Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan
pada dunia pendidikan. Perubahan tersebut berupa perubahan konsep pendidikan yang
berimplikasi pada proses pendidikan yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Proses
pencapaian tujuan pendidikan yang tepat guna bagi siswa mengedepankan pentingnya aspek
kurikulum.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Untuk
kurikulum pendidikan di Indonesia harua berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai
falsafah dan dasar negara. Pada perkembangannya, kurikulum nasional telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak negara kesatuan ini berdiri, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006, 2013, dan teranyar 2022.
Terdapat banyak definisi kurikulum yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal
ini dapat dipahami karena dasar filsafat yang dianut oleh penulis berbeda-beda. Meskipun
demikian, terdapat kesamaan dari definisi-definisi tersebut yang berupa satu fungsi
kurikulum, yaitu kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di Indonesia,
tujuan kurikulum tertera pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab
1 Pasal 1 yang menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan belajar mengajar. Kurikulum merupakan bagian integral dari proses pembelajaran
secara khusus dan pendidikan pada umumnya. Kurikulum dipedomani untuk seluruh aktivitas
kegiatan pendidikan di satuan pendidikan. Oleh karena itu kurikulum sudah menjadi
keniscayaan mesti dipahami dengan baik oleh berbagai elemen yang terlibat di dalam
pengelolaan pendidikan. Kurikulum memegang peranan vital yang berkedudukan strategis
yang menyelimuti segenap kegiatan pendidikan di sekolah. sehingga penyusunan dan
pengembangan kurikulum membutuhkan pemahaman yang menyeluruh terhadap konsep
dasar kurikulum demi terlaksananya pengimplementasian kurikulum di sekolah. Termasuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menjadi salah satu podasi struktur kurikulum.
Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai
perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pengertian dan Pengembangan Kurikulum?
2. Bagaimana Kedudukan Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan?
3. Bagaimana Dimensi, Fungsi dan Peranan Kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Unruk mengetahui Pengertian dan Pengembangan Kurikulum?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kedudukan Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan
Pendidikan?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Dimensi, Fungsi dan Peranan Kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
1. Etimologis
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan Curriculum berasal dari kata
curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :
1. Berlari cepat
2. Tergesa-gesa
3. Menjalani
Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :
1. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki
2. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti
3. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai
dalam dunia olahraga.
2. Tradisional :
Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia
pendidikan yang berarti “sejumlah plejaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan
kelas atau ijazah”.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti
Kurikulum SD dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat” tahun 1927 sampai pada
tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI.
3. Modern (Para Ahli):
Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi
belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
Menurut B. Ragan mengemukakan kurikulum adalah “Semua pengalaman anak
dibawah tanggung jawab sekolah”
Menurut Soedijarto, sebuah pengalaman Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan dan
Pengembangan; kurikulum Perguruan Tinggi, BP3K Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan tahu 1975” Segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan
diorganisir untuk diatasi oleh siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas penulis menyimpulkan bahwa Kurikulum
adalah merupakan suatu usaha terrencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan.
Pada Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat
19 adalah sebagai berikut. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian kurikulum ini
lebih banyak berhubungan dengan fungsi dan kegiatan guru sebagai pengembang kurikulum
di sekolah, baik dalam dimensi rencana, dimensi kegiatan, maupun dimensi hasil. Implikasi
dari pengetian ini adalah:
1) kurikulum harus memiliki rencana;
2) kurikulum memuat tujuan, isi, materi pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran; dan
3) kurikulum harus ada hasil sesuai dengan tujuan pendidikan, baik yang berbentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai sebagai akibat terjadinya kegiatan
belajar.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan nasional, Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat
pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional
khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikate-
gorikan sebagai tujuan umum kurikulum.
Setiap mata ajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh mata ajaran lainnya. Tujuan mata ajaran merupakan penjabaran dari
tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Materi Kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang
Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan, bahwa "Isi kurikulum
merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional".
Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1). Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan
pembelajaran;
2). Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing- masing, satuan
pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan
oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;
3). Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui
penyampaian materi kurikulum.
3. Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi
yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa
dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu
pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini, ada tiga
alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni :
1). Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran
Materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan
melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator.
Siswa sebagai penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaian
komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.
2). Pendekatan yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi
pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar modular, paket belajar dan sebagainya.
3). Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki
kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah dengan mengundang masyarakat ke
sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari:
karyawisata, nara sumber, kerja pengalaman, survei, proyek pengabdian/pelayanan
masyarakat, berkemah dan unit.
4. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-
cirinya sendiri.
1). Mata Pelajaran Terpisah-pisah (Isolated subjects)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah,
seperti : Sejarah, Ilmu Pasti, Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Tiap mata ajaran disampaikan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata
ajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu, dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa, semua materi diberikan
sama.
2). Mata Ajaran-Mata Ajaran Berkorelasi (correlated).
Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat
pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokok yang
saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut. Contohnya, dalam
pengajaran Sejarah dan Ilmu Bumi, masing-masing diberikan dalam waktu yang berbeda,
tetapi isi/materi dihubungkan dengan hal yang sama, atau dengan pusat minat. Cara lain,
ialah pada waktu guru mengajarkan Sejarah dengan topik tertentu, dia korelasikan
dengan masalah tertentu dalam mata ajaran I1mu Bumi.
3). Bidang Studi (broadfield)
Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama
dikorelasikan/difungsikan dalam satu bidang pengajaran, misalnya Bidang Studi Bahasa,
meliputi membaca, bercerita, mengarang, bercakap-cakap, dan sebagainya. Demikian pula
bidang studi lainnya, sepertl IPS, IPA, MATEMATIKA, dan lain-lain. Salah satu mata ajaran
dapat dijadikan "core-subject", sedangkan mata ajaran lainnya dikorelasikan dengan cor
tersebut.
4). Program yang Berpusat pada Anak (Childecentered Program)
Program ini adalah orientasi baru di mana kurikulum dititikberatkan pada kegiatan-kegiatan
peserta didik, bukan pada mata ajaran. Guru menyiapkan program yang meliputi kegiatan-
kegiatan yang menyajikan kehidupan anak, misalnya ekskursi, cerita. Dengan cara
memperkaya dan memperluas macam-macam kegiatan, peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan. Cara lain untuk melaksanakan kurikulum ini, ialah pengajaran
dimulai dari kelompok siswa yang belajar, kemudian guru bersama siswa tersebut menyusun
program bagi mereka. Para siswa akan memperoleh pengalaman melalui program ini.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang
akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan
informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan
dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak
dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar siswa. Setiap aspek
yang dinilai berpangkal pada kemampuan-kemampuan apa yang hendak dikembangkan,
sedangkan tiap kemampuan itu mengandung unsur-unsur pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta nilai. Penetapan aspek yang dinilai mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah
ditentukan dalam kurikulum tersebut.
Jenis penilaian yang dilaksanakan tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian
tersebut. Misalnya, penilaian formatif dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan siswa dan
dalam upaya melakukan perbaikan yang dibutuhkan. Berbeda dengan penilaian summatif
yang bermaksud menilai kemajuan siswa setelah satu semester atau dalam periode
tertentu, untuk mengetahui perkembangan siswa secara menyeluruh.
Persyaratan suatu instrumen penilaian, ialah validitas, reliabilitas, objektivitas,
kepraktisan, pembedaan, syarat-syarat ini dijelaskan lebih lanjut pada bab evaluasi belajar
dan pembelajaran.
B. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang berkembang dengan
konsep-konsep kurikulum yang dikembangkan. Tugas utama seorang guru adalah
membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara profesional sehingga dapat
mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Sehingga untuk
melaksanakan tugas melaksanakan tugas tersebut guru berpedoman pada suatu alat yang
disebut kurikulum
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan disekolah. hal ini berarti bahwa
kurikulum merupakan bagaian yang tak tepisahkan dari pendidikan atau pembelajaran.
Adapun kedudukan kurikulum dalam pendidikan sebagai berikut.
1. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
bertujuan sebagai arah, pedoman, atau rambu-rambu dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Kurikulum Lah yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan
pegangan tentang jenis, lingkup materi, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
3. Kurikulum merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, menjadi sumber konsep-konsep dalam memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri, pendidikan sebagai
sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan, komponen-komponen pendidikan itu antara lain adalah tujuan pendidikan,
kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana dan pra sarana, manajemen, serta
teknologi. berdasarkan komponen-komponen ini jelas bahwa kurikulum mempunyai
kedudukan-kedudukan tersendiri dalam sistem pendidikan nasional .
Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional , bab X tentang kurikulum
pasal 36 dikemukakan bahwa :
ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
ayat (3): kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak
mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah
dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global
dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.
Dengan demikian, kurikulum adalah syarat mutlak dalam sekolah. Kurikulum
mempunyai kedudukan sentral, sebagai pusat proses pendidikan, dan sebagai pedoman, serta
sebagai bidang studi yang menjadi sumber konsep dan landasan bagi institusi pendidikan.

C. DIMENSI, FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM


1. DIMENSI KURIKULUM
Dimensi kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya dengan usaha untuk
mendapatkan ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya,
apabila seorang siswa telah mendapatkan ijazah berarti siswa tersebut dapat dikatakan telah
menguasai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dimensi kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asalkan kegiatan tersebut
berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Kegiatan- kegiatan tersebut tidak hanya
terbatas pada kegiatan intra maupun kegiatan ekstrakurikuler.tetapi kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh siswa selama berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah) adalah
kurikulum.
Dimensi kurikulum sebagai program harus mencakup :
(1). Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan;
(2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar;
(3) program belajar (plan for learning) untuk siswa ;
(4) hasil belajar yang diharapkan.
R. Ibrahim (dalam Ruhimat, dkk., 2011: 5) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga
dimensi, yaitu kurikulum sebagai subtansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai
bidang studi.
Dimensi pertama, kurikulum sebagai substansi, memandang kurikulum sebagai
rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin
dicapai. Suatu kurikulum dapat juga merujuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan
tujuan, bahan ajar, kegiatan pembelajaran, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun
kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat.
Dimensi kedua, kurikulum sebagai sistem, memandang kurikulum sebagai bagian dari
sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah
tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum
agar tetap dinamis.
Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidang studi
kurikulum. Kurikulum merupakan hasil kajian dari para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep
dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan, dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, sehingga menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat
bidang studi kurikulum.
Sukmadinata (dalam Ruhimat, 2011: 6) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau
dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai
ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori, dan prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum.
Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannnya dengan
sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur,
jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai
rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat
menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Demikian pula, dengan rancangan atau desain, terdapat desain
berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, dan kebutuhan siswa.
Hasan (dalam Ruhimat, dkk., 2011: 6) mengemukakan bahwa istilah kurikulum memiliki
empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan.
Keempat dimensi kurikulum tersebut, meliputi:
1) kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi;
2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang merupakan perwujudan dari kurikulum
sebagai ide;
3) kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) yang merupakan bentuk implementasi
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
4) kurikulum sebagai suatu hasil belajar yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan.

2. FUNGSI KURIKULUM
Berkaitan dengan fungsi kurikulum, terdapat enam fungsi kurikulum (Ruhimat,dkk., 2011: 9-
10), yaitu:
1. Fungsi Penyesuaian (The adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat welladjusted yaitu mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu
sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun
harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi (The integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan
bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi (The differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan (The propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
Selain itu kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya
5. Fungsi Pemilihan (The selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya
dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti
pula diberikan kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun
secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik (The diagnistic function)


Fungsi diagnosik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
(potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa
dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimiliknya atau memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.
Fungsi kurikulum masih mencakup dalam pengertian kurikulum mulai dari pedoman
penyelenggaraan program pedoman pelaksanaan maupun pedoman pencapaian di kelas dan
di luar kelas, secara luas fungsi kurikulum dibagi menjadi berikut ini.
1. Guru
Bagi guru, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar. Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif jika tidak berpedoman
kepada kurikulum. Karena kegiatan pembelajaran merupakan proses yang bertujuan,
sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan.
2. Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, Tentunya kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan
program sekolah. Mulai dari penyusunan kalender sekolah, pengajuan fasilitas sarana dan
prasarana sekolah kepada dewan sekolah, juga penyusunan berbagai kegiatan sekolah yang
bersangkutan dengan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan lainnya. Penyusunan
hal-hal tersebut harus didasarkan pada kurikulum.
3. Pengawas
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi
terhadap sekolah. Dengan demikian, para pengawas dapat menentukan apakah program
sekolah, termasuk pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sudah sesuai
dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga pengawas pun dapat memberikan saran
evaluasi yang tepat berdasarkan kurikulum.
4. Orangtua
Pendidikan adalah usaha bersama. Tujuan pendidikan tidak akan berhasil secara optimal
apabila semuanya hanya dibebankan pada guru atau sekolah. Disinilah orang tua perlu
memahami tujuan dan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah.
Dengan demikian fungsi kurikulum bagi orang tua adalah pedoman untuk memberikan
bantuan pendidikan, baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun membantu anak-
anak mereka belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Dengan adanya kurikulum,
orang tua dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan anak-anaknya, serta
ruang lingkup materi pelajaran mereka.
5. Siswa.
Siswa adalah pihak yang menjadi pusat perhatian dalam proses pendidikan di sekolah.
Dengan demikian sejumlah informasi terkait dengan rencana-rencana atau program-
program belajar apa yang akan dan harus dilaluinya harus sampai kepada siswa.
6. Masyarakat
Pada umumnya sekolah mempersiapkan siswa untuk terjun dimasyarakat atau tegasnya
untuk bekerja dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum
sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan
masyarakat. untuk itu perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal
pembenahan kurikulum yang diharapkan. Kurikulum merupakan produser sistem pendidikan,
sedangkan orang-orang sama dengan konsumen.
Lulusan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat. Contohnya adalah pendidikan
mengunggulkan kedalaman keilmuannya, dengan menambah kegiatan yang menunjang
peningkatan keterampilan siswa. Pada sekolah yang fokus kurikulumnya adalah kejuruan,
sekolah lebih mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat fokus dalam pekerjaan yang nanti
akan ditempuhnya atau pekerjaan yang dicita-citakan setelah menyelesaikan studinya.
Misalkan dalam pendidikan agama, maka kurikulumnya haruslah dapat menguasai lebih
dalam tentang pelaksanaan suatu ritual yang dilakukan oleh agama dan dapat membimbing
siswa sebagai penuntun ketika nanti di dunia maupun di akhirat.
3. PERANAN KURIKULUM
Secara umum peranan dapat diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku yang
ditunjukkan atau dijalankan oleh subjek karena hak dan kewajiban yang melekat pada status
atau kedudukannya. Dari pengertian tersebut dapat kita fahami bahwa peran itu terkait
dengan keberadaan subjek dalam hubungannya dengan masyarakat dimana subjek itu
berada. Subjek dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban sesuai kedudukannya/posisi
sosial di dalam masyarakat, kedudukan tersebut terkait dengan keberadaan dan kepentingan
masyarakat.
Jadi peranan itu merujuk pada apa yang harus dan bisa dilakukan oleh subjek (individu)
untuk kepentingan masyarakat. Apabila dirinci secara lebih mendetail terdapat tiga peranan
yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kreatif, dan peranan
kritis/evaluatif (Hamalik, 1990 dalam Ruhimat, 2011:10-12).
Peranan Konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang dikembangkan
memiliki kesadaran dan muatan masa lampau dalam relasinya dengan masa kini. Peranan
ini sangat penting dan mendasar, sesuai dengan kenyataan bahwa pendidikan pada
hakikatnya merupakan proses sosial masyarakat dan bagian dari masyarakat itu sendiri.
Peranan Kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu
yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan kecenderungan masa mendatang.
Peranan Kritis dan evaluatif artinya kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
membangun siswa (masyarakat) yang peka terhadap situasi dan kondisi yang ada serta
mampu untuk mengambil keputusan nilai yang solutif untuk kemajuan. Selain itu,
perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai
dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan
nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan
juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru
yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran sangat penting. Landasan
pengembangan kurikulum seperti sebuah pondasi bangunan. Persoalan mengembangkan isi
dan bahan pelajaran serta bagaiman cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana,
sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan
yang ingin dicapai. Sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem
nilai dan keutuhan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Burhan Nurgiyantoro. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogjakarta:
BPFE.
Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar, 1990, Pengembangan Kurikulum (Dasar-dasar dan Pengembangannya),
CV. Mandar Maju, Bandung
Marsh, Colin J. (2009). Key Concept for Understanding Currculum-4th ed. Britain:
Routledge.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2009. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, cet. 3 (Bandung: Remaja
Rosdakarya).
Ornstein, Alan C. & Hunkins, Francis P. (2009). Curriculum: Foundations, Principles, and
Issues – 5th ed. United States: Pearson Education, Inc.
Ruhimat, Toto dkk. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty, 1991, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
sebagai substansi problem administrasi pendidikan, CV. Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai