Anda di halaman 1dari 26

Tugas Resume Kurikulum

D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Rizka Hanifah Batubara
Nama Dosen : Susiah Amni, M.A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2017
Resume kelompok 1

Konsep Dasar Kurikulum

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum menurut Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Bab I pasal I poin 19 adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kurikulum menurut Hamid Hasan, mengemukakan bahwa untuk mencari
rumusan kurikulum dapat ditinjau dari empat dimensi, yaitu : (1) kurikulum sebagai
suatu ide; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dan (4) kurikulum sebagai
suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Kurikulum sebagai arahan muatan pendidikan juga perlu disusun dengan baik. Meski
setiap sekolah taman kanak-kanak dapat menyusun kurikulum sendiri bukan berarti bisa
asal-asal tampa sistematika dan tujuan yang jelas.
B. FungsiKurikulum
Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang
berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum
mempunyai arti sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga
pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga
pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan
dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar,
sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang
ditentukan.
4. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah
(tujuan institusional dan tujuan pembelajaran) dan sebagai pedoman yang
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program
kegiatan yang tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau
menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan.
C. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan RA
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pendidik mempunyai tugas
pokok untuk melaksanakan pengajaran atau sekarang lebih dikenal dengan istilah
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diwujudkan dalam bentuk interaksi antara
pendidik dengan peserta didik.Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, pendidik
berupaya “menyampaikan” sejumlah isi dan bahan pembelajaran kepada peserta didik
melalui proses atau cara tertentu, serta melaksanakan evaluasi untuk mengetahui proses
dan hasil pembelajaran, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum. Dengan
demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai salah satu komponen utama dalam sistem
pendidikan.
Pentingnya pendidikan anak usia dini telah disadari oleh pemerintah. Anak
mendapatkan jaminan hidup untuk tumbuh dan berkembang secara baik sebagaimana
disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 28B Ayat (2): Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pengaturan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dijelaskan dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI, Pasal 28 Ayat (1)
sampai (6):
1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.
3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-
kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), ataubentuk lain yang sederajat.
4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman PenitipanAnak (TPA), ataubentuk lain yang sederajat.
Alokasi waktu belajar untuk Kelompok usia 4 - ≤ 6 tahun PAUD Jalur
Pendidikan Formal (termasuk RA) adalah sebagai berikut:
a) Satu kali pertemuanselama 150 – 180 menit.
b) Enam atau lima hari per minggu, denganjumlah pertemuansebanyak 900 menit (30
jam 30 menit)
c) Tujuhbelasmingguefektif per semester
d) Dua semester pertahun.
D. Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum terdiri dari beberapa komponen. menyebutkan empat komponen,
yaitu : (1) tujuan; (2) isi atau materi; (3) proses atau sistem penyampaian dan media, dan
(4) evaluasi. Sementara itu, Asep Herry Hernawan, mengemukakan lima komponen
kurikulum yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) metode; (4) organisasi kurikulum; (5)
evaluasi.
Dalam Kurikulum 2004 terdapat empat komponen kurikulum, yaitu :
1. Kurikulum dan Hasil Belajar; memuat perencanaan pengembangan kompetensi
peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun.
Kurikulum dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator
dari TK dan RA sampai dengan Kelas XII.
2. Penilaian Berbasis Kelas; memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik
melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar
peserta didik dan pelaporan;
3. Kegiatan Belajar Mengajar; memuat gagasan-gagasan pokok tentang
pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan
serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran
agar tidak mekanistik; dan
4. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah; memuat berbagai pola pemberdayaan
tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil
belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan
kurikulum (curriculum council), pengembangan perangkat kurikulum (a.l.
silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem
informasi kurikulum.
Sedangkan pada kurikulum RA 2013 terdapat 10 komponen yaitu :
a. Kurikulum merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak dengan
mempertimbangkan potensi, bakat, minat, perkembangan dan kebutuhan
anak, termasuk kebutuhan khusus.
b. Kurikulum dikembngkan secara kontekstual
c. Mencangkup semua dimensi kompetensi dan program pengembangan
d. Kurikulum dirancang untuk membangun sikap spiritual dan sosial, bahkan
menjawab-tes-tes, kuis, dan pengetahuan jangka pendek lainnya
e. Memperhatikan tingkat perkembangan anak
f. Mempertimbangan cara anak belajar
g. Holistik-integratif
h. Belajar melalui bermain
i. Memberi pengalaman belajar
j. Memperhatiakan dan melestarikan karakteristik budaya

E. Analisis Terhadap Kurikulum Raudhatul Athfal

1. Kelemahan kurikulum RA

a. Tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya, seperti
pelajaran membaca, menulis, berhitung, dan menghafal. Bukannya memberikan
stimulasi pada potensi anak secara menyeluruh, materi dan metode belajar yang tidak
sesuai dengan perkembangan anak justru akan menghambat perkembangan potensi
tersebut karena anak telah dibatasi dalam belajar.
b. Tidak sesuai dengan latar belakang anak, misalnya materi bahasa asing dan komputer.
Bagi anak-anak Indonesia, penguasaan bahasa ibu dan bahasa nasional tentu sangat
penting karena akan menjadi bekal anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi.
Sementara bahasa asing belum dibutuhkan anak dalam kehidupannya. Bahasa asing
perlu diberikan pada anak ketika bahasa ibu dan bahasa nasional sudah dikuasai dengan
baik
c. Sistem klasikal yang tidak memberikan kebebasan belajar pada anak. Duduk manis di
dalam kelas dan mendengarkan guru atau menulis sangat tidak sesuai dengan
perkembangan anak.

Resume Kelompok 2

Prinsipdan Cara Pengembangan Pembelajaran Anak Usia Dini

A. Cara Dan Kebiasaan Belajar Anak Usia Dini


Pada umumnya anak usia dini memandang segala sesuatu sebagai satu kesatuan
yang utuh sehingga pembelajarannya masih bergantung pada objek konkrit, lingkungan
dan pengalaman yang dialaminya. Berdasarkan hal tersebut cara dan kebiasaan belajar
anak usia dini dapat didefenisikan dan dianalisis sebagai berikut. Belajar melalui gerakan
refleks dan aktivitas tubuh. Gerakan refleks bertujuan merespon berbagai rangsangan dari
luar, baik yang positif maupun negatif.
1. Belajar memerankan perasaan, dan hati nurani.
Perasaan dan hati nurani merupakan pola prilaku yang kompleks yang tidak dipelajari,
melainkan suatu pembawaan yang tampak pada setiap orang.
2. Belajar sambil bermain.
Setiap anak yang normal menyukai bermain dan permainan, serta melalui bermain dan
permainan tersebut mereka memperoleh berbagai pengalaman, baik yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan.
3. Belajar melalui komunikasi, interaksi dan sosialisasi.
Pada masa ini anak mulai membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial,
belajar bergaul dengan teman sebayanya.
4. Belajar dari lingkungan.
Lingkungan membentuk cara belajar anak dengan memberikan stimulus dan tantangan,
kemudian anak mereaksi stimulus dan tantangan tersebut secara bertahap, yang nantinya
akan membentuk cara dan kebiasan belajarnya.
5. Belajar memenuhi hasrat dan kebutuhan.

Hasrat dan kebutuhan anak usia dini sangat berpengaruh terhadap perkembangan nya.
Hasrat dan kebutuhan terdiri dari dua kelompok, yaitu kebutuhan pisiologis-organis,
seperti makan dan minum, dan kebutuhan psikis seperti kasih sayang, dan rasa aman.

B. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini


Sehubungan dengan cara dan kebiasaan anak-anak usia dini sebagaimana
diuraikan diatas, proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut.
1. Mulai dari yang konkrit dan sederhana. Pembelajaran anak usia dini harus dimulai
dari hal-hal yang konkrit dan sederhana, agar dapat diikuti oleh setiap anak sesuai
dengan perkembangannya.
2. Berangkat dari hal-hal yang dimiliki anak. Setiap pembelajaran harus memberikan
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru,
tetapi tetap menghubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal oleh anak.
3. Pengenalan dan pengakuan. Pengenalan dan pengakuan atas peran anak sangat
penting dalam memunculkan inisiatif dan keterlibatan aktif anak dalam pembelajaran.
4. Menantang. Aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk
mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu
menyelesaikan tantangan pertama, maka dapat diberikan tantanagan berikutnya yang
lebih menantang lagi sehingga tidak membosankan.
5. Bermain dan permainan. Belajar melalui bermain dan permainan dapat memberi
kesempatan pada anak untuk bereksplorasi, berimprovisasi, berkreasi,
mengekspresikan perasaan, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat
membantu anak mengenal dirinya, dan lingkungannya.
6. Alam sebagai sumber belajar. Alam merupakan sumber belajar yang tak terbatas bagi
anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuan dan
pemahamannya.
7. Sensori. Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau indrawi nya yaitu :
meraba, mencium, mendengar, melihat dan merasakan segala sesuatu yang datang
dari lingkungannya.
8. Belajar membekali keterampilan hidup. Belajar harus dapat membekali anak untuk
memiliki keterampilan hidup (life skill) sesuai dengan kemampuan masing-masing.
9. Fokus pada proses, bukan pada produknya. Pembelajaran anak usia dini hendaknya
difokuskan pada proses belajar, proses berfikir, dan proses bersosialisasi, bukan pada
hasil bljar anak.
Adapun prinsip-prinsip konstruktivisme banyak digunakan dalam penerapan
kurikulum pendidikan antara lain :
a. Pengetahuan dibangun oleh anak secara aktif.
b. Penekanan proses belajar mengajar terletak pada anak.
c. Guru adalah fasilitator.
d. Penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses dan bukan produk / hasil
akhir.
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup
anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan
memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. Pendidikan
anak usia dini dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu
pada prinsip-prinsip perkembangan anak.

C. Manfaat Memahami Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, pisikis, sosial,
moral, spiritual maupun emosional. Anak usia dini merupakan masa yang paling tepat
untuk membentuk pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman
selanjutnya.
Pengalaman anak pada usia dini akan berpenagruh kuat terhadap perkembangan
kehidupan selanjutnya, bertahan lama, dan tidak dapat dihapuskan. Pengalaman tersebut
meskipun sudah masuk ke dalam otak bawah sadar, akan muncul kembali ketika ada
stimulus yang merangsangnya, hanya mungkin dalam bentuk yang berbeda.
Beberpa manfaat memahami karakteristik anak usia dini dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap karakteristik anak usia dini dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk memberikan pendidikan dan layanan yang efektif.
2. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk merancang program-
program yang tepat untuk mengantarkan anak sukses dalam setiap langkah
kehidupannya.
3. Pemahaman terhadap anak usia dini akan bermanfaat untuk memberikan
pengalaman awal yang positif terhadap setiap anak sesuai dengan potensi dan
karakteristiknya masing-masing
4. Pemahamana terhadap anak sangat bermanfaat untuk memberikan stimulus fisik dan
mental secara optimal, karena pada usia dini terjadi perkembangan fisik dan mental
dengan kecepatan yang luar biasa dibanding dengan sepanjang usianya.
5. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk mengetahui berbagai
hal yang dibutuhkan oleh anak dan yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya
6. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk mengetahui tugas-tugas
perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi, agar dapat melaksanakan
tugas perkembangnnya dengan baik.
7. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk membimbing proses
belajar pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
8. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk menaruh harapan dan
tuntutan terhadap anak secara realistis.
9. Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.

Resume kelompok 3

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum Paud


Pada mulanya isitilah kurikulum digunakan bukan dalam bidang pendidikan, tapi
dalam dunia olahraga. Curriculum (dalam bahasa Yunani) dari kata Currir yang berarti
pelari. Dan Curere yang berarti tempat berpacu. Mengambil dari istilah ini curriculum
adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari sehingga sampai pada garis finish
yang ditentukan. Jadi kurikulum, sebagai program pendidikan, berfungsi sebagai
pedoman umum dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Kurikulum, khususnya kurikulum anak usia dini/TK harus direncanakan untuk
membantu setiap anak mengembangkan potensinya secara utuh. Konsep-konsep dasar
disajikan dalam suatu kegiatan yang dapat merangsang, menarik dan melibatkan anak
dan menyediakan pondasi untuk belajar secara baik. Kurikulum harus dirancang dan
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan
kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek intelektual atau kognitif, emosi dan
fisik anak, memberikan dorongan, serta mengembangkan hubungan sosial yang sehat.
B. Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara tata bahasa, prinsip mempunyai arti asas, dasar, keyakinan dan pendirian.
Dari pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa kata prinsip menunjuk pada hal yang
sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan,
serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang sama.
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu
bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap
kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang
baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan
kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil
penilaian yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
C. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip dasar yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai
suatu kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1. prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas
2. prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Adapun Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar.
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
D. Landasan-Landasan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan,
sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah
yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh.
Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan
yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu
sendiri. Terlepas dari itu semua bahwa pada intinya semua sama.
E. Landasan kurikulum Paud
1. Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini dikembangkan dengan sejumlah
landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi anak
agar menjadi manusia Indonesia berkualitas sebagaimana yang tercantum dalam
tujuan Pendidikan Nasional.
2. Landasan Sosiologi
Kurikulum pendidikan anak usia dini dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang sangat beragam. Satuan PAUD merupakan representasi dari
masyarakat yang beragam baik dari aspek strata sosial ekonomi, budaya, etnis,
agama, kondisi fisik maupun mental.
3. Landasan Psiko-Pedagogis
Kurikulum pendidikan anak usia dini dikembangkan dengan mengacu pada cara
mendidik anak sebagaio individu yang unik, memiliki kecepatan perkembangan yang
berbeda, dan belum mecapai masa operasional konkret, dan karenanya digunakan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan potensi
setiap anak.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum pendidikan anak usia dini dikembangan dengan mengacu pada teori
pendidikan berbasis standar dan kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berbasis
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
penyelenggaraan pendidikan. Standar tersebut terdiri dari standar tingkat pencapaian
perkembangan anak.
5. LandasanYuridis
Landasan yuridis digunakan sebagai dasar hukum kerangka kebijakan dalam
mengembangkan kurikulum PAUD, baik ditingkat negara (pemerintah) sebagai
pemegang amanah untuk memenuhi hak-hak dasar anak maupun tingkat pelaksana
PAUD.

Resume Kelompok 4

KURIKULUM 1968, KURKULUM 1976, KURIKULUM 1984, KURIKULUM 1994,


KURIKULUM 2004, KURIKULUM 2006, KURIKULUM 2013

A. Kurikulum 1968
Setelah kurikulum tahun 1964, pemerintah mengeluarkan kurikulum Taman
Kanak-kanak yang lebih disempurnakan yaitu kurikulum tahun 1968 yang menjadi
pedoman resmi bagi penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak di Indonesia.
Berdasarkan hasil peninjauan tersebut, pemerintah memperkenalkan kurikulum
baru yaitu Kurikulum 1968, dimana pada kurikulum tersebut isi kurikulum yang dibahas
mencakup segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pendidikan dalam
arti luas yang mencakup:
a. Silabus,
b. Contoh pelaksanaan,
c. Organisasi Taman kanak-kanak: intern dan ekstern,
d. Perlengkapan,
e. Guru/pegawai,
f. Administrasi, dan
g. Evaluasi
1. Tujuan Kurikulum
Berdasarkan hal tersebut dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka
tujuan umum dan tujuan khusus Taman Kanak-kanak dirumuskan sebagai berikut:
a. TujuanUmum: mernbentuk manusia Pancasila sejati, yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yang cakap, sehat, dan terampil, serta bertanggung jawab
kepada Tuhan, masyarakat dan negara.
b. TujuanKhusus
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jasmaniahnya dan rohaniabnya serta mengembangkan potensi-potensi yang
ada padanya secara optimal, sebagai individu yang khas.
2. Memberi bimbingan yang saksama agar anak memiliki sifat- sifat dan
kebiasaan yang baik sehingga mereka dapat diterima oleh masyarakatnya.
3. Mencapai kematangan mental dan fisik yang dibutuhkannya dapat
melanjutkan pelajarannya di Sekolah Dasar.
2. Isi Program Kegiatan
Pada Kurikulum 1968 seluruh kegiatan pendidikan di TK dibagi dalam 8 bidang
yaitu:
a. Bidang penerapan pancasila
Bidang Penerapan Pancasila dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan anak dan
melayani aspek perkembaannya di mana asas-asas Pancasila merupakan pegangan
dan memberikan arahan akan tercapainya tujuan umum pendidikan TK yaitu
manusia Pancasilais sejati.
b. Bidang bermain/kegiatan bebas
Bidang bermain bebas perlu diasakan karena sesuai dnegan kebutuhan anak untuk
bermain atau melakukan kegiatan-kegiatan secara bebas menurut kehendak
hatinya
c. Bidang pendidikan bahasa
Setiap anak mempunyai kebutuhan untuk dapat menyampaikan pikiran, perasaan
dan keinginannya kepada orang lain dan itu dilakukan dengan bahasa.
d. Bidang pendidikan alam sekitar
Setiap anak mempuyai keinginan untuk berekplorasi atau menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman dari lingkungannya atau alam sekitarnya. Oleh karena
itu, dalam pendidikan di TK dilakukan kegiatan eksplorasi untuk
memperkenalkan kepada anak tentang manusia dan pekerjaannya yang hidup
dalam lingkungananak, binatang-binaang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda
yang ada dan manfaatnya bagi manusia.
e. Bidang pendidikan jasmani
Kebituhan anak meliputi kebutuhan jasmani dan rokhani, aspek
perkembagannyapun meliputi aspek perkembagan jasmani yang ditekankan pada
pengembangan otot-otot kasarnya dan keterampilan jasmaninya.
f. Bidang ungkapan kreatif/seni
Anak usia TK mempunyai kebutuhan untuk mengapresiasikan perasaannya dan
pikirannya dengan berbagai cara menurut ciptaan anak sendiri. Dalam
mengepresikan dirinya anak dapat menghayati berbagai emosi seperti perasaan
estetis (keindahan).
g. Bidang sosial menulis
Selain bidang pendidikan jasmani anak yang mementingkan pengembagan otot
kasarnya, maka anak juga perlu dikembangkan tentang pemeliharaan
kesehatannya.
h. Bidang pendidikan skolastik
Kemampuan akan membaca, menulis dan berhitung merupakan salah satu
kebtuhan bagi anak. Oleh akrena itu mellaui bidsnag pendidikan skolastikanak
akan mendapat konsep menganai bilangan, menganal simbol-simbol (tulisan) dan
koodinasi dari otot-otot mata serta tangannya untuk belajar menulis.
B. Kurikulum 1976
Pada Kurikulum 1976 ada penyesuaian format dan isi kurikulum dengan sekolah
lebih lanjut. Beberapa ciri dari Kurikulum 1976 adalah:
a. Menganut lima prinsip pendidikan yaitu fleksibilitas program, efisiensi dan
efektivitas, berorientasi pada tujuan, kontinuitas dan pendidikan seumur hidup.
b. Mengenal berbagai tingkatan tujuan yaitu tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan
tujuan instruksional
c. Struktur program terdiri dari delapan bidang pengembangan yaitu Pendidikan Moral
Pancasila, kegiatan/ bermain bebas, Pendidikan Bahasa, Pengenalan Lingkungan
Hidup, Ungkapan Kreatif, Olahraga
d. Pendidikan, Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan, PendidikanScholastik
e. Metode pembelajran yahg digunakan adalah metode unit yang dikembangkan
melalui pusat-pusat minat
f. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh kepribadian anak melalui observasi dan
pengukuran yang terus menerus dan sistematis
g. Kurikulum Taman Kanak-kanak Tahun 1976 berlaku pada tanggal 8 Maret 1977 No.
054/U/1977
1. Tujuan Kurikulum
Tujuan Instruksional terperinci lagi menjadi tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler
itu dibebankan kepada masing-masing bidang pengembangan. Selanjutnya tujuan
kurikuler terperinci lagi menjadi tujuan pengajaran. Pada Kurikulum 1976 ini
pendidikan di TK menekankan pada pengembangan kepribadian dalam segala
aspeknya disesuaikan dengan bidang pengembangan yang akan dikembangkan.
2. Isi dan program kegiatan
Program kurikulum 1976 terdiri dari 8 bidang pengembangan yaitu:
a. Bidang pengembangan Pendidikan Moral Pancasila
b. Bidang pengembangan kegiatan/ bermain bebas
c. Bidang pengembangan Pendidikan Bahasa
d. Bidang pengembangan Pengenalan Lingkungan Hidup
e. Bidang pengembangan Ungkapan Kreatif
f. Bidang pengembangan Olahraga Pendidikan
g. Bidang pengembangan Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan
h. Bidang pengembangan Pendidikan Scholastik
C. Kurikulum 1984
Dalam Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Nomor III/MPR/1983 tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang dilandasi oleh Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dinyatakan bahwa sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan di segala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan
serta dapat meningkatkan keativitas.
Berdasarkan hasil analisis kurikulum 1984 yang dilakukan oleh Pusat
Kurikulum, dinyatakan antara lain bahwa masih terdapat bahan pengembagan yang
harus dihilangkan karena terjadi tumpang tindih antara bidang pengembangan yang satu
dengan yang lainnya, adanya istilah-istilah yang terlalu abstrak untuk anak usia TK.
1. Tujuan
Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak mengacu kepada tujuan pendidikan
nasional yang digariskan dalam GBHN 1983 yaitu:
a. Meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan daya
cipta, yang diperlukan untuk hidup di lingkungan masyarakat
b. Mernberikan bekal kemampuan dasar bagi perkembangan anak secara utuh
c. Memberikan bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan
seumur hidup.
2. Isi dan program kegiatan
Isi program pendidikan mencakup bidang-bidang pengembangan:
a. Pendidikan Moral Pancasila
b. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
c. Kemampuan berbahasa
d. Perasaan, kemasyarakatan, dan kesadaran lingkungan
e. Daya cipta
f. Pengetahuan
g. Jasmani dan kesehatan

D. Kurikulum 1994
TK sebagai bagian dari pendidikan rasekolah telah diatur oleh Peraturan
pemerintah no 27 tahun 1990 tantang pendidikan prasekolah dan secara khusus telah
pula diatur dalam kepmendikbud RI no 0486/zu/1992 tantang TK. Untuk
menyesuaiakan dengan perturan tersebut di atas maka Kurikulum TK 1976 yang
disempurnakan perlu diperbaiki. Program Kegiatan Belajar TK 1994 adalah perbaikan
dari kurikulum tersebut.
1. Tujuan
Program kegiatan belajar TK bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
2. Isi program kegiatan
PKB TK didasarkan pada tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya. Berdasarkan PP No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan
prasekolah bahwa isi PKB TK meliputi pengembangan:
1. Moral Pancasila
2. Agama
3. Disiplin
4. Kemampuan Berbahasa
5. Daya Pikir
6. Daya cipta
7. Perasaan/emosi
8. Kemampuan bermasyarakat
9. Keterampilan
10. Jasmani
E. Kurikulum TK 2004 (kurikulum berbasis kompetisi)
Penyempurnaan kurikulum, termasuk kurikulum Taman Kanak-kanak
dilaksanakan secara terus-menerus dan dilakukan melalui tahapan pengkajian,
sosialisasi, advokasi dan perintisan mulai tahun 2001 oleh tim pengembang kurikulum,
pakar, praktisi, dan pembina serta penyelenggara pendidikan.
Kurikulkum berbasis kompetensi, pada tahun 2002, Pusat Kurikulum
menerbitkan Kurikulum dan hasil belajar-Kompetensi Dasar PAUD untuk usia 4-6
tahun. Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang Standar
Nasional Pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan
serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah maka diterbitkan
Kurikulum 2004-standar Kompetensi PAUD-Taman Kanak-kanak dan raudhatul Athfal.
1. Tujuan
Tujuan Pendidikan anak usia TK seperti yang diamantkan oleh Kurikuum 2004
adalah diarahkan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi
baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nila-nilai agama, social emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.
2. Isi program dankegiatan
Kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak terdiri atas Kerangka Dasar, dan standar
Kompetensi Taman Kanak-kanak. Untuk pelaksanaan di Taman Kanak-kanak
dilengkapi perangkat pedoman pengembangan silabus, pedoman pengembangan
pembelajaran, pedoman penilaian, dan secara bertahap akan disusun perangkat
pedoman lainnya.
aspek-aspek perkembangan tersebut dipadukan dalam bidang pengembangan
yang utuh mencakup: bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui
pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar.
a. Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku melalui Pembiasaan
b. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
3. Kurikulum 2006 (KTSP)
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dengan terbitnya Standar Nasional PAUD
No. 58 tahun 2010 , maka diharapkan TK sudah dapat mengembangkan
Kurikulumnya sendiri. Standar Nasional PAUD merupakan hasil kajian yang
dilakukan terhadap Standar Kompetensi TK/RA 2004 dan Menu.
Standar Pendidikan Nasional PAUD merupakan pengelompokkan dari 8
standar nasional Pendidikan. Standar PAUD tersebut dikelompokan jadi 4 standar
yaitu:
1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
2) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3) Standar isi, proses, dan penilsian, dan
4) Sandar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan Jabaran.
1. Isi program kegiatan
Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan
pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui
kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi:
(1) nilai-nilai agama dan moral,
(2) fisik,
(3) kognitif,
(4) bahasa, dan
(5) sosial emosional.

4. Kurikulum 2013
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
I Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
1. Tujuan
Tujuan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah mendorong
perkembangan peserta didik sehingga mempunyai kesiapan untuk menempuh
jenjang pendidikan selanjutnya baik dalam hal sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.
2. Karakteristikkurikulum 2013 pendidikananakusiadini
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan karakteristik
sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan
moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang
tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan keterampilan
b. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam
pemberian rangsangan pendidikan
c. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan
d. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.
3. Isi program kegiatan
Muatan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini berisi program-program
pengembangan yang terdiri dari:
a. Program pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan
suasana belajar untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai
agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam
konteks bermain.
b. Program pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain.
c. Program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan proses berpikir dalam konteks bermain.
d. Program pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.
e. Program pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana
untuk berkembangnya kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta
kematangan emosi dalam konteks bermain.
f. Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks
bermain.
Resume kelompok 5

Model Pengembangan Kurikulum


A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun dari sekolah.
Jadi model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus
dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
B. Model-model Pengembangan Kurikulum
1. Model Ralph Tyler (Basic Principles Curriculum and Instruction)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler diajukan
berdasarkan pada beberapa pernyataan yang mengarah pada langkah-langkah dalam
pengembangan kurikulum.
2. Model Taba(inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut
penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memrcayai bahwa guru
merupakan faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam
pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.
3. Model Oliva
Menurut oliva, suatu model kurikulum harus bersifat simpel, koperhensif dan
sistematik.
4. D.K. Wheeler (Curriculum Process)
Wheeler mempunyai argument tersendiri agar pengembangan kurikulum dapat
menggunakan lingkar proses, yang setiap elemennya saling berhubungan dan saling
bergantung. Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum pada
dasarnya memiliki bentuk rasional
5. Audery dan Howard Nicholls
Audery dan Howard Nicholls mengembangkan suatu pendekatan yang tegas
mencakup elemen-elemen kurikulum dengan jelas dan ringkas. Ia menitikberatkan pada
pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk
kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi.
Ada lima langkah yang diperlukan dalam proses pengambangan secara kontinu.
Langkah-langkah tersebut:
a. situasional analysis (analisis situasi)
b. selection of objectives (seleksi tujuan)
c. selection and organization of content (seleksi dan organisasi isi)
d. selection and organization of methods (seleksi dan organisasi mode)
e. evaliation (evaluasi)
6. Deckler Walker
Walker berpendapat bahwa para pengembang kurikulum tidak mengikuti
pendekatan yang telah ditentukan dari urutan yang rasional dari elemen-elemen
kurikulum ketika mereka mengembangkan kurikulum. kurikulum. Lebih baik
memprosesnya melalui tiga fase di dalam persiapan natural daripada dalam kurikulum.
Keputusan akan dicapai setelah ada diskusi mendalam dan dikompromikan oleh
individu-individu. Keputusan-keputusan itu kemudian deirekam dan menjadi basis data
untuk dokumen kurikulum atau materi yang lebi spesifik.
7. Malcolm Skilbeck (dyanamic or interactive models)
Model dinamis atau interaktif (dyanamic or interactive models) menetapakan
pengembangan kurikulum harus mendahulukan sustu elemen kurikulum dan
memualianya dengan suatu dari urutan yang telah ditetntukan dan diajurkan oleh model
rasional. Skilbeck mendukung petunjuk tersebut, menambahkan sangat penting bagi
developers untuk menyadari sumber-sumber tujuan mereka. Untuk mengetahui sumber-
sumber tersebut, Skilbeck berpendapat bahwa “a situasional analysis” harus dilakukan.
8. Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke
bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum
ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan
dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim
pengarah dalam pengembangan kurikulum.
9. Model Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif. Model
Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah.
Pengembangan kurikulum model ini, berada ditangan staf pengajar sebagai pelaksana
pada suatu sekolah atau beberapa kesolah sekaligus.
10. Model demonstrasi
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots).
Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya
digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan
atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada
dua bentuk model pengembangan ini.
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum di PAUD dikembangkan berdasarkan tiga pilar, yaitu:
1. Penataan lingkungan di dalam dan di luar kelas.
2. Bermain dan alat permainan edukatif.
3. Interaksi yang ditunjukan oleh guru dan anak serta orang-orang yang terdapat
pada lembaga pendidikan tersebut.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan, prinsip pengembangan
kurikulum PAUD, harus benar-benar berpihak kepada anak dan dapat memenuhi
kebutuhan dalam proses pendidikan anak, baik secara psikologis, interaksi sosial
dan aspek-aspek lainnya yang bersentuhan langsung dengan anak dalam rangka
proses pembelajaran untuk perkembangan anak.
Resume kelompok 6

Pembelajaran dan Tema


A. Pengertian Pembelajaran dan Tema
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar.
2. PengertianTema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep
kepada peserta didik secara utuh. Tema dan sub tema PAUD merupakan alat atau
wadah untuk mengenalkan berbagi konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam
satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan
membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
B. Prinsip-prinsip dalam Memilih Tema
1. KEDEKATAN
Artinya tema hedaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan
anak. Dekat dimaksud dapat dekat secara fisik dapat juga dekat secara emosi atau minat
anak.Contoh tema yang terdekat dengan peserta didik misalnya diri sendiri.
2. KESERDAHANAAN
Artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal anak agar anak dapat menggali
lebih banyak pengalamannya. Jadi pemilihan tema tidak perlu yang muluk-muluk.
3. KEMENARIKAN
Artinya tema Yang dipilih harus mampu menarik minat belajar anak.tema
menarik tidak selalu tema yang aneh tetapi tema sekitar anak juga bisa menarik jika guru
dapat memilih aktifitas yang sesuai dengan perkembangan anak.
4. KEINSIDENTELAN
Artinya pemilihan tema tidak selalu baku yang direncanakan diawal tahun, tetapi
juga dapat menyisipkan kejadian luar biasa yang dialami anak. misalnya peristiwa banjir
yang dialami anak dapat dijadikan tema insidental.
2) Cara Membuat Tema Menjadi Sub Tema
Untuk membuat atau mengidentifikasikan sebuah tema menjadi sub tema, kita
bisa mengidentifikasikannya di awal tahun pelajaran. Proses membuat tema dilakukan
oleh guru dan anak didik melalui kegiatan percakapan awal.
Banyak hal dilingkungan kehidupan kita dapat dijadikan tema, karena pada
dasarnya tema sebagai bingkai yang dapat dipelajari anak.Lembaga dapat
mengembangkan tema sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. Dalam buku
panduan guru telah diberikan contoh sebanyak Tema yang dikembangkan menjadi 34
Sub/Sub-sub Tema.
C. Langkah-langkah Pengembangan Tema
1. PEMILIHAN TEMA
Langkah pertama yang harus dilakukan pendidik adalah menetapkan
tema apa yang akan dipakai untuk memfasilitasi kegiatan belajar anak. Bila akan
menggunakan tema yang ada di pedoman guru, maka pilihlah tema yang paling
dekat dengan kehidupan anak, yang paling diminati oleh anak, dan
memungkinkan dilakukan oleh guru.
2. MENGEMBANGKAN TEMA DAN SUBTEMA
Apabila tema sudah ditetapkan, cobalah mengembangkannya menjadi
sub-sub tema. Sub tema artinya bagian yang lebih khusus dari sebuah tema.
Caranya dengan memikirkan apa saja yang terkait dengan tanaman.
3. MENENTUKAN SUBTEMA YANG AKAN DITENTUKAN
Dari sekian banyak sub-sub tema yang dikembangkan dari sebuah tema,
pilihlah beberapa sub tema yang diperkirakan paling menarik bagi anak.

Anda mungkin juga menyukai