Anda di halaman 1dari 11

TEMPLATE JURNAL BELAJAR

JURNAL BELAJAR
MATA KULIAH
KAJIAN KURIKULUM BIOLOGI SMA

Nama : Delilah Cika Amelia


NIM : 1810211010
Topik : Landasan filisofis dan pendekatan pembelajaran dalam
perkembangan kurikulum pendidikan di indonesia
Pertemuan ke-/Tanggal : Ke-3 / 17 Maret 2020

A. EKSPLORASI KONSEP YANG DIPELAJARI


 Pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar
pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi
lulusan.
 Pada KTSP, setiap mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dengan kompetensi dasar
sendiri pula. Pendekatan mata pelajaran berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Total ada sebelas mata pelajaran yang harus dikuasai siswa
 Landasan psikologis Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan
aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan
 Bahwasanya bukan hanya landasan psikologis saja yang mendasari pengembangan
kurikulum tetapi juga landasan yuridis.
 Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu, yaitu antara peserta didik
dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya.
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BESERTA PEMECAHANNYA
1. Pertanyaan:
Melalui diskusi kelompok, jelaskan sejarah perkembangan kurikulum di
Indonesia!
Jawaban:
Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia
a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan
lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu
mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci
setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara
jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya
Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat politis
dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat
dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan
pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD
Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di
bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai
muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga
unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri
silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.
2. Pertanyaan:
Melalui penelusuran dari berbagai sumber belajar, jelaskan bagaimana Landasan
filosofis dalam Kurikulum ’84, ’94, KTSP, dan K-13!
Jawaban:
a) Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan lagi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam GBHN 1983 hasil Sidang Umum MPR 1983 menyiratkan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984. Karena
itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian Kurikulum 1975 menjadi
Kurikulum 1984. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional).
 Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
 Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
 Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
 Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
b) Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana
pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah
Tim Basic Science yang salah tugasnya mengembangkan kurikulum di sekolah.Kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
c) Kurikulum KTSP
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
19/2005. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai model
pengembangan kurikulum yang kini diberlakukan, memberikan ruang inovasi yang lebih
kepada pengelola satuan pendidikan untuk merancang kurikulumnya sendiri sehingga
lebih sesuai dengan karakteristik sumber daya dan kebutuhan lingkungan tempat satuan
pendidikan tersebut eksis dan berkembang. Setiap proses pendidikan berangkat dari
landasan filosofis yang melatar belakangi tentang pandangan hakikat sifat dasar manusia.
Dengan berbagai pandangan tentang  manusia akan berpengaruh terhadap konsep
pendidikan. Konsep KTSP didasarkan pada landasan filosofis tentang manusia telah
memiliki potensi bawaan yang perlu diberikan respon atau rangsangan yang tepat sesuai
dengan fitrahnya.
d) Kurikulum 2013
Landasan filosofis yang digunakan oleh Kurikulum 2013 diambil dari berbagai aliran
filsafat pendidikan. Namun jika didalami lebih lanjut, kurikulum 2013 bercorak filsafat
idealisme, bercorak filsafat pendidikan perenialisme dan esensialisme. Kurikulum 2013
didasarkan pada filsafat idealisme yang memiliki pandangan ontologism bahwa realitas
spiritual, moral, dan mental yang bersifat stabil dan tidak berubah. Kurikulum 2013
didasarkan pada pemikiran para cendekiawan, ilmuwan, filsuf, pemikir agama (teolog)
yang teruji keilmuannya. Kurikulum 2013 bertujuan mendidik para siswa untuk dapat
berpikir secara rasional, dan memiliki kapasitas intelektual yang mewadahi.
3. Pertanyaan :
Melalui penelusuran informasi dari berbagai sumber belajar, jelaskan bagaimana
pendekatan dan metode pembelajaran dalam berbagai kurikulum di Indonesia!
Jawaban :
Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional
dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah. Berkaitan dengan
permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK
dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, tetapi
tidak bisa dipisahkan:
a. Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).
Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori
berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk
mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang
ada dibenaknya, ketika mengajar dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya
duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari
awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang
dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif
lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran
mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk
menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode
pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.
b. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).
Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada
keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi
penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari
kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang
baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam,
kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.
C. ELEMEN-ELEMEN YANG MENARIK DAN ALASANNYA
 Pada Kurikulum 2013, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang
sama (saintifik) karena Siswa diajak mengamati, menalar, bertanya dan mencoba.
Setiap mata pelajaran saling terkait dan saling mendukung semua kompetensi
pembelajaran seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan
 Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum mencakup tentang perilaku
dan fungsi mental manusia sebagai objek pendidikan secara ilmiah dan
mengidentifikasinya karena menurut saya pendidik perlu adanya landasan
psikologis yang mencantumkan perilaku peserta didik
 aspek psikologis yang dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran
dalam kurikulum yaitu: Aspek Ketakwaan, Aspek Cipta, Aspek Rasa, Aspek
Karsa, Aspek Karya (Kreatif) karena pada aspek itu sangat menarik diterapkan di
dalam peserta didik
 Manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan
karena salah satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya karena Benda dan
tanaman tidak mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki
taraf psikologis yang lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal
sebagai titik pembeda di antara keduanya.
D. REFLEKSI DIRI
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan
karena salah satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak
mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf psikologis yang
lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal sebagai titik pembeda di antara
keduanya pernyataan di atas sangat menarik tetapi pada artikel binatang tidak memiliki
taraf psikologis maksut dari peratanyaan itu masih saya belum fahami
Landasan Psikologis Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan
aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan karena Pemahaman
terhadap perkembangan kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan,
utamanya dalam membantu setiap peserta didik mengembangkan/mematangkan
intelektualnya, spiritualnya dan emosiaonalnya.
Hal yang saya lakukan terhadap materi ini, agar lebih memahami materi ini dengan
membantu menjawab jawaban dari teman dengan menambahi materi kemudian dengan
membaca sumber lain seperti dari artikel dan jurnal, dan lebih banyak bertanya kepada
teman yang beih mengerti
Lampiran :

Nama Mata Kuliah : Kajian Kurikulum Biologi SMA SKS :2


Program Studi : Pendidikan Biologi Pertemuan ke- : 3
Fakultas : KIP Kelompok :5
Nama Kelompok : Putri Auliana Damayanti 1810211005
Delilah Cika Amelia 1810211010
Dwi Noviyanti 1810211012

1. Melalui diskusi kelompok, jelaskan sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia!


Jawaban :
Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia
a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan
lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu
mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci
setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara
jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya
Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat politis
dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat
dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan
pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD
Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di
bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai
muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga
unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri
silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.

2. Melalui penelusuran dari berbagai sumber belajar, jelaskan bagaimana Landasan filosofis
dalam Kurikulum ’84, ’94, KTSP, dan K-13!
Jawaban :
a) Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan lagi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam GBHN 1983 hasil Sidang Umum MPR 1983 menyiratkan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984. Karena
itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian Kurikulum 1975 menjadi
Kurikulum 1984. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional).
 Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
 Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
 Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
 Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
b) Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana
pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah
Tim Basic Science yang salah tugasnya mengembangkan kurikulum di sekolah.Kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
c) Kurikulum KTSP
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
19/2005. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai model
pengembangan kurikulum yang kini diberlakukan, memberikan ruang inovasi yang lebih
kepada pengelola satuan pendidikan untuk merancang kurikulumnya sendiri sehingga
lebih sesuai dengan karakteristik sumber daya dan kebutuhan lingkungan tempat satuan
pendidikan tersebut eksis dan berkembang. Setiap proses pendidikan berangkat dari
landasan filosofis yang melatar belakangi tentang pandangan hakikat sifat dasar manusia.
Dengan berbagai pandangan tentang  manusia akan berpengaruh terhadap konsep
pendidikan. Konsep KTSP didasarkan pada landasan filosofis tentang manusia telah
memiliki potensi bawaan yang perlu diberikan respon atau rangsangan yang tepat sesuai
dengan fitrahnya.
d) Kurikulum 2013
Landasan filosofis yang digunakan oleh Kurikulum 2013 diambil dari berbagai aliran
filsafat pendidikan. Namun jika didalami lebih lanjut, kurikulum 2013 bercorak filsafat
idealisme, bercorak filsafat pendidikan perenialisme dan esensialisme. Kurikulum 2013
didasarkan pada filsafat idealisme yang memiliki pandangan ontologism bahwa realitas
spiritual, moral, dan mental yang bersifat stabil dan tidak berubah. Kurikulum 2013
didasarkan pada pemikiran para cendekiawan, ilmuwan, filsuf, pemikir agama (teolog)
yang teruji keilmuannya. Kurikulum 2013 bertujuan mendidik para siswa untuk dapat
berpikir secara rasional, dan memiliki kapasitas intelektual yang mewadahi.

3. Melalui penelusuran informasi dari berbagai sumber belajar, jelaskan bagaimana


pendekatan dan metode pembelajaran dalam berbagai kurikulum di Indonesia!
Jawaban :
Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional
dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah. Berkaitan dengan
permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK
dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, tetapi
tidak bisa dipisahkan:
a. Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).
Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori
berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk
mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang
ada dibenaknya, ketika mengajar dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya
duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari
awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang
dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif
lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran
mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk
menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode
pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.
b. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).
Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada
keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi
penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari
kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang
baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam,
kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai