Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH KURIKULUM ANAK USIA DINI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Pengembangan Kurikulum AUD”
Dosen Pengampu : Sulistianah, S. Pd., M. Hum.

Oleh : NOVIA KURNIA PUTRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP AL ISLAM TUNAS BANGSA
BANDAR LAMPUNG
2019
SEJARAH KURIKULUM PAUD

Kurikulum dalam dunia PAUD dapat diartikan seperangkat bahan ajar mencangkup tujuan,
isi dan bahan belajar, khususnya pada siswa usia dini (0-6 tahun) untuk mencapai tumbuh
kembang secara optimal. Perkembangan kurikulum PAUD di Indonesia ini berawal pada
tahun 1964 hingga sekarang.

Selanjutnya, delapan tahun kemudian tepatnya pada tahun 1976 melalui keputusan
Mendikbud No 054/U/1977 pasal 6 menjelaskan bahwa pendidikan agama pada pendidikan
di TK (taman kanak – kanak) diintegrasikan ke dalam bidang pengembangan Pendidikan
Moral Pancasila, bahasa daerah dijadikan sebagai bahasa pengantar dan persiapan membaca,
menulis, dan berhitung untuk persiapan anak masuk Sekolah Dasar pada pendidikan
scholastic.

Kurikulum 1976 yang disempurnakan lagi pada tahun 1984, yang mana pendidikan TK
disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhannya supaya siswa lebih mudah
bergerak dan dapat memilih kegiatan sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan
mereka. Sehingga pada tahun 1984 ini pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas yang
berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA).

Pada tahun 1994, pemerintah memutuskan TK (Taman Kanak - Kanak) sebagai bagian dari
pendidikan prasekolah telah diatur oleh Peraturan pemerintah no 27 tahun 1990 tantang
pendidikan prasekolah dan secara khusus telah pula diatur dalam kepmendikbud RI no
0486/zu/1992 tentang TK. Pada kurikulum 1994 pembelajaran menggunakan tema dan sub
tema yang merupakan pokok bahasan yang dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi
program kegiatan pembelajaran yang operasional. Bahasan tema yang diambil mulai dari
lingkungan yang terdekat dengan anak.

Perbedaaan yang paling mencolok pada kurikulum tahun 1994 dengan kurikulum 2004 yakni
pada cara bagaimana anak belajar di kelas. Pada kurikulum tahun 1994 menggunakan sistem
catur wulan. Sedangkan Kurikulum tahun 2004 menggunakan sistem semester. para siswa
dituntut aktif mengembangkan semua aspek perkembangan anak secara optimal. Pada
dasarnya guru tidak hanya bertindak sebagai fasilitator, namun juga sebagai motivator dalam
pembelajaran. Dalam kegiatan di kelas, anak bukan lagi sebagai pendengar akan tetapi aktif
berinteraksi dengan guru.
Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum ini hampir
mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia.
Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi
sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi
sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dilanjutkan dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP.
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.

A. Kurikulum 1977
Pada tahun 1976 melalui keputusan Mendikbud No 054/U/1977 pasal 6 menjelaskan
bahwa pendidikan agama pada pendidikan di TK (taman kanak – kanak) diintegrasikan ke
dalam bidang pengembangan Pendidikan Moral Pancasila, bahasa daerah dijadikan
sebagai bahasa pengantar dan persiapan membaca, menulis, dan berhitung untuk
persiapan anak masuk Sekolah Dasar pada pendidikan scholastic. Kurikulum Taman
Kanak-kanak Tahun 1976 berlaku pada tanggal 8 Maret 1977 No. 054/U/1977. Adapun
ciri-ciri kurikulum 1976 / 1977 :
1. Menganut lima prinsip pendidikan yaitu :
a. Fleksibilitas program yaitu dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat fleksibel dalam pelaksanaannya, sehingga terjadi
penyesuain berdasarkan situasi dan kondisi, tempat dan waktu.
b. Efisiensi dan efektivitas, efisiensi yaitu mengusahakan pegembangan kurikulum
bisa lebih memanfaatkan waktu, biaya yang dikeluarkan. Efektivitas yaitu ukuran
tingkat pemenuhan output atau tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target
atau tujuan proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Proses yang
efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik dan lebih
aman.
c. Berorientasi pada pencapaian tujuan, pencapaian suatu pembelajaran bukanlah
dalam penguasaan tema saja manum bagaimana proses merubah tingakah laku
siswa sesuai tujuan awal.
d. Kontinuitas yaitu adanya kesinambungan kurikulum, baik secara vertikal maupun
secara horizontal.
e. Pendidikan seumur hidup, apa yang sudah didapat dalam proses peendidikan
diusahakan agar tidak bisa lebih dikembangkan supaya tidak terbuang sia-sia dan
mencapai tujuan kegiatan baik secara kualitas mau pun kuantitas.
2. Mengenal berbagai tingkatan tujuan, yaitu tujuan institusional atau lembaga
merupakan tujuan yang ingin di capai suatu lembaga pendidikan. Jadi setiap lembaga
memiliki tujuan sendiri-sendiri. Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap bidang studi dan tujuan instruksional merupakan tujuan yang ingin
dicapai dari setiap kegiatan.
3. Struktur program terdiri dari delapan bidang pengembangan yaitu pendidikan Moral
Pancasila, kegiatan atau bermain bebas, pendidikan Bahasa, pengenalan lingkungan
hidup, ungkapan kreatif, Olahraga pendidikan, pendidikan dan pemeliharaan
kesehatan, pendidikan scholastik.
4. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode unit yang dikembangkan
melalui pusat-pusat minat.
5. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh kepribadian anak melalui observasi dan
pengukuran yang terus menerus dan sistematis. Observasi yaitu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti.

Kelebihan Kurikulum 1976 / 1977 :


1. Berorientasi pada tujuan.
2. Mengarah pembentukan tingkah laku siswa.
3. Relevans dengan kebutuhan masyarakat.
4. Menggunakan pendekatan psikolog.
5.  Menekankan efektivitas dan efisiensi.
6. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan
kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
7. Prinsip berkesinambungan.
Kelemahan :
1. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik
2. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah. 
3. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
4. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
5. Pada kurikulum ini  menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara
sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
6. Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang
mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru
7. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang
menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.[5]

B. Kurikulum 1984
Kurikulum 1976 yang disempurnakan lagi pada tahun 1984, yang mana pendidikan
TK disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhannya supaya siswa lebih
mudah bergerak dan dapat memilih kegiatan sesuai dengan kebutuhan, minat dan
kemampuan mereka. Sehingga pada tahun 1984 ini pembelajaran lebih menekankan pada
aktivitas yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA).
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi humanistik, yang
memandang peserta didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri,
menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Adapun secara umum Kurikulum 1984 memiliki
ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan instruksional. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
2. Pendekatan pengajaran berpusat pada peserta didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). CBSA merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Sebagai
penunjang pengertian, alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajari.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak,
dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan
keterampilan, memperoleh pengetahuan, dan mengomunikasikan perolehannya.

Terlepas dari berbagai pembaharuan yang ditawarkan oleh Kurikulum 1984, terdapat
kelebihan dan kekurangan dari Kurikulum 1984, sebagai berikut:
Kelebihan Kurikulum 1984:
1. Kurikulum 1984 memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru
dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar meningkat secara pesat, ditunjukkan
melalui peningkatan diri dalam melaksanakan tugas dan keberanian mengemukakan
pendapat dalam diskusi kelas.
3. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
4. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.

Sedangkan kelemahan Kurikulum 1984:


1. Banyak sekolah yang salah menafsirkan metode CBSA dengan menganggap disuksi
yang dilakukan menjadikan suasana gaduh di kelas.
2. Guru dan siswa mengalami ketergantungan pada materi dalam suatu buku teks dan
metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif
untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3. Proses pembelajaran hanya didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga ia
menolak pendapat siswa lain. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan
yang kurang pandai tertinggal.
4. Guru berperan sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta tanggung jawab siswa
dalam kegiatan belajar sangat kurang. Hal ini juga mengakibatkan guru kurang
komunikatif dengan siswa.
5. Materi pelajaran tidak tuntas dikuasai siswa karena diperlukan waktu yang banyak
dalam pembelajaran menggunakan diskusi.

C. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994, pemerintah memutuskan TK (Taman Kanak - Kanak) sebagai
bagian dari pendidikan prasekolah telah diatur oleh Peraturan pemerintah no 27 tahun
1990 tantang pendidikan prasekolah dan secara khusus telah pula diatur dalam
kepmendikbud RI no 0486/zu/1992 tentang TK. Pada kurikulum 1994 pembelajaran
menggunakan tema dan sub tema yang merupakan pokok bahasan yang dikembangkan
lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan pembelajaran yang operasional. Bahasan
tema yang diambil mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak. Adapun ciri-ciri
kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi pada materi pelajaran/ isi).
2. Bersifat populis, yaitu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial.
4. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/ pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga terdapat
keserasian antara pengajran yang menekannya pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.

Pada kurikulum tahun 1994  model pengembangan kurikulum menggunakan model


administratif disebut dengan model garis staff atas ke bawah. Karena inisiatif dan gagasan
datang dari pemerintah pusat. Jadi pemerintah pusat yang menyusun kurikulum yang akan
dijalankan oleh setiap satuan pendidikan. Guru hanya sekedar menjalankan apa yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun kurikulum ini telah menggabungkan antara
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, masih terdapat kekurangan yang menonjol. Hal ini
ditantai dengan banyaknya kritik sosial terhadap kurikulum ini. adapun kelebihan dan
kekurangan dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:

 Kelebihan Kurikulum 1994

1. Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan social.
2. Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

Kekurangan Kurikulum 1994


1. Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.
2. Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.
3. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran.
4. Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

D. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 merupakan kurikulum berbasis kompetensi, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal:
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman:
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi:
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber-sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif:
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya pencapaian kompetensi:
Kelebihan atau keunggulan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK 2004) :
1. Kompetensi peserta didik pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada
penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (kontekstual) karena berangkat berfokus dan bermuara pada
hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan sunjek belajar dan
proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami
berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge).
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari serta aspek-aspek kepribadian dapata dilakukan secara optimal berdasarkan
standar kompetensi tertentu.
4. Mengembangkan pelejaran yang berpusat pada siswa/peserta didik (student oriented).
Peserta  didik dapat bergerak aktif secara fisik ketiaka belajar dengan memanfaatkan
indra secara seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat
dalam proses bealajar. Dengan demikian peserta dapat belajar dengan bergerak dan
berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamat dan
menggabarkan serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-
pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir,
merasa, berimajinasi, menyimpulkan dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut
djabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang sesuai dengan situasi dan
kondisi disekolah/daerah masing-masing sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajarn memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasikemampuan secara optimal dibandingkan dengan penilaian yang
terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi terutama yang berkaitan dengan
keterampilan.

Kelemahan:
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar, indikator sudah disusun, padahal indikator
sebiaknya disusun oleh guru, karena guru yang paling tentang kondisi peserta didik
dan lingkungan.
2. Konsep KBK Sering mengalam perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi
dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran
secara berkelanjutan.
3. Paradigm guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurukulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teater oriented.
4. Memandang kompetensi sebagai entitas yang bersifat tunggal padahal kompetensi
merupakan complex.

E. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum ini
hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan
Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian
sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran
dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Adapun ciri-ciri kurikulum KTSP adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
4. Tim Kerja yang Kompak dan Transparan

Kelebihan kurikulum 2006 (KTSP) :


1. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan
3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk berpartisipasi dalam
menentukan arah kebijakan pendidikan di sekolah
4. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa
5. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20%.
6. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP) :


1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan. 
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurang pendapatan para guru. 
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang demokratis dan kurang profesional
berdampak pada kurangnya peran serta masyarakat yang diwakilkan oleh
Dewan/Komite sekolah dalam merumuskan KTSP
6. Kurangnya pembinaan dan sosialisasi KTSP di tingkat kecamatan
7. Keterlambatan sosialisasi standar penilaian serta keterlambatan pencetakan buku
rapor siswa berdampak pada kesalahan dalam penulisan laporan pendidikan siswa
(rapor)

F. Kurikulum 2013
Dilanjutkan dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum
KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam
materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Adapun ciri-ciri kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan pendidikan berkarakter
2. Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum
pendidikan sebelumnya.
3. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal
4. Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting.
5. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat
6. Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran.

Kelebihan Kurikulum 2013 :


1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah
yang mereka hadapi di sekolah.

2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat
dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan
lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan
ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,
kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap,
ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(buku induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku
sudah disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan
supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Kelemahan kurikulum 2013


1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak
perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang
harus tetap ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini,
karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit
para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa
membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan
pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang
dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus
ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum
2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas
yang sama.
8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi
terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu
lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA
dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada
unsur keterpaksaan.

Anda mungkin juga menyukai