Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NEUROSAINS

“KOLABORASI KECERDASAN OTAK”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Chayria Putri Pratami


2. Nelly Masnaria Purba
3. Ayu Adistya
4. Nurkhaliza
5. Sri Handayani Tarigan

Dosen Pengampu:
GITA NOVERI EZA, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI REG A 2019


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’la, sebab telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik, benar dan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih kepada para dosen mata kuliah pembelajaran sains ibu Gita Noveri
Eza, S.Pd, M.Pd. yang tidak pernah bosan untuk memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada
kami para mahasiswa.

Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber yang relevan dan memerlukan bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu penyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis membuka
hati dan kesempatan kepada pembaca untuk tidak segan-segan memberikan nasihat dan kritikan
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Akhir kata penulis menyucapkan banyak terima kasih kepada pembaca. Semoga makalah ini
dapat menginspirasi dan memberikan manfaat yang baik kepada kita semua.

Medan, Maret 2020

Tim Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
A.Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
A. Pengertian Kolaborasi Kecerdasan Otak...............................................................
B. ..............................................................................................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................


A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8
tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam
berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk
perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003
pada bab 1 pasal 1 ayat 14 bahwa :
Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang
ditunjukan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki pendidikan lebih lanjut.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersikap unik, dalam arti
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik
halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), sosioemosional (sikap dan perilaku serta
beragam), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Masa Usia dini disebut sebagai usia emas atau golden age. Masa-
masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak
membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai
kematangan yang sempurna. Apabila masa kritis ini tidak mendapat

4
rangsangan dalam bentuk latihan atau proses belajar, maka anak akan
mengalami kesulitan pada masa-masa perkembangan berikutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hubungannya bau dengan otak?
2. Apa hubungannya warna dengan otak?
3. Apa hubungannya hidrasi dengan otak?
4. Apa hubungannya emosi dengan otak?
5. Apa hubungannya gizi dengan otak?
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi mata kuliah Neurosains
2. Untuk mengetahui Koleborasi Kecerdasan Otak
3. Untuk mengetahui hubungan bau, warna, hidrasi, emosi, dan gizi dengan otak

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolaborasi Kecerdasan Otak
Kecerdasan kolaboratif adalah istilah yang digunakan dalam beberapa disiplin
ilmu. Dalam bisnis ini menggambarkan jaringan heterogen orang yang berinteraksi untuk
menghasilkan hasil yang cerdas. Ini juga dapat menunjukkan sistem penyelesaian
masalah multi-agen yang tidak otonom. Istilah ini digunakan pada tahun 1999 untuk
menggambarkan perilaku ekosistem bisnis yang cerdas  dimana Collaborative
Intelligence, atau CQ, adalah "kemampuan untuk membangun, berkontribusi, dan
mengelola daya yang ditemukan dalam jaringan orang." Ketika komunitas ilmu komputer
mengadopsi istilah kecerdasan kolektif dan memberikan istilah itu denotasi teknis khusus,
istilah pelengkap diperlukan untuk membedakan antara homogenitas anonim dalam
sistem prediksi kolektif dan heterogenitas non-anonim dalam sistem pemecahan masalah
kolaboratif. Kecerdasan kolektif anonim kemudian dilengkapi dengan kecerdasan
kolaboratif, yang mengakui identitas, memandang jejaring sosial sebagai landasan bagi
ekosistem pemecahan masalah generasi berikutnya, yang dimodelkan pada adaptasi
evolusioner dalam ekosistem alam.

Pertumbuhan otak sangat penting bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosio
nal pada individu (Papalia, Old, & Feldman, 2008; Mutiah, 2010). Tidak diragukan lagi
bahwa otak merupakan pusat kecerdasarn. Otak berfungsi untuk berpikir, mengontrol
emosi, dan mengkoordinasikan aktivitas tubuh (Suyanto, 2005). Dengan demikian, jika
kita mampu memahami perkembangan otak manusia, maka kita akan mampu pula untuk
memahami perkembangan yang terjadi pada manusia yang pada akhirnya dapat
membantu untuk mengoptimalkan segala potensi yang ada pada diri individu. Demikian
pula pentingnya memahami perkembangan otak pada anak usia dini, sehingga nantinya
kita akan dapat memahami upaya‐upaya yang dapat mengoptimalkan segala potensi yang
ada pada anak usia dini.

Otak pada individu mulai berkembang secara gradual pada usia sekitar 2 minggu
setelah pembuahan, berkembang dari tabung panjang menjadi sekelompok sel berbentuk
bulat (Santrock, 2002; Papalia, Old, & Feldman, 2008). Sembilan bulan kemudian, bayi

6
lahir dengan otak dan sistem syaraf yang berisi hampir 100 milyar sel syaraf (Santrock,
2002; Papalia, Old, & Feldman, 2008; Kledon, 2006; Mutiah, 2010). Otak bayi itu sudah
berisi hampir semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang kehidupannya.
Namun, pola penyambungan antara sel‐sel itu masih harus dimantapkan karena pada saat
lahir dan pada masa awal bayi keterkaitan sel‐sel syaraf ini masih lemah (Santrock, 2002;
Kledon, 2006). Kledon (2006) pun memaparkan, bahwa sebelum lahir, kegiatan
neuronlah yang berperan memperhalus jaringan. Tetapi setelah lahir, kegiatan neuron itu
tidak spontan lagi, dan tugas memperhalus jaringan itu digerakkan oleh banjir
pengalaman indera. Mengingat apa yang dikemukakan oleh Santrock (2002) bahwa
ketika bayi bertumbuh dari usia saat lahir hingga 2 tahun, saling keterkaitan sel‐ sel
syaraf meningkat secara dramatis seiring dengan perkembangan bagian‐bagian sel syaraf
penerima (dendrites).  

Pada saat lahir, berat otak individu hanya sekitar 25% dari berat otak dewa‐ sanya,
dan pada tahun kedua, otak bayi yang baru lahir sekitar 75% berat otak dewasanya
(Santrock, 2002; Papalia, Old, & Feldman, 2008; Kledon, 2006). Pada usia enam tahun,
ukuran otak hampir sebesar otak orang dewasa, tapi pertumbuhan dan perkembangan
fungsi bagian spesifik dari otak terus berlanjut hingga dewasa (Papalia, Old, & Feldman,
2008).  

Suyanto (2005), Mutiah (2010), dan Kledon (2006) menjelaskan, bahwa berbeda
dengan pertumbuhan fisik, sel syaraf otak tidak bertambah lagi jumlahnya setelah lahir.
Setelah lahir, jumlah sel syaraf tidak bertambah lagi karena sel syaraf itu tidak dapat
membelah diri lagi. Tetapi jumlah hubungan antar sel syaraf otak dan proses mielinasi
akan terus berlangsung. Satu sel syaraf otak dapat berhubungan dengan 5, 10, 100, atau
bahkan 20.000 sel syaraf otak lainnya. Senada dengan yang dipaparkan oleh Kledon
(2006) bahwa selama tahun‐ tahun pertama kehidupan,otak manusia mengalami
rangkaian perubahan yang luar biasa. Tidak lama sesudah lahir, otak bayi menghasilkan
bertriliun‐triliun sambungan antar neuron. Semakin banyak jumlah hubungan antar sel
syaraf tersebut, semakin cerdas otaknya dan anak semakin berbakat (Suyanto, 2005;
Mutiah, 2010). Sebagaimana yang disampaikan oleh Kledon (2006), bahwa banyaknya
jumlah sambungan tersebut mempengaruhi kuali tas kemampuan otak sepanjang
hidupnya, di mana kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi
tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit‐unit pada jaringan syaraf di
otak.  

B. Hubungan Bau Dengan Kecerdasan Otak

C. Hubungan Dehidrasi Dengan Kecerdasan Otak

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari keseluruhan kompartemen tubuh. Dehidrasi


disebabkan karena kebutuhan cairan lebih banyak dari asupan yang mengakibatkan

7
volume cairan dalam darah berkurang. (Guyton, 2012). Seseorang dikatakan dehidrasi
ringan (cairan tubuh berkurang 1-3%) bila mengalami gejala-gejala seperti keringnya
mukosa, turgor kulit menurun, lesu, gelisah, mata cekung urin keruh, menurunnya
tekanan darah, hingga gejala gangguan fisik, psikologis, suasana hati (mood), dan
gangguan fungsi kognitif (David Benton, 2011, Kemenkes, 2011).

Penurunan memori biasanya terjada pada usia lanjut. Namun kini, usia muda
banyak juga yang mengalami keluhan penurunan memori segera, hal ini sesuai dengan
penelitian Achmad Iwan Tantomi, 2013 yang berjudul “Tren Fenomena ‘PisiDi’ (Pikun
Usia Dini) sebagai Dugaan Awal Gejala Demensia di Kota Malang”. Usia muda terutama
mahasiswa merupakan usia resiko tinggi kejadian dehidrasi, sebagai contoh di UGM
didapatkan sebanyak 60,9% mahasiswa mengalami involuntary dehydration (Penggalih,
2013) . Penelitian Gustam, 2012 yang yang meneliti tentang Faktor Risiko Dehidrasi
pada Remaja dan Dewasa membuktikan status dehidrasi pada dewasa dan remaja adalah
48,1% dan 44,5%. Penelitian C. Ferreira Pego,2015 menyebutkan hanya 40% pria dan
60% wanita yang memenuhi asupan cairannya sesuai dengan EFSA (European Food
Safety Agency), 39,3% di antaranya adalah kalangan usia 18-29 tahun. Menurut
Armstrong, 2010 sebagian besar orang dewasa mengkonsumsi cairan rata-rata kurang
dari 2,1L perhari. Penelitian lain menunjukan rentang usia 15-24 tahun tidak
mengkonsumsi air yang cukup (rata-rata 1,5 liter perhari untuk laki-laki, dan 1,6 liter
perhari untuk perempuan) (Penggalih, 2013).

D. Hubungan Warna Dengan Kecerdasan Otak

E. Hubungan Emosi Dengan Kecerdasan Otak

Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran
jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu
perilaku. Aspek emosional melibatkan tiga variabel, yaitu variabel stimulus, variabel
organismik dan variabel respons. Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak
adalah: 1) sebagai bentuk komunikasi dengan lingkungannya; 2) sebagai bentuk
kepribadian dan penilaian anak terhadap dirinya; 3) sebagai bentuk tingkah laku yang
dapat diterima lingkungannya; 4) sebagai pembentuk kebiasaan; 5) sebagai upaya
pengembangan diri.

Menurut Ledoux (1996:24), secara historis emosi telah disamakan dengan dosa dan
godaan untuk menolak dengan alasan dan kemauan. Sedangkan menurut beberapa
peneliti, termasuk Antonio Damasio, Daniel Goleman, dan James Zull, emosi sangat
berhubungan dengan pikiran dan dapat saja memulai lebih dulu sebelum kita
menyadarinya. Mereka menganggap hal-hal di bawah ini adalah benar:

1. Emosi berada di otak membuat emosi benar-benar berbasis otak.

8
2. Terdapat hubungan saraf yang terjalin antara emosi dan kecerdasan kita.
3. Emosi kita mempengaruhi kemampuan untuk belajar dan membuat suatu
keputusan.
4. Emosi tidak terpisah dari belajar - mengajar tapi merupakan hal yang terintegrasi
(Connel, 2005:140).
Kecedasan emosional adalah kemampuan mengindera, memahami dan dengan
efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan
pengaruh secara manusiawi. Selanjutnya apabila dipercaya dan dihormati, kecerdasan
emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri
sendiri dan orang lain disekitarnya.
Tingkah laku atau aktifitas seorang individu tidak bias terlepas dari faktor
emosioanl. Emosi seseorang jika terarah dengan baik akan menjadi senjata utama dalam
mendorong seseorang berprilaku kearah pencapaian kebutuhan atau tujuan. Mc Cown,
pengembangan Kurikulum Self Science dan direktur Nueva yang dikutip oleh Danial
Goleman menyatakan, bahwa proses belajar tidak berlangsung terpisah dari perasaan
anak.
F. Hubungan Gizi Dengan Kecerdasan Otak
Menurut Barasi (2007:74), masa pertumbuhan otak tercepat berlangsung dari
pertengahan masa kehamilan sampai 18 bulan setelah lahir. Meskipun perkembangan
otak selama janin dapat dilindungi sampai batas tertentu dengan membelokkan suplai gizi
ke otak, mekanisme ini mungkin menimbulkan dampak jangka panjang terhadap fungsi
otak. Adapun hubungan antara otak dan kecukupan gizi antara lain:
1. Gizi yang adekuat diperlukan otak untuk perkembangan, pemeliharaan, dan
fungsinya.
2. Otak juga memiliki peran esensial dalam pengendalian asupan makanan, yang
dapat menentukan status gizi seseorang.
3. Perilaku juga dapat dikaitkan dengan suplai gizi ke otak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asupan gizi yang adekuat sejak
janin diperlukan otak untuk perkembangan, pemeliharaan, dan fungsinya. Status gizi
kurus ataupun sangat kurus dapat berdampak pada hubungan neuron mungkin tidak
sebanyak yang seharusnya, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan
menimbulkan masalah perilaku. Kekurangan asupan zat gizi dapat menghambat
pertumbuhan myelin, menurunkan kecerdasan sehingga dapat menyebabkan gangguan
belajar.
Definisi Konseptual status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh komsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat
gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/240687-urgensi-kecerdasan-emosional-bagi-anak-u-
603ee567.pdf

10
https://media.neliti.com/media/publications/118677-ID-hubungan-antara-status-gizi-dan-
kecerdas.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/813-1998-1-PB.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/8487-23783-3-PB.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai