Anda di halaman 1dari 14

KURIKULUM

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sosiologi Penididikan”

Dosen Pengampu:
Dra. Fartika Ifriqia, M.Pd.

Disusun oleh :
Ana Ni’matur Rohmah 932136916
Yeni Mardiana 932105516

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
(IAIN) KEDIRI
2018

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan
pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan
daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara
pemberian nilai pencapaian belajar dikurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu
mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau
dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu
kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang
menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum.
Merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat
berupa lembaga resmi. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alsan
dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus
memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan
nasional. Lembaga sekolah sebagai ujung tembak dalam implementasi kurikulum
dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh
kesungguhan, sebab penyelenggaraan pendidikan salah satunya dilihat dari hal
tersebut. Namun dilapangan, perubahan kurikulum sering kali menimbulkan persoalan
baru, sehingga pada tahap implementasinya memiliki kendala teknis, sehingga
sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada
tahap awalini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai pengertian kurikulum!
2. Jelaskan mengenai tipologi kurikulum!
3. Jelaskan model-model kurikulum!
4. Jelaskan tentang hidden curriculum!
5. Bagaimana kedudukan kurikulum sebagai pendidikan moral?
6. Bagaimana inovasi kurikulum PAI?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui tipologi kurikulum.
3. Untuk memahami model-model kurikulum
4. Untuk mengetahui tentang hidden curriculum
5. Untuk memahami bagaimana kurikulum sebagai pendidikan moral
6. Untuk mengetahui inovasi kurikulum PAI

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya “pelari”dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulumberasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata
courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian
diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program
tersebut berisi mata pelajaran- mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun),
SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian,secara
terminologisistilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh
ijazah.1
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman
potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah,baik yang terjadi didalam kelas,
di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. 2
Pengertian kurikulum menurut para ahli antara lain:
1. Menurut Dr. Nana Sudjana Tahun (2005) kurikulum merupakan niat &
harapan yang dituangkan ke dalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksanaannya adalah
proses belajar mengajar. Yang terlihat di dalam proses tersebut yaitu
pendidik dan peserta didik.
2. Menurut Drs. Cece Wijaya, dkk , kurikulum adalah meliputi
keseluruhan program dan kehidupan di dalam sekolah.

1
Zenal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2012), 2-
3.
2
Ibid, 4.

3
3. Menurut Prof.Dr. Henny Guntur Tarigan, kurikulum adalah suatu
gagasan pendidikan yang diekspresikan melalui praktik. Pengertian
kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
dengn kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan,namun
seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan
nasional.
4. Menurut H. Hasan (1992) kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni
sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam
posisi teoritik, harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai sesuatu
yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembangan
kurikulum’
5. Menurut Prof. Dr. H. Darkir, kurikulum merupakan alat dalam
mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan
dan bukan program pengajaran, sehingga program itu direncanakan
dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.
6. Menurut Murray Print, kurikulum ialah ruang pembelajaran yang
direncanakan, diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh
sebuah lembaga pendidikan dan merupakan pengalaman yang bisa
dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
7. Menurut Good V. Carter (1973) mengatakan bahwa kurikulum
merupakan sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang
sistematik.
B. Tipologi Kurikulum
Kurikulum memiliki tipe berdasarkan landasan pemikiran yang berbeda- beda yaitu:
1. Kurikulum Berdasarkan Isi
a) Kurikulum Klasik: bersifat tradisional yang menekankan bahasaasing,
bahasa kuno, sejarah,sastra, matematika dan ilmu murni. Terjadi pada
jaman kerajaan dimana kerajaan membutuhkan para pegawai
administrasi untuk mengatur rumah tangga kerajaan dan melayani
rakyat.
b) Kurikulum Vokasional: menyiapkan peserta didik untuk siap kerja,
dengan menyediakan ketrampilan dan keahlian yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasar. Kurikulum diarahkan pada keterkaitan dan

4
keterhubungan dengan dunia kerja, sebab sekolah dipandang sebagai
industri penghasil tenaga kerja yang ahli.
c) Kurikulum Life Adjustment: menekankan pada pengembangan
kepribadian, yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan hidupadaftif
dengan ligkungan, seperti menjaga kesehatan, mengkontruksi
hubungan sosial, membangun rumah tangga, dll.
2. Kurikulum Berdasarkan Model Pengembangan
a) Kurikulum Model Administratif: kurikulum digagas dan
dikembangkan menurut prinsip administrasi pendidikan, dimana ada
tim yang disebut dengan pengarah dan pelaksana. Tim pengarah adalah
kelompok pakar dan senior yang memberi pengarahan pada pelaksana
merumuskan kegiatan dan tujuan pendidikannya. Tim ini terdiri dari
pakar dibidang pendidikan, kurikulum, dsb.
b) Kurikulum Model Akar Rumput: kurikulum yang digagas oleh para
guru dan sekolah berdasarkan visi, misi dan tujuan yang diciptakan
oleh pihak sekolah. Standar nasional hanya bersifat rujukan saja, ciri
utama justru pada aspek kelokalannya.
3. Kurikulum Berdasarkan Harapan Kenyataan
a) Kurikulum Ideal: kurikulum yang seharusnya atau yang dicita- citakan
yang berisi konseptual ideal tentang kandungan sebuah kurikulum.
Contoh: KTSP.
b) Kurikulum Real: kurikulum yang dapat diimplementasikan oleh pihak
penyelenggara pendidikan, yang bisa saja justru tidak sesuai dengan
kurikulum ideal. Misalnya saja terkendala saran pihak sekolah.
4. Kurikulum Berdasarkan Struktur dan Materi Pembelajaran
a) Kurikulum Terpisah: kurikulum yang mata pelajarannya diberikan
secara terpisah- pisah.
b) Kurikulum Terpadu: kurikulum yang mata pelajarannya diberikan
secara terpadu dan bersifat tematik.
c) Kurikulum terkorelasi: kurikulum yang bahan ajarnya dirancang,
dikostruksikan dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar
lainnya. Misalnya sosiologi pendidikan dengan antropologi
pendidikan.

5
5. Kurikulum Berdasarkan Cakupan Penggunaan
a) Kurikulum Nasional: kurikulum yang ditetapkan dan dilaksanakan
secara nasional.
b) Kurikulum Lokal: kurikulum yang diinisiasi dan dilaksanakan secara
lokal (provinsi atau kabupaten) sesuai dengan kebutuhan lokal.
c) Kurikulum Sublokal (sekolah): kurikulum yang dirancang dan
dilaksanakan di lingkungan sekolah tertentu (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan), yang berkaitan dengan otonomi sekolah atau
kampus.3
C. Model- Model Kurikulum
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang
paling tua. Kurikulum ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber
dari disiplin ilmu. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik,
yang berorientasi pada masa lalu, bahwa semua ilmu pengetahuan, teknologi, dan
nilai- nilai budaya telah ditemukan oleh para ahli di masa lalu.
Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskanya kepada generasi
baru. Kurikulum ini sangat mengutamakan isi pendidikan. Ukuran keberhasilan
peserta didik dalam belajar adalah yang menguasai seluruh atau sebagian besar
dari isi pendidikan yang diajarkan guru. Guru sebagai penyampai bahan ajar harus
menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum.
2. Kurikulum Humanistic
Model kurikulum humanistic menekankan pengembangan kepribadian peserta
didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual
(kognitif),afektif, dan psikomotor. Kurikulum humanistic menekankan
pengembangan potensi dan kemampuan dengan memprihatinkan minat dan
kebutuhan peserta didik.
Pembelajaran segi- segi sosial, moral, dan afektif mendapatkan perhatian
utama dalam model kurikulum ini. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik
(student centered). Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi.
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic,

3
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum & Pembelajaran, (Jakarta Utara: RAJA GRAFINDO PERSADA, 2011),
45.

6
didasari oleh konsep- konsep pendidikan pribadi, yaitu John Dewey dan J.J.
Rousseau.
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial lebih memusatkan perhatiannya pada
pemersalahan yang dihadapi peserta didik dalam masyarakat kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan instruksional. Pendidikan merupakan kegiatan
bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi
pada peserta didik dan guru melainkan juga antara peserta didik dengan peserta
didik, peserta didik dengan orang- orang lingkungannya dan sumber- sumber
belajar lainnya. Melalui interasi kerjasama ini, peserta didik berusaha
memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan masayarakat, menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki
komponen- komponen yang sama dengan model kurikulum lain, tetapi isi dan
bentuk- bentuknya berbeda. Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan
yang berbeda. Tujuan utama dari rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para
peserta didik dengan tantangan, ancaman, hambatan, atau gangguan yang biasanya
dihadapi manusia.
Dalam pembelajaran rekontruksi sosial, para pengembangan kurikulum
berusaha mencari keselarasan antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik
menemukan minat dan kebutuhannya. Para peserta didik sesuai dengan minatnya
masing- masing, berusaha memecahkan masalah sosial yang dihadapinya.
4. Kurikulum Kompetensi
Seiringdengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu
keharusan. Setiap orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai- nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Selanjutnya, berdasarkan
kajian dari literature. Widyastono merumuskan kompetensi adalah pengetahuan
(kognitif) yang setelah dimiliki seseorang, harus diwujudkan dalam bertindak
(psikomotor) dan bersikap (afektif). Seseorang dikatakan kompeten dibidang
tertentu, apabila ia memiliki pengetahuan dibidang itu, kemudian pengetahuan
tersebut diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam kehidupan sehari –hari.

7
D. Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
Secara etimologi hidden curriculum berasal dari dua kata, yakni “hidden”
yang berarti tersembunyi atau terselubung dan “curriculum” (kurikulum) yang berarti
sejumlah mata pelajaran dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh siswa demi
menyelesaikan tugas pendidikannya. Maksud dari kurikulum tersembunyi/terselubung
di sini adalah kurikulum ini tidak tercantum dalam kurikulum ideal. 4 Nasution
menjelaskan bahwa kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan
dan pengalaman tidak direncanakan yang disebut dengan istilah kurikulum
tersembunyi. Menurut Jane Martin secara umum hidden curriculum dapat
dideskripsikan sebagai hasil sampingan dari pendidikan di dalam atau di luar sekolah,
khususnya hasil yang dipelajari, tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan.
Slamet menambahkan hidden curriculum dikelompokkan dalam kurikulum karena
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam hidden curriculum merupakan pengalaman-
pengalaman siswa di sekolah yang dilaksanakan secara terorganisir, sedangkan
dikatakan hidden karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak tertulis secara jelas di
kurikulum dalam praktek pelaksanaan di sekolah.5 Jadi, kurikulum tersembunyi
merupakan kegiatan dan pengalaman siswa di sekolah yang terorganisir namun tidak
dijadikan tujuan secara tertulis dalam kurikulum ideal.
Kurikulum tersembunyi muncul sebagai bentuk sosial antar murid dengan
murid, murid dengan guru, murid dengan administrator, murid dengan lingkungan,
murid dengan aturan dan segala sesuatu yang ada di sekolah. Kurikulum tersembunyi
terlihat bukan sebagai tujuan yang secara khusus dicantumkan dalam tujuan
pembelajaran di sekolah, tetapi hasil sampingan dari proses sosial yang terjadi. 6 Hal ini
sesuai dengan pendapat Abdulllah yang mengatakan kurikulum tersembunyi tidak
direncanakan sekolah dalam programnya dan tidak tertulis atau dibicarakan oleh guru,
sehingga kurikulum ini merupakan upaya murni anak didik atas potensi dan
kreatifitasnya yang tentunya dapat berkonotasi positif maupun negatif. Dalam arti
positif berarti kurikulum tersembunyi memberi manfaat bagi individu anak didik, guru
dan sekolah. Misalnya, anak didik memiliki cara sendiri untuk menjadi juara kelas
melalui cara belajar yang dimilikinya, namun dapat berkonotasi negatif jika anak didik

4
M. Slamet Yahya, “Hidden Curriculum pada Sistem Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Purwokerto Tahun 2013,” Jurnal Kependidikan, Vol 1, No 1 (2013), 127.
5
Ibid., 131.
6
Muhammad Nurhalim, “Optimalisasi Kurikulum Aktual dan Kurikulum Tersembunyi dalam Kurikulum
2013,” Insania, Vol 19, No 1 (2014), 119.

8
menginginkan menjadi juara kelas dengan cara mencontek.7 Sehingga perlu adanya
bimbingan dari guru maupun orang tua dalam memaksimalkan kurikulum tersembunyi
bagi siswa. Elizabeth Vallen menjelaskan bahwa ada beberapa fungsi utama kurikulum
tersembunyi yakni penanaman nilai-nilai siswa, sosial politik siswa, melatih ketaatan
dan kepatuhan serta pelanggengan kelas tradisional.8

E. Kurikulum Sebagai Pendidikan Moral


Dalam UU RI no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang
menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa
adanya pendidikan bertujuan untuk menciptakan generasi yang paripurna dalam segala
aspek, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Salah satu tujuan pendidikan
yang ditekankan yakni dari segi afektif berupa penguatan kepriadian, moral dan akhlak
yang baik pada diri anak didik.
Namun pada kenyataannya sikap-sikap yang ditunjukkan beberapa anak didik
tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, hal ini dikarenakan adanya
penurunan atau kemerosotan moral. Menurut Lickono terdapat beberapa indikasi gejala
penurunan moral yang perlu mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih
baik; 1) Kekerasan dan tindakan anarki, 2) Pencurian, 3) Tindakan Curang, 4)
Pengabaian terhadap aturan yang berlaku, 5) Tawuran antar siswa, 6) Ketidaktoleran, 7)
Penggunaan bahasa yang tidak baik, 8) Kematangan seksualyang terlalu dini dan
penyimpangannya, 9) Sikap perusakan diri, 10) Penyalahgunaan narkoba.9
Untuk menanggulangi penurunan moral tersebut, perlu diterapkan pendidikan
moral bagi anak didik. Pendidikan moral sendiri dimaknai sebagai pendidikan budi
pekerti, pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan watak, yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menentukan baik dan buruk,
memelihara apa yang baik, dan mengaplikasikan kebaikan tersebut dalam kehidupan

7
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 53.
8
Muhammad Nurhalim, “Optimalisasi Kurikulum..., 120.
9
Edo Dwi Cahyo, “Pendidikan Karakter Guna Menanggulangi Dekadensi Moral yang Terjadi pada Siswa
Sekolah Dasar,” Eduhumaniora, Vol 9, No 1 (2017), 19.

9
sehari-hari. Keberhasilan pendidikan moral tentunya tidak akan lepas dari adanya
kurikulum yang mumpuni, karena kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam
seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.10 Dimana kurikulum sebagai pedoman
pelaksanaan proses pembelajaran hendaknya juga memuat berbagai komponen-
komponen yang mengarah pada perbaikan moral anak didik. Sebagaimana kurikulum
saat ini yang sering disebut sebagai kurikulum pendidikan karakter, yang mana isi dari
kurikulum tersebut selalu berusaha mengkaitkan dengan tujuan pendidikan melalui
penguatan nilai-nilai, moral dan budi pekerti. Dengan demikian kurikulum sangat
menentukan pendidikan moral bagi anak didik dalam menggulagi penurunan moral.

F. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Inovasi kurikulum dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-
tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum mencakup
aspek inovasi dalam struktur kurikulum, materi kurikulum dan inovasi proses
kurikulum. Ketiga aspek inovasi kurikulum tersebut merupakan penggolongan jenis
inovasi berdasarkan komponen sistem pendidikan yang menjadi bidang garapannya.
Inovasi kurikulum juga tergantung pada dinamika masyarakat sehingga perubahan di
masyarakat memiliki implikasi perubahan dalam pendidikan. Dalam bidang
pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu
tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan, keresahan pendidik tentang
pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya kurang berhasil. Keresahan-
keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang menuntut
penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul gagasan
dan ide-ide baru sebagai inovasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa inovasi itu
ada karena adanya masalah yang dirasakan, hampir tidak mungkin inovasi muncul
tanpa adanya masalah yang dirasakan.
Inovasi kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) perlu segera dilaksanakan
untuk memecahkan persoalan kegagalan pendidikan dan pengajaran Agama Islam.
Dalam pelaksanaan Inovasi kurikulum PAI hendaknya dengan menganut prinsip
diversifikasi kurikulum yang dapat melayani peserta didik dan potensi daerah yang
beragam, sarat dengan muatan nilai-nilai dan moral keagamaan, dan dapat berdaptasi

10
Nur Ahid, “Konsep dan Teori Kurikulum dalam Pendidikan,” Islamica, Vol 1, No 1 (2006), 26.

10
terhadap segala bentuk dan jenis perubahan serta perkembangan masyarakat.11 Dalam
realitas sejarahnya inovasi kurikulum PAI telah mengalami beberapa perubahan yang
dapat dilihat dari fenomena berikut ini:
1. Perubahan dari tekanan hafalan dan adaya ingat tentang teks-teks dari
ajaran Agama Islam, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi
beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI.
2. Perubahan dari cara berpikir tekstual normatif, absolutis kepada cara
berpikir historis, empiris dan kontekstual dalam memahami dan
menjelaskan ajaran dan nilai-nilai Agama Islam.
3. Perubahan dari mengacu pada hasil pemikiran para pendahulu tentang
ajaran Islam, kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan
produk tersebut.
4. Perubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya
mengandalkan para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI
kearah keterlibatan yang luas mulai dari para pakar, guru, peserta didik dan
masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara
pencapaiannya.12

11
Siti Halimah, “Inovasi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” TANZIMAT,
Vol 11 (2011), 331.
12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 10-11.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Sedangkan menurut beberapa ahli kerikulum tidak hanya sebagai gagasan
pendidikan,namun seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi
pendidikan nasional.
2. Berdasarkan tipologinya, kurikulum terbagi menjadi lima, yakni: a) kurikulum
berdasarkan isi, b) kurikulum berdasarkan model pengembangan, c) kurikulum
berdasarkan harapan kenyataan, d) kurikulum berdasarkan struktur dan materi
pembelajaran, e) kurikulum berdasarkan cakupan penggunaan.
3. Terdapat berbagai model kurikulum, yaitu kurikulum subjek akademis, kurikulum
humanistik, kurikulum Rekonstruksi Sosial dan kurikulum kompetensi.
4. Hidden curriculum merupakan suatu kegiatan dan pengalaman siswa di sekolah
yang terorganisir namun tidak dijadikan tujuan secara tertulis dalam kurikulum
ideal.
5. Kurikulum memiliki peranan yang sangat besar sebagai pendidikan moral bagi
siswa, karena kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan.
6. Inovasi kurikulum PAI hendaknya dengan menganut prinsip diversifikasi
kurikulum yang dapat melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam,
sarat dengan muatan nilai-nilai dan moral keagamaan, dan dapat berdaptasi
terhadap segala bentuk dan jenis perubahan serta perkembangan masyarakat
B. Saran
Dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya para pendidik terus berinovasi
mengembangkan kurikulum-kurikulum yang ada, baik yang tertulis maupun
tersembunyi agar tujuan pendidikan PAI tercapai secara maksimal

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahid, Nur. “Konsep dan Teori Kurikulum dalam Pendidikan,” Islamica. Vol 1, No 1
(2006).

Arifin, Zenal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: REMAJA


ROSDAKARYA, 2012.

Cahyo, Edo Dwi. “Pendidikan Karakter Guna Menanggulangi Dekadensi Moral yang
Terjadi pada Siswa Sekolah Dasar.” Eduhumaniora, Vol 9, No 1 (2017).

Halimah, Siti. “Inovasi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam.” TANZIMAT, Vol 11 (2011).

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,


dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Nurhalim, Muhammad. “Optimalisasi Kurikulum Aktual dan Kurikulum Tersembunyi


dalam Kurikulum 2013.” Insania, Vol 19, No 1 (2014).

Tim Pengembang MKDP. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta Utara: RAJA


GRAFINDO PERSADA, 2011.

Yahya, M. Slamet. “Hidden Curriculum pada Sistem Pendidikan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Purwokerto Tahun 2013.” Jurnal Kependidikan, Vol 1, No
1 (2013).

13

Anda mungkin juga menyukai