Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


Diajukan untuk memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pengampu : Muspika Hendri, MA

Disusun Oleh :
Nur Annisa ( 12010223713 )
Ratna Sari (12010224441)
Raihan Darma Putra (12010216972)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………………………………………………………….

Kata pengantar …………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………..
C. Tujuan Masalah ………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Kurikulum 1984 ( Kurikulum 1975 yang disempurnakan ) …………………………..
B. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum) ……………………………………...
C. Kurikulum 2004 (KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) ………………………….
D. Kurikulum KTSP atau Kurikulum 2006 ………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dengan penuh
hikmat saya dapat meyelesaikan makalah

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Muspika Hendri, MA, selaku dosen
pengampu mata kuliah Pembelajaran Kurikulum Bahasa Arab, yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang asli yang kami
tekuni.

Penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 20 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep kurikulum terus berkembang dan berubah dari tahun ke tahun sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Secara resmi, kurikulum sejak
zaman Belanda sudah diterapkan di sekolah, artinya kurikulum sudah diterapkan sejak
saat penjajahan Belanda.
Seiring dengan perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan rasionalisasi
kurikulum Indonesia terus mengalami pergantian dari periode ke periode. Keberadaan
kurikulum memberi pengaruh yang signifikan bagi kualitas pendidikan yang ada di
Indonesia. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis menganggap penting untuk
mengurai lebih mendalam dan cermat akan kurikulum pendidikan Indonseia dari
periode ke periode, sekaligus memperbandingannya, sehingga sebagai pelaku
Pendidikan tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi solutif untuk memahami
pokok permasalahan pendidikan Indonesia dalam perspektif kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan tentang kurikulum 1984 ?
2. Bagaimana pembahasan tentang kurikulum 1994 ?
3. Bagaimana pembahasan tentang kurikulum 2004 ?
4. Bagaimana pembahasan tentang kurikulum 2006 ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang kurikulum 1984.
2. Untuk mengetahui tentang kurikulum 1994.
3. Untuk mengetahui tentang kurikulum 2004.
4. Untuk mengetahui tentang kurikulum 2006.
BAB II
PEMBAHASAN

D. Sejarah Kurikulum diIndonesia


Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah
mengalami 9 kali perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berbeda dengan itu, kemendikbud
memaparkan tentang sejarah perkembangan kurikulum yaitu : perkembangan
kurikulum terdiri dari pertama kurikulum 1947, kedua kurikulum 1954, ketiga
kurikulum kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan), kelima kurikulum 1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh kurikulum
1994, kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum 1994), sembilan kurikulum 2004
(Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan), kesebelas kurikulum 2013. Perubahan orientasi, desain, model dan
lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan nasional serta mensejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di
dunia.
1. Kurikulum 1984 ( Kurikulum 1975 yang disempurnakan )
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atauStudent Active
Leaming (SAL) karena siswa yang akan selalu aktif dalam pembelajaran. Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah- sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran
penolakan CBSA bermunculan 1.
Menjelang tahun 1983 perkembangan antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat
dan ilmu pengetahuan atau teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975

1
Studi Analisis and Kebijakan Pengembangan, ‘SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA’, 2013.
dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum
1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai
media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya 2.
Kurikulum 1984 mulai diberlakukan berdasarkan keputusan meteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 0461/U/1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang perbaikan
kurikulum ini pada dasarnya disusun karena kurikulum terdahulu dianggap
memiliki banyak kekurangan, sehingga menyebabkan kurang efektifnya proses
pendidikan di Indonesia.9 Ada empat aspek yang disempurnakan dalam Kurikulum
1984, yaitu:
a. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Sesuai dengan
namanya, pelajaran ini merupakan upaya untuk mendalami nilai-nilai sejarah.
PSPB ini masuk kedalam Kurikulum 1984 dan penyusunannya didominasi
sejarawan dari Pusat Sejarah ABRI yang diarsiteki oleh Nugroho Notosusanto.

2
Analisis Kurikulum and Berdasarkan Kebijakan, ‘Analisis Kurikulum Berdasarkan Kebijakan Isnaini M ; Lia
Rusdianah ; Lilin R , Nurdiansah At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah Analisis Kurikulum Berdasarkan Kebijakan
Isnaini M ; Lia Rusdianah ; Lilin R , Nurdiansah’, 9.2, 68–89.
b. Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum.
c. Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
d. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan yang telah disesuaikan dengan kecepatan
masing-masing peserta didik.

Kurikulum yang terus berubah bertujuan untuk memperbaiki dan memperbaharui


dalam proses penyempurnaan kurikulum yang sebelumnya agar sesuai dengan
tantangan masa depan yang terus maju. Kurikulum 1984 merupakan hasil
penyempurnaan dari Kurikulum 1975. Secara umum, isi dari kurikulum 1984
mengarah pada orientasi pelajaran yang menekankan mengarah pada orientasi
pelajaran yang menekankan pada keseimbangan antara kognitif, keterampilan, sikap,
antara teori dan praktik, menunjang akan tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran. Kualifikasi lulusan lebih jelas dan terarah pada lapangan pekerjaan
tertentu. Mengandung unsur peningkatan aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.

2. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum)


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah
dari sistem semester ke system caturwulan. Dengan system caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah 3.
Kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan UndangUndang no.2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Pada kurikulum ini terjadi perubahan dari sistem semester
ke sistem catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran kurikulum ini yaitu lebih

3
Kurikulum Cbsa, ‘KURIKULUM CBSA Dan KURIKULUM 1994/KBI’, 1.2 (2018), 41–47.
berorientasi pada materi pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
Tujuan dan proses kurang berhasil dipadukan. Muatan nasional dan muatan lokah
sangat banyak porsinya. Materi muatan local disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjadi kurikulum yang
super padat dan hasilnya juga kurang bagus. Berdasarkan study dokumentasi yang telah
dijelaskan dalam bukunya Hari Suderadjat, kurikulum 1994 dapat dikemukakan bahwa
kurikulum tersebut mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan.

3. Kurikulum 2004 (KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi))


KBK adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan pembelajaran yang
sistematis guna mencapai kompetensi tertentu. Dapat juga dikatakan bahwa KBK
merupakan kurikulum yang berisi sejumlah kompetensi yang dibutuhkan dan perlu
dikuasai oleh pembelajar untuk menjalani kehidupan mereka, baik untuk mendapatkan
pekerjaan, bekerja, melanjutkan studi, maupun belajar sepanjang hayat. Kompetensi
tersebut disusun dan dikemas sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dicapai
dan dikuasai oleh pembelajar (siswa / mahasiswa). 4 Pada kurikulum ini Peserta didik
tidak hanya menguasai pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga keterampilan, sikap,
minat, motivasi dan nilai-nilai agar dapat melakukan sesuatu dengan penuh tanggung
jawab.5
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhannya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
● Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
● Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

4
M.Rifai, KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Konsep Dasar dan Implementasi), Universitas Merdeka Malang.
h.46
5
Farah Dina Insani, SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN
HINGGA SAAT INI, Vol. VIII.(1) As-Salam I, 2019, h.55
● Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
● Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
● Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi. 6
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan
tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan
karakter nasional.
Kurikulum Berbasis kompetensi memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
b. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented).
Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan
indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat
dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak
dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan
mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah
dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan
mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan
menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
c. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
d. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta
didik.

6
Azhar, PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA DARI KLASIK KE MODERN, UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
h.120
e. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian
yang terfokus pada konten. 7

4. Kurikulum KTSP atau Kurikulum 2006


Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada
desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu mengembangkan dalam
bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
(sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang
perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai
satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai
dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada
lokalitas pendidikan.
Selanjutnya, penyelenggaraan pendidikan agama islam di madrasah/sekolah,
dijabarkan dalam kurikulum agama yang dikeluarkan oleh KEMENAG, dan tepat pada
bulan Mei 2008 menteri Agama menandatangani PERMENAG no 2 tahun 2008,
menyangkut standar kompetensi lulusan dan standar isi PAI. 8
Menurut Kunandar dalam bukunya Abdullah Idi karakteristik pembelajaran dalam
KTSP adalah sebagai berikut :
a. KTSP menuntun siswa untuk mengembangkan ilmu pengetahun, minat, bakat
yang akhirnya akan membentuk siswa yang mempunyai kemandirian dan
keterampilan
b. KTSP berorientasi pada hasil belajar dan keberagamaan.
c. Strategi pembelajaran yang digunakan beraneka ragam
d. Sumber belajar bukan hanya guru namun bisa teman sekelasnya, buku-buku
film yang mengandung edukasi

7
Dwi Rahdiyanta, KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)(Pengertian dan Konsep KBK), h.9
8
Maryatul Kiptiyah, dkk SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA (ANALISIS
KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM), Vol.6 (2), JURNAL LITERASIOLOGI, 2021, h.56
e. Penilaian dilihat dari proses dan hasilnya pada suatu target pencapaian
kompetensi. 9
Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing tergantung
kepada situasi dan kondisi, di mana kurikulum tersebut diberlakukan. Beberapa
kelebihan yang dimiliki KTSP adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program
pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20 %.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu beberapa kelemahan dalam KTSP maupun penerapannya, antara lain:
1. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan
KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsep penyusunan maupun prakteknya di lapangan.
4. Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurang pendapatan para guru.
Beberapa kelebihan KTSP tersebut merupakan faktor pendukung bagi sekolah
untuk meningkatan mutu pembelajarannya. Sedangkan faktor kelemahannya
merupakan faktor penghambat yang harus diantisipasi dan diatasi oleh pihak sekolah
dan juga menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan
menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. 10

9
Farah Dina Insani, op.cit. h.58
10
ASTRIDA, S.Pd.I, KONSEP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA, h.6-7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan baha n
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponen
utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) metode atau strategi pencapain tujuan
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi.
Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami nasib yang
sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu memberikan
pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana di lapangana, serta
mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi peserta didik sehingga
mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional dengan bangsa-bangsa
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Kurikulum and Berdasarkan Kebijakan, ‘Analisis Kurikulum Berdasarkan Kebijakan


Isnaini M ; Lia Rusdianah ; Lilin R , Nurdiansah At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah
Analisis Kurikulum Berdasarkan Kebijakan Isnaini M ; Lia Rusdianah ; Lilin R ,
Nurdiansah’, 9.2, 68–89.

ASTRIDA, S.Pd.I, KONSEP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN


IMPLEMENTASINYA, h.6-7

Azhar, PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA DARI KLASIK KE MODERN, UIN


Ar-Raniry Banda Aceh, h.120

Dwi Rahdiyanta, KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)(Pengertian dan Konsep


KBK), h.9

Farah Dina Insani, SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA SEJAK


AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI, Vol. VIII.(1) As-Salam I, 2019, h.55

Kurikulum Cbsa, ‘KURIKULUM CBSA Dan KURIKULUM 1994/KBI’, 1.2 (2018), 41–47.

Maryatul Kiptiyah, dkk SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


DI INDONESIA (ANALISIS KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM), Vol.6
(2), JURNAL LITERASIOLOGI, 2021, h.56

M.Rifai, KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Konsep Dasar dan Implementasi),


Universitas Merdeka Malang. h.46

Studi Analisis and Kebijakan Pengembangan, ‘SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA’,


2013.

Anda mungkin juga menyukai