2. Macam Kurikulum
Berikut akan kami sajikan tiga macam bentuk kurikulum sebagai berikut:
a. Ideal Curriculum berarti kurikulum yang ideal artinya kurikulum mengarah dan mendekati
kesempurnaan suatu kurikulum yang nantinya akan diterapkan. Di dalam ideal curriculum berisi
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan direncanakan serta dirancangkan
secara sistematik untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti SKL, standar isi, silabus, dan RPP.
b. Actual Curriculum berarti kurikulum yang nyata artinya kurikulum dalam pelaksanaannya
bersumber dari kurikulum yang ideal agar tidak jauh dari tujuan yang diinginkan dari ideal
curriculum, contohnya dalam pembelajaran.
c. Hidden Curriculum berarti kurikulum yang tersembunyi tetapi tidak berarti hilang atau tidak
ada melainkan kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk kedalam kurikulum
sekolah. Kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis, dapat
juga diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hidden curriculum sebagai hal
yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru dalam mentransformasikan
standar nilai moral, contohnya ketika ada siswa yang terlambat secara langsung guru
memberikan teguran didepan siswa lain sebagai pembelajaran moral dalam disiplin.
3. Kedudukan kurikulum
Kedudukan kurikulum adalah sebagai sentral (pusat) dalam seluruh
proses pendidikan, serta memiliki kedudukan strategis dalam mengarahkan segala bentuk
aktivitas pendidikan di sekolah/madrasah demi tercapainya tujuan pendidikan. Berkaitan dengan
hal itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah:
a. Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses
pendidikan. Hal ini menunjukkan kurikulum menjadi tempat kembali dari semua kebijakan-
kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah atau pemerintah. Jika
batasan yang seperti ini digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di
dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral.
b. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Kurikulum juga merupakan
suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan
isi, serta proses pendidikan.
c. Kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembang kurikulum berbagai institusi pendidikan.
4. Fungsi kurikulum
Fungsi Kurikulum, berkenaan dengan pemanfaatan dan kegunaan kurikulum
untuk semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang dicita-citakan. Bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi
kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program sekolah. Bagi
pengawas sekolah, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis.
b. Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa, baik dari aspek fisik maupun
psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya dan
dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat.
e. Fungsi Pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
f. Fungsi Diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
(potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
5. Peran Kurikulum
Peran kurikulum, berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab kurikulum sebagai salah
satu komponen dalam pendidikan yang memuat tentang arah
dan tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis mengemban peranan sebagai berikut :
a. Peranan Konservatif, salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu
lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai
sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa
dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih
kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.
b. Peranan Kritis / Evaluatif, kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial
dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Niali–nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
c. Peran Kreatif, kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa
yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua
potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
6. Komponen kurikulum
Para pemikir pendidikan mempunyai perbedaan ragam dalam menentukan jumlah
komponen kurikulum. Subandijah membagi komponen kurikulum menjadi lima yaitu: tujuan, isi,
strategi, media, dam proses. Sedangkan menurut Nasution komponen kurikulum
ada empat yaitu : tujuan, bahan pelajaran, proses, dan penilaian. Berikut ini akan di uraikan
secara singkat mengenai komponen-komponen tersebut.
1. Komponen tujuan
Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses pendidikan.yaitu hal yang ingin
dicapai secara keseluruhan, yang meliputi :
· Tujuan domain kognitif yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan akal dan
intelektual peserta didik.
· Tujuan domain afektif yaitu tujuan yang mengarah pada penggerakan hati nurani para
peserta didik.
· Tujuan domain psikomotor yaitu tujuan yang menngarah pada pengembangan ketrampilan
jasmani peserta didik.
2. Komponen isi dan struktur progam atau materi
Komponen isi dan struktur progam atau materi merupakan bahan yang diprogamkan guna
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan
dasar pengambilan bahan dalam setiap belajar mengajar dikelas oleh pihak guru. Isi atau materi
berupa materi-materi bidang studi, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan
sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada. Bidang-bidang tersebut biasanya telah dicantumkan dalam struktur program kurikulum
sekolah yang bersangkutan.
3. Komponen media atau sarana dan prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana dan prasarana atau media
merupakan alat bantu untuk memudahkan pendidik dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar
lebih mudah dimengerti oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar. Ketepatan memilih
alat media merupakn suatu hal yang penting dikarenakan akan mempengaruhi daya tangkap
peserta didik.
4. Komponen strategi belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memahami suatu Strategi.
Strategi menujuk pada sesuatu pendekatan (approach), metode (method), dan peralatan mengajar
yang diperlukan. Strategi mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami dan diupayakan
untuk pengaplikasiannya oleh seorang pendidik sejak dari mempersiapkan pengajaran sampai
proses evaluasi. Dengan menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar
dapat memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat
ditangkap para peserta didik. Akan tetapi penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat
ditentukan oleh tingkat kompetensi pendidik.
5. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangatlah penting dalam suatu proses pendidikan. Tujuan akhir proses
mengajar adalah terjadinya perubahn tingkah laku peserta didik menjadi manusia yang lebih
baik. Komponen ini erat kaitannya dengaan suasana belajar di dalam ruangan kelas maupun di
luar kelas. Upaya seorang pendidik untuk menumbuhkan motivasi dan kreatifitas dalam belajar
merupakan langkah yang tepat. Komponen proses ini juga berkaitan dengan kemampuan
pendidik dalam menciptakan suasana pengajaran yang kondusif agar efektivitas tercipta dalam
proses pembelajaran. Pada intinya guru harus mengoptimalkan perannya sebagai educator,
motivator, manager, dan fasilitator.
6. Komponen Evaluasi atau Penilaian
Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka
diperlukan evaluasi. Dengan evaluasi atau penilaian akan diketahui tingkat keberhasilan dari
semua komponen. Komponen evaluasi ini tidak hanya memperlihatkan sejauhmana prestasi
peserta didik saja, tetapi juga sebagai sumber input bagi sekolah sebagai upaya perbaikan dan
pembaharuan suatu kurikulum. Evaluasi yang signifikan dan berkelanjutan sangat diperlukan
untuk mendukung terwujudnya suatu pengembangan kurikulum secara efektif dan
bermakna. Dengan evaluasi juga dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan
tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan, dan upaya bimbingan yang perlu
dilakukan. Evaluasi kurikulum membutuhkan pengumpulan, pemrosesan, dan interpretasi
mengenai data terhadap program pendidikan.
D. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS,
Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan
menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu).
Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum
terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-
bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan
sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan
karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap
organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari
segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara
bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya.
Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya
kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil
semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum
adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang
tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional
dan yang progresif.
E. Asas Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan
umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan
penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan
penyampaiannya.
Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang
belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap
muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional
baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer,
internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses
pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system
pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Prinsip-
prinsip umum meliputi :
Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar
harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan relevansi ke dalam
berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di
sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun
kemampuan, dan latar belakang anak.
Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan
dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya
murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-
keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.
Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari kebijakan-
kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama
kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga perumusan
komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan
tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah, survey mengenai
persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang pandangan para ahli
dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-pengalaman negara lain
dalam masalah yang sama, dan penelitian.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu apakah
metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan kegiatan
yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, apakah metode tersebut juga
memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat
mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan
siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah metode
tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah sekaligus mendorong
penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang
menekankan learning by doing, bukan hanya learning by seeing and knowing.
TEORI KURIKULUM
Teori kurikulum adalah perangkat pernyataan yang berisi petunjuk perkembangan,
penggunaan, dan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan sekolah. Ataupun Teori
Kurikulum merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penentu keputusan, penggunaan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum yang digunakan sekolah. Kurikulum Indonesia
pada saat ini terdapat dua kurikulum yang berlaku, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Ada tiga konsep kurikulum yang akan menjelaskan teori kurikulum, yaitu :
Konsep Pertama : Suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin di capai. suatu kurikulum dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Konsep Kedua : Kurikulum sebagai sistem yang mencakup struktur personalia , dan prosedur
kerja bagaimana cara menyususn suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya.
Kosep Ketiga : Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran yang memiliki
tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena kurikulum inti disusun
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan para lulusan menjadi
manusia Indonesia seutuhnya (UUSPN No. 2 Tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu
memperhatikan pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh.
2. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti/Nasional
Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak factor yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai
landasan yang terdiri dari Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori .
Landasan Ideal berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang GBHN dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
Ladasan Hukum berupa peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 29 tahun 1990, tentang
pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor 060/U/1993 tentang kurikulum
sebagaimana tercantum dalam landasan, program pengembangan kurikulum.
Landasan Teori berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat
tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas
pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
3. Komponen -Komponen Dalam Kurikulum Inti
Kurikulum inti atau nasional didalam penyusunannya juga harus sesuai dengan tingkatan
pendidikan masing – masing. Seperti kurikulum nasional pada pendidikan dasar terdiri dari
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan kewarganegaraan
4. Bahasa Indonesia
5. Membaca dan menulis
6. Matematika
7. Kerajinan tangan dan kesenian
8. Menggambar
9. Pendidikan jasmani
Komponen – komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti terdiri dari
tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan dalam proses belajar mengajar), evaluasi program.
Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Isi materi pa yang harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
3. Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
4. Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta didik
4. Asas-Asas Penyusunan Kurikulum Inti
Kurikulum juga memilki asas-asas yang terdiri dari asas filosofis, asas psikologis, asas
sosiologi, asas organisatoris,
Asas filosofis
Tujuan pendidikan tidak terlepas dengan unsur filosofis seperti mendidik anak untuk
menjadi manusia yang baik didalam masyarakat. Kata baik ini pada hakikatnya ditentukan oleh
nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut guru, orang tua ,masyarakat, Negara dan dunia maka
filsafat menentukan tujuan yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
Asas psikologi
Asas ini terdiri dari dua, yaitu:
a) Psikologi Belajar
Bahwa setiap anak dapat didik untuk menguasai pelajaran, ,menerima norma-norma dan
dapat mempelajari bermacam keterampilan
b) Psikologi Anak
Memberikan kesempatan belajar kepada anak, agar dapat mengembangkan bakatnya. Karena
sudah sewajarnya jika anak sendiri yang menjadi factor dalam pembinaan kurikulum yang tak
dapat diabaikan.
Asas sosiologi ( masyarakat)
Anak itu tidak hidup seorang diri, namun senantiasa hidup didalam suatu masyarakat. Disitu
ia harus memenuhi tugas sebagai anak maupun sebagai orang dewasa dengan penuh tanggung
jawab. Ia anak menerima jasa dari masyarakat, dan dan ia juga harus menyumbang baktinya
kepada masyarakat. Karena naka harushidup dalam masyarakat, masyarakat pun harus dijadikan
sebagai factor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum.
Asas organisatoris
Asas ini membahas tentang bentuk penyajian bahan pelajaran, seperti tidak mengadakan
batas-batas diantara berbagai mata pelajaran. Sesuai dengan keberadaannya, kurikulum inti /
nasional ini diaplikasikan pada semua jenis menurut jenjangnya, misalnya di SD, MI, SMP,
SMA/MA(SMU), STM, SMEA, dan lain-lain sejak dari sabang sampai marauke sekolah dikota
maupun didesa itu sama bentuknya yang bertujuan untun mencapai tujuan pendidika nasional
Indonesia.
B. KURIKULUM MUATAN LOKAL
1. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa
yang mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan
sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat didarat, laut, flora fauna dan berbagai
hasil tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam.
Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam
segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa
pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan perternakan, pertaqnian
holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian,
keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan
teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan
kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“.
Kurikulum muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11
Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987.
2. Pengertian Muatan Lokal
Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal
telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan dengan trial and
error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati. Tujuan pendidikan mereka
terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah
bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam sekitar. Sedang kriteria
keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.
Menurut Dirjen Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang di perkaya dengan materi
pelajaran yang ada di lingkungan setempat.
Menurut Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan
secara terpisah, menjadi kajian tersendiri.
Menurut Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan
berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi
jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda serta adat istiadat.
3. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar
mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia
melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan
lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan
tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak
langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya.
Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan langsung
1. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3. Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid
dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari,
mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan
masalah yang adadi lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang
lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak. Jean
Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar,
makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara. keseluruhan mempunyai pengaruh
terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai
kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid.
Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan
memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang. Landasan teoritik muatan
lokal.
Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak.
Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel
(1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan bahwa
sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid.
Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya
telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah
apersepsi.
Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang
segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila
dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira
bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber
belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang
menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses
pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan muatan lokal
tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GBHN. Adapun yang
langsung dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya adalah :
1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian; Punya jati diri dan punya kepribadian daerah disamping kepribadian
nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK didaerahnya
5. Beretos kerja , cinta akan kerja, makanya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6. Profesional, mengerjakan kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung
dan sebagainya
7. Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta kepada tanah air.
10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja,oleh
karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong.
11. Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang,dan yang
bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya
12. Mementingkan pekerjaan yang praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan
praktik
13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.
Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas Depdikbud perlu bekerja sama dengan
dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan masyarakat agar muatan
lokal dapat diterima sebagaimana mestinya
4. Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum
Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup
dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab
dengan lingkungannya.
Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang be rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan
sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan pribadi
kepada masyarakat.
Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa
yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat
luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini
tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat
berfungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Terdapat 4 Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada
keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di berpuluh-puluh
ribu pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Kekaguman terhadap bangsa dan negara
Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman
tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman
tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan alam, fauna dan
floranya serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam
mengembangkan muatan lokal.
Selain landasan-landasan pemikiran tersebut di atas, pengembangan muatan lokal juga didorong
oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak murid Sekolah Dasar terpaksa harus
meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi orang
tua murid, kurang sesuainya kurikulum sekolah dengan kebutuhan murid.
5. Pengembangan Muatan Lokal
Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian
dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan
secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya.
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk
pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen.
Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode,
media, dana dan evaluasi.
Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :
1) Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
2) Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
a) Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
b) Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
c) Letaknya terjangkau dari sekolah.
d) Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.
e) Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
3) Menyusun GBPP yang bersangkutan
4) Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
5) Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal
Pembinaan perlua ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan secara
kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada
gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya
anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi
pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :