalik. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 238
NAMA : SHOFIANTI
NIM : 11171110000043

 Review Film Dead Poets Society dengan menggunakan Prespektif Sosiologi


Film yang disutradarai oleh Peter Weir ini berlatar sebuah sekolah khusus laki-laki bernama Welton
Academy di New England pada tahun 50-an. Dimana sekolah yang dikenal eksklusif dengan reputasi hebatnya
tersebut, mengharuskan setiap murid mengikrarkan empat pilar dari akademi yaitu tradisi, kehormatan, disiplin,
dan keunggulan (excellence).11 Film ini mengisahkan tujuh orang siswa yaitu Neil, Todd, Knox, Charlie, Richard,
Steven dan Gerard yang merasakan ketidaknyamanan dengan peraturan yang ada di Akademi Welton tersebut,
termasuk kurikulum yang diterapkan di sekolah itu.

 Kurikulum dalam Film Dead Poets Society


Kurikulum sendiri merupakan sebuah ruang dimana para agen dengan kepentingan dan modalnya yang
berbeda-beda saling bertarung untuk memperjuangkan posisi, pengaruh, prestis dan kedudukan.12 Dalam film
Dead Poets Society digambarkan bahwa kurikulum dibuat untuk mencapai tujuan sekolah, selain itu kurikulum
juga hanya dibuat untuk kepentingan tiap individu atau agen yang sama-sama saling bersaing untuk
memperjuangkan posisi, prestis dan juga kedudukan---yang semuanya itu agar para siswanya bisa melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi sehingga bisa mendapatkan karir yang sesuai
diharapkan orangtua. Dengan adanya kurikulum juga agar suatu pembelajaran dapat terarah dan terstruktur
agar para siswa mampu mengikutinya dengan baik. Model kurikulum dalam film ini menggunakan model
kurikulum teknik saintifik, yaitu melihat dunia pendidikan seperti mesin yang dapat digambar, dibuat dan
diamati, sehingga aspek manusia terhadap penyelenggaraan pendidikan dan peserta didik kurang diperhatikan.

Di dalam film ini kita bisa melihat bahwa sekolah menekankan prinsip tradisi, kehormatan, disiplin, dan
keunggulan yang menjadi penentu kurikulum itu sendiri agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Ini sesuai
apa yang dikatakan Giroux, ia melihat kurikulum sebagai sebuah tradisi yang selektif yang menyediakan
kebutuhan murid melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki berbagai kebutuhan pragmatis yang
akhirnya hanya terjebak pada logika komodifikasi (Giroux dalam McClaren, 1995:31) 13. Dalam film ini
digambarkan bahwa tradisi kurikulum yang diapakai untuk metode pengajaran selalu sama dari tahun ketahun
dan itu terkesan membosankan. Para siswa mengikuti pelajaran demi pelajaran dan mendapatkan metode
pengajaran yang sama, seperti ketika para siswa belajar dengan hanya mengulang-ngulang materi secara lisan
dan menghapal tiap materi yang diajarkan sebagai bentuk telah memahami pelajaran tersebut terkesan biasa
dan juga membosankan. Namun, ketika pelajaran Bahasa Inggris dimulai, disinilah para siswa bertemu dan
mengenal John Keating atau Mr. Keating. Dia adalah guru yang memberikan metode belajar yang berbeda
diantara guru-guru yang lainnya. Metode belajar yang terkesan aneh dan berbeda ini membuat cara mengajar
Mr.Keating menjadi terlihat unik dan berbeda.

Seperti kata Giroux, dalam film Dead Poets Society ini kita bisa melihat bahwa kurikulum yang ada di
sekolah ini mencerminkan buramnya institusi pendidikan yang sama sekali tidak memiliki filsafat pendidikan 14.
Tak ada nilai-nilai humanisasi di dalamnya yang mengajarkan bagaimana makna manusia dan tentunya
kemanusiaan itu sendiri yang diajarkan di dalam akademi welton ini, semuanya hanya mengedepankan nilai dan
prestasi akademik saja. Para siswa di akademi welton ini sama sekali tak diberi kesempatan untuk membuka
pendapat atau ide pemikiran mereka dan juga keinginan mereka yang sebenarnya. Dalam film ini digambarkan
bahwa para siswa seperti seekor burung yang terkurung dalam sangkar, hanya bisa diam dan mau tak mau
mematuhi peraturan sistem sekolah yang ada tanpa diberikan kebebasan begitupun dengan tekanan dari para
orangtua yang menginginkan anak mereka menajdi apa yang mereka inginkan.

11
https://www.kompasiana.com/biliksukma/55ae4bf32cb0bd3a22e4bf86/review-film-dead-poets-society-
1989
12
Hidayat, Rakhmat. Op.Cit., Hal. 186
13
Ibid., hal. 184
14
Loc. Cit.
NAMA : SHOFIANTI
NIM : 11171110000043

 Pembentukan Identitas Diri


Menurut Giroux, murid seharusnya diperjuangkan menjadi intelektual kritis, tetapi hanya menjadi pabrik
kuli15. Hal ini sama seperti apa yang digambarkan dalam film ini, dimana para siswa didik di sekolah hanya untuk
menjadi tenaga-tenaga atau kuli ekonomi saja. Seperti salah seorang siswa bernama Neil yang mendapatkan
tekanan dari ayahnya unruk menjadi seorang dokter. Neil tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk
mengungkapkan apa yang ia inginkan. Neil merasa terkekang dan terkurung, ia ingin sekali menjadi aktor hebat
namun ayahnya tak mendukung dan tidak menyetujui itu. Dia merasa ada ketidak bebasan dalam dirinya untuk
memilih tujuan hidupnya sendiri. Padahal pada masa-masa inilah seorang anak mencari jati diri dan identitas
dirinya yang sebenarnya. Hidup Neil selalu diatur oleh kedua orangtuanya dan Neil merasa itu bukanlah hal yang
ia mau selama ini. Seperti yang dikatakan Mr. Keating “Carpe Diem (Seize The Day)”, yang berarti “raihlah
kesempatan”. Dan ini menjadi motto baru dalam hidup para muridnya termasuk Neil, bahkan dari kata-kata
inilah yang mulai merubah pandangan hidup mereka. Walaupun ayahnya menentang dirinya untuk menjadi
aktor, Neil secara sembunyi-sembunyi tetap tampil dan memainkan peran utama di teater yang diselenggarakan
di sekolah. Namun, setelah berakhir acara ayahnya memarahinya dan mengancam Neil untuk pindah sekolah
agar bisa menjadi dokter seperti apa yang orangtuanya inginkan. Dan Neil sama sekali tidak bisa membela diri
maupun mengintrupsi pembicaraan sang ayah.
Kemudian dari sinilah muncul konflik di dalam dirinya yang membuat hatinya memberontak. Tekanan batin
yang ia dapatkan membuat melemahnya komitmen untuk menjadi aktor dan disini mulai terjadinya krisis
identitas diri pada diri Neil. Neil bunuh diri lantaran orang tuanya sama sekali tidak memberinya kebebasan
untuk membuat pilihan dalam hidupnya sendiri. Karena kematian Neil inilah juga membuat keberadaan klub
Dead Poets Society pun menjadi terbongkar. Akhirnya, Mr. Keating dikeluarkan dari sekolah karena dianggap
sebagai guru yang mempengaruhi Neil yang dianggap sebagai penyebab brontaknya Neil sampai berakhir bunuh
diri. Sangat disayangkan disini kurangnya kesadaran orangtua Neil yang malah menyalahkan teknik mengajar
Mr. Keating sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Walaupun Mr. Keating pada akhirnya gagal melawan sistem
sekolah, namun ia berhasil membuka dan memberikan pandangan kepada para muridnynya. Hal ini terlihat
ketika Todd yang pada awalnya sangat kaku dan pendiam memberanikan drinya untuk mengatakan yang
sebenarnya ketika Mr. Keating hendak meninggalkan kelas, bahwa mereka semua dipaksa kepala sekolah untuk
menandatangani persetujuan dikeluarkannya Mr. Keating dari sekolah. Dan satu persatu seperti Todd, Knox,
Charlie, Richard, Steven dan Gerard memberi penghormatan dan menghargai Mr. Keating sebagai guru yang
hebat yang telah membuka cara pandang atau cara berpikir mereka. Dan mereka semua masih dalam tahap
pencarian identitas untuk menemukan jati diri mereka yang sebenarnya, menemukan bakat yang selalama ini
yang mungkin sudah terkubur di dalam dirinya.

15
Loc. Cit.

Anda mungkin juga menyukai