Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UAS KURIKULUM

Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Kurikulum
Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

OLEH:

ARIF MUSTOFA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HIDAYATULLAH
BATAM
2023
1. a. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Saat itu mulai ditetapkan Pancasila sebagai asas
pendidikan. Kurikulum ini juga disebut dengan Rencana Pelajaran 1947,
namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka
pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di
muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.

b. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum
sebelumnya, dengan merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan
Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap pelajaran dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara
jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.

c. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964,
yang dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani.

d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan
dimaksudkan untuk menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk orde lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.

e. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun
1975. Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen
Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang
manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.

f. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut dengan Kurikulum 1975
Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, yaitu
dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

g. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975
dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan dan proses nampaknya belum
berhasil. Akibatnya banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan
lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

h. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sebagai pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi yang harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan
kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan
pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

i. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum
2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian
sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua
mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat. Kurikulum ini juga
dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

j. Kurikulum 2013

3
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan
dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.

Source: https://binus.ac.id/character-building/2020/12/sejarah-perjalanan-
kurikulum-pendidikan-indonesia/

2. a. Pelaksanaan secara makro dilakukan oleh kepala madrasah bersama


dengan waka kurikulum yaitu membuat jadwal pembelajaran secara
keseluruhan mata pelajaran wajib, muatan lokal, kegiatan amaliyah dan
program unggulan.

b. Pelaksanaan secara mikro dilakukan oleh guru setiap mata pelajaran, mulai
dari perencanaan pembelajaran yaitu membuat RPP, metode atau strategi, dan
media yang digunakan untuk pembelajaran.

Source:
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/alrosikhuun/article/viewFile/
15233/9623

3. Artikel Inovasi Kurikulum


Pengembangan atau Inovasi kurikulum yakni istilah komprehensif yang
mencakup perencanaan, implementasi, serta evaluasi dikarenakan
pengembangan kurikulum mengindikasikan kemajuan serta transisi
(Wahyudin, 2014). Lebih lanjut, Bahri (2017) mengungkapkan bahwasanya
pengembangan kurikulum yakni perancangan kesempatan belajar yang
bertujuan guna mengarahkan siswa menuju kepada transisi yang diharapkan
serta mengevaluasi sampai mana transisi tersebut sudah terlaksana kepada
para peserta didik. Dalam pengembangannya, kurikulum perlu didasari pada
asas-asas yang sejalan dengan tujuan pendidikan (Qolbi & Hamami, 2021).
Asas atau dasar yang tepat dapat mengarahkan kurikulum agar sejalan dengan
tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum berdasarkan cara tradisional dilaksanakan
dengan jenis deduktif yang urutannya seperti berikut: 1) Penetapan kebijakan
dasar serta prinsipnya; 2) Mendesain kurikulum yang secara menyeluruh
berdasarkan sebuah komitmen secara spesifik; 3) Menata berbagai kurikulum
yang sejalan dengan desain secara menyeluruh; dan 4) Mengimplementasikan
kurikulum tersebut dalam pembelajaran di kelas. Pengembangan kurikulum
juga dapat diartikan sebagai suatu proses dalam memaksimalkan pelaksanaan
kurikulum guna mencapai tujuan pembelajaran yang sebelumnya telah
ditetapkan dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Lebih lanjut Mondal
& Das (2021) mengatakan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan
berdasarkan beberapa prinsip, diantaranya: prinsip kebaruan teknologi,
pengembangan ilmu pengetahuan, perubahan kebutuhan, ketertarikan, dan

4
kemampuan siswa, rekonstruksi kurikulum berdasarkan metode pembelajaran,
penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti, hingga globalisasi.
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan setelah evaluasi kurikulum
dilaksanakan, hal ini terjadi sebagai bagian dari kebijakan yang ditetapkan
pemerintah atau pihak lain yang bersangkutan guna mewujudkan
perkembangan terhadap peserta didik (Prasetyo & Hamami, 2020).
Secara umum, terdapat dua pendekatan yang mampu diimplementasikan
pada pengembangan kurikulum. Pertama, pendekatan top-down yakni
pendekatan yang menggunakan sistem komando secara vertikal (dari atas ke
bawah). Kedua, pendekatan grassroots yakni pengembangan kurikulum yang
bermula oleh intisari dari bawah kemudian menyebarluaskan intisari tersebut
kepada skala maupun tingkat lainnya yang lebih luas. Model pengembangan
kurikulum pendekatan grassroots atau induktif dikembangkan dari guru
sebagai pengembang kurikulum yang melewati lima tahap hingga pada
penentuan kerangka kerja sebelum diimplementasikan pada lembaga
pendidikan seperti sekolah.
Suprihanto (2014) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah ilmu
perencanaan, pengorganisasian, juga pengawasan untuk mencapai sebuah
tujuan. Dalam hal ini proses pengembangan kurikulum perlu untuk di manage
atau diatur agar dapat terstruktur dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses manajemen juga dapat membantu proses perencanaan, pelaksanaan,
dan proses evaluasi pengembangan kurikulum menjadi lebih efektif, efisien,
dan optimal dalam proses pemberdayaan sumber belajar, proses pembelajaran
maupun dalam penyusunan komponen kurikulum yang dikembangkan (Ilhami
& Syahrani, 2021). Perlu diketahui bahwa proses pengembangan kurikulum
didasari oleh tiga tingkatan makro, yakni tingkatan konstruksi, tingkatan
implementasi, dan tingkatan evaluasi. Hal ini dikarenakan pengembangan
kurikulum secara esensial perlu didasarkan pada kebutuhan komunitas agar
kedepannya komunitas dan kehidupannya dapat berjalan dengan baik (Bachri,
2018). Berikutnya, Rusman (2018) menyatakan bahwasanya manajemen
kurikulum yakni sebuah sistem pengelolaan kurikulum yang komprehensif,
serta sistematis terhadap upaya mengimplementasikan pencapaian tujuan
kurikulum. Singkatnya, manajemen kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah
proses pengelolaan kurikulum yang dilakukan guna mencapai tujuan
kurikulum. Pengertian manajemen kurikulum juga dapat dilihat dalam konteks
desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, dimana sebuah institusi
pendidikan memperoleh kebebasan demi menetapkan kebijakan dalam menata
dan menyelenggarakan kurikulum berdasarkan kebutuhan antara peserta didik
juga masyarakat. Pemerintah berperan mengesahkan standar nasional yang
seluruh pengembangannya diberikan kepada institusi pendidikan yang
bersangkutan (Huda, 2017).
Untuk melakukan pengembangan kurikulum, pihak pengembang harus
berlandaskan pada suatu pegangan yang jelas sehingga kurikulum dapat
terarahkan dengan baik. Apabila tidak memiliki landasan, akibatnya terjadi
pada hasil kurikulum itu sendiri yaitu sumber daya manusia tidak dapat
terbentuk dengan maksimal. Terdapat empat landasan yang digunakan dalam
pelaksanaannya.
a. Landasan Filosofis

5
Landasan pengembangan kurikulum yang pertama adalah landasan
filosofis, yang berkaitan dengan hakikat dari filsafat dan juga pendidikan.
Filsafat atau pandangan hidup dalam dunia pendidikan bertujuan untuk
memberikan arah bagi peserta didik dalam belajar.
Ketika memiliki arah belajar yang jelas, peserta didik dapat
mengeksploitasi kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga dapat
mencapai hasil terbaiknya. Berkaitan dengan filsafat, setiap bangsa atau
pada kelompok masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka dari
itu arah pendidikan sering kali tidak sama, tetapi hasilnya akan sama yaitu
membentuk karakter peserta didik dengan baik.
Indonesia memiliki landasan pengembangan kurikulum yang jelas
yaitu Pancasila. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan Indonesia adalah
membentuk manusia yang dapat hidup bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat dengan tuntunan nilai-nilai Pancasila.
Sistem pendidikan di negara ini juga telah tercantum dalam
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional). Adanya undang-undang tersebut, maka
pelaksanaannya di Indonesia harus berlandaskan pada peraturan tersebut
agar tidak melenceng dari arah yang seharusnya dicapai.
b. Landasan Psikologis
Perilaku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
belajar. Interaksi antar individu akan terjadi dalam lingkungan belajar
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perubahan akan tercipta pada
individu untuk mencapai kedewasaan dalam hidup mulai dari kedewasaan
fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan moral. Pendidikan
memang proses untuk mengubah perilaku individu agar lebih baik, tetapi
tidak semua perubahan itu terjadi karena adanya pembelajaran.
Ada faktor lain diluar yang berpotensi mengubahnya, yaitu
kematangan diri masing-masing dan lingkungan disekitarnya. Perlu
adanya suatu sistem pengembangan kurikulum yang digunakan untuk
dapat mencapai tujuan dari pendidikan dalam mengubah perilaku peserta
didik.
Landasan psikologi harus menjadi landasan pengembangan
kurikulum untuk menentukan bagaimana suatu sistem pengajaran dapat
berjalan dengan semestinya. Maka seorang pengembang dapat berpatokan
pada dua cabang ilmu psikologi yaitu psikologi pendidikan dan psikologi
belajar.
Psikologi pendidikan merupakan ilmu psikologi yang mempelajari
bagaimana individu mampu menerima stimulus atau rangsangan dari luar
untuk mengubah dirinya menuju kedewasaan hidup. Pendekatan dalam
memberikan stimulus atau rangsangan yang tepat dapat membentuk
karakter peserta didik sesuai dengan apa yang diinginkan. Ada tiga macam
pendekatan yang digunakan dalam psikologi pendidikan yaitu pendekatan
secara kognitif, behavioristik, dan humanistik.
Psikologi perkembangan juga menjadi dasar karena dapat
memahami proses individu mencapai kematangan perilaku melalui proses
yang runtut. Kematangan pada diri seseorang dapat tercapai karena dapat
menyelesaikan tugas perkembangan di dalam fase kehidupannya.

6
Adapun tahap-tahap perkembangan psikologis peserta didik terbagi
menjadi tiga, yaitu usia pra-sekolah, usia sekolah dasar, dan usia sekolah
menengah. Bagaimana pun memahami peserta didik merupakan hal yang
penting karena evaluasi atas kurikulum yang telah disusun dapat dilakukan
dengan baik. Bahan evaluasi yang dimaksud seperti kemampuan yang
dapat dicapai, metode penyampaian materi yang sesuai, dan penyusunan
evaluasi pembelajaran.
c. Landasan Sosiologis
Nilai-nilai yang didapatkan selama proses belajar mengajar harus
sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dalam
membangun kehidupan. Sebab, ketika individu telah selesai
menyelesaikan pendidikannya ia akan terjun pada kehidupan masyarakat
untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya selama belajar.
Budaya-budaya yang berkembang di lingkungan sekitar dan sistem
kehidupan bermasyarakat menjadi landasan atau tumpuan kurikulum yang
berjalan pada dunia pendidikan.
Pengembangan kurikulum bukan hanya berdasar atas keterampilan
saja, namun lebih bersifat global dan teknologis karena zaman terus
menerus berkembang. Perubahan budaya dan nilai sosial yang terus terjadi
menjadi pertimbangannya, dimana sekarang kebutuhan masyarakat
mengalami banyak perubahan.
Kebutuhan masyarakat yang ada di perkotaan akan berbeda dengan
masyarakat pedesaan dan masyarakat tradisional akan berbeda dengan
masyarakat yang lebih modern. Kurikulum yang dikembangkan tanpa
memperhatikan budaya atau nilai-nilai masyarakat akan menciptakan
sumber daya manusia yang tidak bisa membangun kehidupan yang lebih
baik.
Terutama dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang
kompleks, lulusan yang berkualitas dan memahami persoalan masyarakat
dapat memberikan jalan keluar yang solutif.
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan waktu pertama kali
berkembang beberapa abad lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
banyak didasari oleh penemuan pada abad pertengahan oleh tokoh-tokoh
terkenal dibidang-bidang tertentu.
Perubahan-perubahan tersebut memiliki pengaruh yang cukup
besar untuk pendidikan terutama dalam dunia industri. Pendidikan
diharapkan mampu membentuk manusia yang terampil dan handal dalam
mengaplikasikan ilmunya dalam dunia industri. Pengembangan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Penggunaan berbagai peralatan yang menunjang kegiatan belajar
mengajar juga diperlukan mengingat perkembangan teknologi belakangan
ini semakin canggih. Tuntutan ada apa guru atau pendidik dan pelaksana
pendidikan untuk terampil dan cakap dalam menggunakannya sehingga
mampu mentransferkannya kepada peserta didik.

7
Mengingat pendidikan merupakan tempat mempersiapkan manusia
dalam menyongsong masa depan, maka pengembangan kurikulum harus
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdampak secara tidak langsung mencakup
pengembangan isi atau materi dan media pembelajaran.
Pendidikan secara tidak langsung dituntut untuk membekali
individu agar mampu memecahkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Dengan
begitu, peserta didik mampu mengubah kehidupan menuju arah yang lebih
jelas dan menguraikan permasalahan yang ada.
Inovasi kurikulum sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman.
Mempersiapkan peserta didiknya menjadi lulusan yang kreatif, inovatif dan
mempunyai daya saing kuat. Ketika bangsa sebuah negara itu berpendidikan
kuat maka, negara tersebut pun akan dinilai sebagai negara yang kuat dan
maju. Dan pendidikan tidak cukup pada ranah kognitifnya saja namun juga
mencakup aspek afektif dan psikomotor.
Islam pun demikian. Tidak hanya pengetahuan saja yang diunggulkan.
Namun aspek selain itu pun juga diunggulkan. Memang ayat pertama yang
turun dari Al-Qur’an adalah “Iqra’” yang berarti bacalah, telaahlah atau bisa
juga belajarlah. Namun, didalam hadis Nabi Muhamad SAW dikatakan “inni
buitstu li utammima makarimal akhlaq” artinya aku diutus pertama kali adalah
untuk menyempurnakan akhlaq. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, antara
aspek soft skill dan hard skill harus ada keseimbangan antara keduanya.
Sehingga dari pendidikan akan terciptakan insan yang sempurna dan memang
benar-benar siap menjadi “khalifatullah fil ard”.

Source: https://www.academia.edu/39110553/Inovasi_kurikulum
https://www.gramedia.com/literasi/pengembangan-kurikulum/
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/
INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_4-Inovasi_Kurikulum.pdf

Anda mungkin juga menyukai