1880504220008
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu dari komponen yang paling penting dari
pendidikan, kualitas kurikulum yang digunakan tentu akan berpengaruh pada
kompetensi kualitas lulusan. Pembelajaran yang berlangsung tentu membutuhkan
kurikulum yang tepat, karena pembelajaran tanpa kurikulum tidak akan bisa
berlangsung. Maka, untuk menggunakan kurikulum memerlukan rancangan,
pelaksanaan, serta evaluasi secara dinamis yang sesuai dengan kebutuhan ilmu
1
pengetahuan, berkembangnya zaman, serta kompetensi yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
PEMBAHASAN
1
Haudi, Manajemen Kurikulum, (Sumatra Barat : CV Insan Cendekia Mandiri, 2021), 85.
2
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook Of Education Management Teori Dan
Praktek Pengelolaan Sekolah Atau Madrasah Di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenadamedia
Group,2016), 426.
2
3. Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses (process skill approach).
CBSA sebagai metode yang digunakan pada semua pokok bahasan dalam
kurikulum 1984. Metode CBSA mementingkan proses berpikir dan melatih
inquiry skill. Kelebihan lain dari metode ini adalah meningkatkan pemikiran
yang lebih jernih dan rasional, merangsang motivasi pada diri sendiri dan
memberikan kemungkinan daya ingat yang lama pada diri siswa (Bruner,
1961).4
Metode ini memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa
diimplementasikan pada saat pembelajaran berlangsung. Misalnya,
3
Alhamuddin, Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013), (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2019), 68.
4
Sukiyat, Good Leadership Kepemimpinan Era Globalisasi Pendidikan, (Surabaya : CV
Jakad Media Publishing, 2020), 52.
3
pelaksanaan metode CBSA memerlukan kondisi kelas yang tidak terlalu formal
dan fleksibel. Guru harus mempunyai pengetahuan yang relatif luas. Siswa
memiliki kesadaran pada hakikat ilmu pengetahuan, sikap ingin tahu,
menghargai pikiran-pikiran dan bukti-bukti kebenaran, dan bersifat toleransi.
Disisi lain, murid cenderung untuk mendengarkan, menerima dan mencatat
keterangan yang disampaikan oleh guru, materi yang diterangkan oleh guru
sudah dianggap merupakan kebenaran, oleh karena itu tidak perlu
dipertanyakan dan diuji lagi. Maka, tidak mengherankan kalau metode CBSA
hampir dapat dikatakan tidak pernah dilaksanakan dalam ruang-ruang kelas.
4
pengembangan kurikulum antara pusat dan daerah, kewenangan daerah dalam
hal ini terutama terletak pada pengembangan ketrampilan yang sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat dan lapangan kerja di daerah. 5 Dengan
melihat beberapa kondisi tersebut dalam kurikulum 1985 ini mampu
memberikan materi pelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa
ataupun masyarakat.
Tentu pada saat merubah kurikulum tidak mungkin dilakukan tanpa ada
sebab-sebab tertentu, baik dari kelemahan yang terdapat pada kurikulum
sebelumnya ataupun dari sebab yang lain. Kurikulum 1984 yang merupakan
sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1975 memiliki dasar-dasar pada saat
melakukan perubahan kurikulum, beberapa dasar kurikulum 1984:6
1. Adanya beberapa unsur baru dalam garis-garis besar haluan Negara
(GBHN) 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai mata pelajaran
dengan kemampuan siswa.
3. Terdapat kesenjangan pelaksanaannya di sekolah, kebutuhan lapangan kerja
dan kebutuhan pembelajaran di pendidikan tinggi.
4. Terlalu syaratnya muatan kurikulum yang harus ditempuh siswa pada setiap
jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada mata pelajaran matematika.
5. Terjadinya kesenjangan kemajuan pendidikan antara daerah satu dan
program kurikulum dengan daerah lainnya sebagai akibat tidak seiringnya
dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, ekonomi, kemajuan
iptek, dan pembangunan antar daerah.
6. Terjadi kesenjangan antara jumlah lulusan sekolah menengah atas (SMA)
dengan daya tampung lulusan SMA/SMK di perguruan tinggi.
7. Ditetapkannya mata pelajaran pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB)
sebagai mata pelajaran baru yang berdiri sendiri.
5
Soedirdjo, dkk. Sejarah Pusat Kurikulum, (Yogyakarta : BPPPK DIKNAS, 2008), 45.
6
Sakti Alamsyah dan Sudrajat, Belajar Pembelajaran Disekolah Dasar, (Yogyakarta :
CV Budi Utama, 2021), 5.
5
Perubahan kurikulum 1984 yang dilakukan sebagai pengganti dari
kurikulum 1975 diharapkan bisa menjadi solusi alternatif yang terdapat pada
kekurangan dari kurikulum 1975, baik dari materi yang diberikan kepada siswa
ataupun penambahan mata pelajaran pada pendidikan. Dengan beberapa faktor
yang mendasari perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 tersebut, maka
dalam kurikulum ini menyatakan perbaikan yang terdapat dalam kurikulum
1984. Perbaikan yang terdapat dalam kurikulum 1984 yaitu : 7
7
Ivan Prapanca Wardhana, Review Kurikulum Pendidikan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) Tahun 1984 dalam Pendidikan Indonesia, Keraton: Journal of History Education and
Culture, vol. 3, No. 1, 24.
8
Lise chamisijatin, Telaah Kurikulum, (Malang : UMM Press, 2019), 105.
6
sains seperti Fisika, Biologi, Ekonomi, dan Bahasa dan Budaya. Program B
diperuntukkan bagi pembelajaran kejuruan, dengan maksud mempersiapkan
siswa untuk terampil bekerja. Namun melihat dari kebutuhan alat yang banyak,
maka untuk sementara program B belum dilaksanakan Program pengajarannya
dalam bentuk semester yang dalam satu tahunnya terdapat dua semester.
Strategi pelaksanaan kurikulum 1984 diatur sebagai berikut :9
1. Program Inti, merupakan perangkat mata pelajaran yang berjumlah 60%
dari keseluruhan program yang wajib diikuti oleh semua peserta didik.
2. Program khusus, merupakan perangkat mata pelajaran yang memuat 40%
dari keseluruhan program yang dapat dipilih atas dasar perbedaan bakat,
minat dan tujuan perorangan.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kuranya
30% di samping mata pelajaran umum, meliputi Madrasah Ibtidaiyah setingkat
dengan Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah
Aliyah setingkat SMA. Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) menetapkan
hal-hal yang menguatkan posisi madrasah pada lingkungan pendidikan,
diantaranya :10
1. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum
yang setingkat.
2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih
diatasnya.
3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
4. Pengelolaan madrasah dan pembinaan mata pelajaran agama dilakukan
Menteri Agama, sedangkan pembinaan dan pengawasan mata pelajaran
umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri.
Pada tahun 1984 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama tentang pengaturan
9
Ibid.
10
Asfiati, Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, (Perdana Publishing
IKAPI, 2016), 52.
7
pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Lahirnya Surat
Keputusan Bersama tersebut dijiwai oleh Ketetapan MPR NO
II./TAP/MPR/1983 tentang perlunya penyesuaian sistem pendidikan, sejalan
dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang, antara lain dengar
melakukan perbaikan kurikulum sebagai salah satu diantara berbagai upaya
perbaikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah.
Sehingga sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Bersama (SKB) 2
Menteri tersebut lahirlah kurikulum 1984 untuk madrasah, yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Agama No. 99 tahun 1984 untuk Madrasah Ibtidaiyah, No.
100/1984 untuk Madrasah Tsanawiyah dan No. 101 Tahun 1984 untuk
Madrasah Aliyah. Di antara rumusan kurikulum 1984 adalah memuat hal-hal
strategis, diantaranya: 11
1. Program kegiatan kurikulum madrasah (MI, MTs, dan (MA) tahun 1984
dilakukan melalui kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler baik dalam
program inti maupun program pilihan.
2. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian
antara cara seseorang belajar dan apa yang dipelajarinya.
3. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh untuk
keperluan peningkatan proses dan hasil belajar serta pengelolaan program.
Selanjutnya dengan dilatarbelakangi akan kebutuhan tenaga ahli dibidang
agama Islam (ulama) dimasa mendatang sesuai dengan tuntutan pembangunan
nasional, maka dilakukan usaha peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah
Aliyah. Lebih lanjut dibentuklah Madrasah Aliyah Pilihan IImu-Ilmu Agama
(MAPK) dengan berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan.
Kekhususan MAPK ini adalah komposisi kurikulum 65 studi agama dan 35
pendidikan dasar umum. Sasarannya adalah penyiapan lulusan yang mampu
menguasai ilmu-ilmu agama yang nantinya menjadi dasar lulusan untuk terus
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dibidang keagamaan dan akhirnya
menjadi calon ulama yang baik. Selanjutnya MAPK berganti nama menjadi
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).
11
Ibid, 53.
8
D. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
Kelebihan yang terdapat dalam kurikulum 1984 antara lain: 12
1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2. Upaya siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui
keberanian memberikan pendapat.
3. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan
tugas.
4. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
5. Membiasakan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif.
12
Halim Simatupang Dkk, Telaah Kurikulum Smp Di Indonesia, (Surabaya : CV Pustaka
Mediaguru,2019), 56.
13
Ivan Prapanca Wardhana, Review Kurikulum Pendidikan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) Tahun 1984 dalam Pendidikan Indonesia, 24.
9
6. Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi
pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai peserta didik.
7. Pendidik kurang berperan aktif.
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11