Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM & PEMBELAJARAN DI SD

DISUSUN OLEH

Nama Mahasiswa : KHODIJAH PRATIWI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 859754655

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK 4502/ PENGEM. KUR. & PEMBEL. DI SD

Semester : IX (Sembilan)

Kode/Nama UPBJJ : 83/KENDARI

Masa Ujian : 2023/24.1 (2023.1)


Soal Tugas Tutorial 1

1. Kurikulum merupakan komponen yang sangat krusial dalam pelaksanaan pendidikan.


Kurikulum dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan pendidikan sehingga tujuan
pendidikan dapat terlaksana secara optimal. Secara konseptual, kurikulum dapat
dikelompokan menjadi tiga dimensi pengertian:
a. Sebutkan 3 dimensi pengertian kurikulum tersebut. ?
b. Jelaskan masing-masing 3 dimensi pengertian kurikulum. ?
2. Dalam praktek pembelajaran, seorang guru harus memahami karakteristik masing-masing
siswa secara mendalam sehingga guru dapat memilih metode dan model pembelajaran yang
tepat. Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, guru harus mampu menguasai
landasan psikologis :
a. Jelaskan pengertian landasan psikologis pengembangan kurikulum ?
b. Jelaskan substansi landasan pengembangan kurikulum ?
3. Dengan adanya kurikulum yang berlaku, guru memiliki hak untuk berinovasi dalam
pelaksanakan pembelajaran. Misalnya mengembangkan model-model permainan dalam
pembelajaran untuk menarik perhatia siswa. Dalam fenomena tersebut, guru telah
melaksanakan salah satu prinsip umum pengembangan kurikulum :
a. Apakah prinsip umum yang telah dilakukan guru tersebut ?
b. Jelaskan jenis prinsip umum yang dilakukan guru pada fenomena di atas. ?
4. Langkah kedua pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan. Dalam pengembangan
kurikulum, tujuan dibagi dalam beberapa taksonomi yang disusun secara hierarkis :
a. Sebutkan taksonomi tujuan menurut Benyamin S. Bloom. ?
b. Jelaskan masing-masing taksonomi tujuan tersebut. ?
Jawaban Tugas Tutorial 1

1. Secara konseptual, kurikulum dapat dikelompokan menjadi tiga dimensi.


a. 3 dimensi pengertian kurikulum tersebut:
(1) Kurikulum sebagai mata pelajaran (subjects),
(2) Kurikulum sebagai pengalaman belajar (learning experiences), dan
(3) Kurikulum sebagai program/rencana pembelajaran.

b. Penjelasan masing-masing 3 dimensi pengertian kurikulum

➢ Kurikulum sebagai mata pelajaran (subjects)

(1) Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada
hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai pengalaman
tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul
mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.
(2) Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian
mata pelajaran pada siswa dapat membentuk mereka menjadi manusia yang mem-
punyai kecerdasan berpikir.
(3) Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun pengajaran
berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
(4) Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah. Ijazah
diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah mencapai
tujuan belajar.
(5) Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang
sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum.
(6) Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).
Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak bersikap aktif,
sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.
➢ Kurikulum Sebagai Pengalaman Belajar
(1) Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas
mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang
menjadi tanggung jawab sekolah.
(2) Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas (yang dikenal dengan
ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Oleh karena itu, tidak
ada pemisahan antara intra dan ekstra-
(3) Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat dinding kelas saja,
melainkan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas, sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
(4) Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau
pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus mengadakan
berbagai kegiatan belajar-mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
(5) Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran (courses) atau
bidang pengetahuan yang tersusun (subject), melainkan pembentukan pribadi anak
dan belajar cara hidup di dalam masyarakat.

Selain implikasi di atas, pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa akan
menimbulkan kesukaran dalam melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan suatu
kurikulum. Dimana pencapaian target pelaksanaan suatu kurikulum harus diukur
berdasarkan kemampuan penguasaan seluruh isi materi pelajaran dan proses atau kegiatan
sebagai pengalaman belajar. Akibat keluasannya itu, mejadikan makna kurikulum menjadi
kabur dan tidak fungsional.
➢ Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran
Pandangan ketiga ini dikenal sebagai pandangan modern, dimana kurikulum lebih
dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dinyatakan sebagai
semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di Sekolah. (Tafsir, 2010)

Kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar siswa sejalan dengan rumusan


kurikulum menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003
dan Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

2. Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, guru harus mampu menguasai


landasan psikologis.
a. Landasan psikologis pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berasal dari proses pendidikan. Oleh karena itu melalui penerapan landasan psikologi dalam
pengembangan kurikulum , tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat
menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang
harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan
penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

b. Substansi landasan pengembangan kurikulum terdiri dari:


1. Landasan filosofis
Pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah
dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa.
Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan
tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang
dianutnya.
2. Landasan psikologis
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi
yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana
peserta didik belajar. Kondisi Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai
individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dalam lingkungan.
Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang tampak maupun yang tidak tampak, yakni
prilaku kognitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk dijadikan landasan dalam
mempertimbangkan bobot belajar pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta beban
belajar yang mesti diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta
didik.

3. Landasan sosial-budaya
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum:
pertama,Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota masyarakat
yang belum dewasa dalam kebudayaan. Maksunya manusia belum mampu menyesuaikan
dengan cara kelompoknya. Kedua, Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi
dari cara orang perfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur
dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan[28]
Karena itu, para pengembang kurikulum harus:
— Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.
— Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
— Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
— Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
— Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan masyarakat
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang
pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan
kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini,
diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap


pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta
didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.

3. a. Prinsip umum yang telah dilakukan guru pada kasus soal nomor 3 yaitu prinsip fleksibilitas.
b. Jenis Prinsip umum yang telah dilakukan guru pada kasus soal nomor 3 yaitu prinsip
fleksibilitas dimana prinsip tersebut memberikan kelonggaran kepada siswa dalam memilih
program studi sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhannya. Selain kepada
siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khusunya dalam mengembangkan
kegiatan – kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah
digariskan dalam kuriklum. Contohnya mengembangkan model-model permainan dalam
pembelajaran untuk menarik perhatia siswa.

4. Dalam pengembangan kurikulum, tujuan dibagi dalam beberapa taksonomi yang disusun secara
hierarkis :
a. Tujuan Taksonomi menurut Benyamin S. Bloom terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotik yang penting dan sangat diperlukan. Dalam ranah kognitif dapat
mengembangkan keahlian anak melalui pengetahuan, ranah afektif dapat ditinjau melalui aspek
moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah
afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya, sedangkan dalam ranah
psikomotorik, peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi
peserta didik juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi
nyata.
b. Penjelasan ketiga ranah tersebut :
1) Penguasaan ranah kognitif peserta didik, meliputi perilaku peserta didik yang ditunjukkan
melalui aspek intelektual, seperti pengetahuan serta keterampilan berpikir. Pengetahuan
serta keterampilan peserta didik, dapat diketahui dari berkembangnya teori-teori yang
dimiliki oleh peserta didik, serta memori berpikir peserta didik yang dapat menyimpan
hal-hal baru yang diterimanya. Misalnya, peserta didik baru belajar mengenai definisi
dari drama, teater, serta tata panggung. Pada umumnya, peserta didik yang ranah
kognitifnya kuat, dapat menghafal serta memahami definisi yang baru diketahuinya.
Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengingat teori yang baru didapatnya, sangat
kuat.

2) Penguasaaan ranah afektif peserta didik, dapat ditinjau melalui aspek moral, yang
ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah
afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya. Hal ini terbukti dari
maraknya kekerasan yang ada di sekolah. Oleh karena itu, seharusnya peserta didik yang
aspek afektifnya terbangun dengan baik pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
memiliki implementasi dari sikap yang baik, berupa saling toleransi dalam pertemanan,
jujur, amanah, serta mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
sekolah, maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah. Sehingga, peserta didik
yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan memiliki kehidupan sosial yang baik,
hubungan pertemanan yang baik, serta dapat mengatasi keadaan genting dengan bijak.

3) Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang
merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik
tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga
harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini
menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif
oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif,
memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai