DISUSUN OLEH
Semester : IX (Sembilan)
(1) Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada
hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai pengalaman
tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul
mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.
(2) Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian
mata pelajaran pada siswa dapat membentuk mereka menjadi manusia yang mem-
punyai kecerdasan berpikir.
(3) Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun pengajaran
berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
(4) Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah. Ijazah
diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah mencapai
tujuan belajar.
(5) Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang
sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum.
(6) Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).
Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak bersikap aktif,
sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.
➢ Kurikulum Sebagai Pengalaman Belajar
(1) Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas
mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang
menjadi tanggung jawab sekolah.
(2) Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas (yang dikenal dengan
ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Oleh karena itu, tidak
ada pemisahan antara intra dan ekstra-
(3) Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat dinding kelas saja,
melainkan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas, sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
(4) Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau
pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus mengadakan
berbagai kegiatan belajar-mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
(5) Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran (courses) atau
bidang pengetahuan yang tersusun (subject), melainkan pembentukan pribadi anak
dan belajar cara hidup di dalam masyarakat.
Selain implikasi di atas, pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa akan
menimbulkan kesukaran dalam melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan suatu
kurikulum. Dimana pencapaian target pelaksanaan suatu kurikulum harus diukur
berdasarkan kemampuan penguasaan seluruh isi materi pelajaran dan proses atau kegiatan
sebagai pengalaman belajar. Akibat keluasannya itu, mejadikan makna kurikulum menjadi
kabur dan tidak fungsional.
➢ Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran
Pandangan ketiga ini dikenal sebagai pandangan modern, dimana kurikulum lebih
dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dinyatakan sebagai
semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di Sekolah. (Tafsir, 2010)
3. Landasan sosial-budaya
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum:
pertama,Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota masyarakat
yang belum dewasa dalam kebudayaan. Maksunya manusia belum mampu menyesuaikan
dengan cara kelompoknya. Kedua, Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi
dari cara orang perfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur
dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan[28]
Karena itu, para pengembang kurikulum harus:
— Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.
— Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
— Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
— Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
— Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan masyarakat
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang
pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan
kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini,
diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi.
3. a. Prinsip umum yang telah dilakukan guru pada kasus soal nomor 3 yaitu prinsip fleksibilitas.
b. Jenis Prinsip umum yang telah dilakukan guru pada kasus soal nomor 3 yaitu prinsip
fleksibilitas dimana prinsip tersebut memberikan kelonggaran kepada siswa dalam memilih
program studi sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhannya. Selain kepada
siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khusunya dalam mengembangkan
kegiatan – kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah
digariskan dalam kuriklum. Contohnya mengembangkan model-model permainan dalam
pembelajaran untuk menarik perhatia siswa.
4. Dalam pengembangan kurikulum, tujuan dibagi dalam beberapa taksonomi yang disusun secara
hierarkis :
a. Tujuan Taksonomi menurut Benyamin S. Bloom terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotik yang penting dan sangat diperlukan. Dalam ranah kognitif dapat
mengembangkan keahlian anak melalui pengetahuan, ranah afektif dapat ditinjau melalui aspek
moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah
afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya, sedangkan dalam ranah
psikomotorik, peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi
peserta didik juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi
nyata.
b. Penjelasan ketiga ranah tersebut :
1) Penguasaan ranah kognitif peserta didik, meliputi perilaku peserta didik yang ditunjukkan
melalui aspek intelektual, seperti pengetahuan serta keterampilan berpikir. Pengetahuan
serta keterampilan peserta didik, dapat diketahui dari berkembangnya teori-teori yang
dimiliki oleh peserta didik, serta memori berpikir peserta didik yang dapat menyimpan
hal-hal baru yang diterimanya. Misalnya, peserta didik baru belajar mengenai definisi
dari drama, teater, serta tata panggung. Pada umumnya, peserta didik yang ranah
kognitifnya kuat, dapat menghafal serta memahami definisi yang baru diketahuinya.
Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengingat teori yang baru didapatnya, sangat
kuat.
2) Penguasaaan ranah afektif peserta didik, dapat ditinjau melalui aspek moral, yang
ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik. Pada ranah
afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya. Hal ini terbukti dari
maraknya kekerasan yang ada di sekolah. Oleh karena itu, seharusnya peserta didik yang
aspek afektifnya terbangun dengan baik pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
memiliki implementasi dari sikap yang baik, berupa saling toleransi dalam pertemanan,
jujur, amanah, serta mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
sekolah, maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah. Sehingga, peserta didik
yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan memiliki kehidupan sosial yang baik,
hubungan pertemanan yang baik, serta dapat mengatasi keadaan genting dengan bijak.
3) Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan peserta didik, yang
merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik
tidak cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga
harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini
menjadi sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif
oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif,
memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.