Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RIZKI TUTOR : Ahmad Zainul Irfan, MATA KULIAH : Pengembangan

HIDAYATI M.Pd Kurikulum Dan Pembelajaran di SD


NIM : 856782735 TUGAS KE : 2 KODE : PDGK4502

Tugas Tutorial 2
1. Kurikulum di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan mulai dari 1968 sampai dengan
kurikulum 2013. Berdasarkan pernyataan tersebut anda diminta untuk:
a. Menjelaskan berdasarkan teori relevan mengenai perubahan kurikulum!
b. Apa jadinya apabila kurikulum tidak berubah?

2. Pada Kurikulum 2013 digunakan pendekatan saintifik dalam pelaksanaan pembelajarannya.


Anda diminta untuk menjelaskan:
a. Urutan dan penjelasan dari pendekatan saintifik
b. Membuat rencana pembelajaran sederhana yang sesuai dengan pendekatan tersebut.

3. Pada masa pandemik ini tentu mengharuskan guru membuat keputusan situasional terkait
dengan kurikulum dan proses pembelajaran yang diberikan. Anda diminta untuk menjelaskan
a. Mengapa perlu dilakukannya penyederhanaan kurikulum pada saat pandemik ini?
b. Jelaskan proses pembelajaran seperti apa yang paling sesuai dengan situasi seperti sekarang
ini!

JAWABAN
1. Perubahan Kurikulum perubahan mulai dari 1968 sampai dengan kurikulum 2013.
a. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana. (Hamalik, 2008: 17-18).
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan
permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah
teori psikologi unsur. (Hamalik, 2008: 45). Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah
metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar
melalui unsurunsurnya dulu”. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat seperti berikut ini. a.
Pembinaan Jiwa Pancasila, mata pelajarannya: Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Pendidikan olahraga b. Pengembangan pengetahuan dasar,
mata pelajarannya: Berhitung, IPA, Pendidikan kesenian, Pendidikan kesejahteraan keluarga,
Pembinaan kecakapan khusus, dan Pendidikan kejuruan.
Kurikulum 1973
Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsipprinsip di antaranya
sebagai berikut: a. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan
yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang
meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus. b. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa
setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan
yang lebih integratif.

Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1973 menggunakan prinsipprinsip di antaranya
sebagai berikut: a. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. b.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dipengaruhi psikologi tingkah
laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).
Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan
dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, yaitu sekolah dan guru.
(Hamalik, 2008: 56).

Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berorientasi kepada tujuan instruksional.
Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar
yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa. b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor. c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan. d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan. Konsepkonsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya. e. Materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan
tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks. f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses
adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan.

Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut : a.
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. b. Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) c. Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. d. Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan. e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. f. Pengajaran dari hal yang
konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal
yang komplek. g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.

Kurikulum 1997
Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented),
di antaranya sebagai berikut: a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran. b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena
kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. c. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan
kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan
tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu: (a))
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat. (b) Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan
beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. d. Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan
perkembangan siswa. e. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004


KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis kelas
(PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB
berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak
lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara seimbang di tiga ranah, dengan
menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM
diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak bertindak
sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal. (Ahmadi, 2013: 79).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
sebagaimana dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut: a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta
kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa
peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia,
berilmu, serta warga negara yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan lingkungan siswa.
Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.
(Ahmadi, 2013: 80).

Kurikulum 2013 (K13)


Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum
2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
b. Apabila kurikulum tidak berubah Apabila kurikulum tidak dikembangkan, maka akan sulit
dalam mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh dengan ketidakpastian yang merupakan
kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Sedangkan menurut Nasution (2009: 252), perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-
alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah
manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab
perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga
disebut pembaharuan atau inovasi kurikulum
kurikulum harus mencerminkan hubunganhubungan permasalahan sosial masa kini dan masa
depan dengan perkembangan peserta didik yang sesuai. Perkembangan sosial dan pengaruh timbal balik
terhadap kualitas mentalitas dan kualifikasi diri peserta didik harus dijadikan dasar pemikiran dalam
pengembangan kurikulum. (Fuad, 2004: 85-87).
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 40-41), ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong
terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini, yaitu: 1. Bebasnya sejumlah wilayah
tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka
menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai
lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu, mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang
cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada. 2. Perkembangan IPTEK yang pesat
sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu
pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara
baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong
timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum. 3. Pertumbuhan yang pesat dari
penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang
membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama
ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan
pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi
timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini. Perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak
sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.

2. A. Dalam perspektif Kurikulum 2013, pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan


yang menggunakan tahapan saintifik dalam proses pembelajaran. Ada 5 tahapan yang harus
dilakukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Kelima tahapan tersebut sering
dikenal dengan istilah 5M.

1. Mengamati

Mengamati berarti melihat, membaca, mendengar, dan menyimak hal-hal atau fenomena yang
ada di sekitar kehidupan. Dengan mengamati, siswa akan menemukan berbagai masalah untuk
dipecahkan dalam pembelajaran. Agar tahapan mengamati ini berjalan efektif, maka guru harus
jeli dalam menyediakan objek yang akan diamati siswa sesuai konteks materi yang akan
diajarkan. Sebagai contoh, misalnya ketika ingin mengajarkan tentang materi virus, maka
sebaiknya guru menyiapkan gambar virus, data perkembangan virus, video pertumbuhan virus,
dll, untuk diamati siswa.

2. Menanya

Menanya berarti mempertanyakan sesuatu yang menjadi masalah dari apa yang telah diamati.
Dalam konteks menanya, siswa harus didorong untuk bertanya dan/atau membuat rumusan
masalah-bahkan kalau perlu membuat hipotesa. Sebagai contoh, setelah mengamati berbagai
media tentang virus, maka siswa akan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan proses
pertumbuhan virus, dampak virus bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Peran guru dalam tahap
menanya ini adalah menyemangati dan tidak mendesak siswa untuk bertanya serta memberikan
pujian terhadap pertanyaan sesuai ukuran bahasa siswa.

3. Mencoba

Mencoba berarti melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah sekaligus menemukan


kebenaran hipotesa. Cara mencoba bisa dengan melakukan eksperimen, dan menggunakan rumus
dalam menghitung. Bekerja secara kolaboratif merupakan hal terbaik dalam tahap mencoba.
Sebagai contoh, ketika siswa akan memecahkan masalah tentang bagaimana proses pertumbuhan
virus, maka dapat dilakukan eksperimen atau percobaan bagaimana virus tumbuh dalam media
protein. Dalam tahap mencoba ini, guru harus berperan sebagai mentor yang proaktif dalam
membantu siswa bereksperimen.

4. Menalar

Menalar berarti memahami, menganalisis, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain.
Dalam menalar siswa didorong untuk mencari berbagai sumber referensi-baik secara manual
maupun digital Sumber referensi yang ada digunakan untuk mengolah data hasil percobaan. Pada
akhirnya akan diperoleh sebuah kesimpulan dari rumusan masalah dan hipotesa yang sebelumnya
sudah dibuat. Peran guru pada tahap menalar ini sebagai pemantau dari satu kelompok ke
kelompok siswa yang lain untuk memberikan scaffolding.

5. Mempresentasikan

Mempresentasikan berarti mengkomunikasikan hasil kerja kelompok yang telah diolah dan
disimpulkan. Dalam mempresentasikan, siswa dapat menggunakan produk teknologi, seperti lcd
projektor laptop, dan powerpoint. Peram guru dalam tahapan ini adalah memberikan penghargaan
serta memperkuat konsep yang telah ditemukan siswa.

Meskipun kelima tahapan tersebit di atas terurut sesuai 5M (Mengamati, Menanya Mencoba
Menalar, dan Mengkomunikasikan ), namun dalam pelaksanaannya boleh dikondisikan. Artinya
bahwa bisa bertukar urutannya sesuai kebutuhan dalam pembelajaran. Sekadar contoh, pada
pertemuan pertama digunakan 3M,. Selanjutnya 2M di pertemuan kedua. Dengan memahami dan
menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran secara baik dan benar,
diharapkan pembelajarsn akan semakin bermakna bagi siswa, terutama dalam menyonsong abad
21.

b. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : SD NEGERI 28 Banyuasin 3
Kelas / Semester : I (Satu) / 2
Tema 7 : Benda Hewan dan Tanaman di Sekitarku
Sub Tema 3 : Tumbuhan di Sekitarku
Pembelajaran :5
Alokasi Waktu : 1 Hari

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR


Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar (KD)
3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat
benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
4.1 Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam secara mandiri dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian
Indikator :
▪ Membaca teks tentang tempat tinggal tumbuhan
▪ Mengidentifikasi tanaman berdasarkan tempat tinggalnya sesuai dengan teks yang
dibaca.
▪ Menuliskan nama dan deskripsi tanaman berdasarkan tempat tinggalnya sesuai dengan
teks
Matematika Kompetensi
Dasar (KD)
3.12 Menentukan urutan berdasarkan panjang pendeknya benda, tinggi rendahnya tinggi
badan, dan urutan kelompok berdasarkan jumlah anggotanya
4.9 Mengumpulkan dan mengelola data pokok kategorikal dan menyajikannya
dalam grafik konkrit dan piktograf tanpa menggunakan urutan label pada sumbu horizontal
Indikator ;
▪ Mengumpulkan data tempat tinggal tumbuhan
▪ Membaca grafik gambar tentang tempat tinggal tumbuhan

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
▪ Setelah membaca teks, siswa dapat menyebutkan tanaman yang hidup di air dengan
benar.
▪ Setelah membaca teks, siswa dapat menyebutkan minimal dua tanaman yang hidup di
air dengan benar.
▪ Setelah membaca teks, siswa dapat menyebutkan minimal dua tanaman yang hidup di
darat dengan benar.
▪ Setelah mengamati lingkungan sekitar, siswa dapat menyebutkan jenis
tanaman berdasarkan tempat tinggal dengan benar.
▪ Dengan mengamati contoh, siswa dapat membuat diagram untuk
mengklasifikasi tanaman berdasarkan tempat hidup dengan benar.
▪ Setelah mengamati gambar, siswa dapat membaca grafik gambar mengenai jumlah
tumbuhan dengan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
▪ Kelompok Tanaman Darat dan Tanaman Air
▪ Membaca Grafik Gambar

E. METODE PEMBELAJARAN
▪ Pendekatan : Saintifik
▪ Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan ▪ Guru memberikan salam dan mengajak semua 10 menit
siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing.
▪ Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
▪ Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan
yaitu tentang ”Benda, Hewan dan Tanaman di
Sekitar”.
▪ Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan.

Inti Langkah-langkah kegiatan bagian satu : 175


▪ Siswa diajak mengamati lingkungan sekitar. menit
Kegiatan ini sangat efektif jika di sekitar lingkungan
sekolah terdapat kolam/rawa. Jika tidak memungkinkan,
minta siswa mengamati gambar yang ada di buku.
(Mengamati)
▪ Siswa mengamati bahwa sebagian tumbuhan
dapat hidup di darat dan sebagian yang lain hidup
di air.
▪ Siswa menyebutkan beberapa contoh tumbuhan
darat dan tumbuhan air yang mereka ketahui.
(Mengekplorasi)
▪ Kegiatan kemudian dilanjutkan di kelas. Siswa
diminta untuk membaca teks di buku siswa.
▪ Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok mendapatkan kartu berisi nama tumbuhan
dengan berbagai tempat tinggalnya. Berikan
penjelasan tambahan untuk tumbuhan yang tempat
tinggalnya menempel pada tumbuhan lain.
(Mengekplorasi)
▪ Dalam waktu tertentu, minta siswa
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
mengelompokkan tumbuhan tersebut 5 Menit
berdasarkan tempat tinggalnya.
▪ Perwakilan siswa menyampaikan hasil
pengelompokannya. Siswa lain mendengarkan dan
saling memeriksa pekerjaannya. (Mengasosiasi)
▪ Siswa menulis dan menggambarkan beberapa
contoh tumbuhan darat dan tumbuhan air pada buku
siswa. (Mengkomunikasikan)

Langkah-langkah kegiatan bagian dua :


▪ Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
contoh membuat sebuah grafik gambar di papan
tulis. Kemudian, guru dan siswa bersama-sama
membahas data pada grafik gambar tersebut.
(Mengamati)
▪ Siswa melanjutkan kegiatan individu
menganalisis grafik gambar tentang jumlah
tanaman darat dan air dengan menjawab
pertanyaan pada buku siswa. (Menanya)
▪ Kegiatan diakhiri dengan diskusi kelas mengenai
beberapa jenis tumbuhan yang dapat hidup di kedua
tempat, di darat dan di air.
Termasuk diskusi mengenai beberapa jenis tanaman yang
jarang/belum dikenal oleh siswa. (Mengekplorasi)
▪ Guru menyampaikan kepada siswa akan melakukan
video call saat siswa di rumah untuk memberikan
umpan balik terhadap materi yang telah dipelajari.

Penutup ▪ Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / 15 menit


rangkuman hasil belajar selama sehari
▪ Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
(untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
▪ Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran
yang telah diikuti.
▪ Melakukan penilaian hasil belajar
▪ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
dan keyakinan masing-masing (untuk 5 Menit
mengakhiri kegiatan pembelajaran)

G. SUMBER & MEDIA PEMBELAJARAN


▪ Buku Pedoman Guru Tema : Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku Kelas 1
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
▪ Buku Siswa Tema : Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku Kelas 1 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).

3. A. penyederhanaan kurikulum ini akan membuat beban belajar mengajar antara guru dan
siswa dapat berkurang dan lebih fokus pada pembelajaran serta penilaian yang bermakna
dan esensial. “Selain itu kesejahteraan psikososial antara guru dan siswa pun juga akan
meningkat. Dan yang tidak kalah penting bagi orang tua siswa juga dapat memudahkan
mereka dalam melakukan pendampingan belajar bagi putra-putrinya

B. Perpanjangan masa pendidikan daring ini memicu munculnya berbagai opsi kreativitas
beberapa institusi perguruan tinggi agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan secara
optimal walaupun harus dilakukan secara daring (online). Namun, masih banyak juga
perguruan tinggi di negara kita ini yang belum benar-benar siap menerapkan sistem
daring (online) secara utuh. Tidak lain dan tidak bukan, alasanya adalah belum siapnya
infrastruktur yang ada, baik institusi itu sendiri atau pun lokasi dimana institusi tersebut
berada. Metode pembelajaran yang cocok pada saat ini adalah Metode Blended
Learning Blended learning adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan dengan
cara menggabungkan, mencampurkan, mengombinasikan sistem pendidikan
konvensional dengan sistem  pendidikan berbasis digital. Pembelajaran dengan
menggunakan blended learning dirasa lebih efektif meningkatkan minat belajar
mahasiswa. jadi mahasiswa tidak hanya belajar dari berbagai macam e-book dan buku
saja tanpa tatap muka sama sekali. Namun sistem tatap muka masih bisa dilakukan via
video conference untuk memacu semangat mahasiswa dan sebagai pengawasan langsung
terhadap mahasiswa. 

Anda mungkin juga menyukai