Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP DASAR KURIKULUM


1.   Hakekat kurikulum
Secara historis, istilah kurikulum pertama kalinya diketahui dalam
kamus Webster (Webster Dictionary) tahun 1856. Pada mulanya istilah kurikulum digunakan
dalam dunia olah raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish.
Kemudian pada tahun 1955, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan, dengan arti
sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.[1] Dalam bahasa arab, kurikulum sering disebut
dengan istilah al-manhaj, berarti jalan terang yang dilalui manusia dalam kehidupannya. Istilah
tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan, berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau
guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai.Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan. Dalam pandangan lama (tradisional), kurikulum merupakan kumpulan sejumlah
mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pandangan ini
menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan
ijazah atau naik tingkat. Pengertian kurikulum ini, sama dengan rencana pelajaran di sekolah,
yang disajikan guru kepada murid. Kurikulum semacam ini, tidak lebih dari daftar singkat
mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di sekolah atau program silabus atau pokok
bahasan yang akan diajarkan. Dalam pandangan yang muncul kemudian (modern), penekanan
terletak pada pengalaman belajar. Dengan titik tekan tersebut, kurikulum diartikan sebagai segala
pengalaman yang disajikan kepada para siswa dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi
dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan kurikuler
yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering disebut ko-kurikuler dan
ekstra-kurikuler. Berikut ini beberapa pengertian kurikulum menurut para pakar, yaitu:
a.    John franklin Bobbit (1918), menjelaskan kurikulum sebagai mata pelajaran.
b.    Caswell dan Campbell (1935), kurikulum merupakan seluruh pengalaman dari anak yang
berada dalam pengawasan guru.
c.    Edward A. Krug (1957), kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai /
melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.
d.   Menururt Hilda Taba (1962), kurikulum adalah rencana pembelajaran.
e.    Schubert (1986), kurikulum merupakan mata pelajaran, program kegiatan pembelajaran yang
direncanakan, hasil pembelajaran yang diharapkan, agenda rekonstruksi sosial, dan reproduksi
kebudayaan.
f.     Layton (1989), kurikulum dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi, rasional,
teknologi, moral, keagamaan, dan keindahan
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua pengalaman,
kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru.
Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah bahwa semua kegiatan
yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
meliputi kegiatan di dalam kelas, seperti kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar
(tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan
pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempat-tempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar
nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan
pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugas sekolah, dan
pengalaman hidup murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang
luas, karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh baik fisik
maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.

2.    Macam Kurikulum
Berikut akan kami sajikan tiga macam bentuk kurikulum sebagai berikut:
a.    Ideal Curriculum berarti kurikulum yang ideal artinya kurikulum mengarah dan mendekati
kesempurnaan suatu kurikulum yang nantinya akan diterapkan. Di dalam ideal curriculum berisi
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan direncanakan serta dirancangkan
secara sistematik untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti SKL, standar isi, silabus, dan RPP.
b.    Actual Curriculum berarti kurikulum yang nyata artinya kurikulum dalam pelaksanaannya
bersumber dari kurikulum yang ideal agar tidak jauh dari tujuan yang diinginkan dari ideal
curriculum, contohnya dalam pembelajaran.
c.    Hidden Curriculum berarti kurikulum yang tersembunyi tetapi tidak berarti hilang atau tidak
ada melainkan kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk kedalam kurikulum
sekolah. Kurikulum  tersembunyi  dapat  dipandang  sebagai  tujuan yang tidak tertulis, dapat
juga diartikan sebagai segala sesuatu yang  terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hidden curriculum sebagai hal
yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru dalam mentransformasikan
standar nilai moral, contohnya ketika ada siswa yang terlambat secara langsung guru
memberikan teguran didepan siswa lain sebagai pembelajaran moral dalam disiplin.

3.    Kedudukan kurikulum
Kedudukan kurikulum adalah sebagai sentral (pusat) dalam seluruh
proses pendidikan, serta memiliki kedudukan strategis dalam mengarahkan segala bentuk
aktivitas pendidikan di sekolah/madrasah demi tercapainya tujuan pendidikan. Berkaitan dengan
hal itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah:
a.    Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses
pendidikan. Hal ini menunjukkan kurikulum menjadi tempat kembali dari semua kebijakan-
kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah atau pemerintah. Jika
batasan yang seperti ini digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di
dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral.
b.    Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Kurikulum juga merupakan
suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan
isi, serta proses pendidikan.
c.    Kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembang kurikulum berbagai institusi pendidikan.

4.    Fungsi kurikulum
Fungsi Kurikulum, berkenaan dengan pemanfaatan dan kegunaan kurikulum
untuk semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang dicita-citakan. Bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi
kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program sekolah. Bagi
pengawas sekolah, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:
a.    Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis.
b.    Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
c.    Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa, baik dari aspek fisik maupun
psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d.   Fungsi Persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya dan
dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat.
e.    Fungsi Pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
f.     Fungsi Diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
(potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

5.    Peran Kurikulum
Peran kurikulum, berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab kurikulum sebagai salah
satu komponen dalam pendidikan yang memuat tentang arah
dan tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis mengemban peranan sebagai berikut :
a.    Peranan Konservatif, salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu
lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai
sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa
dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih
kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.
b.    Peranan Kritis / Evaluatif, kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial
dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Niali–nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
c.    Peran Kreatif, kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa
yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua
potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

6.    Komponen kurikulum
Para pemikir pendidikan mempunyai perbedaan ragam dalam menentukan jumlah
komponen kurikulum. Subandijah membagi komponen kurikulum menjadi lima yaitu: tujuan, isi,
strategi, media, dam proses. Sedangkan menurut Nasution komponen kurikulum
ada empat yaitu : tujuan, bahan pelajaran, proses, dan penilaian. Berikut ini akan di uraikan
secara singkat mengenai komponen-komponen tersebut.
1.    Komponen tujuan
Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses pendidikan.yaitu hal yang ingin
dicapai secara keseluruhan, yang meliputi :
·      Tujuan domain kognitif yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan akal dan
intelektual peserta didik.
·      Tujuan domain afektif yaitu tujuan yang mengarah pada penggerakan hati nurani para
peserta didik.
·      Tujuan domain psikomotor yaitu tujuan yang menngarah pada pengembangan ketrampilan
jasmani peserta didik.
2.    Komponen isi dan struktur progam atau materi
Komponen isi dan struktur progam atau materi merupakan bahan yang diprogamkan guna
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan
dasar pengambilan bahan dalam setiap belajar mengajar dikelas oleh pihak guru. Isi atau materi
berupa materi-materi bidang studi, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan
sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada. Bidang-bidang tersebut biasanya telah dicantumkan dalam struktur program kurikulum
sekolah yang bersangkutan.
3.    Komponen media atau sarana dan prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana dan prasarana atau media
merupakan alat bantu untuk memudahkan pendidik dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar
lebih mudah dimengerti oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar. Ketepatan memilih
alat media merupakn suatu hal yang penting dikarenakan akan mempengaruhi daya tangkap
peserta didik.
4.    Komponen strategi belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memahami suatu Strategi.
Strategi menujuk pada sesuatu pendekatan (approach), metode (method), dan peralatan mengajar
yang diperlukan. Strategi mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami dan diupayakan
untuk pengaplikasiannya oleh seorang pendidik sejak dari mempersiapkan pengajaran sampai
proses evaluasi. Dengan menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar
dapat memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat
ditangkap para peserta didik. Akan tetapi penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat
ditentukan oleh tingkat kompetensi pendidik.
5.    Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangatlah penting dalam suatu proses pendidikan. Tujuan akhir proses
mengajar adalah terjadinya perubahn tingkah laku peserta didik menjadi manusia yang lebih
baik. Komponen ini erat kaitannya dengaan suasana belajar di dalam ruangan kelas maupun di
luar kelas. Upaya seorang pendidik untuk menumbuhkan motivasi dan kreatifitas dalam belajar
merupakan langkah yang tepat. Komponen proses ini juga berkaitan dengan kemampuan
pendidik dalam menciptakan suasana pengajaran yang kondusif agar efektivitas tercipta dalam
proses pembelajaran. Pada intinya guru harus mengoptimalkan perannya sebagai educator,
motivator, manager, dan fasilitator.
6.    Komponen Evaluasi atau Penilaian
Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka
diperlukan evaluasi. Dengan evaluasi atau penilaian akan diketahui tingkat keberhasilan dari
semua komponen. Komponen evaluasi ini tidak hanya memperlihatkan sejauhmana prestasi
peserta didik saja, tetapi juga sebagai sumber input bagi sekolah sebagai upaya perbaikan dan
pembaharuan suatu kurikulum. Evaluasi yang signifikan dan berkelanjutan sangat diperlukan
untuk mendukung terwujudnya suatu pengembangan kurikulum secara efektif dan
bermakna. Dengan evaluasi juga dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan
tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan, dan upaya bimbingan yang perlu
dilakukan. Evaluasi kurikulum membutuhkan pengumpulan, pemrosesan, dan interpretasi
mengenai data terhadap program pendidikan.

B.KURIKULUM SEBAGAI PROGRAM


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.[20] Pada hakekatnya
kurikulum menjadi suatu program kegiatan terencana dan memiliki rentang yang cukup luas
hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Disatu pihak kurikulum dipandang
sebagai suatu dokumen tertulis, dan dilain pihak kurikulum dipandang sebagai rencana tidak
tertulis.
Kurikulum merupakan sebuah program yang didesain, direncanakan, dikembangkan, dan
dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Kurikulum
sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan,
tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu juga berisi tentang alat atau media yang
diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sebagai suatu
rencana pendidikan disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.[22] Jadi kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar
yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
C. KURIKULUM SEBAGAI TUJUAN
Kurikulum sebagai tujuan memiliki arti bahwa kurikulum didesain sebagai usaha / alat
dalam mencapai tujuan pendidikan yang disusun secara hierarki mulai dari tingkat nasional
hingga instruksional. Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu yang dianggap cukup
tepat dan krusial untuk dicapai.
Tujuan selalu berkaitan dengan hasil, tetapi tujuan lebih merupakan kegiatan yang mengandung
proses. Tujuan menampilkan aktivitas yang teratur dan pada akhirnya tujuan akan berdampak
pada hasil. Dalam merumusan tujuan harus meliputi:
1.    Proses mental
2.    Produk, bahan yang berkaitan dengan itu.
3.    Tujuan yang kompleks harus dispesifikkan sehingga lebih jelas bentuk kelakuan yang di
harapkan.
4.    Tujuan harus di nyatakan dalam bentuk kelakuan yang di harapkan dari kegiatan belajar itu.
5.    Tujuan yang sering bersifat ”development” yaitu tidak dapat di capai sekaligus akan tetapi
harus di kembangkan secara berkala.
6.    Tujuan hedaknya realistis atau dapat di capai siswa pada tingkat dan usia tertntu.
7.    Tujuan harus meliputi segala aspek perkembangan anak yang menjadi tanggung jawab
sekolah / madrasah yang biasanya meliputi aspek kognitif, afektif, serta keterampilan
psikomotorik.
Di Indonesia dapat diketahui ada empat tujuan pendidikan yang secara hierarkis
dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum sebagai berikut;
1.    Tujuan Nasional / Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), adalah tujuan umum yang sarat
dengan muatan filosofis, yang di rumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.
2.    Tujuan Institusional (TI), adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap lembaga pendidikan.
3.    Tujuan Kurikuler (TK), adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran.
4.    Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP), adalah kemampuan atau keterampilan yang di
harapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses merupakan syarat mutlak
bagi guru.
Keempat tujuan pendidikan diatas bersumber dari tujuan berbangsa dan bernegara yang
termuat dalam pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
1.        Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2.        Untuk memajukan kesejahteraan umum,
3.        Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4.        Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

D.      KURIKULUM SEBAGAI REKONSTRUKSI SOSIAL


Masyarakat senantiasa berubah dan akan terus berubah. Masyarakat sekarang jauh
berbeda dengan masyarakat pada masa lalu, dan akan berbeda dengan  masyarakat  yang akan
datang. Perubahan itu sedikit banyak akan mempengaruhi cara hidup dan cara berpikir manusia.
Masyarakat memiliki ciri dinamis, kedinamisannya menuntut terus berkembangnya peradaban.
Dengan demikian kurikulum harus elastis dan fleksibel mengikuti detik demi detik
perkembangan yang terus diusahakan oleh manusia. Kurikulum yang fleksibel penting untuk
menjaga kelangsungan manusia.
Membicarakan kurikulum sama halnya membincangkan konsensus (kesepakatan) sosial,
produk kesepakatan berbentuk tulisan atau lisan yang akan dijalankan bersama guna mencapai
tujuan. Konsensus lahir karena sebuah keinginan bersama untuk melakukan sesuatu hal.
Konsensus berisikan nilai-nilai yang berasal dari seluruh kelompok masyarakat yang sangat
mendalam dan substansial yang kemudian menjadi konstruksi berfikir, bersikap, dan bertindak
untuk dilaksanakan oleh siapa pun yang telah menyepakati.
Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, merupakan model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat. Pendidikan
bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, kerjasama, dan interaksi. Melalui interaksi dan
kerjasama, siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi masyarakat. Percepatan
kurikulum rekonstruksi sosial dapat terjadi ketika para orangtua dan masyarakat terlibat dalam
mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk
menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan.
Ciri-ciri kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial meliputi :
1.    Asumsi tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada
tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapi manusia.
2.    Masalah-masalah sosial yang mendesak bahwa kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-
masalah sosial yang mendesak
3.    Pola-pola organisasi pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun
seperti sebuah roda, ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi
tema utama dan dibahas secara pleno.

B.ASAS-ASAS KURIKULUM DAN TEORI KURIKULUM


A. Asas Filosofis
            Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal
dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai,
sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
            Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai
falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila.
Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
B. Asas Psikologi
            Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada siswa, oleh karena
dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada Manusia sebagai makhluk yang
bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks. Aspek-aspek
tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum sebagai berikut:
 Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
 Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial,
bahasa, dan filsafat.
 Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
 Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama,
dan PPKN.
 Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan
pengembangan bakat.
 Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
 Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
 Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja
bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
 Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.

C. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi


            Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan
antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka
sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah adalah institusi sosial yang
didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum
sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial
yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat. 

D. Asas Organisatoris
            Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS,
Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan
menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu).
            Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum
terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-
bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan
sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan
karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
            Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap
organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari
segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara
bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya.
Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya
kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil
semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum
adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang
tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional
dan yang progresif. 

E. Asas Teknologi
            Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan
umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
            Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan
penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan
penyampaiannya.
            Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang
belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap
muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional
baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer,
internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses
pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system
pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Prinsip-
prinsip umum meliputi :
         Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar
harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan relevansi ke dalam
berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
         Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di
sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun
kemampuan, dan latar belakang anak.
         Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan
dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
         Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya
murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-
keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.
         Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari kebijakan-
kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama
kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
         Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga perumusan
komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan
tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah, survey mengenai
persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang pandangan para ahli
dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-pengalaman negara lain
dalam masalah yang sama, dan penelitian. 
         Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.  
         Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu apakah
metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan kegiatan
yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, apakah metode tersebut juga
memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat
mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan
siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah metode
tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah sekaligus mendorong
penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang
menekankan learning by doing, bukan hanya learning by seeing and knowing.

         Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran


Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran
yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu alat/media apa yang
dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat,
bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam
keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh
dengan menggunakan multi media
         Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi kegiatan
penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan tujuan
umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan
dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat bebarapa hal yang
perlu juga dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan
tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes
berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan apakah tes
diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan haisl penilaian juga perlu
mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan dalam pengolahan hasil tes,
apakah digunakan formula guessing bagaimana pengubahan skor menjadi skor masak, skor
standar apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tse digunakan

TEORI KURIKULUM
Teori kurikulum adalah perangkat pernyataan yang berisi petunjuk perkembangan,
penggunaan, dan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan sekolah. Ataupun Teori
Kurikulum merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penentu keputusan, penggunaan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum yang digunakan sekolah. Kurikulum Indonesia
pada saat ini terdapat dua kurikulum yang berlaku, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Ada tiga konsep kurikulum yang akan menjelaskan teori kurikulum, yaitu :
Konsep Pertama : Suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin di capai. suatu kurikulum dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Konsep Kedua : Kurikulum sebagai sistem yang mencakup struktur personalia , dan prosedur
kerja bagaimana cara menyususn suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya.
Kosep Ketiga : Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran yang memiliki
tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Terdapat empat standar untuk menjadi ahli teori kurikulum, yaitu :


 Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah - istilah teknis.
 Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-
pengetahuan baru.
 melakukan penelitian inferensial dalam prediktif.
 mengembangkan sub-subteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-
model kurikulum.
Keempat standar tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum, sehingga
kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

C.PENYUSUNAN KURIKULUM INTI DAN MUATAN LOKAL


A. KURIKULUM INTI

kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia


pendidikan.dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Berhasil tidaknya suatu
pendidikan, tentu akan sangat tergantung pada kurikulum. Di Indonesia tujuan kurikulum tertera
pada undang-undang sIstem pendidikan nasional tahun 1989 bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar .
Adapun kurikulum terdiri atas berbagai komponen yang satu dengan yang lain saling
terkait adalah merupakan satu sistem, ini berarti bahwa setiap komponen yang saling terkait
tersebut hanya mempunyai satu tujuan yaitu tujuan pendidikan yang juga tujuan kurikulum.
Kurikulum yang disusun dipusat terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan agar
peserta didik diseluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama. Kurikulum tersebut
dinamai kurikulum nasional atau kurikulum inti. Dan kurikulum yang lain yang disusun di
daerah – daerah disebut kurikulum muatan local, Untuk itu, pada kesempatan kali ini, kita akan
mencoba membahas salah satu dari kedua kurikulum tersebut yaitu kurikulum inti (core
curriculum).yang mana dilihat dari aspek pengertian, dasar pelaksanaan kurikulum inti,
komponen-komponen dalam kurikulum inti, dan asas-asas dalam penyusunan kurikulum inti
1. Pengertian Kurikulum Inti (core curriculum)
       Menurut Caswell, seperti dikutip dalam Nasution (1993: 115), define kurikulum inti adalah
sebagai berikut : "A continous, careful planned series of experience which are based on
significant personal and social problems and which involve learning of common concern to all
youth"
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri kurikulum inti adalah :
          Kurikulum inti merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan;
          Direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan;
          Berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi;
          Berdasarkan pribadi dan social;
          Diperuntukan bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.

       Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena kurikulum inti disusun
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan para lulusan menjadi
manusia Indonesia seutuhnya (UUSPN No. 2 Tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu
memperhatikan pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh.
2. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti/Nasional
       Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak factor yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai
landasan yang terdiri dari Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori .
Landasan Ideal berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang GBHN dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
Ladasan Hukum berupa peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 29 tahun 1990, tentang
pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor 060/U/1993 tentang kurikulum
sebagaimana tercantum dalam landasan, program pengembangan kurikulum. 
Landasan Teori berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat
tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas
pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
3. Komponen -Komponen Dalam Kurikulum Inti
       Kurikulum inti atau nasional didalam penyusunannya juga harus sesuai dengan tingkatan
pendidikan masing – masing. Seperti kurikulum nasional pada pendidikan dasar terdiri dari
1.       Pendidikan pancasila
2.       Pendidikan agama
3.       Pendidikan kewarganegaraan
4.       Bahasa Indonesia
5.       Membaca dan menulis
6.       Matematika
7.       Kerajinan tangan dan kesenian
8.       Menggambar
9.       Pendidikan jasmani
Komponen – komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti terdiri dari
tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan dalam proses belajar mengajar), evaluasi program.
Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut
1.       Tujuan yang akan dicapai
2.       Isi materi pa yang harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
3.       Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
4.       Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta didik
4. Asas-Asas Penyusunan Kurikulum Inti
       Kurikulum juga memilki asas-asas yang terdiri dari asas filosofis, asas psikologis, asas
sosiologi, asas organisatoris,
            Asas filosofis  
       Tujuan pendidikan tidak terlepas dengan unsur filosofis seperti mendidik anak untuk
menjadi manusia yang baik didalam masyarakat. Kata baik ini pada hakikatnya ditentukan oleh
nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut guru, orang tua ,masyarakat, Negara dan dunia maka
filsafat menentukan tujuan yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
            Asas psikologi
Asas ini terdiri dari dua, yaitu:
a)    Psikologi Belajar
       Bahwa setiap anak dapat didik untuk menguasai pelajaran, ,menerima norma-norma dan
dapat mempelajari bermacam keterampilan
b)   Psikologi Anak  
       Memberikan kesempatan belajar kepada anak, agar dapat mengembangkan bakatnya. Karena
sudah sewajarnya jika anak sendiri yang menjadi factor dalam pembinaan kurikulum yang tak
dapat diabaikan.
            Asas sosiologi ( masyarakat)
       Anak itu tidak hidup seorang diri, namun senantiasa hidup didalam suatu masyarakat. Disitu
ia harus memenuhi tugas sebagai anak maupun sebagai orang dewasa dengan penuh tanggung
jawab. Ia anak menerima jasa dari masyarakat, dan dan ia juga harus menyumbang baktinya
kepada masyarakat. Karena naka harushidup dalam masyarakat, masyarakat pun harus dijadikan
sebagai factor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum.
            Asas organisatoris
       Asas ini membahas tentang bentuk penyajian bahan pelajaran, seperti tidak mengadakan
batas-batas diantara berbagai mata pelajaran. Sesuai dengan keberadaannya, kurikulum inti /
nasional ini diaplikasikan pada semua jenis menurut jenjangnya, misalnya di SD, MI, SMP,
SMA/MA(SMU), STM, SMEA, dan lain-lain sejak dari sabang sampai marauke sekolah dikota
maupun didesa itu sama bentuknya yang bertujuan untun mencapai tujuan pendidika nasional
Indonesia.
B.  KURIKULUM MUATAN LOKAL
1. Latar Belakang 
       Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa
yang mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan
sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat didarat, laut, flora fauna dan berbagai
hasil tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam.
       Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam
segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa
pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan perternakan, pertaqnian
holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian,
keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
       Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan
teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan
kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“.
Kurikulum muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11
Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987.
2. Pengertian Muatan Lokal
       Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
       Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal
telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan dengan trial and
error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati. Tujuan pendidikan mereka
terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah
bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam sekitar. Sedang kriteria
keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.
       Menurut Dirjen Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang di perkaya dengan materi
pelajaran yang ada di lingkungan setempat.
       Menurut Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan
secara terpisah, menjadi kajian tersendiri.
       Menurut Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan
berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi
jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda serta adat istiadat.
3. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
       Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar
mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia
melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan
lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan
tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak
langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya.
Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan langsung
1.       Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2.       Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3.       Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4.       Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.

b. Tujuan tak langsung


1)       Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2)       Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3)       Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.

       Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid
dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari,
mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan
masalah yang adadi lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang
lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak. Jean
Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar,
makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara. keseluruhan mempunyai pengaruh
terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai
kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid.
Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan
memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang. Landasan teoritik muatan
lokal.
       Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak.
Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel
(1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan bahwa
sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid.
Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya
telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah
apersepsi.
       Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang
segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila
dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira
bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber
belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang
menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses
pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.
       Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan muatan lokal
tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GBHN. Adapun yang
langsung dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya adalah :
1.     Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional.
2.     Berkepribadian; Punya jati diri dan punya kepribadian daerah disamping kepribadian
nasional
3.     Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa batuan orang lain
4.     Terampil, menguasai 10 segi PKK didaerahnya
5.     Beretos kerja , cinta akan kerja, makanya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6.     Profesional, mengerjakan kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung
dan sebagainya
7.     Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen
8.     Sehat jasmani dan rohani
9.     Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta kepada tanah air.
10.   Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja,oleh
karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong.
11.   Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang,dan yang
bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya
12.   Mementingkan pekerjaan yang praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan
praktik
13.   Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.
      Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas Depdikbud perlu bekerja sama dengan
dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan masyarakat agar muatan
lokal dapat diterima sebagaimana mestinya
4. Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum
   Fungsi Penyesuaian
       Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup
dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab
dengan lingkungannya.
   Fungsi Integrasi
       Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang be rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan
sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan pribadi
kepada masyarakat.
   Fungsi Perbedaan
       Pengakuan atas perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa
yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat
luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini
tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat
berfungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Terdapat 4 Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada
keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di berpuluh-puluh
ribu pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Kekaguman terhadap bangsa dan negara
Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman
tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman
tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan alam, fauna dan
floranya serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam
mengembangkan muatan lokal.
Selain landasan-landasan pemikiran tersebut di atas, pengembangan muatan lokal juga didorong
oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak murid Sekolah Dasar terpaksa harus
meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi orang
tua murid, kurang sesuainya kurikulum sekolah dengan kebutuhan murid.
5. Pengembangan Muatan Lokal
       Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian
dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan
secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya.
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk
pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
       Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen.
Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode,
media, dana dan evaluasi.
Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :
1)     Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
2)     Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
a)     Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
b)     Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
c)     Letaknya terjangkau dari sekolah.
d)     Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.
e)     Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
3)     Menyusun GBPP yang bersangkutan
4)     Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
5)     Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal
       Pembinaan perlua ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan secara
kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada
gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya
anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi
pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :

 Pengembangan untuk jangka jauh


       Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang
nantinya dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan
nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus
direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan
perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah
menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.

 Pengembangan untuk jangka pendek


       Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat
dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi
setiap saat.
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
 Perluasan muatan lokal
       Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis
jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan,
perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai
muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.
 Pendalaman muatan lokal
       Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai
mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara
memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu
pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :
1)      Kekreatifan guru.
2)      Kesesuaian program
3)      Ketersediaan sarana dan prasarana
4)      cara pengeloaan
5)      Kesiapan siswa
6)      Partisipasi masyarakat setempat
7)      Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat
dilaksanakan dengan empat cara:
1.       Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan,
kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
2.       GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
3.       Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin
sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
4.       Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan
dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang
terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan
social ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan
daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan
untuk:
1.       Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
2.       Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan
perekonomian daerah
3.       Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang
pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
4.       Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
5.       Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri
khas lingkungan alam sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
7. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
       Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah
mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan
Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk
menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus
dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua
pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi pelaksanaan
KTSP. Pola tersebut adalah:
 Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah saat ini
       Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang
tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah:
1.    Pengembangan Muatan Lokal Sesuai Kondisi Sekolah Saat Ini Langkah dalam
pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu
mengembangkannya, langkah tersebut adalah: 1. Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang
ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di
Sekolah 2. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak
digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran Muatan Lokal tersebut ke
dalam SK dan KD 3. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk
diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau
tetap menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau
mengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai.
2.    Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan
lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang
membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian disamping mendukung pembangunan daerah dan
pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara
profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu
sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan
komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi
keadaan dan kebutuhan daerah 2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal 4) Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal 5)
Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu
pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Lebih lanjut langkah-langkah di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.     Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah. Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah
dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat
diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda,
Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti
telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain
dari: 1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah,
baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan; 2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan; 3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam
dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
b.     Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local Berdasarkan kajian dari
beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis
kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk: 1)
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; 2) Meningkatkan keterampilan di bidang
pekerjaan tertentu; 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta; 4) Meningkatkan penguasaan
bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
c.      Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan
mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai
dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan
pada kriteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; 2) Kemampuan
guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3) Tersedianya sarana dan prasarana 4)
Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa 5) Tidak menimbulkan kerawanan
sosial dan keamanan 6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; 7) Lain-lain yang
dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.

Anda mungkin juga menyukai