Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Orientasi
pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki
penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para
pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
Kurikulum merupakan “ruh” pendidikan yang harus dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan
berkala sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEKS, kompetensi yang diperlukan
masyarakat dan pengguna lulusan. Perubahan kurikulum – dengan demikian – menjadi
keniscayaan. Bahkan, perkembangan IPTEKS yang sangat cepat tidak lagi memungkinkan
dunia pendidikan berlama-lama dengan “zona nyaman” kurikulum yang berlaku. Dapat
dibayangkan – terlepas dari konteks politik yang menyertainya -- dalam kurun waktu enam
tahun Standar Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) sudah berubah tiga kali, yakni:
Permenristekdikti Nomor 49 Tahun 2014-Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015-
Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020.1

B. Latar Belakang
1. Bagaimana perkembangan kurikulum di indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan orientasi kurikulum?
3. Apa saja jenis-jenis orientasi kurikulum?
4. Bagaimana kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan manusia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan kurikulum di indonesia.
2. Mengetahui orientasi kurikulum.
3. Mengetahui jenis-jenis orientasi kurikulum.
4. Mengetahui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan manusia.

1
Maman suryaman, Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar,(Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia), akses di https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13357.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kurikulum Nasional
Pengembangan kurikulum sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat pada saat
kurikulum tersebut digunakan. Kebutuhan pengetahuan dan keterampilan bagi generasi muda
menjadi alasan utama disusunnya kurikulum yang mengandung konten materi ajar, strategi
pembelajaran dan penilaian terhadap pembelajaran. Sejak masa kemerdekaan, pemerintah
mulai menetapkan bentuk kurikulum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran sebagai pengganti kurikulum dalam sistem kolonial Belanda dan pendudukan
Jepang.2
Di indonesia beberapa kali mengembangkan kurikulumnya, sejak awal kemerdekaan
diterima oleh indonesia. Berikut rangkaian pengembangan kurikulum di indonesia sejak awal
kemerdekaan hingga saat ini, yaitu:
1. Kurikulum 1947
Pada masa itu kurikulum belum dikenal, sehingga dokumen ini disebut “leer plan” dalam
baha belanda, namun secara resmi disebut ‘Rentjana Peladjaran 1947. Namun sistem
pendidikan masih menggunakan sistem peninggalan belanda.
2. Kurikulum 1952
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan Rentjana Peladjaran 1947, dengan lebih
merinci mata pelajaran yang konten materinya dihubungkan dengan kehidupan sehari
hari.
3. Kurikulum 1964
Kondisi pendidikan indonesia makin membaik pada tahun 1953 hingga 1960 yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah anak yang memasuki sekolah dasar.

2
Herlina, Pengembangan Kurikulum di Indonesia, (Widyaiswara LPMP Aceh), hlm. 74
4. Kurikulum 1968
Dalam penerapannya, kurikulum 1968 telah mulai memberikan ruang otonomi bagi
sekolah untuk mengembangkannya sesuai kebutuhan.
5. Kurikulum 1975
Pada masa ini kurikulum ditentukan oleh pemerintah pusat sehingga guru tidak perlu
memikirkan konsep pembelajaran yang diampunya. Kurikulum ini lebih berorientasi
pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh pemerintah, meliputi tujuan pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Pendekatan yang diterapkan adalah Sistem Instruksional yang
dikenal sebagai Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dengan tujuan yang
spesifik, terukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
7. Kurikulum 1994
Pengembangan ini adalah bagian dari upaya penyempurnaan dan penyesuaian Kurikulum
1984 dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dengan peraturan pelaksanaannya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor: 27 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Prasekolah, Peraturan Pemerintah Nomor:
28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar; dan Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun
1990 Tentang Pendidikan Menengah.
8. Kurikulum 2004
dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
9. Kurikulum 2006
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).3
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,
dengan bertemakan citacita pendidikan Indonesia untuk menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, dan inovatif.4

B. Orientasi Kurikulum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Orientasi adalah peninjauan untuk
menentukan sikap ( baik berupa arah, tempat, maupun tujuan, dan sebagainya yang berawal
dari pemikiran). Selain itu, orientasi juga dapat di defenisikan sebagai pandangan yang
menjadi dasar bagi pikiran, perhatian atau kecenderungan untuk bertindak dan melakukan
sesuatu. Secara Harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Currere yang berarti
berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah
suatu “arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk mengusai satu atau lebih
keahlian guna mencapai “garis finish” yang ditandai pemberian diploma, ijazah atau gelar
kesarjanaan (Zais, 1976). Pengaruh definisi ini sangat besar dan bertahan lama di dunia
pendidikan sehingga menentukan orientasi kurikulum di hampir semua negara di dunia
(Mohammad Ansyar, 2015). Kurikulum dalam bahasa Arab disebut dengan istilah manhaj
yang berarti jalan terang dan dilalui manusia di berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan (Hasan
Langgulung, 1986). Menurut Nana Saodih, kurikulum adalah program dan pengalaman
belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan

3
Ibid.,hlm.82
4
Jingga, Anisa Astra. Pendekatan Dan Penilaian Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Revisi 2017 Yang Mendukung
Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.5, No.3, hal
286-299
dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada peserta didik di bawah
tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta
kompetensi sosial peserta didik. (Nana Sudjana, 1991). Berdasarkan Undang-Undang No. 20
tahun 2003 Bab I pasal 1 poin 19 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan tujuan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaran pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5 Dengan begitu, fasilitas
sekolah, lingkungan yang aman, bersih, suasana pembelajaran, media dan sumber
pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum. Secara garis besar Orientasi kurikulum
adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan
kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi mayarakat.
C. Jenis-jenis kurikulum.
Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas
pemakaiannya ialah subject curriculum, subject berarti matapelajaran. Jadi subject
curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah matapelajaran, disebut juga subject
centered curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada matapelajaran. Karena
matapelajaran itu pada umumnya diajarkan secara terpisah-pisah, maka disebut juga separate
subject curriculum. Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :
1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Centered). Ada beberapa pendekatan
yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a. Mata pelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)

5
Saifullah, Pengembangan Kurikulum, (Banda Aceh, FTK Ar-Raniry Press:2016), hlm.10
c. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields).
2. Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered). Ada beberapa
pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
a. Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
b. Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered).
3. Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan :
a. Kurikulum berpusat pada tujuan (Goal Oriented).
b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
4. Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi
dalam masyarakat. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations) 5.
b. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstuksi sosial (Social Reconstruction).

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam
implementasi kurikulum di lembaga pendidikan sangat dimungkinkan untuk menggunakan
prinsip yang berbeda dari kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga
akan ada banyak prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Hal yang sama
dinyatakan oleh Hernawan di Sudrajat menyarankan lima prinsip dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Prinsip relevansi
Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu
memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi (relevansi epistemologis),
tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan
pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis), Maka dalam membuat kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga
nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan
datang.
2. Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam
implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat
dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran
kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel
ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu
pendidikan. Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus
memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang
solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian
berdasarkan kondisi regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak.
Kurikulum ini mempersiapkan anakanak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap
fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan.
3. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun
antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan. Makna kontinuitas disini adalah
berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat
pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran
yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang
belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum juga
diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi
studi lainnya. Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum yang dikembangkan tidak kaku
dan memberikan kebebasan kepada guru maupun peserta didik dalam memilih program
atau bahan pembelajaran, sehingga tidak ada unsur paksaan dalam menempuh program
pembelajaran.6
4. Prinsip efisiensi
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan bahkan vital dalam
proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran agar lebih
optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam
perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah
cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa
untuk memilki akhlaq mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Efisiensi adalah salah satu
prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang
telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program
pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan
yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan
program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal,
cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip efektivitas,
yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana program
pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang

6
Shofiyah, Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Vol. 2,
No. 2, Juli – Desember 2018, hlm. 128 di akses
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/palapa/article/download/692/466/ pada tanggal 12 Juni 2021.
perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar siswa. Dalam
aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan ajar atau program,
maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan
mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar
siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan metodologi pembelajaran
sehingga apa yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan metode yang relevan
dengan materi atau materi pembelajaran. Oleh karena itu ada upaya dalam upaya
membuat kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
berlebihan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam implementasinya dalam proses
pembelajaran adalah bagaimana tujuan pengembangan kurikulum ini dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak, terutama efektivitas
pembelajaran di kelas.7

7
Ibid.,hlm.129
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Orientasi
pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki
penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para
pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
Pengembangan kurikulum sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat pada saat
kurikulum tersebut digunakan. Kebutuhan pengetahuan dan keterampilan bagi generasi muda
menjadi alasan utama disusunnya kurikulum yang mengandung konten materi ajar, strategi
pembelajaran dan penilaian terhadap pembelajaran.
Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas
pemakaiannya ialah subject curriculum, subject berarti matapelajaran. Jadi subject curriculum
berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah matapelajaran, disebut juga subject centered
curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada matapelajaran.
Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam
implementasi kurikulum di lembaga pendidikan sangat dimungkinkan untuk menggunakan
prinsip yang berbeda dari kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga akan
ada banyak prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Hal yang sama
dinyatakan oleh Hernawan di Sudrajat menyarankan lima prinsip dalam pengembangan
kurikulum, yaitu, prinsip relevansi, prinsip fleksibiliti, prinsip kontinuitas, prinsip efisiensi, dan
prinsip efektifitas.
Pertanyaan:
1. Point penting yang menjadi orientasi kurikulum?
2. Apakah perlu perubahan kurikulum di indonesia?

Anda mungkin juga menyukai