Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tecurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta umatnya. Semoga
kami mampu meneladani beliau sebagai manusia yang berguna.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Neurosains dengan judul “Stimulasi Pembelajaran Neurosains”. Makalah ini tentu tidak akan
berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih kami ucapkan
kepada ibu Dr. Sri Indah Pujiastuti, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Neurosains dan
semua pihak yang telah membantu memberikan saran serta masukan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar makalah kami menjadi lebih
baik dan berguna di masa yang akan datang.
Jakarta, 2020
penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
iii
iv
C. STIMULASI PEMBELAJARAN
BAHASA......................................................................23
1. Pengertian Bahasa........................................................................................................23
2. Tahapan Perkembangan Bahasa pada
Anak.................................................................24
3. Stimulasi Pembelajaran Bahasa pada Anak Usia
Dini.................................................28
E. STIMULASI PEMBELAJARAN
MORAL........................................................................35
1. Pengertian Moral..........................................................................................................35
2. Pentingnya Pendidikan Moral Pada Anak Usia
Dini…................................................36
3. Metode Dalam Penanaman Moral Pada Anak Usia Dini.............................................37
4. Pelaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia
Dini................................39
F. STIMULASI PEMBELAJARAN
PSIKOMOTORIK........................................................40
1. Pengertian Psikomotorik..............................................................................................40
2. Ranah Psikomotorik.....................................................................................................41
3. Ruang Lingkup Pengembangan Psikomotorik.............................................................43
iv
v
4. Jenis Keterlambatan
Psikomotorik...............................................................................44
1. Pengertian Kreativitas..................................................................................................45
2. Hakikat
Kreativitas.......................................................................................................46
3. Ciri-ciri Kreativitas......................................................................................................47
4. Strategi Pengembangan
Kreativitas..............................................................................48
5. Pengukuran Kreativitas................................................................................................49
6. Faktor Pendukung dan Penghambat
Kreativitas...........................................................49
A. KESIMPULAN...................................................................................................................53
B. SARAN...............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................54
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak usia dini ialah anak berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan
lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan
menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh
stimulasi yang diperolehnya sejak dini.
Pemberian stimulasi pendidikan adalah hal yang sangat penting, sebab 80% pertumbuhan
otak berkembang pada anak sejak usia dini. Bentuk stimulasi yang diberikan harus dengan cara
yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya agar pertumbuhan dan perkembangan dapat
tercapai dengan opitmal.
Pembelajaran berbasis neurosains harus memperhatikan keseimbangan otak kanan dan otak
kiri. Otak kanan dan otak kiri masing-masing memiliki peran penting, sehingga keduanya harus
diberi stimulus secara seimbang. Menurut Makoto (2013), orang yang memiliki otak yang
seimbang memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut
menunjukkan Pentingnya stimulasi pembelajaran berbasis neurosains pada pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apa stimulasi pembelajaran kognitif pada anak usia dini?
2. Seperti apa stimulasi pembelajaran bahsa pada anak usia dini?
3. Seperti apa stimulasi pembelajaran sosio-emosional pada anak usia dini?
4. Seperti apa stimulasi pembelajaran moral pada anak usia dini?
5. Seperti apa stimulasi pembelajaran psikomotorik pada anak usia dini?
6. Seperti apa stimulasi pembelajaran seni/kreativitas pada anak usia dini?
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
pada usia 0-18 tahun mencapai 100%. Semakin dini stimulasi diberika, maka
perkebangan anak akan semakin baik. Sebab hal tersebut dapat menambah
pengetahuan anak sehingga perkembangan anak semakin optimal. Sebaliknya, jika
anak tidak diberi stimulasi makas jaringan otak akan meengecil sehingga otak akan
menurun yang dapat menyebabkan perkembangan ank menjaid terhambat.
4
5
5
6
6
7
Ketika otak mendapatkan suatu stimulus yang baru, maka otak akan
mempelajari suatu yang baru. Stimulus tersebut akan menyebabkan sel syaraf
membentuk sebuah koneksi baru untuk menyimpan informasi. Sel-sel yang
terpakai utnuk menyimpan informasi akan mengembang, sedangkan yang jarang
atau tidak dipakai akan musnah. Disinilah pentignya suatu stimulasi diberikan
secara rutin. Stimulasi yang terus-menerus diberikan secara rutin akan
memeperkuat hubungan antarsyaraf yang telah terbentuk sehingga fungsi otak
akan menjadi semkain baik.
Stimulasi yang diberikan sejak dini juga akan mempengaruhi
perkembangan otak anak. Stimulasi dini yang dimulai sejak usia kehamilan 6
bulan sampai anak usia 2-3 tahun akan menghasilkan perubhan-perubahan dalam
ukuran serya fungsi kimiawi otak. Berikut ini beberapa tips dari Dr. Soedjatmiko,
SpA (K), MSi tentang stimulasi dini pada balita:
a. Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat dipakai meliputi
dengar, lihat, dan tiru/coba.
b. Bagian yang distimulasi adalah otak kanan-kiri, sensorik, motorik, kognitif,
komunikasi- bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas.
c. Cara melakukan stimulasi adalah dengan memberikan rangsangan berupa
suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan,
membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret,
menggambar, merangkai, dll.
d. Waktu melakukan stimulasi adalah setiap kali orang tua berinteraksi dengan
anak (menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV,
dsb).
7
8
c. Selalu menunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah
laku orang-orang terdekat dengannya.
d. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
e. Dunia anak dunia bermain, oleh karena itu lakukanlah stimulasi dengan cara
mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa
paksaan dan hukuman.
f. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
g. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar
kita.
h. Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
8
9
anak pada peran dan batasan peran dari orang-orang di sekitarnya. Kemudian
stimulasi kecerdasan kinestetik bisa dilakukan dengan olahraga, menari,
mengajak anak untuk membiasakan antre, menunggu, bersabar. Serta stimulasi
kecerdasan musik dengan memperdengarkan lagu, mengajak bernyanyi dan
mengajarkan bermain alat musik.
Untuk stimulasi kecerdasan intrapersonal dan interpersonal mengajarkan
kemandirian, mengajarkan mengontrol emosi, mengajak anak berinteraksi
dengan orang lain, merangsang dengan permainan peran. Terakhir untuk
kecerdasan naturalis, mengajak bermain di lingkungan terbuka, ke kebun
binatang, pegunungan atau pantai, dan melatih anak menjaga kebersihan
lingkungan.
c. Fase kanak-kanak menengah (6 - 9 tahun)
Pertama kali anak dididik di luar lingkungan keluarga untuk melatih
kemampuan membedakan yang baik dan buruk. Anak yang sudah masuk ke
dalam usia sekolah akan mendapatkan pendidikan dari sekolah maupun
pendidikan dari keluarga di usia sebelumnya.
Selanjutnya mempersiapkan anak untuk menerima ilmu dan informasi
yang baru yang didapatkan dari lingkungan luar seperti sekolah lebih baik lagi.
Sehingga peran utama orang tua adalah mengawasi perkembangan anak dan
informasi yang didapatkan anak dari luar dan selalu mengarahkan anak untuk
membedakan yang baik dan yang buruk untuknya.
d. Fase kanak-kanak akhir (9-12 tahun)
Masa perkembangan kecerdasan yang diiringi keinginan memahami
fenomena alam, kemampuan koreksi dan memperhatikan perbedaan individu,
kemampuan konsentrasi yang meningkat, kesiapan mempelajari konsep belajar,
dan kecenderungan untuk mencapai kedewasaan dengan bantuan orang-orang di
sekitarnya.
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
Kecerdasan intrapersonal ini memberikan wawasan agar kita menjadi diri kita
sendiri, bukan memaksa diri kita sendiri menjadi diri orang lain. Dikehidupan ini
banyak sekali orang yang mempalsukan penampilan luar mereka memaksa untuk
mejadi seperti orang lain tidak menjadi dirinya sendiri.
14
15
15
16
Teori belajar kognitif adalah teori yang menjelaskan proses pemikiran dan
perbedaan kondisi mental serta pengaruh faktor internal dan eksternal dalam
menghasilkan belajarnya seorang individu. Apabila proses kognitif bekerja normal,
maka perolehan informasi dan penyimpanan pengetahuan akan bekerja dengan baik
pula. Namun apabila proses kognitif bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka
terjadilah masalah dalam belajar.
16
17
3) Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama seperti
membedakan antara buah rambutan dan pisang , perbedaan antara kucing
dan ayam.
4) Menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil ke paling besar)
5) Mulai mengikuti pola tepuk tangan
6) Mengenal konsep banyak dan sedikit
17
18
a. Pengembangan Auditori
18
19
b. Pengembangan Visual
c. Pengembangan Taktil
d. Pengembangan Kinestetik
19
20
e. Pengembangan Aritmatika
f. Pengembangan Geometri
Geometri berasal dari bahasa yunani yaitu “ge” yang berati bumi dan
“metrein” yang berarti mengukur (J.Tombokan dan Selpius, 2014:149).
Pengembangan geometri anak usia dini adalah kemampuan yang berhubungan
dengan konsep bentuk dan ukuran.
20
21
a. Bermain Kunstruktif
21
22
Bermain peran memiliki manfaat pada anak untuk dapat berpikir kreatif,
berpikir simbolik, berpikir representatif dan imajinatif.
c. Bercerita
d. Permainan Matematika
Tujuan permainan matematika ini adalah, agar anak dapat berpikir logis
dan sistematis, memiliki keterampilan berhitung yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, memahami konsep ruang dan waktu, memiliki daya
abstraksi dan apresiasi serta membangun daya kreativitas dan imajinasi anak.
e. Permainan Sains
22
23
sehari-hari yang nyata dan sederhana seperti, pengenalan terhadap gejala atau
objek alam.
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin
dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui
kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Manusia menggunakan
bahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan. Manusia juga
menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi antarlingkungan. Dengan bahasa,
komunikasi lebih mudah dimengerti dan diserap masuk ke dalam otak untuk
dijadikan sebuah informasi (Kurnianti, 2017).
Bahasa terbagi menjadi dua; secara verbal maupun nonverbal. Secara verbal
berarti bahasa diekspresikan dengan omongan atau tulisan. Bahasa secara verbal lebih
mudah dimengerti karena jelas sarat dan maknanya. Sedangkan bahasa nonverbal
berarti bahasa yang dieskpresikan dengan simbol, bahasa isyarat, ekspresi wajah, dan
semacamnya. Bahasa secara nonverbal sering kali tidak efektif karena makna yang
disampaikan tidak jelas dan ambigu. Dengan bahasa nonverbal, orang bisa saja
menarik kesimpulan sendiri.
Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang
dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai
cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga
memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.
23
24
satu kemampuan bahasa. Pemerolehan ini lebih mengarah pada fungsi komunikasi
daripada bentuk bahasanya dan mempunyai ciri kesinambungan serta memiliki suatu
rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan
kata yang lebih rumit. Pekembangan bahasa setiap anak dilalui dengan cara yang
berbeda atau bisa dibilang unik, tetapi meskipun berbeda, setiap anak pasti akan
melalui proses tersebut. Terkecuali bila ada faktor penghambat seperti bawaan dari
lahir atau terdapat penyakit.
Proses perkembangan bahasa terjadi dalam dua tipe, yaitu tipe egocentric
speech, dan tipe socialized speech (Yusuf, 2004). Pada tipe egocentric speech, anak
berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) untuk mengungkapkan keinginan diri
tanpa memperhatikan keinginan dan komunikasi dua arah. Biasanya ini terjadi pada
anak berusia 2-3 tahun. Dengan bermonolog, anak akan mengembangkan
kemampuan berpikirnya.
Tipe yang kedua yaitu Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi
secara langsung dengan teman atau lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke
dalam lima bentuk, antara lain, :
a. adapted in formation, yaitu saat terjadi penukaran gagasan dan adanya tujuan
bersama yang dicari.
b. critism, yaitu menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku
orang lain.
c. command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman).
d. questions (pertanyaan)
e. answers (jawaban).
24
25
a. Tahap Random
Tahap random dikenal sebagai fase pra linguistik. Pada tahap ini anak
bergumam dan mulai berintekasi dengan bunyi, tapi bukan sebagai bahasa sampai
anak mampu mengkomunikasikan kebutuhannya dan mendapatkan respon yang
dia harapkan. Anak menangis ketika dia ditinggalkan sendiri, lapar atau ngompol.
Kemudian anak mulai menyukai menyusun bunyi selain menangis. Pada usia
enam bulan, anak memasuki tahap babling (bergumam). Anak mulai
menggunakan berbagai bunyi vokal dan konsonan yang akan menjadi dasar
pengembangan bahasa selanjutnya.
b. Tahap Jargon
Tahap ini terjadi pada usia sekitar 6 bulan. Pada usia ini, seorang bayi
akan semakin terlibat dengan berbagai suara yang dia dengar dan mulai menyukai
membuat ujaran. Bayi akan mengulang-ngulang suara yang menarik bagi dia dan
mencontoh pola melodi orang yang berbicara dengannya. Di tahap ini, bayi akan
memiliki kemampuan memilih suara tertentu.
c. Tahap Echalalia
Pada tahap ini anak mengimitasi suara yang benar-benar dia dengar. Dia
secara langsung berusaha mengulangi suara yang diutarakan ibunya dan orang
dewasa lain. Ini merupakan awal dari kemampuan bahasa anak. Suara yang telah
dia utarakan tapi tidak sering didengarkan oleh orang dewasa disekelilingnya akan
25
26
hilang. Dia hanya menguasai suara yang membawa respon dari orang
disekitarnya.
d. Tahap Ekspansi
Tahap ini dilalui anak pada usia dua tahun, ketika dia sudah bisa berbicara.
Anak akan belajar nama orang yang sering berinteraksi dengannya dan objek serta
peristiwa yang paling menarik baginya. Jargon yang anak gunakan untuk
mengimitasi suara orang dewasa dalam usahanya untuk berbicara dengan lancar
semakin menuju kesempurnaan. Selain itu, anak semakin lebih tertarik
berkomunikasi dengan orang dewasa. Artinya dia harus menggunakan simbol
lisan yang bermakna bagi orang dewasa. Pada tahap awal dua tahun ini, anak akan
banyak menggunakan kata benda terutama nama benda- benda yang sering dia
lihat, sentuh dan dengar. Enam puluh lima persen kata yang dia gunakan ketika
usia tiga belas sampai dua puluh tujuh bulan adalah kata benda. Sedangkan ketika
menginjak tiga sampai empat tahun, hanya dua puluh persen anak menggunakan
kata benda. Pada usia tiga tahun anak mulai bisa berbicara bahasa dalam kalimat
lengkap. Ketika usia empat tahun anak mulai menggunakan kalimat perintah dan
berimbuhan.
e. Tahap Kesadaran Struktur
Ketika anak mulai membangun kemampuan persepsi dan observasi, dia
menjadi tertarik bermain kata-kata dan menyusun bahasanya sendiri. Anak
menggunakan kelompok kata, frase dan kalimat yang dia dengar dari orang lain.
Anak menyusun peraturannya sendiri tentang bagaimana menyusun kata dan
memperoleh lebih banyak makna dari kata dan frase. Anak suka menciptakan
ujaran yang dia coba utarakan pada teman dan keluarganya. Karena anak pada
tahap ini cenderung berfikir lebih cepat dari pada bicaranya, terkadang mereka
memerlukan waktu mencari kata. Anak-anak butuh waktu untuk mengekspresikan
ide mereka, terkadang mereka berbicara dengan suara pelan atau jeda sampai
mereka menemukan kata yang tepat. Jika mereka di tekan untuk cepat dalam
bicara, mereka bisa tumbuh menjadi anak yang gagap.
f. Tahap Respon Otomatis
26
27
27
28
Tujuan dan fungsi pendidikan anak usia dini bersifat komprehensif dan
menyeluruh. Artinya, kegiatan pembelajaran itu tidak hanya diarahkan untuk
membuat anak menguasai sejumlah konsep pengetahuan dan atau keterampilan,
melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta
berbagai potensi dan kemampuan dasar anak. Oleh sebab itu, stimulasi pada
pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan melalui bermain, karena bermain
adalah sumber perkembangan dan membentuk zona perkembangan proksimal (ZPD)
(Vygotski, 1967 dalam Musfirah, 2009).
Strategi-strategi tersebut akan efektif ketika didukung oleh guru yang memiliki
kemampuan untuk mengelola pembelajaran sedemikian rupa, sehingga anak
mendapatkan stimulasi yang tepat untuk kemampuan bahasanya.
28
29
29
30
30
31
ketika anak mulai belajar bersosialisasi saat ia memasuki pendidikan pra sekolah
PAUD atau TK di sana anak belajar menyesuaikan diri dengan kelompok teman
sebayanya. Aqib (2009)
Emosi menurut KBBI adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut
dalam waktu singkat sedangkan emosional adalah perasaan atau mengharukan.
Menurut Mulyasa (2012) dalam Ginawati (2017) adalah suatu keadaan atau perasaan
yang bergejolak dalam diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah
atau tindakan yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
Menurut Goleman (1995) menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan
atau pikiran pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Emosi memiliki peranan pada individu serta perkembangan anak yaitu bentuk
komunikasi sehingga anak bisa menyatakan segala kebutuhannya, perasaannya
kepada orang lain dan dapat menyesuaikan diri, serta mempengaruhi kepribadian
lingkungan sosialnya seperti emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan yang
akan menimbulkan reaksi yang nantinya, akan membentuk perilaku bagaimana anak
menerima dan diterima oleh lingkungannya. Emosi dapat mempengaruhi iklim
psikologis lingkungan yang mana saat seorang anak marah atau menjadi pemarah
dalam suatu kelompok bermain maka kelompok tersebut tidak akan menyenangkan
suasananya. Perilaku yang sama dan dilakukan secara berulang dapat menjadi
kebiasaan contohnya seperti seorang anak yang terbiasa bertutur kata terima kasih
serta meminta maaf akan menjadi kebiasaan sampai ia dewasa. Namun ketegangan
emosi seperti stres atau marah dapat menghilangkan dan menghambat perkembangan
aktivitas motorik dan mental anak.
31
32
Emosi memiliki beberapa jenis seperti perasaan gembira yang muncul pada
aktivitas kreatif dan seru dan saat menemukan sesuatu mencapai kemenangan.
Menurut Izhar dalam Stewart (1985). Marah adalah emosi yang menghambat prestasi
dan tidak mencapai yang apa yang diinginkan seperti diganggu dihadapkan pada
suatu tuntutan yang berlawanan hal tersebut membuat anak menjadi individu yang
sangat bertenaga dan impulsif. takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan
adanya bahaya yang ditandai oleh mata melebar berhati-hati berhenti bergerak badan
gemetar menangis bersembunyi melarikan diri atau berlindung. Sedih perasaan
terasing ditinggalkan ditolak atau tidak diperhatikan dapat membuat individu
bersedih. Emosi emosi tersebut termasuk ke dalam emosi positif dan emosi negatif
a. Elisitor yaitu dorongan berupa situasi atau peristiwa misalnya ada seorang anak
yang akan meminjam suatu permainan kepada teman lainnya namun temannya
tidak memberikannya
b. Reseptor aktivitas di pusat sistem saraf setelah indra menerima rangsangan dari
luar. Tentang peristiwa teman sebayanya tidak meminjamkan permainan
kepadanya sebagai indra penerima stimulus atau reseptor awal setelah mata dan
telinga menerima stimulus ia melanjutkan rangsangan tersebut ke otak sebagai
pusat sistem saraf
c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi setelah
rangsangan mencapai otak maka otak menerjemahkan dan mengolah stimulus
tersebut serta menyebarkan kembali stimulus yang telah diterjemahkan tadi ke
berbagai bagian tubuh lain yang terkait dengan perubahan fisiologis contohnya
seperti jantung yang berdetak kencang, posisi tubuh yang tegang dan rasa
bergemuruh dalam dada
d. Expression yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati seperti
pada wajah, tubuh, suara, atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis
32
33
contohnya seperti muka yang merah, tangan yang mengepal, serta kaki yang
menggertak, maupun lari untuk mengadu kepada ibu guru.
33
34
a. Mendongeng
b. Bermain kooperatif
d. Outbound
34
35
1. Pengertian Moral
Secara umum, pengertian moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan
kepada setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa
hormat dan menghormati antar sesama. Pendapat lain mengatakan arti moral adalah
sesuatu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi pekerti,
dan mental, yang membentuk karakter dalam diri seseorang sehingga dapat menilai
dengan benar apa yang baik dan buruk.
Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang mengatur cara
berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar sesama manusia. Dengan kata
lain, istilah moral merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai
positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
Agar lebih memahami apa itu moral, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:
a. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule)
mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai
manusia.
b. Russel Swanburg
35
36
36
37
37
38
2. Metode bercerita
Dengan berita, dapat menyampaikan pesan-pesan atau informasi moral
yang dapat menambah pengetahuan anak tentang nilai-nilai moral yang
berlaku dimasyarakat. Setelah bercerita dapat menyampaikan pesan-pesan
moral misalnya sikap rendah hati, kejujuran, tidak boleh membantah,
menyayangi orang tua, selalu mendengar nasehat orang tua, tidak boleh
kasar dan membentak orang tua. Selain itu juga menanamkan rasa
kecintaan terhadap orang lain.
3. Metode Pemberian tugas
nilai moral yang dapat disisipkan melalui metodepemberian tugas individu
antaralain, :
Melatih kesabaran seorang anak, mengajari untuk bertanggung
jawab terhadapapa yang telah menjadi tugasnya.
Belajar untuk menaati aturan yang telah disepakati bersama.
4. Metode Bercakap-cakap
Metode ini mempunyai makna penting bagi perkembangan anak,
sebab dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dengan orang lain.
Dengan bercakap-cakap banyak sekali pengetahuan yang dapat diberikan
kepada anak, karena pada dasarnya anak suka sekali bertanya.
Melalui bercakap-cakap pendidik mengajarkan aturan, nilai, dan
norma yang berlaku di masyarakat, agar anak dapat menjalin hubungan
dan dapat diterima oleh lingkungan sosial sekitar dengan baik. Misalnya bila
anak bertemu dengan orang yang lebih tua, pendidik mengajarkan untuk
memberi salam, mencium tangan orang yang lebih tua, bersikap sopan dengan
berbicara yang baik, bila bercakap harus memandang lawan bicara dengan
pandangan yang sopan.
38
39
39
40
1. Pengertian Psikomotorik
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak yang
dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik. Perkembangan anak terdiri dari
perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa, dimana
perkembangan ini harus dilalui sesuai periode perkembangan atau sesuai umur anak.
Ranah psikomotorik merupakan bagian dari perkembangan individu yang
berkaitan dengan gerak fisik berdasarkan hasil dari pengolahan antara kognisi dan afeksi
yang membuahkan gerak fisik berupa perilaku. Hasil dari pemantauan terhadap capaian
perkembangan psikomotorik anak tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
pemenuhan kebutuhan anak itu sendiri dalam menghadapi pendidikan di jenjang
selanjutnya (Bloom, 1956; Rakhmat & Solehuddin, 2006; Sujiono, 2009; Nurihsan &
Agustin, 2011).
Dalam psikologi anak, dikatakan bahwa hal-hal yang tidak sama dengan sebelum
belajar disebut perubahan atau modification. Perubahan ini secara psikologis menetap
pada orang yang belajar, karena dalam dirinya telah terbentuk suatu habit atau kebiasaan
tertentu bila berhadapan dengan sesuatu yang hendak dipelajari.
Dalam psikologi hal ini disebut stimulus (rangsangan) dari luar diri mengenai
dirinya dan bagian-bagian tubuhnya, kemudian merespon terhadap stimulus tadi maka
terjadilah suatu proses psikis dan fisis dalam dirinya. Hasil dari proses ini terjadilah
40
41
41
42
42
43
Berdasarkan unsur otot yang dilibatkan saat bergerak maka secara umum, pengembangan
psikomotorik terbagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
a. Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan fisik yang melibatkan otot-otot besar, seperti otot
lengan, kaki, dan leher. Ada tiga jenis gerakan yang dapat dilakukan dalam motorik
kasar, yaitu gerak lokomotor, gerak nonlokomotor, dan gerak manipulatif.
1) Gerak lokomotor
Gerak lokomotor adalah aktifitas gerakan dengan cara memindahkan tubuh dari
satu tempat ke tempat lain. Beberapa gerakan yang termasuk gerakan lokomotor
yaitu, melangkah, berjalan, melompat, merangkak, merayap, berguling.
2) Gerak nonlokomotor
Gerak nonlokomotor adalah aktivitas atau tindakan dengan tidak memindahkan
tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak nonlokomotor diantaranya :
Gerak-gerakan memutar tubuh atsau bagian-bagian tubuh (kepala, lengan,
pinggang, kedua lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan).
Menekuk atau membungkukkan tubuh tubuh, seperti gerakan bangun tidur (sit
up), duduk dan membungkuk sambil memeluk dua kaki, menelungkup, dan
menarik ke atas kedua kaki, dada sampai kepala.
Latihan keseimbangan, seperti sikap lilin (berbaling telentang dan kedua kaki
dinaikkan lurus ke atas), gerak pesawat terbang (salah satu kaki diangkat,
kedua tangan direntangkan lalu perlahan badan dibungkukkan).
3) Gerak manipulatif
Gerak manipulatif adalah aktivitas yang dilakukan tubuh dengan bantuan alat.
Contohnya, gerakan manipulatif adalah melempar, menangkap, menggiring,
menendang, memantulkan bola atau benda-benda lainnya.
b. Motorik halus
Motorik Halus merupakan tindakan si kecil menggunakan otot-otot kecilnya,
seperti otot-otot di tangan dan jari untuk mengontrol benda berbagai bentuk dan
ukuran. Si Kecil menggunakan keterampilan motorik halus, misalnya dengan
43
44
memegang benda kecil di antara jari dan jempolnya, atau bisa juga menggunakan
mulutnya untuk mencicipi makanan dengan rasa yang berbeda.
Perkembangan motorik halus biasanya mulai berkembang seiring tubuh si kecil
menjadi lebih stabil saat bergerak, serta saat kognitif dan sosialnya berkembang. Hal-
hal ini merupakan bagian penting dari perkembangan motorik anak karena ia perlu
belajar menggunakan tangannya dengan baik untuk dapat mengontrol objek dan
memperoleh kemandirian seperti saat makan dan berpakaian.
44
45
diucapkan orang lain. Sementara itu, anak lainnya juga mengalami gangguan bahasa
ekspresif yang ditandai dengan kurangnya kosakata dan kalimat rumit yang dimiliki
untuk anak seusianya. Anak menjadi lebih lambat dalam bercakap, berbicara, dan
membuat kalimat.
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam penelitian
psikologi masa kini dan sering digunakan dengan bebas di kalangan orang awam. Dedi
Supriadi (1994:6), menyatakan bahwa kreativitas merupakan ranah psikologis yang
kompleks dan multidimensional.
Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut
pandang. Sudut pandang tersebut akan mempengaruhi arti kreativitas. Selain ini,
kreativitas juga berdemensi sangat luas. Artinya, cakupannya meliputi segenap potensi
manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kreativitas diartikan sebagai
kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Kreativitas dimaknai sebagai kemampuan
seseorang atau individu dalam menciptakan atau menghasilkan kreasi baru, menemukan
cara baru dalam melakukan sesuatu agar lebih mudah, efisien, dan efektif. Kreativitas
juga biasa dimaknai sebagai upaya mengembangkan cara lama atau penemuan lama
yang sudah dianggap lama atau ketinggalan zaman dan tidak efektif lagi.
Kreativitas mencakup segenap potensi kemanusiaan, secara filosofis dapat
disejajarkan dengan proses mencari identitas diri. Jadi, segala ekspresi manusia untuk
menemukan kesejatian diri dengan menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi orang lain.
Oleh karena itu, proses kreativitas masing-masing anak akan berbeda beda. Model
pengembangan kreativitas dalam munandar (1999), yaitu model Rhodes yang dikenal
dengan istilah the four P’s of creativity, yang meliputi pribadi (person), proses (process),
dan pendorong (press).
Pengembangan kreativitas dari aspek pribadi adalah ungkapan keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-
ide baru dan produk-produk yang inovatif. Pengembangan kreativitas dari aspek proses
45
46
2. Hakikat Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu
dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif yang dapat
dikembangkan sejak usia dini, jika bakat kreatif anak tidak dikembangkan sejak dini
maka bakat tersebut tidak berkembang secara optimal.
Menurut Jamaris (2006:72), anak usia dini adalah anak yang berada pada fase
praoperasional, yang berpikir secara simbolis yang dihadirkan dalam berbagai bentuk
fantasi, cara berpikir tersebut merupakan awal untuk menumbuhkembang kreativitas
anak. Fantasi atau imajinasi yang berkembang pada masa pra-operasional terlihat dari
berbagai bentuk aktivitas anak, seperti pada waktu bermain, berbicara, maupun
melakukan suatu kegiatan lain. Semua hal tersebuh merupakan refleksi dari kreativitas
anak. Kreativitas anak di TK dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk baik membuat
gambar yang disukainya maupun dalam bercerita atau dalam bermain peran. Hasil
penelitian Jung (1964), menyimpulkan bahwa ada kaitan antara kreativitas dengan fungsi
dasar manusia, yaitu berpikir (thinking), merasa (feeling), mengindrakan (sensing), dan
inuisi (intuiting).
Pendidikan anak pada usia dini seharusnya disesuaikan dengan tahap perkembangan
anak, serta cara anak belajar. Yang artinya, pendidikan pada anak tidak berarti sebagai
46
47
3. Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri afektif yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang
adalah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai
suatu tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik oleh
orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin
mencari pengalaman-pengalaman baru, dan menghargai baik diri sendiri maupun orang
lain.
Ciri-ciri kreativitas menurut Utami Munandar (1992:34) :
a. Dorongan ingin tahu besar.
b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
c. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d. Bebas dalam menyatakan pendapat.
e. Mempunyai rasa keindahan.
f. Menonjol dalam satu bidang seni.
g. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, serta tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain.
h. Rasa humor tinggi.
i. Daya imajinasi kuat.
j. Keaslian (orisinalitas) tinggi, tampak dalam ungkapan gagasan, karangan,
dan sebagainya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara
orisinal yang jarang diperlihatkan oleh anak-anak lain.
k. Dapat bekerja sendiri.
l. Senang mencoba hal-hal yang baru.
47
48
48
49
c. Working with real problems atau teknik kreativitas tingkat III menerapkan
keterampilan yang dipelajari pada tingkat pertama terhadap tantangan dunia nyata.
5. Pengukuran Kreativitas
Ada lima macam pendekatan dalam menilai kreativitas menurut Dedi Supriadi
(2001:24), yaitu, :
a. Analisis objektif adalah pendekatan yang bermaksud untuk menilai secara
langsung kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain
yang dapat diobservasi wujud fisiknya.
b. Pertimbangan Subjektif, pendekatan ini menilai kreativitas diarahkan kepada
“orang” atau “produk”. Dalam pendekatan ini, teknik yang digunakan
tergantung pada pertimbangan subjektif orang yang menilai.
c. Inventori kepribadian, ditujukan untuk mengetahui kecenderungan-
kecenderungan kepribadian kreatif seseorang atau korelat-korelat kepribadian
yang berhubungan dengan kreativitas yang meliputi sikap, motivasi, minat,
gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku.
d. Inventori Biografis, digunakan untuk mengungkapkan berbagai aspek
kehidupan orang-orang kreatif yang meliputi identitas pribadi, lingkungan,
dan pengalaman-pengalaman hidupnya.
e. Tes kreativitas, banyak digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif
yang ditujukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif.
49
50
Untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua dan guru harus merangsang anak
untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal, benda, atau kejadian di
sekelilingnya, yang dengar mereka dengar, lihat, rasakan, atau pikirkan dalam kehidupan
sehari-hari. Orang tua dan guru harus mendorong anak untuk berani mencoba
mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri.
Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk-bentuk atau warna-warna dengan
cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada.
Ada empat hal yang harus dihindari dalam mengembangkan kreativitas anak, yaitu, :
50
51
a. Evaluasi dapat mengurangi kreativitas anak. Anak yang dievaluasi atau dinilai
merasa berkecil hati, begitupula dengan diamati saat bekerja dapat mengurangi
kreativitas anak.
b. Hadiah, kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau
meningkatkan perilaku atau kreativitas anak. Pemberian hadiah dapat merusak
motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c. Persaingan, jika siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan
siswa lain dan yang terbaik akan menerima hadiah.
d. Lingkungan yang membatasi, menurut Albert Einstein belajar dan kreativitas tidak
dapat ditingkatkan dengan paksaan. Apabila berpikir dan belajar dilaksanakan
dalam lingkungan yang amat membatasi maka minat dan motivasi instrinsik dapat
rusak.
51
52
Menurut Mayesky dikutip oleh Majidi (2009: 34), hal-hal yang bisa menghambat
kreativitas anak, seperti ide yang dikemukakan anak selalu dipatahkan, orang tua terlalu
overprotective, dan waktu bermain sangat singkat.
BAB III
52
53
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak usia dini merupakan masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa dimana anak mempunyai rasa
keingintahuan yang sangat tinggi, selama masa inilah anak secara khusus mudah
menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan
berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.
Pada usia dini merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima
berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja
maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik
dan psikis sehingga siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan
yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
B. SARAN
Orang tua dan guru merupakan peran penting dalam perkembangan anak, dengan
itu orang tua dan guru bukan hanya memberikan informasi saja, melainkan
mengarahkan, dan memberi fasilitas belajar, agar proses belajar menjadi efektif. Agar
anak merasa nyaman selama pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
53
54
Susanto, Ahmad. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini (konsep dan teori). Jakarta: Bumi Aksara.
Kurnianti, E. (2017). Perkembangan Bahasa Pada Anak Dalam Psikolog Serta Implikasinya
Dalam Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 47–56.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v17i3.401
Maria, Ina dkk. 2020. Perkembangan Aspek Sosial-Emosional dan Kegiatan Pembelajaran yang
Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun.
“https://www.researchgate.net/publication/328589818_Perkembangan_Aspek_Sosial-
Emosional_dan_Kegiatan_Pembelajaran_yang_Sesuai_untuk_Anak_Usia_4-6_Tahun" Diakses
pada [29 september 2020]
Racmawati, Yeni. Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak.
"http://repository.ut.ac.id/4691/1/PAUD4103-M1.pdf". diakses pada [28 september 2020]
Martani, Wisjnu. 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.
"https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6970". [diakses pada 29 september 2020]
Tatminingsih, Sri. 2019. Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat.
“https://www.researchgate.net/publication/335390784_Kemampuan_Sosial_Emosional_Anak_U
sia_Dini_di_Nusa_Tenggara_Barat.” [diakses pada 29 september 2020]
54
55
Wahyu,Eka.2020. Ingin Anak Tumbuh Cerdas, Ini Cara Menstimulasi Sesuai Usia.
https://cantik.tempo.co/read/1327611/ingin-anak-tumbuh-cerdas-ini-cara-menstimulasi-sesuai-
usia [diakses pada 3 Oktober 2020]
55