Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI TEORI KOGNITIF MENURUT MONTESORI PADA PAUD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu: Yani Suarsih, M.Pd

Disusun oleh :

1. Nurlela (19.03.00.009)
2. Tutiek Ari Santi (22.03.00.003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Implementasi Teori Kognitif Menurut
Montessori Pada PAUD”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami dalam menulis makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah, Ibu Yani Suarsih, M.Pd, serta keluarga yang
kami sayangi dan juga teman-teman seperjuangan yang sangat kami cintai.

Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya
penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembacanya.

Jakarta, 28 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................7
A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini.....................................................................7
B. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Montessori..................................................9
C. Ciri-Ciri Media Pembelajaran Montessori.................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan personal yang tengah dalam proses tumbuh
kembang yang begitu cepat, bahkan anak usia dini sering disebut lompatan
perkembangan. Anak usia dini merupakan individu yang tengah memasuki usia yang
rentan dan sangat penting dibanding dengan usia lainnya karena kemajuan
keterampilan berfikir yang diberikan begitu pesat dan luar biasa. Karena usia dini
adalah usia dimana anak berada pada masa tumbuh kembang, kesiapan, dan
penyempurnaan yang baik dalam aspek jasmani maupun rohani yang berlangsung
selama hidup anak , bertahap dan berksinambungan. Anak usia dini berada dalam
proses perkembangan (development) perubahan yang dilalui oleh setiap manusia
secara mandiri, dan berlangsung seumur hidup1.
Anak usia dini merupakan keadaan dimana anak sedang memasuki usia golden
ege atau usia keemasan dimana usia tersebut merupakan usia yang sangat tepat untuk
memberikan rangsangan yang baik kepada anak, dibandingkan dengan usia-usia
selanjutnya, karena anak akan cepat menangkap dan menirukan apa yang sudah
diajarkan. Dengan adanya hal tersebut maka anak membutuhkan adanya
pendampingan dan dukungan yang tepat untuk mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya. Karena setiap orang tua pasti menginginkan keturunan yang baik dan
pendidikan yang terbaik untuk anaknya
Pendidikan anak usia dini mempunyai peran sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan anak selanjutnya, karena pendidikan juga menjadi fondasi
kemajuan kepribadian seorang anak. Ketika anak sudah mendapatkan pendidikan
diusia dini anak akan dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mentalnya sendiri
dalam menin gkatkan motivasi, prestasi dan kinerja, selain itu anak dengan sendirinya
akan menemukan bakat yang dimilikinya, sehingga anak akan menjadi individu yang
mandiri juga dapat manumbuhkan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal
Montessori dalam Hainstock mengatakan bahwa anak usia dini merupakan
anak yang berada dalam masa emas (Golden Age) masa tersebut merupakan periode
1
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini, ( Cetakan I, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 16

4
sensitive.2 Menurut Dr. Maria Montessorri, anak belajar dengan sungguh-sungguh
melalui lingkungan sesuai porsi untuk memudahkan anak dalam mendapatkan
pengetahuan anak dalam lingkungan3
Montessori percaya problem kehidupan yang kita alami diakibatkan oleh
keinginan mengontrol dan mendominasi lingkungan. Sifat egois manusia, keinginan
sukses sendiri, dan ingin lebih unggul dari orang lain, mendorong orang mengejar
kepentingan pribadi, yang terkadang merugikan orang lain. Bagi Montessori, solusi
terhadap problem ini terletak pada pendidikan anak. Khususnya mendidik anak dengan
nilai-nilai yang baik yang akan berpengaruh hingga dewasa. Dengan cara ini perlahan-
lahan anak akan memiliki moral yang baik, sesuai norma masyarakat. Guru
bertanggungjawab memandu anak mengembangkan kepribadian dan mengarahkan
potensi anak hingga maksimal dan positif bagi masyarakat luas.
Montessori berpendapat selagi anak sibuk sendiri, anak cenderung bekerja
dengan pola yang berulang. Pola aktifitas lain yang dapat diduga dan menunjang
perkembangan anak adalah pengenalan terhadap sesuatu yang asing. Sebelum
bereksperimen dengan aktifitas abstrak, anak suka mengenal obyek kongkrit yang
berkaitan dengan kehidupan sehari- hari.Misal, mengancingkan baju, menuangkan jus
ke gelas dan membuka pintu.Cara ini membuat anak untuk menguasai ketrampilan
dasar.
Dengan demikian pendekatan pendekatan Montessori membantu anak
memuaskan dan memenuhi keinginan sekaligus menunjang perkembangan total.Ini
berarti memberikan aspek pertumbuhan fisik, intelektual, lingusitik, emosi, spiritual,
sosial yang proporsional setiap saat agar membantu anak berkembang menjadi
manusia yang utuh.Oleh karena itu,
Montessori mempelopori strategi pendidikan yang banyak diterapkan oleh
berbagai prasekolah di seluruh dunia. Metode Montessori diperkenalkan oleh
seorang Dokter wanita bernama Maria Montessori yang merupakan salah satu
pendidik besar. Metode Montessori merupakan suatu hasil dari sistem pendidikan
yang digunakan di “Rumah Anak-anak” yang bersumber dari pengalaman-
pengalaman pedagogis dari Maria Montessori dengan anak-anak abnormal.

2
Andi Agusniatih dan Jane M Monepa, Keterampilan Sosial Anak Usia Dini, Teori dan Strategi
Pengembang , (Cetaka Pertama, 2019).hal 37.

3
James E. Jhonson. Dkk. Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan, (Jakarta: Kencana
Pranda Media Group, 2015), hal 384

5
Kemudian beliau mempresentasikannya menjadi sebuah usaha panjang dan penuh
pemikiran pada anak-anak normal. Maria Montessori menggunakan kemampuan
ilmiahnya, pengalamannya, dan wawasannya untuk mengembangkan sebuah
metode pendidikan yang melawan pola-pola pendidikan konvensional.

Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan individual untuk


menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk disatukan dalam pikirannya
dengan menggunakan peralatan media yang dibuat khusus4.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Kognitif Anak Usia Dini menurut montessori?


2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Montessori?
3. Apa saja ciri-ciri media pembelajaran Montessori?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis berharap dapat memberikan


pengetahuan kepada pembaca tentang Bagaimana perkembangan kognitif, langkah-
langkah pembelajaran serta ciri-ciri media pembelajaran montessori untu anak usia
dini.

4
Zaenab Siti, Guru PAUD Menuju NTB Bersaing ,Pengantar Manajemen Pendidikan ,
Praktik, teori, Aplikasi,(Yogyakarta: CV Budi Utama), hlm 23

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan Anak Usia Dini Banyak pendapat dan gagasan tentang


perkembangan anak usia dini, Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi
lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-
benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak
yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun
kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah
dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan
bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal
berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan.

Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau


kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak
berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat
membuka jalan pikiran mereka. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap
perkembangan sebagai berikut:

1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir
yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa
dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan
baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang
rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan
waktu (pagi, siang, sore, malam).
4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan
sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4
tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan
yang bagus untuk membaca. Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari
tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa

7
suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan
dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak
bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang,
pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni.

Perkembangan kognitif anak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal penting baik
secara internal maupun eksternal. Salah satu yang perlu diketahui bahwa
perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh materi ataupun metode pembelajaran
yang dilakukan pada anak usia dini. Metode Montessori dimulai dari hasil observasi
dan mengembangkannya yang awalnya melihat anak-anak dengan keterbelakangan
mental dan selanjutnya sudah diterapkan pada anak-anak normal dan telah digunakan
hingga era ini5. Montessori menambahkan bahwa pendidikan itu hanyalah
pertolongan yang diberikan pada anak waktu perkembangannya.

Metode pendidikan Montessori diistilahkan "Pedosentris" yang dimana anak dapat


berkembang dengan bebas. Metode yang diharapkan pun sangat jauh berbeda dengan
sekolah pada umumnya dimana anak akan di satukan pada jenjang usia yang hampir
sama. Selain itu sistem penilaian pun berbeda dengan metode yang diterapkan oleh
kebanyakkan sekolah dimana metode ini tidak hanya menitikberatkan pada salah satu
aspek saja namun pada perkembangan anak secara keseluruhan yakni aspek sosial,
emosional, fisik dan tentunya secara intelektualnya.

Pemahaman mantossori bahwa anak-anak yang berbeda usianya akan saling


memberikan pandangan tersendiri. Anak-anak usia yang lebih muda akan belajar dari
anak-anak yang lebih tua, sebaliknya anak-anak yang lebih tua akan banyak belajar
dari anak-anak yang lebih muda. Sehingga terjadi pertukaran pandangan yang saling
melengkapi dan tidak terbatas. Pada prinsipnya dari metode Montessori ini yakni :

1. Semua pendidikan berasal dari diri sendiri


2. Dasar, tujuan, pedoman dalam pendidikan ialah diri sendiri dengan pembawaan
serta kesanggupan dan kodratnya.
3. Anak mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan diri.
4. Semua panca indera diharapkan dapat berkembang dengan maksimal.

5
Maya Ivy. Montessori For Multiple Intelegensi, (Yogyakarta. PT. Betang Pustakan, 2019), hlm 7

8
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa Dr. Montessori meyakini bahwa anak-
anak akan jauh berkembang secara optimal saat mereka dapat memilih dengan bebas
subjek yang akan dipelajari.

B. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Montessori

Setiap langkah pembelajaran guru mengusahakan agar kondisi pembelajaran


atau lingkungan belajar yang dilaksanakan memaparkan kegiatan siswa dengan
memberi stimulus yang baik pada semua siswa hingga kemampuan siswa dapat
berkembang dengan baik sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka masing- masing
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengkondisikan pembelajaran
Montessori yaitu :
1. Children Center : Dalam prinsip montessori peserta didik diberikan kebebasan
untuk beraktivitas dengan lingkungan belajar, sehingga dalam aktifitas tersebut
peserta didik akan mengontruksi sendiri perkembangan jiwanya (child’s self
countruction) dengan guru sebagai atau penekan konsep ia dapat. Sehingga
semakin peserta didik sibuk dengan aktifitasnya dalam mencari, menemukan,
menyimpulkan berbagai pengetahuan dan keterampilan belajarnya maka semakin
baik proses belajarnya.6
2. Eksperimen dan Demokrasi : Metode ini memang menuntut keaktifan peserta didik
untuk melakukan aktifitas sendiri dengan media yang ada dan dilengkapi dengan
prosedur atau langkah-langkah kerja yang jelas yang telah disusun oleh guru secara
sistematis. Sehingga peserta didik akan memiliki pengalaman tersendiri dari
aktifitasnya tersebut. Sebelum melakukan eksperimen ada baknya diawali dengan
demonstrasi dengan cara memperlihatkan langkah-langkah proses percobaan sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga sebelum peserta didik beraktifas
mereka telah melihat dan mendengarkan rambu-rambu praktik akan dilaksanakan
sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
3. Media pembelajaran : Dalam konsep Montessori media pembelajaran berpusat pada
seluruh kegiatan panca indera dengan panca indera ini awal pintu masuknya
pengetahuan manusia seluruh panca indera harus menapatkan kesempatan untuk
berkembang sesuai dengan mestinya. Oleh karena itu dalam tahapan ini guru harus
inofatif dan aktif mengolah membuat media dalam bentuk alat peraga, alat praktik,

6
Yulianti Santi, 2019, Model Pendidikan Montessori Panduan Implementasi Montessori ,
(Jakarta, Monteo kids) hlm 22

9
permainan lainnya. Sehingga seluruhnya peserta didik akan melakukan aktifitas
belajar dan proses pembelajaran akan lebih mudah dan menyenangkan

C. Ciri-Ciri Media Pembelajaran Montessori

Montessori merupakan tokoh yang merancang berbagai media untuk setiap


area yang ingin dikembangkan pada anak.Montessori meyakini bahwa panca indera
adalah pintu masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia.Karena
perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk itulah ia
mengembangkan berbagai alat permainan panca indera.

Untuk melatih anak melakukan kegitan kegiatan sehari-hari, Montessori


memiliki media khusus juga yangdiharapkan dapat melatih anak untuk menguasai
gerakan otot-otot yang praktis, latihan itu dinamai latihan motorik. Kegiatan tersebut
akan dapat menumbuhkan keaktifan anak dan juga membiasakan anak bersikap baik
pada waktu bercakap dengan orang lain.

Media tulisan disertai gambar digunakan untuk pendidikan kecerdasan dan


daya ingat anak. Anak-anak akan tertarik pada media bergambar dan berwarna yang
dapat mengalihkan perhatiannya sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah.

Media Montessori memiliki beberapa ciri khas, ciri-ciri tersebut adalah


sebagai berikut :

1. Menarik, Setiap media Montessori harus mampu menarik perhatian siswa,


sehingga secara spontan siswa ingin menyentuh, meraba, memegang, merasakan
dan menggunakannya untuk belajar (Montessori, 2002:174-175).
2. Bergradasi, Media yang baik seharusnya bergradasi, gradasi yang dimaksudkan
adalah rangsangan yang rasional tentang suatu gradasi (Montessori, 2002: 175).
3. Auto-correction, Media yang baik harus memiliki pengendali kesalahan,
maksudnya melalui media tersebut siswa dapat mengetahui sendiri setiap
kesalahan yang dilakukan sehingga dengan sendirinya siswa tahu jika ia
melakukan kekeliruan ketika selesai mencoba (Montessori, 2002:172).
4. Auto-education, Media Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa melakukan pendidikan diri untuk meningkatan

10
kemandirian siswa dalam belajar dan meminimalisir campur tangan pendidik
(Montessori, 2002: 172).

Dari pemaparan beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki ciri-ciri khusus yang
mungkin tidak dimiliki media lain yaitu menarik, bergradasi, auto-correction dan
auto-education. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tertarik dengan media yang
ada sehingga meningkatkan semangat untuk belajar. Selain itu alat pengendali
kesalahan yang terdapat pada media Montessori juga membuat siswa lebih mandiri
lagi dalam proses belajar mengajar.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kognitif anak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal penting baik
secara internal maupun eksternal. Menurut Montessori pendidikan hanyalah
pertolongan yang diberikan pada anak waktu perkembangannya.

Pada prinsipnya metode Montessori 80% anak yang bekerja 20% guru yang
memberi materi. Langkah- langkah pembelajaran montessori ada 3 yaitu berpusat
pada anak, eksperimen dan demokrasi serta media pembelajaan.

Ciri-ciri media pembelajaran montessori yaitu menarik, bergradasi, auto


corection dan auto education
DAFTAR PUSTAKA

Andi Agusniatih dan Jane M Monepa, Keterampilan Sosial Anak Usia Dini, Teori dan Strategi
Pengembangan (Cetaka Pertama, 2019).hal 37.

James E. Jhonson. Dkk.Anak Usia Dini Dalam Berbagai pendekatan ((Jakarta: Kencana Pranda Media
Group, 2015), hal 384

Maya Ivy. Montessori For Multiple Intelegensi (Yogyakarta. PT. Betang Pustakan, 2019), hlm 7

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini ( Cetakan I, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)
hlm 16

Yulianti Santi, 2019, Model Pendidikan Montessori Panduan Implementasi Montessori (Jakarta, Monteo
kids, hlm 22)

Zaenab Siti, Guru PAUD Menuju NTB Bersaing ,Pengantar Manajemen Pendidikan , Praktik, teori,
Aplikasi, (Yogyakarta: CV Budi Utama), hlm 23

13

Anda mungkin juga menyukai