Dosen Pengampu:
Noneng Siti Rosidah, M.A
Disusun oleh:
Latifah (181105050439)
Dika Oktavia (181105050445)
Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Yang telah membawa kami dari zaman kegelapan hingga pada zaman terang benderang seperti
sekarang ini.
Berkat nikmat dan karunia Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan sebaik-baiknya dengan judul “Perkembangan Kurikulum di Indonesia”. Adapun
dalam penulisan ini, penulis masih banyak kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun
materi. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan serta koreksi
untuk lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam
pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan. Perkembangan
kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran
yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan
pada guru dan siswa, serta komponen lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana).
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan,
emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
2. Kurikulum 1964
Kali ini beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang Sekolah Dasar (SD),
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.1
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan,
emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.2
3. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
1
http://informasipendidikanindonesia.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sejarah-perkembangan-
kurikulum_4.html, diakses pada Rabu, 21 Desember 2016 pukul 13.30 WIB.
2
Ibid.
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum ini
juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika sebagai pedoman untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
Walau demikian, perubahan kurikulum selalu berpijak pada prinsip-prinsip tertentu.
Sekadar contoh, prinsip kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1975, diantaranya: (1) prinsip
fleksibilitas program, (2) prinsip efesiensi dan efektivitas; (3) prinsip berorientasi pada tujuan;
(4) prinsip pendidikan seumur hidup.3
5. Kurikulum 1984
Dari evaluasi Kurikulum 1975 dan masukan-masukan lain yang relevan, ditemukan
masalah-masalah yang melatarbelakangi perbaikan Kurikulum 1975 dan ditetapkannya
Kurikulum 1984, yaitu sebagai berikut:
(1) Adanya beberapa unsur baru dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983
yang perlu ditampung dalam Kurikulum Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah).
3
M. Ahmad Dkk., Pengembangan Kurikulum (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm 184-185.
(2) Masih terdapatnya kesenjangan baik antara program kurikulum dengan
pelaksanaannya di sekolah maupun antara program kurikulum dengan kebutuhan
lapangan kerja dan kebutuhan pendidikan pendidikan tinggi.
(3) Masih belum sesuainya materi kurikulum berbagai mata pelajaran dengan taraf
kemampuan anak didik.
(4) Adanya kelemahan-kelemahan isi kurikulum dalam berbagai mata pelajaran pada
jenis dan jenjang pendidikan, antara lain terlalu syaratnya materi kurikulum yang harus
dijalankan, termasuk pelajaran matematika.
(5) Adanya perbedaan kemajuan pendidikan antara suatu daerah dengan daerah lainnya,
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan perkembangan dari pertumbuhan masyarakat,
lingkungan kehidupan masing-masing daerah, serta ilmu dan teknologi.
(6) Adanya kesenjangan antara jumlah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan
daya tampung Perguruan Tinggi (PT).4
Sehingga dapat dipahami bahwa Kurikulum 1984 memiliki kekhususan yaitu
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor
tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
Disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang
harus dicapai siswa.
Dalam kajian Karso dijelaskan bahwa, materi Kuirkulum 1984 pada dasarnya tidak
banyak berbeda dengan materi Kurikulum 1875, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaan,
sehingga dengan demikian Kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan-
bahan dan buku-buku serta sarana yang sudah ada sebelumnya.5
4
Karso, Pengantar Kurikulum SMA 1984 (Bandung: Setai Budi, Tanpa Tahun), hlm. 2-3.
5
Ibid, hlm. 1
6. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 berbeda dari kurikulum 1984, jika pada kurikulum 1984 kurikulum
dibentuk berdasarkan satuan pendidikan di LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenega
Kependidikan) sehingga muatan (isi) pelajaran kurang di perhatikan dan lebih menekankan
pada proses pengajaran yang orientasinya tertuju pada teori belajar mengajar. 6 Maka dari itu
akhirnya di bentuklah Tim Basic Sciene yang memiliki wewenang salah satunya untuk
mengembangkan kurikulum di sekolah. Mereka berpendapat bahwa siswa harus di berikan
materi yang cukup banyak sehingga siswa dapat menerima materi yang cukup banyak dalam
periode tertentu.
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
6
(dicky),
7
(DI MASA )
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7. Kurikulum 2004
8
https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf
9
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197607312001121-
ADE_SUTISNA/SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul.
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, oprasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga
guna mencapai tujuan secara optimal.
Modul pada umumnya terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
a. Lembar kegiatan peserta didik
b. Lembar kerja
c. Kunci lembar kerja
d. Lembar soal
e. Lembar jawaban
f. Kunci jawaban
3. Pengalaman lapangan
Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta didik
lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru dalam pembelajaran disekolah
memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik
mengikuti pembelajaran.
6 .Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas,
dengan asumsi bahwa dimana kondisi yang tepat semua peserta akan mampu belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajara secara maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari.
Pembelajaran dalam hal ini harus dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir agar semua
peserta didik dapat memperoleh hasil secara maksimal
8. Kuriklum 2006
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.
Karakteristik KTSP
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan
masyarakat. (Ahmadi, 2013: 80)11
9. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 (K13) Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
10
11
https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya.