Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pengembangan Kesenian Hj. Rahimah, M.Pd

MAKALAH
TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KESENIAN
ANAK USIA DINI 4-5 TAHUN DAN 5-6 TAHUN

Disusun oleh :
RABIAH 19.14.0105
RUPIDA 19.14.0108

PROGRAM STUDI PIAUD


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah Swt Tuhan semesta Alam. Allah yang telah
memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya,
dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Hj Rahimah, M. Pd pada mata kuliah Pengembangan Kesenian. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Tingkat
Pencapaian Perkembangan Kesenian Anak Usia Dini 4-5 Tahun Dan 5-6
Tahun ” bagi para pembaca juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Hj Rahimah, M. Pd, selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Kesenian yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Martapura, 30 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni.......................................................................................... 4
B. Pentingnya Pembelajaran Seni Bagi Anak................................................ 4
C. Jenis-jenis Kegiatan Seni yang Bisa Dilakukan Anak Usia Dini.............. 6
D. Peranan Kegiatan Seni dalam Mengembangkan Aspek-aspek
Perkembangan Anak Usia Dini................................................................. 6
E. Tahapan Perkembangan Seni pada Anak Usia Dini.................................. 12
F. Kegiatan untuk Menstimulasi Seni pada Anak Usia Dini......................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena
karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini sangat penting diperhatikan
khusunya dalam melakukan pengajaran terhadap anak didik. Fungsi seni
dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesiona. Seni
untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi
perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja
professional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya
secara professional.
Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan
pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik,
bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil
karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar,
1990: 10).1 Pendidikan seni kreatif berperan mengembangkan kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ),
kecerdasan spiritual (SQ) dan multi-intelegensi (MI). Peran guru adalah
menstimulus siswa agar dapat menuangkan serta mengembangkan ekspresi
gerak yang kreatif baik secara individual maupun kelompok. Ide atau gagasan
siswa biasanya orisinal, misalnya siswa dapat distimulus untuk memberikan
contoh dan ide gerak tentang bagaimana kelompok binatang menghisap madu,
atau seekor kupu-kupu hinggap di bunga, bagaimana gerak bebek berenang di
kolam. Guru adalah sebagai fasilitator, maka biarkan siswa memvisualisasikan
semua gerakan yang diinginkannya, selanjutnya guru dapat memilih gerakan
mana yang penting dan mana yang tidak.
Mengembangkan imajinasi yang penuh ilham merupakan oksigennya
kreativitas yang menghembuskan warna kehidupan, menambah elemen

1
Munandar, S.C. Utami , 1992, Mengembangkan Bakat Anak, Jakarta : Gramedia

1
2

kegembiraan. Oleh karena itu ketika menari, siswa harus dalam keadaan
gembira sehingga gerak tarian yang muncul akan terlihat luwes dan sesuai
keinginan. Gladys Andrews Fleming (1976) berpendapat bahwa melalui
bergerak dalam menari, sesuai dengan tingkat pemahaman siswa itu sendiri.
Imajinasi setiap siswa tentu tidak akan sama dengan siswa lain apalagi dengan
guru tarinya. Setiap penari bisa saja mengekspresikan gerakan yang ia lakukan
seperti meniru gerak binatang, kodok meloncat, burung terbang, ikan
berenang, atau ia merasa memainkan peran seorang peri dengan tongkat
ajaibnya, menirukan gerakan pohon melambai, gerak di luar dugaan, muncul
berdasarkan daya imajinasinya dan kita sebagai seorang guru harus
mendorongnya agar lebih banyak lagi yang dapat memberikan kebebasan atas
pengembangan ide dan kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah
Untuk mencapai tujuan pembahasan yang diinginkan, penulis merasa
perlu merumuskan masalah-masalah terlebih dahulu. Merujuk pada latar
belakang, penulis merumuskan masalah pada beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah definisi dari seni?
2. Bagaimana peranan dan kegiatan seni dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak?
3. Apa saja tahapan perkembangan seni pada anak?
4. Bagaimana peran guru dalam menstimulasi anak pada kegiatan seni?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1. Menjelaskan definisi seni
2. Mengidentifikasi peranan dan kegiatan seni dalam mengembangkan aspek-
aspek perkembangan anak.
3. Menjelaskan tahapan perkembangan seni pada anak
3

4. Menjelaskan peran guru dalam menstimulasi anak pada kegiatan seni yang
sangat wajar di usianya. Dengan mencoret-coret, aspek perkembangan
lainnya menjadi berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), seni diartikan sebagai
elok, indah; kecakapan membuat, membuat, menciptakan sesuatu yang indah-
indah; suatu karya yang diciptakan dengan kecakapan luar biasa. Dodge,
Colker & Heroman (2002) menyatakan bahwa seni adalah mendesain,
(designing), membuat dan menghasilkan sesuatu (creating), serta
mengeksplorasi (exploring).2 Dalam kegitan seni, anak mencampur-
campurkan cat; mencampur dan membentuk dari tanah liat, membuat bentuk
dari balok-balok, kardus, lego, menari, membuat ritme dengan tangannya, dan
bernyanyi. Apabila kita melihat dari definisi-definisi di atas kita akan melihat
bahwa di dalam seni ada sesuatu yang indah yang diproduksi, diperoleh dari
pengalaman-pengalaman melakukan eksplorasi, dan hasilnya bisa dinikmati
oleh orang banyak.

B. Pentingnya Pembelajaran Seni Bagi Anak


National Education Association (NEA, 1990) menyebutkan bahwa seni
merupakan dasar dari kecerdasan individu, estetika dan perkembangan emosi.
Hal senada mengenai kecerdasan juga disampaikan oleh Gardner (1993,
1998). Ia mengatakan bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya dipengaruhi
dari bagaimana orang tersebut bisa menyelesaikan soal-soal tes atau berhitung.
Akan tetapi ada kemampuan-kemampuan lain yang bisa menjadi dasar untuk
mengukur kecerdasan, contohnya kecerdasan musikal (yang berhubungan
dengan ketepatan individu dalam memproduksi nada, irama, memainkan alat
music, membuat lagu), kecerdasan kinestetik (yang berhubungan dengan
bagaimana individu melakukan kontrol terhadap badannya), kecerdasan logika
matematika (bagaimana individu memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan logika dan hitungan), kecerdasan linguistik, kecerdasan
2
Dodge, D.T., Colker, L.J., dan Heroman, Cate. 2002. The Creative Curriculum For
Preschool. Washington DC: Teaching Strategies, Inc

4
5

spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan


naturalis.3 Dari 8 kecerdasan yang dikemukakan Gardner, ada 4 kecerdasan
yang berhubungan dengan seni namun tidak secara langsung.
Kegiatan seni adalah kegiatan yang menyenangkan dan juga bagi orang
dewasa seperti guru. Kita tidak membutuhkan ekstra energi untuk mengajak
anak-anak dalam bernyanyi, menggerak-gerakkan badan sesuai dengan musik,
membuat suatu bentuk dari tanah liat, atau membuat gambar. Apabila
sensitivitas dan kreativitas anak tidak diasah atau tidak dipersepsi
menyenangkan oleh anak maka kemampuan tersebut akan memudar, dan
bahkan menghilang. Hal tersebut sangat disayangkan kreativitas melalui seni
merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak.
Melalui seni anak dapat mengekspresikan diri dan berimajinasi dengan
spontan dan sebebas-bebasnya. Ekspresi dalam hal ini adalah pikiran maupun
perasaannya. Saat anak sedang senang sekali dengan burung ia akan
memikirkan dan membayangkannya. Melalui gambar, lukisan dan gerakan
badan mengikuti gerakan burung akan membuatnya sangat senang. Anak
seringkali belum bisa mengekspresikan perasaannya baik karena keterbatasan
bahasa maupun karena tidak tahu bagaimana cara menceritakannya kepada
orang lain. Hal itu dapat digali dengan kegiatan seni, seperti memintanya
untuk menggambar, dan menceritakan tentang gambar itu. Selain itu dengan
kegiatan seni perkembangan bahasanya menjadi semakin baik karena pada
saat anak menampilkan suatu produk seni, anak akan bertanya, ditanya oleh
gurunya, dan menjawab pertanyaan orang lain. Anak akan menceritakan hasil
karyanya karena hal tersebut membanggakan bagi dirinya.
Seni dan kemampuan kognitif merupakan dua hal yang sulit untuk
dipisahkan. Dengan kegiatan seni, anak jadi terasah kemampuannya dalam
memecahkan masalah, berfikir secara kreatif, menggunakan simbol-simbol
yang abstrak bagi anak usia 4-6 tahun. Anak belajar strategi yang tepat untuk
membuat suatu bentuk dengan instuksi yang diberikan atau mempresentasikan
ide-idenya ke dalam suatu bentuk nyata.
3
Gardner, Howard, “Multiple Intelligences: New Horizons,” dalam
http://wwwpz.harvard.edu/ebookstore/detail.cfm ?pub_id=211, diakses tanggal 3 November 2021.
6

Kegiatan seni juga sering dijadikan sarana terapi. Banyak anak


yang berperilaku negatif berubah menjadi positif melalui terapi seni.
Kebebasan berekspresi menjadi dasar bagi terapi ini. Anak menjadi tidak takut
mengekspresikan isi hatinya karena tidak bercerita secara langsung namun
melalui gambar. Ia dengan aman dapat berekspresi dan dapat diterima oleh
lingkungan.
Apabila kita melihat anak-anak yang sering berkegiatan seni, pada
umumnya mereka tampil sebagai anak-anak yang kreatif, percaya pada dirinya
sendiri, berani untuk mengambil resiko, senang untuk mengeksplorasi
lingkungannya berminat dengan pertualangan dan hal-hal baru, memiliki
selera humor yang baik, memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi (paling
tidak di bidang seni), memiliki tujuan dan termotivasi untuk mencapai tujuan
tersebut, mandiri serta mudah bekerja sama dengan orang lain.

C. Jenis-jenis Kegiatan Seni yang Bisa Dilakukan Anak Usia Dini


Kegiatan seni sangat beraneka ragam. Beberapa diantaranya adalah
menggambar, melukis, menari, memainkan alat musik, bernyanyi, membuat
bentuk dari tanah liat, kertas bekas, lilin, pasir, bermain drama, membuat
balok dan masih banyak lagi.

D. Peranan Kegiatan Seni dalam Mengembangkan Aspek-aspek


Perkembangan Anak Usia Dini
Contoh kegiatan seni untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan
anak antara lain, visual art, musik dan gerak serta drama. Dari ketiga jenis
kegiatan seni tersebut akan dilihat peranannya terhadap 4 aspek perkembangan
anak yang lain yaitu perkembangan sosial emosi, fisik, kognitif dan bahasa.
1. Visual Art
Visual art mengacu pada kegiatan menggambar, melukis, membuat
kolase, membuat suatu bentuk dari bahan-bahan tertentu. Dengan kegiatan
ini, hubungannnya dengan aspek perkembangan lain adalah sebagai
berikut.
7

a. Perkembangan sosial-emosi: melalui visual art, anak dapat


mengekpresikan perasaannya melalui warna-warna, tekstur dan media
yang dipilihnya. Contoh: apabila anak dalam keadaan senang, biasanya
mereka menggunakan warna-warna yang cerah. Saat sedang bersedih,
mereka menggunakan warna yang suram atau justru hanya
menggoreskan pensil dengan cepat. Mereka juga bisa bereksperimen
dengan keunikannya masing-masing seperti membuat jeruk dan
memberi warna merah pada jeruknya, membentuk kolase bentuk ayam
dengan potongan kertas warna-warni.
b. Perkembangan fisik: anak melakukan kegiatan menggunting,
menempel, dan membuat garis dan bentuk dengan spidol besar atau
krayon kecil, memukul baut dengan palu, meronce. Hal tersebut
membantu anak dalam melatih koordinasi mata dan tangannya serta
motorik halusnya. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan dasar dari
kemampuan anak untuk menulis nantinya.
c. Perkembangan kognitif: anak menggambar, melukis dan membentuk
sesuatu berdasarkan dari apa yang mereka pernah lihat. Pada saat
mereka menterjemahkan apa yang mereka ketahui dalam bentuk karya
seni, mereka menggunakan keterampilan berpikir untuk
merencanakan, mengorganisasi informasi, memilih media dan
merepresentasikan idenya ke dalam suatu bentuk. Ketika mereka
menggambar, melukis dan membuat kolase, mereka belajar dan
bereksperimen dengan warna, garis, bentuk, dan ukuran.
Menggunakan material kertas, kayu, kardus, plastik akan membuat
anak memilih, membuat rencana, mencoba ide-idenya, dan mencoba
kembali saat gagal. Anak juga belajar mengenai sebab akibat dari
mencampur warna, tekstur, dan media. Dengan menggunakan metode
coba salah (trial error), anak menjadi tahu tentang hal yang baru.
d. Perkembangan bahasa: anak sering menceritakan apa saja yang telah
mereka lakukan dan menjawab pertanyaan tentang hasil karyanya.
Pada saat itulah, kosa-kata anak akan semakin bertambah.
8

2. Musik dan gerakan


Musik adalah kombinasi suara-suara atau instrumen-instrumen yang
menghasilkan bunyi serta menghasilkan harmonisasi yang enak untuk di
dengar.
Musik dan gerakan merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan
untuk bagi anak. Di usia 4-6 tahun anak masih senang berlari, melompat
dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Dengan musik, anak akan
terakomodir gerakannya menjadi gerakan yang mengikuti irama sehingga
gerakannya lebih bermakna. Hubungan kegiatan ini dengan aspek
perkembangan lain adalah sebagai berikut.
a. Perkembangan sosial emosi: aktivitas musik dan gerakan membuat
anak merasa menjadi bagian dalam satu grup, misalnya bernyayi
sambil menari bersama. Berbagai jenis musik akan mempengaruhi
perasaan anak dan bagaimana mereka bergerak. Musik dapat
meningkatkan spirit anak sehingga anak yang tadinya hanya duduk
diam akhirnya bangun dan bergerak mengikuti irama. Musik yang
tenang akan membuat anak menjadi tenang dan rileks juga, anak
menggunakan gerakan untuk mengekspresikan dirinya, senang, marah,
sedih, menampilkan lagu dan tarian daerahnya membuat anak merasa
bangga dengan tanah air dan budayanya.
b. Perkembangan fisik: anak akan mengembangkan aspek motorik
kasarnya melalui kegiatan olah tubuh ini dan melakukan eksplorasi
dengan badannya terhadap musik yang dimainkan. Keterampilan
motorik halus anak terasah saat anak melakukan gerakan jari-jari dan
belajar memainkan instrumen musik.
c. Perkembangan kognitif: beberapa konsep matematika atau bidang
ilmu eksakta yang lain dapat dipahami oleh anak lebih baik ketika
dijelaskan melalui musik dan pemanfaatan musik. Konsep-konsep
abstrak dari bidang ilmu lain akan lebih mudah ditangkap anak, ketika
guru mengajarkannya melalui musik. Sedangkan konsep-konsep yang
konkret lebih mudah dipahami anak, bila guru mengajarkannya dengan
9

memanfaatkan gerak tubuh. Musik dan gerak terbukti telah menjadi


sebuah alat yang ideal bagi anak-anak usia dini untuk belajar dengan
cara yang menyenangkan. Belajar bagaimana mendengarkan dan
memfokuskan perhatian mereka, dan melatih kemampuan imitasi akan
membangun suatu pemahaman tentang bahasa dan konsep-konsep
suatu keterampilan yang diperlukan untuk kesuksesan ketika mereka
sekolah.
d. Perkembangan bahasa: aktivitas bermusik yang ditekankan pada
syair lagu, irama syair, pola-pola irama, ketukan yang tetap, dan
mendramatisasi cerita melalui gerak dan instrumen musik telah
memberikan efek yang positif pada ketrampilan berbahasa anak.
Musik akan memperluas dan memperkuat daya ingatan anak yang
selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk membantu pengembangan
kemampuan berbahasa anak.
Definisi kata-kata dalam kamus hanya menyampaikan
sepersepuluh bagian dari makna keseluruhannya. Sebagian besarnya
lagi tersirat dalam melodi berbicara (irama, lirik, dan timbre). Coba
bandingkan dua cara mengucapkan kalimat lagu ini “...lihat kebunku
penuh dengan bunga”. Ucapkan kalimat tersebut dengan biasa saja
tanpa bahasa tubuh (mengoyang atau mengayunkan tangan). Lalu
ucapkan (sambil dengarkan baik-baik) dengan memanjangkan
beberapa suku kata, seperti ini “...lihaaaat kebunkuuuuu, penuh dengan
bungaaaaa”, dengan sambil mengayunkan tangan atau dengan
melenggokkan tubuh. Ada rasa yang berbeda bukan, begitu pula yang
dirasakan oleh anak.
Di dalam otak letak pusat bahasa dan pusat musik adalah terpisah
namun bersebelahan, dan perkembangan keduanya masing-masing
terjadi hampir secara pararel. Ini menjadi salah satu alasan mengapa
mendengarkan musik tampaknya juga merangsang keterampilan
berbahasa anak. Begitu pula sebaliknya, keterampilan berbahasa
mendorong anak mendengarkan secara aktif yang selanjutnya pada
10

gilirannya anak memainkan musik dan bereksperimen menciptakan


lagu atau musik sendiri melalui permainan musiknya.Kemampuan
mendengarkan dengan baik akan membuka kesempatan pada
keterampilan berbahasa yang lebih baik pula, selain kerja otak menjadi
lebih efisien, dan meningkatkan kemampuan anak dalam penyelarasan
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Dengan sering anak usia dini bernyanyi, bersyair, dan berpantun
(ketiganya berirama) dan memainkan permainan-permainan berirama.
Aktivitas-aktivitas ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perbendaharaan kata pada anak-anak. Tentu saja selain itu juga akan
meningkatkan keterampilan motoriknya. Dalam lagu kanak-kanak
biasanya penekanannya ada pada bunyi dan bangunan kata-kata yang
terdengar menyenangkan anak yakni lagu-lagu yang secara fonetik
jelas dan juga jenaka. Lagu-lagu yang seperti apa yang dimaksudkan
itu? Yakni lagu-lagu yang sederhana baik syair maupun melodinya,
berdurasi pendek, berulang-ulang melodi dan syairnya, memiliki
wilayah nada yang sesuai dengan pitch suara anak yang cenderung
tinggi, dengan namun wilayah nada yang terbatas. Biasanya lagu-lagu
kanak-kanak dapat dinyanyikan sambil bermain atau beraktivitas
lainnya. Karena dianggap sebagai permainan, maka anak akan
termotivasi untuk mendengarkan, mempelajari, dan mengucapkannya.
Lagu kanak-kanak mampu berfungsi sebagai sebuah katalisator transisi
penting dari dunia nonverbal seorang kanak-kanak menuju ke dunia
manusia dewasa dengan komunikasi lisan. Lagu kanak-kanak
merupakan alat peraga yang paling baik untuk mengajarkan bahasa
kepada anak usia dini.

3. Drama/bermain peran
Drama yang dimaksud di sini bukanlah adegan-adegan yang banyak
membutuhkan dialog-dialog percakapan panjang yang sering kita lihat di
11

televisi. Drama yang ditujukan pada anak-anak usia dini lebih pada anak
berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang, role play, atau membuat
karakter. Anak dapt melakukannya secara spontan tanpa harus dilatih.
Dalam bermain peran anak dapat mengekspresikan diri sebebas-
bebasnya. Mereka bisa juga menjadi siapapun yang mereka inginkan.
Dalam kegiatan ini, hubungannya dengan aspek perkembangan lain adalah
sebagai berikut.
a. Perkembangan sosial emosi: untuk bermain peran dengan anak lain
anak harus belajar bernegosiasi mengenai peran yang akan mereka
mainkan, situasinya, dan alat-alat apa yang bisa mereka pakai. Mereka
melakukan kreasi terhadap perannya dan bisa masuk dalam situasi
yang sebenarnya tidak menyenangkan bagi mereka. Penelitian
menemukan bahwa anak yang biasa bermain peran mengembangkan
empatinya karena mereka terbiasa berada pada situasi orang lain untuk
sekejap. Mereka mampu bekerja sama dengan temannya, dan lebih
sedikit menampilkan perilaku agresivitas dibandingkan anak-anak
yang tidak biasa bermain peran.
b. Perkembangan fisik: anak mengembangkan keterampilan motorik
halus saat mengancingkan baju bermain perannya dan melepaskan
bajunya. Hal tersebut juga terjadi pada saat anak memakaikan dan
melepaskan pakaian bonekanya.
c. Perkembangan kognitif: saat mereka berpura-pura, mereka membuat
gambaran di benaknya mengenai pengalaman masa lalu dan
menghubungkannya dengan situasi yang ia imajinasikan. Hal tersebut
merupakan hal yang abstrak. Pada saat mereka menyiapkan meja untk
2 orang dan bermain jual beli, konsep matematika berkembang.
d. Perkembangan bahasa: untuk membuat situasi bermain perannya
terlaksana, anak harus menjelaskan kepada teman-temannya, bertukar
pikiran dan beragumentasi dengan kata-kata yang bisa dipahami oleh
temannya. Terkadang mereka menggunakan alat-alat tulis sebagai
12

media bermain peran dan menuliskan huruf atau angka sebagai bagian
dari kegiatan bermain peran.

E. Tahapan Perkembangan Seni pada Anak Usia Dini


1. Tahapan perkembangan visual art
Tahapan gambar anak secara umum dibagi menjadi 3, menurut
Lowenfeld & Brittain dalam Brewer (1992) dan Lowenfeld dalam Donley
(1985, 1987) yaitu:4
a. Scribbling. Biasanya dimulai pada saat anak berusia 2 tahun.
Sebelumnya, anak akan memasukkan alat tulis ke mulut saat diberikan.
Gambar pada tahap ini berupa coretan-coretan acak yang diciptakan
dari garis hasil gerakan sederhana tangan berbentuk garis maupun
bulatan.
b. Preschematic. Biasanya ditampilkan anak di usia 3-4 tahun. Pada
tahap ini, anak menggambar apa yang pernah mereka lihat dan mulai
bisa terlihat apa yang sebenarnya sedang mereka pikirkan.
Representasi pertama tentang gambar orang biasanya terdiri dari
lingkaran kepala dan 2 garis kaki. Semakin besar usia, gambar akan
semakin jelas dan lebih komplek. Anak juga senang menggambar hal
yang terdekat dalam hidupnya seperti binatang peliharaannya. Warna
yang digunakan pada gambar tidak realistik dan figur diletakkan tidak
beraturan di dalam kertas.
c. Schematic. Gambar skematik muncul di usia 6 atau 7 tahun. Pada
tahap menggambar ini anak menggambar lebih detail sebagai hasil
observasi dan perencanaan terhadap objek yang dilihatnya.

2. Tahap perkembangan musik dan gerakan


Kemampuan mendengar dan bergerak apabila
Usia
mendengar musik

4
Donley, S. K. & Janet E. T. (1984). Riverview children's center museum project guide.
New York: Pearson Education Inc.
13

0-4 bulan Sadar terhadap musik namun pasif


4-8 bulan Sadar terhadap musik dan mulai menikmati
dengan menengok ke arah munculnya suara
10-18 bulan Mulai menampilkan ekspresi terhadap musik
dengan bergerak dan bertepuk tangan pada musik
yang dia suka
18 bulan - 2 tahun Meningkatnya eksplorasi terhadap musik dengan
bergerak dan bertepuk tangan pada musik yang dia
suka
2-3 tahun Mulai menari mengikuti irama
3.5 - 4 tahun Meningkatkan ekspresi diri terhadap musik
4-5 tahun Memiliki kemampuan untuk mendiskusikan
musik. Saat ini anak mulai bias mendiskusikan
musik yang akan dimainkan dan menceritakan
detail dari musik yang ia dengar. Ini adalah tahap
di mana anak menjadi pendengar aktif. Dengan
bimbingan, anak akan bisa mendengarkan musik
dengan lebih seksama.
5-6 tahun Koordinasi gerakan dan musik meningkat. Pada
usia ini biasanya anak sudah dengan tepat
melakukan gerakan yang sesuai dengan ritme.
Mereka bisa lompat dengan 2 kaki maupun 1 kaki,
membuat gerakan mandiri. Pada masa ini adalah
tepat bagi anak untuk belajar menari.

Apabila kita lihat dari tabel di atas, di bawah usia 4 tahun anak masih
menjadi penikmat musik. Anak masih megumpulkan informasi tentang
suara, ritme, tempo nada. Pada usia 4-6 tahun, anak mulai menjadi
penikmat musik yang aktif. Mereka sudah bisa memutuskan jenis musik
apa yang mereka suka, diajak untuk berdiskusi mengenai musik dan
dengan kemampuan motorik kasar serta halusnya, anak mulai secara aktif
menari dengan ketukan yang tepat.

F. Kegiatan untuk Menstimulasi Seni pada Anak Usia Dini


Stimulasi kegiatan seni pada anak di sekolah harus dilakukan oleh guru.
Banyak guru yang merasa bahwa mereka tidak memiliki bakat seni sehingga
mereka tidak antusias atau merasa tidak mampu dan menolak untuk
memberikan stimulasi seni pada anak. Anak bukan ingin melihat hasil karya
guru yang sempurna, seni sendiri sudah merupakan kegiatan yang
14

menyenangkan bagi anak. Mereka sangat menimati prosesnya dan tidak punya
waktu untuk mengkritisi guru. Hal yang penting dilakukan guru dalam
menstimulasi seni pada anak adalah memahami seni itu sendiri, memahami
perkembangan anak di usia 4-6 tahun, dan menyediakan sarana untuk
memulainya. Kemudian lakukan dengan semangat dan antusias. Anak akan
melakukan kegiatan dengan antusias apabila gurunya juga melakukan hal yang
sama.
Walaupun tidak bisa bernyanyi, guru tetap bisa mengajarkan bernyanyi
pada anak anak. Caranya putarkan lagu yang ingin diajarkan, kemudian
bernyanyi dengan suara lembut namun tetap berekspresi dan menggerakkan
tubuh sesuai lirik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Seni adalah suatu kegiatan yang merefleksikan keindahan yang dihasilkan
dari kegiatan eksplorasi terhadap lingkungan dan hasilnya dapat dinikmati
semua orang.
2. Kegiatan seni merupakan kegiatan yang penting dipelajari oleh anak sedini
mungkin karena beberapa alasan seperti meningkatkan kreativitas dan
sensitivitas.

B. Saran
Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi referensi,
penyusunan kata, kalimat. Maka dengan lapang dada kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah ini bisa menjadi sebuah
pengetahuan yang bermanfaat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adila, Laraskhairia. 2013. Pendidikan Seni Tari untuk Anak Usia Dini.
https://www.academia.edu/29099918/Pendidikan_Seni_Tari_Untuk_Anak_
_Usia_Dini diakses tanggal 3 November 2021

Dodge, D.T., Colker, L.J., dan Heroman, Cate. 2002. The Creative Curriculum
For Preschool. Washington DC: Teaching Strategies, Inc

Hildayani, Rini dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Munandar, S.C. Utami , 1992, Mengembangkan Bakat Anak, Jakarta : Gramedia

Munandar, Utami, 2004, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta:


Rineka Cipta

16

Anda mungkin juga menyukai