Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok

pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum”

Dosen Pengampu:
Noneng Siti Rosidah, M.A

Disusun oleh:

Latifah (181105050439)
Dika Oktavia (181105050445)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan beribu-ribu nikmat kepada kami,
diantaranya adalah nikmat sehat, nikmat panjang umur. Sehingga kami dapat merasakan serta
menikmati semua kenikmatan yang begitu melimpah dari Allah yang Maha Esa.

Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Yang telah membawa kami dari zaman kegelapan hingga pada zaman terang benderang seperti
sekarang ini.

Berkat nikmat dan karunia Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan sebaik-baiknya dengan judul “Perkembangan Kurikulum di Indonesia”. Adapun
dalam penulisan ini, penulis masih banyak kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun
materi. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan serta koreksi
untuk lebih baik lagi.

Bogor, 15 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman


untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum maka
akan memudahkan setiap pengajar dalam proses belajar mengajar. Selain itu kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
tersebut, Indonesia mengalami berbagai perkembangan dan perubahan kurikulum dari masa ke
masa guna tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.

Perkembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas


sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Kurikulum dapat meramalkan
hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus
dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan terkadang
tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program
pendidikan. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai
dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
yang senantiasa cenderung berubah.

Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam
pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan. Perkembangan
kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran
yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan
pada guru dan siswa, serta komponen lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kurikulum di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Perkembangan Kurikulum di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

1. Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah  pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana).
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan,
emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

2. Kurikulum 1964
Kali ini beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang Sekolah Dasar (SD),
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.1
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan,
emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.2

3. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan

1
http://informasipendidikanindonesia.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sejarah-perkembangan-
kurikulum_4.html, diakses pada Rabu, 21 Desember 2016 pukul 13.30 WIB. 
2
Ibid.
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum ini
juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika sebagai pedoman untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
Walau demikian, perubahan kurikulum selalu berpijak pada prinsip-prinsip tertentu.
Sekadar contoh, prinsip kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1975, diantaranya: (1) prinsip
fleksibilitas program, (2) prinsip efesiensi dan efektivitas; (3) prinsip berorientasi pada tujuan;
(4) prinsip pendidikan seumur hidup.3

5. Kurikulum 1984
Dari evaluasi Kurikulum 1975 dan masukan-masukan lain yang relevan, ditemukan
masalah-masalah yang melatarbelakangi perbaikan Kurikulum 1975 dan ditetapkannya
Kurikulum 1984, yaitu sebagai berikut:
(1)   Adanya beberapa unsur baru dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983
yang perlu ditampung dalam Kurikulum Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah).

3
M. Ahmad Dkk., Pengembangan Kurikulum (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm 184-185.
(2)   Masih terdapatnya kesenjangan baik antara program kurikulum dengan
pelaksanaannya di sekolah maupun antara program kurikulum dengan kebutuhan
lapangan kerja dan kebutuhan pendidikan pendidikan tinggi.
(3)   Masih belum sesuainya materi kurikulum berbagai mata pelajaran dengan taraf
kemampuan anak didik.
(4)   Adanya kelemahan-kelemahan isi kurikulum dalam berbagai mata pelajaran pada
jenis dan jenjang pendidikan, antara lain terlalu syaratnya materi kurikulum yang harus
dijalankan, termasuk pelajaran matematika.
(5)   Adanya perbedaan kemajuan pendidikan antara suatu daerah dengan daerah lainnya,
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan perkembangan dari pertumbuhan masyarakat,
lingkungan kehidupan masing-masing daerah, serta ilmu dan teknologi.
(6)   Adanya kesenjangan antara jumlah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan
daya tampung Perguruan Tinggi (PT).4
Sehingga dapat dipahami bahwa Kurikulum 1984 memiliki kekhususan yaitu
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor
tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
Disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang
harus dicapai siswa.
Dalam kajian Karso dijelaskan bahwa, materi Kuirkulum 1984 pada dasarnya tidak
banyak berbeda dengan materi Kurikulum 1875, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaan,
sehingga dengan demikian Kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan-
bahan dan buku-buku serta sarana yang sudah ada sebelumnya.5

4
Karso, Pengantar Kurikulum SMA 1984 (Bandung: Setai Budi, Tanpa Tahun), hlm. 2-3.
5
Ibid, hlm. 1
6. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 berbeda dari kurikulum 1984, jika pada kurikulum 1984 kurikulum
dibentuk berdasarkan satuan pendidikan di LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenega
Kependidikan) sehingga muatan (isi) pelajaran kurang di perhatikan dan lebih menekankan
pada proses pengajaran yang orientasinya tertuju pada teori belajar mengajar. 6 Maka dari itu
akhirnya di bentuklah Tim Basic Sciene yang memiliki wewenang salah satunya untuk
mengembangkan kurikulum di sekolah. Mereka berpendapat bahwa siswa harus di berikan
materi yang cukup banyak sehingga siswa dapat menerima materi yang cukup banyak dalam
periode tertentu.

Adapun pembuatan kurikulum 1994 in di tujukan sebagai penyempurnaan dari pada


kurikulm 1984 yang di rumuskan pada Undang-Undang no 2 tahun 1989 menganai Sistem
Pendidikan Nasional. Dampak utama dari perubahan kurikulum in adalah perubahan waktu
dari sistem semester ke semester menjadi catrwulan yaitu diama siswa di bagi menjadi tiga
tahapan dalam satu tahun pembelajaran. 7

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya


sebagai berikut :

a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.

b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat


(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam

6
(dicky),
7
(DI MASA )
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan


konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk


pemantapan pemahaman siswa.

7. Kurikulum 2004

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi pada


penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill).
Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang
bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi secara holistik. 8Maka hadirlah kurikukum 2004 ini yang lebih dikenal dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.9

8
https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf

9
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197607312001121-
ADE_SUTISNA/SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul.
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, oprasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga
guna mencapai tujuan secara optimal.
Modul pada umumnya terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
a. Lembar kegiatan peserta didik
b. Lembar kerja
c. Kunci lembar kerja
d. Lembar soal
e. Lembar jawaban
f. Kunci jawaban

2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar


Dalam KBK seorang guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran,
karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar.
Sumber belajar dapat mencakup manusia, bahan atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat
dan peralatan, serta aktivitas.

3. Pengalaman lapangan

Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta didik
lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru dalam pembelajaran disekolah
memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik
mengikuti pembelajaran.

4. Strategi belajar individual personal


Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar
personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik; bakat, minat, dan
kemampuan (personalisasi).
5. Kemudahan belajar
Kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan, dan
pembelajaran secara tim akan memberikan kemudahan belajar dalam kurikulum berbasis
kompetensi.

6 .Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas,
dengan asumsi bahwa dimana kondisi yang tepat semua peserta akan mampu belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajara secara maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari.
Pembelajaran dalam hal ini harus dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir agar semua
peserta didik dapat memperoleh hasil secara maksimal

8. Kuriklum 2006

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.

Karakteristik KTSP

Beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:


a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat
tanggungjawab untuk mengembangakan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Selain itu
sekolah dan satuan pendidikan juga diberkan kewenangan untuk menggali dan mengelola
sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orangtua yang Tinggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orangtua
peserta didik yang tinggi, bukan hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi
melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-
program yagn dapat meningkatkan kualitas pembelajaran10.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang
secara dinamis.

d. Relevan dengan kebutuhan.

e. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan


kebutuhan hidup dan dunia kerja.

f. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan disajikan


secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

g. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,


pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan
masyarakat. (Ahmadi, 2013: 80)11

9. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 (K13) Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

10

11
https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana
amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di
mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan
ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring
pendapat dan masukan dari masyarakat

Anda mungkin juga menyukai