Anda di halaman 1dari 11

Kurikulum 1984 (CBSA, Cara Belajar Siswa Aktif)

Ahmad Shofi Sifa’i

1880504220008

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Ilmu


Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Abstrak : Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975.


Kurikulum 1984 mengangkat process skill approach. beberapa dasar kurikulum
1984 antara lain: Adanya beberapa unsur baru dalam garis-garis besar haluan
Negara (GBHN) 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai
mata pelajaran dengan kemampuan peserta didik, terdapat kesenjangan
pelaksanaannya di sekolah, kebutuhan lapangan kerja dan kebutuhan
pembelajaran di pendidikan tinggi, terlalu syaratnya muatan kurikulum yang harus
ditempuh siswa pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada mata
pelajaran matematika, terjadinya kesenjangan kemajuan pendidikan antara daerah
satu antara program kurikulum dengan daerah lainnya sebagai akibat tidak
seiringnya dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, ekonomi,
kemajuan iptek, dan pembangunan antar daerah, terjadi kesenjangan antara jumlah
lulusan sekolah menengah atas dengan daya tampung lulusan SMA/SMK di
perguruan tinggi, ditetapkannya mata pelajaran pendidikan sejarah perjuangan
bangsa sebagai mata pelajaran baru. Di antara rumusan kurikulum 1984 adalah
memuat hal-hal strategis, diantaranya, Program kegiatan kurikulum madrasah
(MI, MTs, dan (MA) tahun 1984 dilakukan melalui kegiatan intra kurikuler dan
ekstra kurikuler baik dalam program inti maupun program pilihan, proses belajar
mengajar dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara cara seseorang
belajar dan apa yang dipelajarinya, penilaian dilakukan secara berkesinambungan
dan menyeluruh untuk keperluan peningkatan proses dan hasil belajar serta
pengelolaan program.
Kata Kunci : Kurikulum 1984, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan salah satu dari komponen yang paling penting dari
pendidikan, kualitas kurikulum yang digunakan tentu akan berpengaruh pada
kompetensi kualitas lulusan. Pembelajaran yang berlangsung tentu membutuhkan
kurikulum yang tepat, karena pembelajaran tanpa kurikulum tidak akan bisa
berlangsung. Maka, untuk menggunakan kurikulum memerlukan rancangan,
pelaksanaan, serta evaluasi secara dinamis yang sesuai dengan kebutuhan ilmu

1
pengetahuan, berkembangnya zaman, serta kompetensi yang dibutuhkan oleh
masyarakat.

Pendidikan di Indonesia memiliki banyak kurikulum, sesuai dengan


kebutuhan ataupun keadaan masyarakat kurikulum akan selalu mengalami
pengembangan dari kurikulum sebelumnya, dengan harapan bisa menjadikan
kurikulum yang dikembangkan sebagai jawaban atas munculnya permasalahan
yang terdapat pada kurikulum sebelumnya. Penulis akan membahas tentang
kurikulum 1984, yang mana kurikulum ini merupakan pengembangan dari
kurikulum 1975.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum 1984 (CBSA, Cara Belajar Siswa Aktif)


Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan
kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang perbaikan
kurikulum. Kurikulum ini di susun karena kurikulum sebelumnya di anggap
memiliki banyak kekurangan, kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 1975. Kurikulum 1984 mengangkat process skill approach.
Kurikulum ini mengutamakan pada pendekatan proses, akantetapi faktor tujuan
tetap penting. Kurikulum 1984 lebih sering disebut dengan kurikulum 1975
yang disempurnakan. Siswa pada kurikulum ini sebagai subjek belajar. 1 Mulai
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA). Tokoh utama dalam
munculnya kurikulum 1984 adalah Prof. Dr. Conny R. Semiawan, sebagai
kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986. ciri-ciri dari kurikulum
1984 antara lain:2
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran (intruksional).
2. Pendekatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran cara
belajar siswa aktif (CBSA).

1
Haudi, Manajemen Kurikulum, (Sumatra Barat : CV Insan Cendekia Mandiri, 2021), 85.
2
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook Of Education Management Teori Dan
Praktek Pengelolaan Sekolah Atau Madrasah Di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenadamedia
Group,2016), 426.

2
3. Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses (process skill approach).

Konsep CBSA adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan


kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan peserta didik memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.3

Berdasarkan pendekatan tersebut, materi pelajaran dikemas dengan


menggunakan pendekatan spiral, spiral merupakan pendekatan yang digunakan
dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan materi pelajaran. Maka, semakin
tinggi kelas atau jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang akan diberikan. Di samping itu, materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan dan kematangan siswa, pemberian materi
pembelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian
pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret,
semi abstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari
contoh-contoh lalu menuju ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sulit,
dan dari yang sederhana menuju ke kompleks.

CBSA sebagai metode yang digunakan pada semua pokok bahasan dalam
kurikulum 1984. Metode CBSA mementingkan proses berpikir dan melatih
inquiry skill. Kelebihan lain dari metode ini adalah meningkatkan pemikiran
yang lebih jernih dan rasional, merangsang motivasi pada diri sendiri dan
memberikan kemungkinan daya ingat yang lama pada diri siswa (Bruner,
1961).4
Metode ini memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa
diimplementasikan pada saat pembelajaran berlangsung. Misalnya,

3
Alhamuddin, Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013), (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2019), 68.
4
Sukiyat, Good Leadership Kepemimpinan Era Globalisasi Pendidikan, (Surabaya : CV
Jakad Media Publishing, 2020), 52.

3
pelaksanaan metode CBSA memerlukan kondisi kelas yang tidak terlalu formal
dan fleksibel. Guru harus mempunyai pengetahuan yang relatif luas. Siswa
memiliki kesadaran pada hakikat ilmu pengetahuan, sikap ingin tahu,
menghargai pikiran-pikiran dan bukti-bukti kebenaran, dan bersifat toleransi.
Disisi lain, murid cenderung untuk mendengarkan, menerima dan mencatat
keterangan yang disampaikan oleh guru, materi yang diterangkan oleh guru
sudah dianggap merupakan kebenaran, oleh karena itu tidak perlu
dipertanyakan dan diuji lagi. Maka, tidak mengherankan kalau metode CBSA
hampir dapat dikatakan tidak pernah dilaksanakan dalam ruang-ruang kelas.

Guru memegang peran yang strategis dalam setiap pembaruan


pendidikan, sebab merekalah yang merupakan pelaksana pembaruan pada level
kelas. Perencanaan dan kebijakasanaan nasional memang perlu, akantetapi
pelaksanaan pembaruan pendidikan sangat tergantung pada semangat, rasa
keterlibatan, dan kesadaran para guru. Guru akan memberikan respon yang
positif pada setiap usaha pembaruan yang dapat meningkatkan kemampuan
profesional mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk berimprovisasi
secara aktif dalam proses pembaruan pendidikan. Oleh karena itu, setiap upaya
pembaruan pendidikan seharusnya menjadikan guru sebagai partisipan yang
aktif, tidak hanya sebagai penerima pembaruan. Kurikulum 1984 memberikan
perubahan yang cukup signifikan dari segi konsep, yaitu adanya fokus utama
dalam hal proses tanpa mengesampingkan tujuan pelajaran.

Penyampaian materi tidak hanya sekedar ceramah, metode lapangan juga


sudah mulai digunakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pelajaran. Cara Belajar Siswa Aktif diharapkan dapat
menerapkan proses keterlibatan intelektual emosional siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya: Proses asimilasi/pengalaman
kognitif yangmemungkinkan terbentuknya pengetahuan,

B. Dasar Perubahan Kurikulum 1975 Menjadi Kurikulum 1984


Prinsip dalam pengembangan kurikulum 1984 adalah prinsip
dekonsentrasi yang mempunyai arti adanya pembagian kewenangan dalam

4
pengembangan kurikulum antara pusat dan daerah, kewenangan daerah dalam
hal ini terutama terletak pada pengembangan ketrampilan yang sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat dan lapangan kerja di daerah. 5 Dengan
melihat beberapa kondisi tersebut dalam kurikulum 1985 ini mampu
memberikan materi pelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa
ataupun masyarakat.
Tentu pada saat merubah kurikulum tidak mungkin dilakukan tanpa ada
sebab-sebab tertentu, baik dari kelemahan yang terdapat pada kurikulum
sebelumnya ataupun dari sebab yang lain. Kurikulum 1984 yang merupakan
sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1975 memiliki dasar-dasar pada saat
melakukan perubahan kurikulum, beberapa dasar kurikulum 1984:6
1. Adanya beberapa unsur baru dalam garis-garis besar haluan Negara
(GBHN) 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai mata pelajaran
dengan kemampuan siswa.
3. Terdapat kesenjangan pelaksanaannya di sekolah, kebutuhan lapangan kerja
dan kebutuhan pembelajaran di pendidikan tinggi.
4. Terlalu syaratnya muatan kurikulum yang harus ditempuh siswa pada setiap
jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada mata pelajaran matematika.
5. Terjadinya kesenjangan kemajuan pendidikan antara daerah satu dan
program kurikulum dengan daerah lainnya sebagai akibat tidak seiringnya
dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, ekonomi, kemajuan
iptek, dan pembangunan antar daerah.
6. Terjadi kesenjangan antara jumlah lulusan sekolah menengah atas (SMA)
dengan daya tampung lulusan SMA/SMK di perguruan tinggi.
7. Ditetapkannya mata pelajaran pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB)
sebagai mata pelajaran baru yang berdiri sendiri.

5
Soedirdjo, dkk. Sejarah Pusat Kurikulum, (Yogyakarta : BPPPK DIKNAS, 2008), 45.
6
Sakti Alamsyah dan Sudrajat, Belajar Pembelajaran Disekolah Dasar, (Yogyakarta :
CV Budi Utama, 2021), 5.

5
Perubahan kurikulum 1984 yang dilakukan sebagai pengganti dari
kurikulum 1975 diharapkan bisa menjadi solusi alternatif yang terdapat pada
kekurangan dari kurikulum 1975, baik dari materi yang diberikan kepada siswa
ataupun penambahan mata pelajaran pada pendidikan. Dengan beberapa faktor
yang mendasari perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 tersebut, maka
dalam kurikulum ini menyatakan perbaikan yang terdapat dalam kurikulum
1984. Perbaikan yang terdapat dalam kurikulum 1984 yaitu : 7

1. Peninjauan kembali secara menyeluruh kurikulum yang berlaku melalui


pendekatan pengembangan dengan berdasarkan :
a. Pemilihan kemampuan dasar pengetahuan ataupun ketrampilan yang
perlu dikuasai dalam pembentukan kemampuan serta watak siswa.
b. Keserasian antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Penyesuaian tujuan dan struktur kurikulum dengan perkembangan
masyarakat.
2. Pelaksanaan sejarah perjuangan bangsa sebagai bidang atau program yang
berdiri sendiri.
3. Pengadaan program studi baru yang merupakan usaha memenuhi kebutuhan
perkembangan dilapangan kerja.
C. Komponen Isi Kurikulum 1984 di Madrasah
Isi kurikulum yang dimaksud adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut TAP MPR nomor II/MPR 1983, perlu adanya Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang
pendidikan. 8
Struktur Kurikulum 1984 juga mengalami perubahan, pada kurikulum
1975 hanya terdapat 3 kelompok yaitu IPA, IPS, dan Bahasa, pada kurikulum
1984 pengelompokan atau dikenal dengan sebutan jurusan, pada jenjang SMA,
terdiri dari Program A dan B. Program A terdiri dari kelompok mata pelajaran

7
Ivan Prapanca Wardhana, Review Kurikulum Pendidikan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) Tahun 1984 dalam Pendidikan Indonesia, Keraton: Journal of History Education and
Culture, vol. 3, No. 1, 24.
8
Lise chamisijatin, Telaah Kurikulum, (Malang : UMM Press, 2019), 105.

6
sains seperti Fisika, Biologi, Ekonomi, dan Bahasa dan Budaya. Program B
diperuntukkan bagi pembelajaran kejuruan, dengan maksud mempersiapkan
siswa untuk terampil bekerja. Namun melihat dari kebutuhan alat yang banyak,
maka untuk sementara program B belum dilaksanakan Program pengajarannya
dalam bentuk semester yang dalam satu tahunnya terdapat dua semester.
Strategi pelaksanaan kurikulum 1984 diatur sebagai berikut :9
1. Program Inti, merupakan perangkat mata pelajaran yang berjumlah 60%
dari keseluruhan program yang wajib diikuti oleh semua peserta didik.
2. Program khusus, merupakan perangkat mata pelajaran yang memuat 40%
dari keseluruhan program yang dapat dipilih atas dasar perbedaan bakat,
minat dan tujuan perorangan.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kuranya
30% di samping mata pelajaran umum, meliputi Madrasah Ibtidaiyah setingkat
dengan Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah
Aliyah setingkat SMA. Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) menetapkan
hal-hal yang menguatkan posisi madrasah pada lingkungan pendidikan,
diantaranya :10
1. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum
yang setingkat.
2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih
diatasnya.
3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
4. Pengelolaan madrasah dan pembinaan mata pelajaran agama dilakukan
Menteri Agama, sedangkan pembinaan dan pengawasan mata pelajaran
umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri.
Pada tahun 1984 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama tentang pengaturan

9
Ibid.
10
Asfiati, Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, (Perdana Publishing
IKAPI, 2016), 52.

7
pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Lahirnya Surat
Keputusan Bersama tersebut dijiwai oleh Ketetapan MPR NO
II./TAP/MPR/1983 tentang perlunya penyesuaian sistem pendidikan, sejalan
dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang, antara lain dengar
melakukan perbaikan kurikulum sebagai salah satu diantara berbagai upaya
perbaikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah.
Sehingga sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Bersama (SKB) 2
Menteri tersebut lahirlah kurikulum 1984 untuk madrasah, yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Agama No. 99 tahun 1984 untuk Madrasah Ibtidaiyah, No.
100/1984 untuk Madrasah Tsanawiyah dan No. 101 Tahun 1984 untuk
Madrasah Aliyah. Di antara rumusan kurikulum 1984 adalah memuat hal-hal
strategis, diantaranya: 11
1. Program kegiatan kurikulum madrasah (MI, MTs, dan (MA) tahun 1984
dilakukan melalui kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler baik dalam
program inti maupun program pilihan.
2. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian
antara cara seseorang belajar dan apa yang dipelajarinya.
3. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh untuk
keperluan peningkatan proses dan hasil belajar serta pengelolaan program.
Selanjutnya dengan dilatarbelakangi akan kebutuhan tenaga ahli dibidang
agama Islam (ulama) dimasa mendatang sesuai dengan tuntutan pembangunan
nasional, maka dilakukan usaha peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah
Aliyah. Lebih lanjut dibentuklah Madrasah Aliyah Pilihan IImu-Ilmu Agama
(MAPK) dengan berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan.
Kekhususan MAPK ini adalah komposisi kurikulum 65 studi agama dan 35
pendidikan dasar umum. Sasarannya adalah penyiapan lulusan yang mampu
menguasai ilmu-ilmu agama yang nantinya menjadi dasar lulusan untuk terus
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dibidang keagamaan dan akhirnya
menjadi calon ulama yang baik. Selanjutnya MAPK berganti nama menjadi
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).

11
Ibid, 53.

8
D. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
Kelebihan yang terdapat dalam kurikulum 1984 antara lain: 12
1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2. Upaya siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui
keberanian memberikan pendapat.
3. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan
tugas.
4. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
5. Membiasakan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif.

Kekurangan yang terdapat dalam kurikulum 1984 :13

1. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah


suasana gaduh di ruang kelas lantaran peserta didik berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang mencolok.
2. Adanya ketergantungan pada pendidik dan peserta didik pada materi dalam
suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk
pendidik dan peserta didik tidak kreatif untuk menentukan metode yang
tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah peserta didik sehingga dia
menolak pendapat peserta lain.
4. Peserta didik yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh
akan ketinggalan.
5. Peranan pendidik yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa
serta tanggung jawab peserta didik atau maha peserta didik dalam kegiatan
belajar sangat kurang.

12
Halim Simatupang Dkk, Telaah Kurikulum Smp Di Indonesia, (Surabaya : CV Pustaka
Mediaguru,2019), 56.
13
Ivan Prapanca Wardhana, Review Kurikulum Pendidikan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) Tahun 1984 dalam Pendidikan Indonesia, 24.

9
6. Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi
pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai peserta didik.
7. Pendidik kurang berperan aktif.

KESIMPULAN

kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975.


Kurikulum 1984 mengangkat process skill approach. Kurikulum ini
mengutamakan pada pendekatan proses, namun faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum 1984 lebih sering disebut dengan kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Perbaikan yang terdapat dalam kurikulum 1984 antara lain,
Peninjauan kembali secara menyeluruh kurikulum yang berlaku melalui
pendekatan pengembangan, pelaksanaan sejarah perjuangan bangsa sebagai
bidang atau program yang berdiri sendiri, pengadaan program studi baru yang
merupakan usaha memenuhi kebutuhan perkembangan dilapangan kerja.

Program pengajarannya dalam bentuk semester yang dalam satu tahunnya


terdapat dua semester. Strategi pelaksanaan kurikulum 1984 diatur sebagai
program Inti, merupakan perangkat mata pelajaran yang berjumlah 60% dari
keseluruhan program yang wajib diikuti oleh semua peserta didik, program
khusus, merupakan perangkat mata pelajaran yang memuat 40% dari keseluruhan
program yang dapat dipilih atas dasar perbedaan bakat, minat dan tujuan
perorangan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. (2019), Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indonesia


Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013), Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group.
Alamsyah, Sakti dan Sudrajat. (2021) Belajar Pembelajaran Disekolah Dasar,
Yogyakarta : CV Budi Utama.
Asfiati. (2016) Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, Perdana
Publishing IKAPI.
Chamisijatin, Lise. (2019) Telaah Kurikulum, Malang : UMM Press.
Haudi. (2021), Manajemen Kurikulum, Sumatra Barat: CV Insan Cendekia
Mandiri.
Machali, Imam dan Ara Hidayat. (2016), The Handbook Of Education
Management Teori Dan Praktek Pengelolaan Sekolah Atau Madrasah Di
Indonesia, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Simatupang, Halim, dkk. (2019) Telaah Kurikulum Smp Di Indonesia, Surabaya :
CV Pustaka Mediaguru.
Soedirdjo, dkk. (2008), Sejarah Pusat Kurikulum, Yogyakarta: BPPPK
DIKNAS).
Sukiyat. (2020) Good Leadership Kepemimpinan Era Globalisasi Pendidikan,
Surabaya : CV Jakad Media Publishing.
Wardhana, Ivan Prapanca. (2021) Review Kurikulum Pendidikan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) Tahun 1984 dalam Pendidikan Indonesia, Keraton:
Journal of History Education and Culture, 3( 1).

11

Anda mungkin juga menyukai