Anda di halaman 1dari 19

Makalah

PENGERTIAN DAN WUJUD KURIKULUM

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum Biologi

Dosen Pengampu : Andi Asyhari, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Betty Nur Humaidah (1810810039)


2. Ana Alimatul Himmah (1810810049)
3. Wahyu Nur Sholihah (1810810068)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik dalam menguasai materi pengajaran dan
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dengan demikian, setiap pendidikan diarahkan
pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu baik pada penguasaan ilmu pengetahuan,
pengembangan pribadi, komunikasi social dan kemampuan kerja. Oleh karena itu
dalam mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan
dasar peserta didik, maka diperlukan kurikulum, metode penyampaian, media dan
sumber belajar serta alat evaluasi yang tepat. Untuk memebrikan gambaran
komprehensif tentang model kurikulum yang dikembangkan pada sekolah, perlu
dideskripsikan makna dan urgeni kurikulum dalam pendidikan, pendekatan dan
orientasi kurikulum dimaksudkan untuk memudahkan anak belajar. Selain itu
kurikulum juga menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk
mempelajarinya, keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan
disampaikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebelum
mengenal lebih jauh tentang kurikulum maka harus mengetahui definisi, jenis-jenis,
dan wujud kurikulum tersebut, oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas
tentang definisi, jenis-jenis, dan wujud kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum?
2. Apa saja Jenis-jenis Kurikulum?
3. Bagaimana Wujud Kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis kurikulum.
3. Untuk mengetahu penerapan wujud kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia
atletik curere yang berarti “berlari”. Istilah tersebut erat hubungannya dengan
kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas
menyampaikan sesuatu kepada orang tempat lain.1 Dari istilah atletik kurikulum
mengalami perpindahan arti ke dunia pendidikan. Sebagai misal pengertian kurikulum
seperti yang tercantum dalam Webster’s International Dictionary: “Curriculum: course;
a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading to a degree”.
Ada juga yang menyatakan bahwa kurikulum berasal dari bahasa latin,
yakni curriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa
yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.2 Sedangkan dilihat dari segi terminologi,
pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua pengertian. Pengertian pertama dapat
disebut dengan pengertian tradisisonal. Menurut pengertian tradisional kurikulum
didefenisikan sebagai “sejumlah mata pelajaran atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh
murid atau diajarkan oleh guru untuk mencapai suatu tingkatan atau ijazah. 3Inti
pengertian ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah mata pelajaran.
Definisi-definisi kurikulum yang bersifat tradisional biasanya masih
menampakkan adanya kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk
menyampaikan mata-mata pelajaran (subject matter) kepada anak didik yang biasanya
berisi kebudayaan (hasil budi daya) masa lampau atau sejumlah ilmu pengetahuan.
Kedua, pengertian modern. Menurut pandangan modern, kurikulum diartikan sebagai
“segala upaya sekolah untuk merangsang anak belajar apakah diruang kelas, di halaman
dan diluar sekolah”. Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar
kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstrakurikulum. Semua kegiatan
yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto memiliki lima definisi yaitu:

1 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan kurikulum sekolah, (Yogyakarta; BPFE-Yogyakarta, 2008),


hlm. 2

2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 77-82

3
1. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian
tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke
tahun.
2. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh para guru di dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-
muridnya.
3. Kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri
yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa
sehingga dapat dilaksanakan oleh guru disekolah.
4. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman
belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan
digunakan dalam pendidikan.
5. Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

A.Ferry T. Indratno4 mengatakan bahwa kurikulum adalah program definisi dari suatu
sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar
generasi dalam masyarakat. Bila di tarik benang merah maka kurikulum dapat di pahami
sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan. Peran ini menjadi kunci bagaimana
pendidikan akan diarahkan. Ini berkaitan erat dengan proses pembelajaran sebagai ruang
beraktivitas belajar anak didik supaya mereka mendapat bekal pengetahuan yang baik
dan mereka mampu membangun kekuatan kecerdasan baik kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Diakui maupun tidak pula, kurikulum harus dibangun dengan sedemikian
cerdas, mencakup segala kebutuhan anak didik dan meliputi segenap alat menggali dan
pengembangan potensi sekaligus bakat anak didik sehingga mampu melakukan
pertunjukkan diri terhadap bakat dan potensi yang di miliki. Pendidikan akan melahirkan
generasi muda yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan bisa berkompetisi secara
elegan. Kurikulum yang hebat akan berhasil dibentuk sedemikian rupa ketika proses
pembahasan dan rancangan kurikulum tersebut betul-betul sesuai dengan kebutuhan di
lapangan. Unsur-unsur yang ada di daerah dikomodasi sedemikian rupa dan tidak berlaku
diskriminatif atara satu daerah dengan daerah lainnya. Bahkan, rancangan tersebut harus
4 A. Ferry T. Indratno, Kurikulum Beridentitas Kerakyatan dalam Kurikulum yang Mencerdaskan, Visi 2030 dan
Pendidikan Alternatif (Jakarta: Kompas, 2007), hlm. 108.
betul-betul dilakukan secara serius dan dilengkapi dengan komitmen serta kehendak
politik yang konstruktif guna membangun pendidikan bangsa yang berhasil. Ini akan
memunculkan proses pendidikan yang interaktif, membuka wawasan anak-anak didik,
dan tidak menyesatkan pikiran-pikiran anak-anak didik yang berorientasi pada
kepentingan sektoral tertentu. Karena kondisi dekimian merugikan kepentingan bangsa
yang majemuk.
5
Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-
mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang
terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan yang tidak formal. Yang terakhir ini sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau
ekstra-kurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).
Kurikulum formal meliputi:
1. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
2. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
3. Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
4. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan yang tercapai.

Kurikulum tidak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan


akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu.
Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum
tidak formal ini antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar
sekolah, perkumpulan berbagai hobby, pramuka, dan lain-lain.

Ada lagi yang harus diperhitungkan yaitu kurikulum “tersembunyi” (hidden


curriculum). “Kurikulum” ini antara lain berupa “aturan tak tertulis” di kalangan siswa
misalnya “harus kompak terhadap guru” yang turut mempengaruhi suasana pengajaran
dalam kelas. Kurikulum tersembunyi ini dianggap oleh kalangan tertentu tidak termasuk
kurikulum karena tidak direncanakan.

5 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), hlm. 5-6.
Salah satu pegangan dalam pengembangan kurikulum adalah prinsip-prinsip yang
dikemukan oleh Ralph Tyler (1949). Ia mengemukakan kurikulum ditentukan oleh empat
factor atau asa utama, yaitu:

1. Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis).


2. Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat,
pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya), (aspek sosiologis).
3. Hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental, psikologis,
emosional, sosiologis).
4. Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran).
B. Jenis-jenis Kurikulum

Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum
sebagai berikut:

1. Kurikulum ideal

Kurikulum ideal sering juga disebut curriculum plan atau curriculum document yaitu
kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang
tertuang di dalam dokumen kurikulum. Bentuk kurikulum ideal ini biasanya berbentuk
dokumen yang berupa dokumen kurikulum induk, silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).

2. Kurikulum aktual

Kurikulum aktual biasanya disebut dengan kurikulum tradisional atau curriculum


implementation yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun
demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum
dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk
kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka
panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara
bertahap dalam belajar mengajar. Bentuk dari kurikulum aktual ini adalah sebuah poses
pembelajaran antara guru dan siswa yang terjadi di dalam kelas sesuai dengan rencana
yang telah dibuat. Biasanya, bentuk dari proses ini adalah penerapan strategi-strategi dan
media pembelajaran.

3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)

yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi
kurikulum faktual. Kurikulum tersembunyi ini dalam praktiknya dapat berupa pola
kepemimpinan kelas, kewirausahaan, sopan santun, dan kualitas kelas . Kurikulum
tersembunyi muncul sebagai bentuk hubungan sosial antara murid dengan murid, murid
dengan guru, murid dengan administator, murid dengan lingkungan, murid dengan aturan
dan segala sesuatu yang ada di sekolah. Kurikulum tersembunyi bukan terlihat sebagai
tujuan yang secara khusus dicantumkan dalam tujuan pembelajaran di sekolah, tetapi
hasil sampingan dari proses sosial yang terjadi. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh
guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri.
Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan
menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan
kepribadian peserta didik.6

Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan:

1. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum)

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran
yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran
satu dengan yang lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Beberapa hal
positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis
dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu Kurikulum
ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk,
didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan
dengan waktu yang ada. Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain:

6 Muhammad Nurhalim, “OPTIMALISASI KURIKULUM AKTUAL DAN KURIKULUM TERSEMBUNYI


DALAM KURIKULUM 2013”, Insania, Vol. 19, No. 1, Januari - Juni 2014, hlm 117-120.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/466/420 . Diakses pada tanggal 06 september
2019 pukul 16.45 .
Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian
mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan
pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan
ketinggalan dari perkembangan zaman

2. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata pelajaran sudah
tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk
masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat
pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan
landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat
perkembangan atau pertumbuhan siswa.

3. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)

Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara dua atau lebih mata
pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Misalnya Sejarah dan
Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat.Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya
bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan.
Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah
kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat
dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran.
Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-
kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif,
perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan
kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.

Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih
integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata
pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan
pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan
pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan
secara fungsional bagi murid-murid.

Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit
untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-
hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang
sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang
cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan menjadi:

1. Kurikulum nasional (national curriculum)

yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan
secara nasional.

2. Kurikulum negara bagian (state curriculum)

yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-
masing negara bagian di Amerika Serikat.

3. Kurikulum sekolah (school curriculum)

yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari
keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum.

7
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum
sebagai berikut:

7 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 34-38
1. Open curriculum (kurikulum terbuka) artinya kurikulum sama dengan guru yakni
guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan
dan kemampuannya.
2. Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentujan secara
pasti mulai tujuan, materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal
melaksanakan apa adanya.
3. Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka,
setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan
tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut di dalam
kelas.

Sedangkan Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada tiga yaitu:

1. Separate Subject Curriculum


Separate subject curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang terdiri atas
mata pelajaran yang terpisah-pisah. Istilah lain dari kurikulum ini adalah kurikulum
mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu, dikatakan demikian karena data-data
pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subject atau mata pelajaran yang
terpisah satu dengan yang lain. Penyusunannya didasarkan atas pengalaman dan
kebudayaan umat manusia sepanjang masa, kemudian disederhanakan dan disusun
secara logis, lalu disesuaikan dengan umur dan perkembangan anak didik.
Pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman itu dituangkan ke dalam
kurikulum dari suatu lembaga pendidikan (sekolah), dibagi-bagi menurut keperluan
setiap tingkatan kelas serta ditentukan scopenya masing-masing. Untuk penyusunan
kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai kelompok mata
pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian atau jurusan-jurusan, program-program,
sedangkan peserta didik dipersilahkan untuk memilih bagian-bagian, jurusan-jurusan,
program-program yang sesuai dengan minatnya.
2. Correlated Curriculum (Kurikulum korelatif atau pelajaran saling berhubungan)
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi
yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran dalam
kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu
memperkuat yang lain, yang satu saling melengkapi yang lain. Jadi di sini mata
pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri
sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan lainnya, ditempuh
dengan cara-cara korelasi antara lain:
a. Korelasi okasional atau incidental, yaitu korelasi yang diadakan sewaktu-
waktu bila ada hubungannya.
b. Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat
pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti.
c. Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri.
d. Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara
antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan
antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang
oleh guru B.
e. Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh
guru atau tim secara bersama-sama.
f. Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan
fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan
menjadi satu bidang studi.
3. Curriculum Pengembangan Aktivitas
Korelasi antara pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya:
pembahasan pokok bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahasan candi
Borobudur perlu pembahasan mengenai:
a. Letak candi: dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
b. Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi,
antropologi dan sejarah.
c. Pemilihan batu untuk candi: dibahas oleh mata pelajaran ilmu alam.
d. Bantuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek
e. Kedatangan turis (luar atau dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran
ilmu pariwisata.
f. Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan pemasaran.
4. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
8
Intergrated curriculum (kurikulum terpadu) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya
diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Alam merupakan fungsi
(perpaduan) dari beberapa mata pelajaran Biologi, Fisika, Biologi, Matematika dan
sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang
diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa
Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.
Keunggulan dan Kelemahan masing-masing jenis kurikulum

8 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 41
1. Separate Subject Curriculum
Keunggulan separate subject curriculum adalah sebagai berikut:
a. Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum.
b. Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan
berkesinambungan.
c. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah direncanakan
dan mudah dilaksanakan dan mudah juga diadakan perubahan jika diperlukan.
d. Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapat data-data yang diperlukan
untuk dilakukan perubahan seperlunya.

Kelemahan separate subject curriculum adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan dan pertumbuhan anak tidak harmonis.


b. Kurang memprhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak secara factual
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
c. Cenderung statis dan ketinggalan zaman.
d. Kurikulum bentuk ini sangat terbatas, karena hanya menekankan pada
perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan faktor-faktor lain.
2. Correlated Curriculum (Kurikulum korelatif atau pelajaran saling
berhubungan)
Adapun keunggulan dari kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran yang dapat menopang
kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik berhubung mereka
menerimanya tidak secara terpisah-pisah.
b. Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan peserta
didik untu menerapkan pengetahuan dan pengalamnnya secara fungsional. Hal
ini disebabkan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dari berbagai mata
pelajaran untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
c. Bahan pelajaran yang disajikan akan lebih dipahami.
d. Pemahaman murid tentang bahan yang diajarkan akan lebih luas.
e. Minat murid untuk mempelajari bahan pelajaran bertambah sehingga
muridpun dpat mengasosiasikan pengetahuan yang diperolehnya.
f. Bahan yang disajikan lebih jelas dan lebih bermanfaat dalm kehidupannya.

Kelemahan dari correlated curriculum ini adalah sebagai berikut:


a. Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya masih bersifat subject contered dan
belum memilih bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan peserta
didik serta masalah-masalah kebidupan sehari-hari.
b. Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan
lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan
mendalam.
3. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Kurikulum Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan) memiliki
keunggulan sebagai berikut:
a. Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum unit bertalian erat dengan
yang lain.
b. Kurikulum ini sesuai dengan teori tentang belajar yang mendasarkan
berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kematangan dan minat
peserta didik.
c. Adanya hubungan erat antara sekolah dan masyarakat.

Kelemahan dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis.


b. Pelaksanan kurikulum bentuk ini sangat repot.
c. Dengan kurikulum bentuk ini tidak dapat dimungkinkan adanya ujian
umum
C. Wujud Kurikulum
9
Secara konseptual pengertian kurikulum dapat dikelompokkan pada tiga dimensi, yaitu:
1. Kurikulum sebagai mata pelajaran (subject)
Mengandung makna bahwa pada dasarnya kurikulum itu terdiri atas sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh siswa. Kurikulum selalu berorientasi pada
penguasaan isi atau materi pelajaran sebagai sasaran akhir proses pendidikan (content
oriented).
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar (learning experiences)
Mengandung makna tidak dibatasi hanya sebagai sejumlah mata pelajaran saja,
tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
siswa dan memengaruhi perkembangan pribadinya. Harold B. Alberty (1965),
memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa dibawah
tanggung jawab sekolah (all of the activities that ar provided for the students by the
school). Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai
9 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 45-46
segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa belajar, baik dalam ruangan kelas, di
halaman sekolah maupun di luar sekolah.
3. Kurikulum sebagai program atau rencana pembelajaran
Mengandung makna bahwa kurikulum tersebut merupakan suatu program atau
rencana belajar (a plan for learning).
Pengertian kurikulum dibagi menjadi empat dimensi yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide atau gagasan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum tersebut.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.

S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah


kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengandimensi
lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1) kurikulum sebagi
ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang
sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi
kurikulum. Secara teoritisdimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis. (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan
konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan. Selanjutnya bila kita merujuk pada
dimensi pengertian yang terakhir, maka dapat dengan mudah mengungkap keempat
dimensi kurikulum tersebut dikaitkan dengan pengertian kurikulum.

1. Pengertian kurikum sebagai Ide

Pengertian kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akandijadikan
pedoman dan pengembangan kurikulum selanjutnya. Kurikulum sebagaisuatu ide pada
dasarnya merupakan sekumpulan ide-ide yang dipikirkan untuk mengembangkan kurikulum
baik dalam skala terbatas (mikro), maupun skalayang luas (makro). Pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:
“….the content of instruction without reference to instructional ways or means” (Henry
C. Marrison, 1940).

“…curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils are
expected to learn” (Donald E. Orlosky and B. Othanel smith,1978).

“Curriculm itself is a contruct or concept, a verbalization of an extremely complex idea


or set of ideas” (Olivia, 1997:12).

2. Pengertian Kurikulum sebagai Rencana

Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana mencapai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum menurut
dimensi kedua ini terfokus pada bentuk program yang tertulis (document curriculum).
Kurikulumdalam dimensi kedua ini merupakan tindak lanjut dari pengertian
kurikulumdimensi pertama (dimensi ide). Misalnya sebelum mengajar guru terlebih dahulu
membuat persiapan tertulis, seperti RPP, skenario pembelajaran, LKS. Pengertian-
pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:

“…A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about thelearning
process and the development of the individual has bearing on the shaping of curriculum”
(Hilda Taba, 1962).

“…all planned learning outcomes for wich the school is responsible” (W.Popham and
Eva L. Baker, 1970).

“…the palnned and guided learning experiences and intended learning outcomes,
formulated trough the systematic reconstruction of knowledge and experiences of the school
for leaner’s continous and will full growth in personal-social competence” (Daniel Tanner
and Laurel Tanner, 1975).

Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi penentuan tujuan pengajaran,


menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat pengajaran dan
merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan demikian kegiatan
merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui
perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.

3. Pengertian Kurikulum sebagai Proses (Aktivitas)

Kurikulum dalam pengertian ini, yaitu dimaknai sebagai kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan oleh guru dan siswa maupun para pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan
pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Pengertian-pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:

a. “.....The curriculum is a design made by all of those who are most


intimately concerned with the activities of the life of the children while they
are in school...a curriculum must be as flexible as life and living. It cannot be
made beforehand and given to pupils and teachers to install.[also it/..
represents those learning each child selects, accepts, and incorporates into
himself to act with, in, and upon in subsequent experiences” (L. Thomas
Hopkins, 1941).
b. “[the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the
life of young people and their elders. [in a much earlier book, Rugg
disapprovingly spoke of the traditional curriculum as one...... passing on
description of earlier cultures and to perpetuating dead languages and abstract
techniques which were useful to no more than a negligible fraction of our
population” (Harold Rugg, 1947).
c. “All of the activities that are provided for students by the school
constituttes its curriculum” (Harold Alberty, 1953).
Dalam penjelasan sebelumnya, kita ketahui bahwa melaksanakan kurikulum merupakan
kegiatan inti dari proses perencanaan, karena tidak akan mempunyai makna apa-apa jika
rencana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan
dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya dalam proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar pada dasarnya dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam
jam pelajaran atau di luar jam pelajaran yang telah dijadwalkan (Depdikbud, 1991: 15).
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang guru
memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam proses belajar mengajar meliputi tahap permulaan, tahap pengajaran dan
tahap penilaian serta tindak lanjut (Sudjana, 1989: 68).

Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah tahap inti, saat guru berupaya
menyampaikan materi pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini,
penggunaan metode mengajar akan berpengaruh pada pendekatan yang akan dilakukan oleh
seorang guru. Misalnya seorang guru ingin mengaktifkan anak atau peran anak menjadi
lebih dominan, maka metode CBSA adalah metode yang tepat.

4. Pengertian Kurikulum sebagai Hasil

Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat


memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut. Biasanya tekanan utama
aspek hasil yang dimaksud dilihat dari segi capaian seluruh kompetensi yang harus dimiliki
oleh siswa, (kompetensi akademik maupun non akademik). Pengertian-pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini, diantarannya sebagai berikut.

a. “…a structured series of intended learning outcomes” (Maurit. Johnson,


Jr., 1967).
b. “segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi didalam ataupun diluar sekolah (Hilda Taba Nasution,
Azas-azas kurikulum). (Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI
2008).10

10 Santika, Gede Dana. Dkk, Definisi dan Dimensi Kurikulum. Makalah UNDIKSHA, 2013, 34-36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar, sehingga terjadinya perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi
siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Pergantian atau
penyempurnaan kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus diberlakukan untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku dan metode
pengajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk menyikapi pergantian
kurikulum maka yang harus disiapkan adalah kesiapan dari guru itu sendiri (apapun
kurikulumnya apabila guru memahami akan esensi dari kurikulum maka tidak akan
terjadi permasalahan), kesiapan sekolah, kesiapan pemerintah, dan kesiapan stake
holder pendidikan.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaaan dalam penyusunan makalah


ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan sarang yang membangun dari pembaca sebagai
bahan evaluasi agar kebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan, 2008, Dasar-Dasar Pengembangan kurikulum sekolah,


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Susilo, Muhammad Joko, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Indratno, A. Ferry T, 2007, Kurikulum Beridentitas Kerakyatan dalam Kurikulum


yang Mencerdaskan, Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif , Jakarta: Kompas
Nasution, S, 2006, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Sinar Grafika Offset
Muhammad Nurhalim, “OPTIMALISASI KURIKULUM AKTUAL DAN
KURIKULUM TERSEMBUNYI DALAM KURIKULUM 2013”, Insania, Vol. 19,
No. 1, Januari - Juni 2014, hlm 117-120.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/466/420 . Diakses
pada tanggal 06 september 2019 pukul 16.45 .

Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Rineka Cipta

Santika, Gede Dana. Dkk. Definisi dan Dimensi Kurikulum. Makalah UNDIKSHA.
2013.

Anda mungkin juga menyukai