Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANAK SANGAT CERDAS/GENIUS (GIFTED)

Disusun Oleh:
Kelompok :
1. Dona Maiza (1811250071)
2. Eka Noviyanti (1811250073)
3. Diah Ayu Lestari (1811250060)

Dosen Pembimbing:
Evi Selva Nirwana, S.Pd.,M.Pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,
hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan penulis.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Agung kita
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah dari Allah terutama nabi yang
telah membawa mu’jizat-Nya yang berupa Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita
peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak
berkontribusi baik pikiran maupun materi dan tidak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Evi Selva Nirwana,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi tugas dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan yang itu memang kelemahan dari penulis sendiri. Untuk itu, penulis
mohon untuk diberikan kritik dan saran untuk kemajuan penulis guna perbaikan
makalah berikutnya.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.

Bengkulu, 28 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Cerdas atau Jenius.....................................................4
B. Ciri-Ciri Anak Jenius ...........................................................................6
C. Identifikasi Anak Sangat Cerdas/Jenius...............................................9
D. Faktor Penyebab Timbulnya Kejeniusan..............................................11
E. Program dan Teknik Bimbingan bagi Anak Cerdas.............................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah
makhluk yang paling sempurna baik dalam dimensi performa dan fisiknya,
namun terdapat sebagian manusia diberikan kelebihan oleh Tuhan dan
sebagian diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun psikis.
Namun demikian, setiap manusia yang diberikan kelebihan pastilah ada
sedikit kekurangan yang ada dalam diri mereka, dan begitu juga sebaliknya.
Setiap manusia yang diberikan kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun
psikisnya, kemungkinan mereka juga mempunyai kelebihan yang luar biasa
yang ada dalam dirinya. Sebagai contoh, terdapat anak yang sangat cepat
dalam berfikir dan mudah memahami hal-hal yang baru, bahkan kecepatan
berfikirnya jauh dari batas kenormalan. Akan tetapi ada juga yang sangat
lamban dalam proses berfikirnya. Dalam ilmu psikologi anak yang mampu
berfikir lebih cepat dan memiliki IQ diatas rata-rata disebut sebagai anak
berbakat (gifted).
Menurut Wahab, Anak sangat cerdas (gifted) merupakan salah satu
contoh anak yang memiliki kelebihan dibidang intelektual.1 Anak sangat
cerdas pada hakekatnya secara potensial memiliki kemampuan yang dibawa
sejak lahir (nature) dan mereka mampu berkembang secara optimal
berdasarkan lingkungan yang bermakna (nurture). Dijelaskan pula oleh Hoyle
dan Wilks mendiskripsikan bahwa anak-anak berbakat menampilkan ciri-ciri
perkembangan kognitif yaitu, memiliki kemampuan berfikir superior, berpikir
abstrak, menggeneralisir fakta, memahami makna dan memahami hubugan,
memiliki hasrat yang ingin tahu (curiosity) yang luas,2 Bersikap mudah untuk
1
Wahab, Anak Bebakat Beprestasi (The Gifted) dan Strategi Penanganannya. Direktorat
Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005), h.134.
2
Sujihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),
h.171.
belajar, memiliki rentang minat yang luas (bervariasi), memiliki rentang
perhatian yang luas yang memungkikan daya berkonsentrasi bertahan dalam
pemecahan masalah dan berhasrat tinggi untuk menyelesaikannya dan lain-
lain.
Di sisi lain, karakeristik IQ yang tinggi belum tentu disertai dengan
terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Akumulasi informasi yang
terjadi pada anak gifted karena sensitivitas atau kepekaannya terhadap dunia
sekitar mungkin tidak muncul ke kesadaran. Anak gifted sering kali
menunjukkan harapan yang tinggi terhadap dirinya maupun orang lain, dan
karena harapan ini tidak disertai dengan kesadaran diri, maka tidak jarang
membawa dirinya menjadi frustasi terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan
terhadap situasi. Dalam kondisi seperti ini emosi yang tidak stabil dan sullit
menyesuaikan diri.3
Memiliki seorang anak yang cerdas dan memiliki IQ diatas ratarata
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) saja, akan tetapi
faktor lingkungan juga sangat mendukung. Dalam hal ini, baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekolah sangat berpengaruh bagi perkembangan
fisik maupun psikis anak.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Anak Cerdas atau Jenius?
2. Sebutkan Ciri-Ciri Anak Jenius ?
3. Sebutkan Identifikasi Anak Sangat Cerdas/Jenius?
4. Apa Saja Faktor Penyebab Timbulnya Kejeniusan?
5. Sebutkan Program dan Teknik Bimbingan bagi Anak Cerdas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Anak Cerdas atau Jenius.

3
Ibid, h.162.
2. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Anak Jenius .
3. Untuk Mengetahui Identifikasi Anak Sangat Cerdas/Jenius.
4. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Timbulnya Kejeniusan.
5. Untuk Mengetahui Program dan Teknik Bimbingan bagi Anak Cerdas.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Cerdas atau Jenius
Anak berbakat atau anak jenius adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab di atas anak-anak
normal seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi
nyata memerlukan pelayanan khusus. Anak CIBI dibagi menjadi tiga
golongan sesuai dengan tingkat intelegensi dan kekhasan masing-masing,
diantaranya Superior, Gifted (Anak Berbakat), dan Genius.4
Dalam konsep luas, anak berbakat istimewa cerdas istimewa akan
mengarah pada anak yang memiliki kecakapan intelektual superior, yang
secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di
dalam kelompok populasinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata cerdas memiliki arti sempurna perkembangan akal budinya
(untuk berpikir, mengerti atau memahami sesuatu), dan bakat adalah dasar
(kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Dari definisi
tersebut, maka anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang
unggul dari anak rata-rata atau normal baik dalam kemampuan intelektual
maupun non intelektual sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara
khusus.
Dari berbagai definisi di atas dapat ditegaskan bahwa anak cerdas
istimewa/jenius adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual yang jauh
melampaui kemampuan anak lain seusianya yang menunjukkan karakteristik
belajar yang unik sehingga membutuhkan stimulasi khusus agar potensi
kecerdasan dapat terwujud menjadi kinerja yang optimal. Renzuli
menyatakan dalam pengembangan teorinya bahwa ada serangkaian
komponen yang melatarbelakangi seseorang untuk mengubah potensi
kecerdasan istimewanya menjadi tindakan yang konstruktif sehingga dapat
berkontribusi dalam masyarakat.
Beberapa komponen yang dimaksud oleh Renzuli adalah:5

4
Ratih Putri Pratiwi dan Afin Murtiningsih, Kiat Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan
Khusus, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2013), h.70.
1. Optimis (Optimism)
Komponen ini menjelaskan bahwa seorang anak cerdas
istimewa memiliki keyakinan akan keberhasilan di masa depan yang
ditunjukkan dengan kemauan bekerja keras.
2. Keberanian (Courage)
Anak cerdas istimewa memiliki sifat keberanian yang ditandai
dengan kemampuan untuk menghadapi kesulitan dalam berbagai
permasalahan baik yang berkaitan dengan fisik, psikologis, dan moral.
Hal ini diwujudkan dengan tingginya integritas yang dimiliki dan
kekuatan karakter pribadi.
3. Keinginan yang kuat (Romance with a topic or discipline)
Anak cerdas istimewa memiliki keinginan yang kuat untuk
mendalami suatu topik atau bidang tertentu sehingga memunculkan
motivasi unutk terikat pada komitmen jangka panjang dalam melakukan
suatu tindakan.
4. Peka terhadap orang lain (Sensitivity to human concerns)
Komponen ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk
memahami dunia afektif orang lain dan mengkomunikasikan
pemahamannya secara peka dan akurat melalui tindakan.
5. Fisik dan mental Kuat (physical/mental energy)
Anak cerdas istimewa memiliki energi fisik dan mental yang
kuat sebagai upaya dalam mengiringi keinginannya yang kuat dalam
mencapai sesuatu.

6. Visi/Pandangan Masa Depan (Vision/sense of destiny)

5
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan
Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat PSLB, Dirjen. Mendikdasmen, kemdiknas, 2010. (online).
http://www.tuangguru.net/2012/05/lingkungan-belajar.html. [27 Desember 2020], h.11.
Anak cerdas istimewa memiliki visi atau pandangan masa depan
unutk membuat sebuah perencanaan dan mengarahkan tingkah lakunya
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Anak berkecerdasan istimewa dipandang sebagai anak yang unik dari
segi kognitif dan kepribadiannya. Powell & Haden, menyatakan bahwa
karakteristik anak cerdas istimewa atau gifted meliputi the desire to know and
the capacity to create structure and organize data are noticeably yang berarti
kemampuan pada keingintahuan dan kapasitas untuk menciptakan struktur
dan mengorganisasikan data.6 Silverman (Direktorat PSLB, 2010: 15)
mengungkapkan bahwa anak yang sangat cerdas atau bekecerdasan istimewa
mampu menyerap dan menyimpan informasi yang banyak serta beragam
dalam jangka waktu yang lama.
Demikian juga Robinson & Clinkerbeard menyatakan bahwa ingatan
yang baik yang dimiliki oleh anak cerdas istimewa dimungkinkan karena
semakin tinggi skor IQ seseorang, semakin efisien ingatannya dan semakin
banyak strategi pengolahan informasinya.7 Selain itu anak cerdas istimewa
memiliki konsentrasi yang tinggi atau bertahan lama. Hoh menyebut
peristiwa ini sebagai persistent concentration, yaitu perhatian yang mendalam
terhadap suatu tugas dalam waktu panjang tanpa terganggu oleh lingkungan
dan tanpa disertai dengan kelelahan mental.8
B. Ciri-Ciri Anak Jenius
Chauhan (1978) menjelaskan bahwa sebelum seorang anak jenius
masuk sekolah, pada umumnya mereka telah teridentifikasi ole!i orang tuanya
memiliki beberapa hal. yattu: Perbendaharaan kata yang banyak, kecak,.apan
berbahasa, giat dalam melakukan observasl (terhadap dunia sekitar), minat
dan kesukaan pada buku, minat awal pada kalender, jam dan mengomentari
banyak hal, kemampuan untuk berkonsentrasi lebih lama, menunjukkan
kecakapan menggambar, musik atau kesenian yang lain, minat terhadap
6
L.E, Clark, Growing Up Gifted, Journal Of Personality And Social Psychology Vol.54 No.6,
h.123.
7
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan
Cerdas Istimewa…”, h.15
8
Ibid, h.16.
eksplorasi, penemuan, dan hubungan sebab akibat, perkembangan awal dari
kemampuan membaca.
Terman dan kawan-kawan (Chauhan, 1978) mengadakan suatu studi
longitudinal yang intensif dari 1528 anak jenius. P& nelili tersebut
mempelajari karakteristik fisik, mental, sosial dan emosional pada kelompok
anak jenius, yaitu:9
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik dengan intelektual, juga dengan sekolah
yang mungkin mengalami kesenjangan, dikhawatirkan secara tidak
sengaja akan menjadi penghambat aktivitas individu (siswa), terutama
berkaitan dengan pembelajaran. Perkembangan fisik yang tidak sejalan
dengan perkembangan intelektual, membuat individu (siswa) merasa
kurang sesuai secara fisik. Di lain sisi bila tuntutan sensasi fisik terasa
kurang menantang secara intelektual, maka siswa menjadi kurang
tertarik untuk berkompetisi dengan teman sebaya, karena dia merasa
tidak akan memperoleh kepuasan. Anak jenius bisa jadi menunjukkan
aktifitas fisik yang berlebihan, namun bisa jadi dia malah menghindari
keterlibatannya dalam aktivitas fisik, dan hanya membatasi pada
aktifitas mental.
2. Perkembangan Kognitif
Struktur otak individu yang berbakat dengan individu yang
normal menurut pendapat para ahli, terdapat perbedaan. Berkenaan
dengan otak, ada sebuah teori yang dikemukakan oleh ahli, yang
disebut dengan “Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) yang
menyatakan bahwa otak manusia itu menurut fungsinya dibagi menjadi
dua, yaitu; belahan otak kiri (left hemisphere), dan belahan otak kanan
(righ hemisphere) (Gowan, dalam Asrori, 2008). Belahan otak kiri (left
hemisphere) mempunyai fungsi yang berkenaan dengan
pekerjaanpekerjaan bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur,

9
Retno Kumolohadl, Tahap-Tahap Penting Dalam Penanganan Anak Jenius: Suatu
Upaya Bagi Ketepatan & Kesinambungan Program, Jurnal Psikologika No.6 tahun 1998, h.37.
sistematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Belahan otak kiri
(left hemisphere) ini mengarah pada cara-cara berfikir konvergen
(convergent thinking).
Sedangkan belahan otak kanan (right hemisphere) mempunyai
fungsi berkenaan dengan pekerjaan-pekerjaan non linier, non verbal,
holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan
sejenisnya, singkatnya otak sebelah kanan mengarah pada cara berfikir
menyebar (divergent thinking) Clark, dalam Asrori, 2008). Anak
berbakat mempunyai kemampuan berfikir serta kemampuan fungsi-
fungsi lain secara terintegritas untuk otak bagian kiri (belahan otak kiri)
dan otak bagian kanan (belahan otak kanan), sehingga mewujudkan
perilaku kreatif. Intuisi pada anak berbakat sangat tinggi yang
mengakibatkan munculnya perilaku kreatif sebagai suatu ekspresi
tertinggi dari keberbakatan.
3. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak cerdas dan berbakat lebih matang
dan stabil, karena ia mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi.
Kemampuan kognitif tersebut membuat individu cerdas berbakat
mampu mengolah informasi sehingga menumbuhkan kesadaran akan
diri dan dunianya. Kondisi demikian menimbulkan perasaan bahwa
dirinya “berbeda” dibandingkan dengan yang lain. Tingkat
perkembangan yang bersifat psikologis lebih tinggi dari anak seusianya,
yang berkaitan dengan moral, dan idealisme. Kesadaran akan keadilan
dan kepekaan terhadap ketidakkonsistenan perilaku dengan apa yang
seharusnya, serta perkembangan pengendalian diri dan kepuasan (dan
juga ketidakpuasan) internal terjadi lebih awal.
4. Perkembangan Sosial
Individu jenius cenderung memilih kawan yang lebih besar,
yaitu yang usia kronologisnya lebih tua darinya tetapi memiliki
kesamaan usia intelektual. Dalam persepsi dirinya, dia mempunyai
kebebasan pribadi lebih besar daripada yang dimiliki teman-temannya.
Bentuk-bentuk interaksi kerjasama dan demokratik sangat dihargainya,
ini menunjukkan perasaan positif berkenaan dengan dirinya dan orang
lain. Disisi lain individu ini kurang senang berkompromi terutama
terhadap hal-hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan kebenaran atau
nuraninya.
Anak cerdas mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, cenderung
lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih
kompetitif. Namun ia kadang memiliki kelemahan yaitu sering kurang
menghargai pendapat teman sebayanya.
C. Identifikasi Anak Sangat Cerdas/Jenius
Ciri-ciri tertentu pada individu cerdas yang justru mungkin dapat
menimbulkan masalah tertentu antara lain:10
1. Mudah muncul sifat skeptis karena kemampuannya dalam berfikir kritis
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
2. Cepat bosan atau tidak senang terhadap hal-hal yang monoton dan rutin,
karena karena ia memiliki kemampuan kreatif dan minat yang tinggi
untuk melakukan hal-hal baru.
3. Sering melakukan pemaksaan kehendak atau pendapat sebagaimana
dimiliki individu genius karena merasa pendapatnya lebih benar.
Disamping kelebihannya yaitu memiliki perilaku ulet dan terarah pada
tujuan.
4. Kurang sabar atau kurang toleran jika tidak ada kegiatan, atau kurang
tampak kemajuan dalam suatu kegiatan, hal ini diakibatkan semangat
tinggi serta kesiagaan mental.
5. Mudah tersinggung serta peka terhadap kritik dari orang lain, karena
individu genius ini mempunnyai kepekaan tinggi.
6. Mempunyai kemampuan dan minat yang beraneka ragam sehingga
membuat individu ini memerlukan fleksibilitas serta dukungan untuk
menjajagi serta mengembangkan minat-minatnya.

10
Luhur Wicaksono, Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan Berbakat, Jurnal
Pembelajaran Prospektif Vol.1 No.1 Tahun 2016, h.34.
7. Mandiri dalam belajar dan bekerja, disisi lain kebutuhannya akan
kebebasan dapat menimbulkan konflik, karena individu ini tidak mudah
konform (tunduk) terhadap tekanan-tekanan dari pihak luar. Ia juga
dapat merasa tidak ditolerir atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
Pengidentifikasian murid cerdas dan berbakat dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan, yaitu melalui tes, melalui studi kasus, dan melalui
penggabungan keduanya. Pelaksanaan identifikasi di sekolah, dapat dilakukan
melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap Penjaringan (Screening)
Tahap ini biasa dilakukan dengan menganalisis data prestasi
belajar. Dasar pemikiran kegiatan ini adalah biarpun anak/individu yang
memiliki prestasi belajar tinggi tidak selalu konklusif memiliki
kecerdasan dan keberbakatan yang tinggi, namun mereka tetap
digolongkan termasuk anak cerdas dan berbakat. Pertimbangan lain
(dalam menetapkan anak cerdas dan berbakat) adalah aturan dalam
penyelenggaraan kelas unggulan yang menetapkan persyaratan murid
harus memiliki nilai rata-rata 8 (delapan).
Disamping berdasar data prestasi belajar, kegiatan penjaringan
juga dapat dilakukan dengan menganalisis usia kronologis, serta
nominasi oleh teman sekelas, orangtua, dan guru. Usia kronologis juga
menjadi acuan dengan asumsi bahwa walaupun individu cerdas dan
berbakat memiliki usia lebih muda, namun ia memiliki usia mental
yang lebih tinggi disbanding teman sebayanya. Keadaan demikian
membuat ia mampu bersaing dengan teman-temannya yang memiliki
usia kronologis yang lebih tua.
Penjaringan murid cerdas dan berbakat dimungkinkan pula
berdasarkan nominasi dari orangtua, guru serta teman sekelas. Asumsi
berdasarkan nominasi ini dipakai karena orang-orang yang terdekat
biasanya mempunyai waktu pengamatan relatif lebih lama dan intensif,
sehingga dianggap mengetahui lebih banyak mengenai kemampuan
individu cerdas dan berbakat tersebut.
2. Tahap Seleksi (Identification)
Individu yang sudah lulus tahap penjaringan ini selanjutnnya
diseleksi menggunakan perangkat tes. Untuk tahap seleksi ini biasa
menggunakan tes antara lain; Colour Progressive Matrice (CPM),
Wechler Intelligence Scale for Children (WISC). Sebagai contoh, siswa
berbakat adalah siswa yang memiliki IQ diatas 125.
D. Faktor Penyebab Timbulnya Kejeniusan
Moh. Amin (1996) menyimpulkan bahwa kejeniusan merupakan
istilah yang berdimensi banyak. Kejeniusan bukan semata-mata karena
seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh banyak
faktor. Berikut faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejeniusan,
yaitu:
1. Hereditas
Hereditas adalah karakteristik-karakteristik bawaan yang
diwariskan dari orang tua biologis, meliputi kecerdasan, kreatif produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Pada setiap
individuter dapat faktor bawaan yang diwariskan dari orang tua, dan
bakat bawaan tersebut juga berbeda antara satu orang dengan orang lain
meskipun dua orang bersaudara.
2. Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak
mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tapi tanpa adanya
dukungan dan perhatian dari lingkungannya, baik itu keluarga maupun
masyarakat tempat ia bersosialisasi, maka ia tidak akan dapat
mengembangkan bakatnya dengan maksimal.

E. Program dan Teknik Bimbingan bagi Anak Cerdas


1. Program Bimbingan
Program bimbingan bagi siswa cerdas dan berbakat dapat
digolongkan ke alam bentuk sebagai berikut:11
a. Pengayaan (Enrichment)
Enrichment merupakan bimbingan bagi siswa dengan jalan
menyediakan kesempatan serta fasilitas belajar tambahan yang
bersifat vertikal (pendalaman) dan horizontal (perluasan) setelah
siswa menyelesaikan semua tugas yang diprogramkan terhadap
siswa pada umumnya termasuk siswa yang bersangkutan. Bentuk
tugas ini dapat dilakukan dengan pemberian tugas mencari materi
di perpustakaan, belajar mandiri (independent study), proyek
penelitian, studi kasus, dan sebagainya.
b. Percepatan (Acceleration)
Pembinaan siswa berbakat dilakukan dengan
memperbolehkan siswa naik kelas secara melompat atau
menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih
cepat. Bentuk percepatan seperti masuk kelas lebih awal, naik kelas
sebelum waktunya, mempercepat pelajaran, dan sebagainya.
c. Pengelompokan Khusus (Segregation)
Program Segregation ini dapat dilakukan secara penuh atau
sebagian. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
mengumpulkan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan luar
biasa (cerdas dan berbakat) dan diberi kesempatan untuk secara
khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya. Pelaksanaannya dapat diselenggarakan seminggu sekali
atau tiap hari dalam satu semester penuh. Bentuk Segregation
antara lain; homogeneus grouping, cluster grouping, subgrouping
dan cross grouping.

2. Teknik Bimbingan Bagi Anak Cerdas

11
Ibid, h.34.
Program Layanan Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan
bagi anak cerdas mengacu pada keadaan individu sebagai manusia
seutuhnya sehingga menyentuh semua dimensi perkembangan
pribadinya. Teknik untuk menangani anak cerdas tersebut mengarah pada
unsur-unsur yang berhubungan dengan:12
a. Pengembangan ranah kognitif/intelektual
Guru pada pengembangan ini diharapkan menyediakan
rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat diakselerasikan
dan mengakselerasi perkembangan kognitif siswa berbakat.
Pengolahan bahan dan tugas ajar dilakukan secara khusus yang
mendasarkan pada kurikulum yang ada sehingga dapat memberikan
layanan optimal bagi siswa cerdas dan berbakat.
b. Pengembangan Ranah Afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan
anak berbakat dengan sikap terbuka, serta membantu anak
memahami pikiran dan harapan yang ada pada dirinya dana
kemungkinan pemenuhannya di dalam kehidupan berkelompok.
Pemahaman sikap, pemikiran dan harapan terhadap orang lain
(dalam hal ini khususnya individu cerdas dan berbakat) tidak
mungkin dilakukan oleh seseorang yang berfikir negatif terhadap
dia, namun oleh orang yang mempunyai pemikiran “bersih”,
dengan bertanya langsung kepada yang bersangkutan “dari tangan
pertama” dan bukan berdasarkan berita “bukan dari tangan orang
lain”.
Data atau informasi dari orang lain tanpa adanya cross
check terhadap yang bersangkutan bisa jadi akan menjadi fitnah
yang akan merugikan semua pihak. Mengapa demikian, karena
penanganan yang keliru terhadap mereka bisa berakibat aset bangsa
yang sangat berharga akan tidak termanfaatkan secara optimal. Dan
tentu saja tidak ada bangsa yang bodoh serta tidak ingin maju

12
Ibid, h.35.
kecuali mereka yang mensia-siakan aset yang sangat berharga ini.
Mudah-mudahan bangsa kita tidak termasuk yang demikian.
Pemahaman atas sikap, pemikiran dan harapan terhadap individu
cerdas dan berbakat tergantung kepada keterbukaan dua belah
pihak yang dilandasi oleh kepercayaan dan penerimaan diri. Ini
merupakan dasar dari pengembangan ranah afektif, mengingat
individu cerdas dan berbakat agak sedikit “rumit”.
Rumitnya individu ini karena ia mempunyai variasi
pemikiran dengan jangkauan yang sangat luas dan mendalam,
sehingga untuk Pembimbing yang kurang mempunyai wawasan
dan “sedang-sedang saja” akan cenderung pada terlalu cepatnya
memberikan vonis dan atribusi kepada individu cerdas dan
berbakat dengan sesuatu yang kurang baik. Jika demikian
ketidaksuksesan penanganan dengan teknik ini justru karena
kesalahan pembimbing berkait dengan ketidakmampuannya atau
keterbatasan kemampuannya.
c. Pengembangan Ranah Fisik
Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat
memberikan kemungkinan siswa memperoleh pengalaman
memadukan pola perkembangan berfikir dengan perkembangan
fisik. Layanan Bimbingan yang dapat diberikan adalah membantu
siswa memilih kegiatan fisik yang sesuai dengan perkembangannya
dan memberikan peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
d. Pengembangan Ranah Intuitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam
pemunculan wawasan dan tindakan yang kreatif. Mengingat
fungsinya yang demikian itu, maka layanan bagi siswa berbakat
perlu mempedulikan pengembangan pengalaman yang mendorong
individu untuk berimajinasi dan berkreasi. Pengembangan
lingkungan belajar yang merangsang stimulus baru sebagai daya
imajinasi dan kreativitas individu, dapat dirancang sebagai bentuk
layanannya. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian stimulus
yang mendorong siswa mencari informasi baru sebagai alternatif
pemecahannnya.
e. Pengembangan Ranah Masyarakat
Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu
siswa memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi
anggota kelompok, serta mampu berpartisipasi dalam proses
kelompok, memperluas perasaan keanggotaan kelompok menjadi
anggota keanggotaan masyarakat, memperluas identifikasi diri dari
masyarakat terbatas kearah identifikasi terhadap masyarakat luas.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan merancang kegiatan-
kegiatan kelompok khusus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak cerdas istimewa/jenius adalah anak yang memiliki kemampuan
intelektual yang jauh melampaui kemampuan anak lain seusianya yang
menunjukkan karakteristik belajar yang unik sehingga membutuhkan
stimulasi khusus agar potensi kecerdasan dapat terwujud menjadi kinerja
yang optimal. Renzuli menyatakan dalam pengembangan teorinya bahwa ada
serangkaian komponen yang melatarbelakangi seseorang untuk mengubah
potensi kecerdasan istimewanya menjadi tindakan yang konstruktif sehingga
dapat berkontribusi dalam masyarakat yaitu optimis (optimism), keberanian
(courage), keinginan yang kuat (romance with a topic or discipline), peka
terhadap orang lain (sensitivity to human concerns), fisik dan mental kuat
(physical/mental energy), dan visi/pandangan masa depan (vision/sense of
destiny).
Ciri-ciri anak jenius dapat dilihat dari berbagai aspek perkembangan
antara lain perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan
emosi, dan perkembangan sosial.
Ciri-ciri tertentu pada individu cerdas yang justru mungkin dapat
menimbulkan masalah tertentu antara lain mudah muncul sifat skeptic, cepat
bosan atau tidak senang terhadap halhal yang monoton dan rutin, sering
melakukan pemaksaan kehendak atau pendapat, kurang sabar atau kurang
toleran jika tidak ada kegiatan, mudah tersinggung serta peka terhadap kritik
dari orang lain, mempunyai kemampuan dan minat yang beraneka ragam, dan
mandiri dalam belajar dan bekerja.
Pelaksanaan identifikasi di sekolah, dapat dilakukan melalui dua
tahap, yaitu tahap penjaringan (screening) dan tahap seleksi (identification).
Moh. Amin (1996) menyimpulkan bahwa kejeniusan merupakan istilah yang
berdimensi banyak. Kejeniusan bukan semata-mata karena seseorang
memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh banyak faktor. Berikut
faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejeniusan, yaitu hereditas
dan lingkungan.
Program bimbingan bagi siswa cerdas dan berbakat dapat
digolongkan ke alam bentuk pengayaan (enrichment), percepatan
(acceleration), dan pengelompokan khusus (segregation). Teknik untuk
menangani anak cerdas tersebut mengarah pada unsur-unsur yang
berhubungan dengan pengembangan ranah kognitif/intelektual,
pengembangan ranah afektif, pengembangan ranah fisik, pengembangan
ranah intuitif, dan pengembangan ranah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Clark. L.E. (1988). Growing Up Gifted. Journal Of Personality And Social


Psychology 54 (6): 123.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2010. Panduan Guru dan Orang Tua.
Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat PSLB, Dirjen.
Mendikdasmen, kemdiknas (online).
http://www.tuangguru.net/2012/05/lingkungan-belajar.html. [27 Desember
2020].
Kumolohadi, Retno. (1998). Tahap-Tahap Penting Dalam Penanganan Anak
Jenius: Suatu Upaya Bagi Ketepatan & Kesinambungan Program, Jurnal
Psikologika No.6.
Pratiwi, Ratih Putri dan Afin Murtiningsih. (2013). Kiat Sukses Mengasuh Anak.
Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: AR-Ruzz Media
Somantri, Sujihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika.
Aditama
Wahab. (2005). Anak Bebakat Beprestasi (The Gifted) dan Strategi
Penanganannya. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan
Nasional.
Wicaksono, Luhur. (2016). Bimbingan Konseling Bagi Siswa Cerdas dan
Berbakat, Jurnal Pembelajaran Prospektif 1(1): 34.

Anda mungkin juga menyukai