Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum pendidikan disusun dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesisuaian
kebutuhan pembangunan nasional, pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan
peroses pelaksanaan hasil pendidikan. Kurikulum merupakan wahana belajar
mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-
menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan konstribusi untuk
mewujudkan proses perkembangannya kualitas potesi peserta didik. Kurikulum
2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi yang sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1. manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah.
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, barakhlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kereatif, mandiri.
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan kurikulum sekolah dan apa fungsi dari kurikum
sekolah tersebut?
3. apa saja yang menjadi komponen kurikulum sekolah?
4. Bagaimanakah pengembangan kurikulum dalam sekolah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui defenisi kurikulum
2. Memahami defenisi kurikulum sekolah dan fungsi kurikulum sekolah.

1
3. Menegtahui komponen-komponen kurikulum sekolah.
4. Mengetahui perkembangan kurikulum dalam sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,
yaitu cucir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.
Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno
di Yunani yang mengandung pengertian asuatu jarak yang harus ditempuh
oleh pelari dari garis start sampai garis finish (Nasution). Istilah kurikulum ini
digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian bahwa kurikulum
adalah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan pebelajar guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.
Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata
oelajaran atau bidang studi saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pebelajar dalam rangka belajar. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya
berupa mata pelajaran tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi
dan kegiatan- kegiatan belajar pebelajar saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi pebelajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Setelah mengetahui konsep dasar kurikulum di atas, maka dikemukakan
kurikulum sekolah. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 dikemukakan bahwa
kurikulum sekolah adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran di sekolah. Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa
kurikulum sekolah adalah seperangkat pengalaman belajar pebelajar di bawah
pengawasan sekolah. Ansyar dan Nurtain (1992) mengemukakan bahwa
kurikulum sekolah adalah memuat seperangkat isi pembelajaran yang harus
diajarkan guru atau yang harus dipelajari pebelajar. Isi pembelajaran itu dapat
berupa data, informasi, dan fakta.
Menurut Murray Print (1993) yang mengemukakan bahwa kurikulum
meliputi:

3
1. Planning learning experience;
2. Offered within an educational institution/ program;
3. Represented as a document; and
4. Includes experience resulting from implementing that document.
Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan
pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan
dalam sebuah dokumen serta hasil dari implementasi dokumen yang telah
disusun.
Bila ditelaah pengertian kurikulum di atas dalam kaitannya dengan
pembelajaran, maka kurikulum mengandung beberapa indikasi, bahwa: (a)
kurikulum sebagai rencana pembelajaran, (b) kurikulum sebagai mata/ isi
pelajaran, (c) kurikulum sebagai jalan memperoleh tingkatan/ ijazah, (d)
kurikulum sebagai hasil belajar, (e) kurikulum sebagai pengalaman belajar.
B. KURIKULUM SEKOLAH
1. Pengertian Kurikulum Sekolah
Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata
pelajaran atau bidang studi saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pebelajar dalam rangka belajar. Pengertian kurikulum secara luas
tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi saja, tetapi juga
kegiatan-kegiatan belajar pebelajar, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi pebelajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Setelah mengetahui konsep dasar kurikulum di atas, maka dikemukakan
kurikulum sekolah. Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 dikemukakan bahwa
kurikulum sekolah adalah seperangkat rencana dan pengaturan memgenai isi
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran di sekolah. Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa
kurikulum sekolah merupakan seperangkat pengalaman belajar pebelajar di
bawah pengawasan sekolah. Ansyar dan Nurtain (1992) mengemukakan
bahwa kurikulum sekolah adalah memuat seperangkat isi pembelajaran yang
harus diajarkan guru, atau yang harus dipelajari pebelajar. Isi pembelajaran

4
itu dapat berupa data, informasi, dan fakta. Sedangkan menurut Ronald C.
Doll (1996) “the curriculum of a school is the forma; and informal content
and process by which learner gain knoeledge and understanding, develoing
skills and change attitude appreciations and values under the auspice of
that school” (Kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal
ataupun informal yang ditujukan bagi pelajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah
apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan pihak sekolah.
2. Fungsi Kurikulum
Fungsi utama kurikulum adalah:
a. Sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
b. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pendidikan secara menyeluruh
c. Sebagai tolak ukur penentuan kebijakan pada setiap jenjang pendidikan
d. Sebagai tolak ukur penentuan kadar kelulusan.
Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat 6 fungsi kurikulum
(Depdiknas, 2008), yaitu:
a. Fungsi penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted,
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dirinya dengan lingungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social.
b. Fungsi integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
c. Fungsi diferensiasi, mengandung bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
d. Fungsi persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya.
e. Fungsi pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.

5
f. Fungsi diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya.
3. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki
peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan
pendidikan. Menurut Hamalik (1990) terdapat 3 peranan yang dinilai yang
sangat penting, yaitu:
a. Peranan konservatif, menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa ini epada generasi muda (siswa).
b. Peranan kreatif, menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang.
c. Peranan kritis dan evaluatif, dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa
nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada
siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi sekarang
C. KOMPONEN KURIKULUM SEKOLAH
Tyler sebagaimana yang dikutip oleh Joko Susilo (2008: 88)
menjelaskan bahwa terdapat empat komponen yang harus tersedia dari
kurikulum, yaitu; tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, evaluasi
dan penilaian. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat (2008) yang menyatakan
bahwa terdapat lima komponen utama dalam kurikulum yaitu; tujuan, materi,
strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa

6
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. ”
Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai
dengan tujuan mata pelajaran (tujuan nasional, tujuan pendidikan nasional,
tujuan instusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional) masih bersifat
abstrak dan konseptual oleh karena itu perlu operasional dan dijadikan lebih
lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan
tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
Pada tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan
perubahan perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik melalui
proses pembelajaran. Sebelum menetapkan dan menyusun isi kurikulum,
strategi pelaksanaan dan evaluasi kurikulum, terlebih dahulu harus
ditetapkan rumusan tujuannya, sebab:
a. Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan.
b. Tujuan menjadi indicator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
c. Tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari
pelaksana pendidikan.
2. Materi Pembelajaran
Nana Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan tentang sekuens
susunan materi pembelajaran
a. Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung
urutan waktu.
b. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung
hubungan sebab-akibat.

7
c. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung
struktur materi.
d. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan
materi pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan,
dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan
sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian,
dan dari yang kompleks menuju yang sederhana. Menurut sekuens
logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke
teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke masalah
mengapa.
e. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada
topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian
dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih
kompleks.
f. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai
dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan
masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a)
pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data;
(d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
g. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan
peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada
kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari
langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan
pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
h. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai
menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu
hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku
apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut
sampai dengan perilaku terakhir.

8
Kriteria pemilihan materi pelajaran dapat mempertimbangkan sebagai
berikut:
a. Sesuai tujuan yang ingin dicapai
b.   Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara baik
untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
d. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Strategi
Penentuan strategi pendidikan yang akan dikembangkan diperlukan
beberapa hal yang perlu diperhatika yaitu tujuan dan materi pembelajaran.
Apabila yang menadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan
informasi intelektual, maka strategi yang dikembangkan berpusat pada guru.
Guru merupakan toko sentral sedangkan anak didik adalah obyek yang
secara pasif menerimasejumlah informasi oleh guru. Metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya adalah penyajian ekspositorik
secara massal, misalnya metode ceramah atau seminar. Selain itu
pembelajaran bersifat tekstual.
Namun beberapa ahli pendidikan berpendaat bahwa seharusnya
siswalah yang lebih aktif. Sehingga diperlukan system pembelajaran yang
bersifat kontekstual. Selain itu dengan munculnya pembelajaran berbasis
teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa
implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Peran guru
dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of
learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dalam menerapkan strategi pembelajaran perlu memerhatikan
beberapa hal karena setiap strategi memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan, materi, siswa dan komponen lain dalam pembelajaran
sehingga proses belajar-mengajar berjalan efektif.

9
Ada beberapa unsur dalam  strategi pembelajaran untuk
melakasanakan suatu kurikulum, yakni:
a. Tingkat dan jenjang pendidikan
Adanya perbedaan kategori jenis sekolah menyebabkan adanya
perbedaan dalam hal komponen kurikulum. Misalnya perbedaan tujuan
institusional, perbedaan isi dan strukutur pendidikan, perbedaan strategi
pelaksanaan kurikulum, perbedaan sarana kurikulum, perbedaan system
evaluasi dan lain sebagainya.
b. Proses belajar mengajar
Pada hakekatnya pelaksaan kurikulum berfungsi untuk
mempengaruhi anak didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan nyata mempengaruhi anak
didik dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara anak didik denagn guru siswa dan siswa serta sisiwa dengan
lingkungan beljaranya.
c. Bimbingan penyuluhan
Proses belajar mengajar sebagai operasionalisasi dari kurikulum
tidak semulus seperti yang diharapkan. Siswa sering tidak menguasai
materi sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai, maka upaya mengatsi
kendala dengan diadakan kegiatan dinamakan bimbingan penyuluhan
yang ditangani oleh counselor.
d. Adminisrtasi dan supervise
Pelaksanaan kurikulum menuntut adanya upaya kerjasama yang
terencana, terpola dan terprogram agar tujuan pendidikan dapat tercapai
optimal. Upaya tersebut berkenaan dengan administrasi. Wujud
operasional kegiatan ini mencakup bidang pengajaran, bidang
keuangan, hubungan sekolah dengan masyarakat.
e. Sarana kurikuler
Saran walaupun bersifat teknis namun mempunyai kontribusi yang
tinngi terhadap kurikulum. Sarana kurikuler yang menunjang

10
pelaksanaan kurikulum antara lain adalah sarana instruksional, sarana
material, sarana personil.
f. Evaluasi atau penilaian
Penilaian berfungsi sebagai control terhadap keberhasilan
pembelajaran. Karena dari evaluasi dapat diketahui tingkat penguasaan
tujuan pengajaran oleh siswa dalam hasil belajar yang dicapainya
4. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum.
Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
a. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-
masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
b. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata
pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok
yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami
pelajaran tertentu.
c. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-
ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang
pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”,
dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
d. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program
kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik,
bukan pada mata pelajaran.
e. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-
unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata

11
pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan
secara terintegrasi.
f. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan
antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan
peserta didik.
5. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students
toward objectives or values of the curriculum” Sedangkan dalam pengertian
yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja
yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga
relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi
kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan
sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum
tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi
yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan
adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen
yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes
prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk
mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori,
interview, catatan anekdot dan sebagainya.

12
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh
para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan
membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih
metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan
lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997).
Terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan
bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti :
karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi
model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai
dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan
program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan
Product. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi
sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan.
Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
a. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang
bersangkutan, dan sebagainya.

13
b. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan,
seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan,
staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya.
c. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
d. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup :
jangka pendek dan jangka lebih panjang.
Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam
pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Secara umum
evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Evaluasi hasil belajar
Dalam lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara
evaluasi formatif dan sumatif.
1) Evaluasi Formatif
Ditujukan untuk menilai pengusaan siswa terhadap tujuan-tujuan
belajar atau kompetensi dasar dalam jangka waktu yang relative pendek.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah evaluasi formatif digunakan
untuk menilai penguasaan siswa setelah siswa mempelajari satu pokok
bahasan.
2) Evaluasi Sumatif
Ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan
atau kompetensi yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka
waktu yang cukup lama. Seperti satu semester, satu tahun atau selama
jenjang pendidikan.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran
Komponen yang dievaluasi dalam pembelajaran bukan hanya hasil
belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan program pembelajaran,
metode, media serta komponen evaluasi pembelajaran.

14
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan
mengajar bukan hanya digunakan tes, tetapi digunakan bentuk-bentuk non tes
seperti observasi, studi documenter, angket dan lain-lain.
Ada beberapa prinsip evaluasi pendidikan yang harus diperhatikan oleh
evaluator dalam menjalankan tugasnya. Prinsip tersebut adalah:
a. Evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran
b. Evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif
c. Evaluasi harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh
d. Evaluasi harus dilaksakan secara terus menerus (kontinyu)
D. PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM SEKOLAH
1. Langkah-langkah dalam pegembangan kurikulum
sekolah
Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain
kebutuhan siswa, kebutuhan guru dan kebutuhan akan
perubahan dan perbaikan. 
a. Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya. 
b. Mengajukan saran perbaikan.
c. Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan,
cara mengevaluasi, menentukan bahan pelajaran, metode
penyampaian, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan dan
pelaksnaan.
d. Memilih anggota panitia.
e. Mengawasi pekerjaan panitia.
f. Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas.
g. Menerapkan cara-cara evaluasi.
h. Memantapkan perbaiakan 
2. Adapun tahap-tahap pengembangan kurikulum
Tingkat atau tahapan dalam mengembangkan kurikulum
suatu sekolah pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Tingkat
pertama adalah tahap yang dikenal dengan nama
pengembangan program pada tingkat lembaga, kedua adalah

15
tahap pengembangan program bidang studi dan ketiga adalah
tahap pengembangan program di kelas, yang dilakukan oleh
guru di kelas pada suatu sekolah.
a. Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga
Maksudnya, pengembangan keseluruhan dari
program kegiatan yang tertuang didalam kurikulum
pendidikan tersebut.perkembangan kurikulum tahap ini
meliputi tiga pokok kegiatan, yakni:
Perumusan tujuan institusional yaitu perumusan
mengenai pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta nilai
yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah
mereka menyelesaikan keseluruhan program pendidikan
disuatu lembaga pendidikan atau sekolah. Lembaga
pendidikan tersebut, contohnya, SD/MI, SMP/MTs,
SMA(SMU)/MA/STM, dan lain-lain. Perumusan tujuan
instutisional ini paling tidak bersumber pada sumber, yakni
tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam
GBHN, keinginan masyarakat, pejabat pemerintah, dunia
lanjut dan dunia kerja.
Dalam rumusan ini diharapkan dapat
menggambarkan produk dari lembaga pendidikan yang
memiliki ciri tertentu.
Penetapan isi atau struktur program mempunyai
makna, yakni menetukan bidang-bidang studi yang
diajarkan pada suatu lembaga pendidikan. Sedangkan
penetapan struktur program merupakan penetapan atau
penentuan mengenai jenis-jenis program pendidikan,
sistem semester/catur wulan, jumlah bidang studi dan
alokasi waktu yang diperlukan.

16
Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum
maksudnya adanya upaya memilih, menyusun dan
memobilisasikan segala cara, tenaga dan saran pada cara-
cara mencapai tujuan secara efisien. Dalam menyusun
strategi makan pelaksanaan kurikulum meliputi kegiatan-
kegiatan, melaksanakan pengajaran, melkaukan penilaian,
melkasanakan bimbingan dan penyuluhan dan melakukan
administrasi.
b. Pengembangan program tiap bidang studi
1) Penetapan pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan
yang didasarkan atas tujuan kelembagaan (institusional)
2) Penyusunan garis-garis besar program pengajaran (GBPP)
setelah selesai merumuskan tujuan kurikuler, tujuan
instutisional, pokok bahasan dan sub pokok bahasan,
maka semuanya tersebut disusun secara beraturan
menurut urutannya, serta mennetukan kelas, catur wulan,
jumlah jam pelajaran, sumber buku (yang dipakai). Pada
GBPP tersebut disusun sub-sub bidang studi.
3) Penyusunan pedoman khusus pelaksanaan program
pengajaran masing-masing bidang studi. Pedoman khusus
pelaksanaan pengajaran tersebut meliputi uraian
mengenai pendekatan dan metode mengajar yang
digunakan untuk bidang studi tertentu, kemudian juga
alat dan sarana yang diperlukan serta cara-cara penilaian
hasil belajar yang digunakan.
Secara ringkas, kegiatan dalam pengembangan kurikulum
pada tiap bidang studi meliputi; penyusunan tujuan
kurikuler, perumusan tujuan instruksional umum dan
menetapkan pokok bahasan.
c. Pengembangan program pengajaran di kelas

17
Pengembangan program pada tahap ini merupakan
tahap kewenangan untuk mengembangkan program
pengajaran di kelas. Untuk mengembangkan program
pengajaran di kelas pendidik perlu memiliki lebih lanjut
dalam bentuk Satuan Pelajaran (SP) untuk pedoman guru
dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas.
Satuan pelajaran (SP) merupakan satu sistem yang
memiliki komponen-komponen:
a) Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang diperoleh dari
GBPP.
b) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang merupakan
penjabaran dari TIU.
c) Bahan pelajaran.
d) Proses belajar-mengajar.
e) Alat dan sumber belajar
f) Penilaian/evaluasi

Tujuan penggunaan satuan pelajaran (SP) bagi guru


adalah agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Tahap-tahap
pengembangan kurikulum pendidikan nasional
dilaksanakan oleh guru atau pendidik, sehingga tercapai
tidaknya atau berhasil tidaknya kurikulum suatu
pendidikan sangat tergantung pada keadaan pelaksanaan
yakni dilaksanakan oleh guru atau pendidik tersebut.
Sebagian besar model melibatkan guru dalam
pengembangan kurikulum. Keterlibatan guru dalam model-
modle pengembangan kurikulum tersebut tentunya
bukanlah kebetulan belaka. Guru adalah orang yang tahu
persis situasi dan kondisi diterapkannya kurikulum yang

18
berlaku. Selain itu, guru bertanggung jawab atas
terciptanya hasil belajar yang diinginkan.
Berdasarkan kenyataan bahwa guru tahu situasi dan
kondisi serta bertanggung jawab atas tercapainya hasil
belajar, maka sudah sewajarnya guru berperan dalam
pengemabngan kurikulum. Peran guru dalam
pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk-
bentuk kegiatan berikut:
1. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan
tujuan-tujuan kurikulum di atasnya dan karakteristik
pembelajar, mata pelajaran/bidang studi dan
karakteristik situasi kondisi sekolah/kelas.
2. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara
efektif membantu pebelajar mencapai tujuan yang
ditetapkan.
3. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang
dirumuskan dalam situasi pembelajaran yang nyata.
4. Mengevaluasi hasil dan proses belajar den pebelajar.
5. Mengevaluais interaksi antara komponen-komponen
kurikulum yang diimplementasikan.
Lima kegiatan tersebut merupakan peran guru dalam
pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.
Sedangkan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi, peran guru lebih besar, yakni mencakup
pengembangan keseluruhan komponen-komponen
kurikulum dalam perencanaan, mengimplementasi
kurikulum dan merevisi komponen-komponen kurikulum
yang kurang memadai.

BAB III
PENUTUP

19
A. KESIMPULAN
Kurikulum sekolah adalah seperangkat rencana dan pengaturan
memgenai isi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah. Kurikulum sekolah
adalah memuat seperangkat isi pembelajaran yang harus diajarkan guru, atau
yang harus dipelajari pebelajar. Isi pembelajaran itu dapat berupa data,
informasi, dan fakta.
Empat komponen yang harus tersedia dari kurikulum, yaitu; tujuan,
bahan pelajaran, proses belajar mengajar, evaluasi dan penilaian. Tingkat
atau tahapan dalam mengembangkan kurikulum suatu sekolah
pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Tingkat pertama
adalah tahap yang dikenal dengan nama pengembangan
program pada tingkat lembaga, kedua adalah tahap
pengembangan program bidang studi dan ketiga adalah tahap
pengembangan program di kelas, yang dilakukan oleh guru di
kelas pada suatu sekolah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi


Aksara.

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta:


Rineka Cipta

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran . makassar: UNM.

Idi, Abdullah. 1999. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.


Yogyakarta: Gaya Media Pratama.

Sanjaya, Wina. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia.

Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah


Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

https://www.rijal09.com/2016/03/strategi-pengembangan-
kurikulum-di.html

21

Anda mungkin juga menyukai