Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN-KEGIATAN PENDUKUNG PELAYANAN BK DI MI/SD

Kelas : 4E
Dosen Pengampu : Aam Amaliyah, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 8 :


1. Windamayanti Pohan 2223240117
2. Yeza Aulia 2223240113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang kegiatan-kegiatan pendukung
pelayanan BK di MI/SD. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah bimbingan dan konseling yang telah membimbing kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih, kami menyadari, makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 07 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Aplikasi Instrumen.................................................................................. 3
B. Himpunan Data....................................................................................... 3
C. Konferensi Kasus.................................................................................... 4
D. Kunjungan Rumah.................................................................................. 6
E. Alih Tangan Kasus.................................................................................. 7
F. Tampilan Pustaka.................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara
optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus
diselenggarakan dalam bentuk kerja sama sejumlah orang untuk mencapai
suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan
terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Bimbingan merupakan bantuan kepada
individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam
hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah,supaya
setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Dalam pemberian kegiatan pendukung bimbingan konseling bahwa
kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumen
bimbingan konseling, penyelenggaraan himpunan data, dan kegiatan khusus.
Dalam ketiga kegiatan pendukung bimbingan konseling tersebut dilakukan
agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan sehingga
tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Berdasarkan latar belakang
tersebut, makalah ini akan membahas tentang kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aplikasi instrumentasi?
2. Apa pengertian himpunan data?
3. Apa yang dimaksud dengan konferensi kasus?
4. Apa yang dimaksud dengan kunjungan rumah?
5. Apa pengertian alih tangan kasus?
6. Apa yang dimaksud dengan tampilan pustaka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang aplikasi instrumen.
2. Untuk mengetahui tentang himpunan data.
3. Untuk mengetahui tentang konferensi kasus.
4. Untuk mengetahui tentang kunjungan rumah.
5. Untuk mengetahui tentang alih tangan kasus.
6. Untuk mengetahui tentang tampilan pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Instrumen
Aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan pendukung, dilaksanakan
untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang siswa keterangan tentang
lingkungan siswa serta lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan berbagai instrumen, baik bentuk tes maupun non-tes. Ada
beberapa pertimbangan dalam penerapan instrumen BK seperti yang
dikemukakan Prayitno (2004 : 316) sebagai berikut :
1. Instrumen haruslah sahih dan terandalkan
2. Konselor bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai
3. Pemakaian instrumen harus dipersiapkan secara matang baik pada persiapan
instrumennya maupun persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
4. Pemahaman terhadap klien tidak hanya didasarkan atas data tunggal yang
dihasilkan oleh tes, melainkan harus dilengkapi dengan data lain dari
sumber-sumber relevan agar gambaran tentang klien lebih bersifat
komprehensif.
5. Instrumen yang ada hanya sebagai alat bantu, oleh karena itu kekurangan
atas ketiadaan instrumen hendaknya tidak menjadi penghambat bagi
pelaksanaan BK.
B. Himpunan Data
Data tentang siswa sangat diperlukan dalam penyelenggaraan BK. Data
yang sudah dikumpulkan baik melalui tes maupun non tes perlu disimpan di
dalam himpunan data atau dikenal dengan cumulative record.
Ada beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh guru bimbingan
konseling, dari siswa seperti yang dikemukakan Prayitno (2004 : 320) sebagai
berikut:
1. Identitas pribadi
2. Latar belakang keluarga
3. Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
4. Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai mata pelajaran
5. Hasil tes diagnostik
6. Data kesehatan
7. Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
8. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan
9. Prestasi khusus yang pernah diperoleh
Selain data siswa diperlukan juga data tentang lingkungan. Data tentang
lingkungan ini berguna dalam rangka memberi informasi dan penjelasan
kepada siswa yang memerlukan informasi seperti informasi pendidikan. Data
tentang lingkungan ini dapat berupa:
1. Data tentang informasi pendidikan meliputi jenis program, kurikulum
sistem belajar dan sebagainya.
2. Data tentang informasi jabatan/pekerjaan, meliputi jenisjenis jabatan,
kesempatan dan syarat-syarat bekerja dan sebagainya.
3. Data tentang lingkungan sosial, meliputi adat istiadat, norma dan nilai-nilai
lembaga/organisasi dan seterusnya. (Hallen, 2002 : 98)1
C. Konferensi Kasus
Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalahan tertentu.
Dikatakan kasus karena kondisi-kondisi yang memengandung masalah tertentu,
hanya terjadi pada individu atau sekelompok individu tertentu saja dan tidak
terjadi pada individu sekelompok individu lain.
Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara
lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait
dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara
khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu
adalah layanan bimbingan dan konseling.

1
Suhertia.201j7. Bimbingan dan Konseling Revisi. (Pekanbaru: CV. Mifan Karwa
Sekawan) Hal.113.
Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu : Kasus itu
sendiri, peserta, dan pembimbing atau konselor.
1. Kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapjat mencakup:
a. Masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor,
b. Masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum
ditangani oleh konselor.
c. Kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah
d. Laporan terjadinya masalah tertentu
e. Isu yang patut ditanggapi dan memperoleh penanganan yang memadai.
2. Peserta. Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua
pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas. Secara
lebih rinci, pihak-pihajk yang terkait dengan permasalahan (peserta
konferensi kasus) adalah:
a. Individu (seorjang atau lebih) yang secara langsung mengalami masalah,
b. Individu (seseorang atau lebih) yang terindikasi mengalami masalah
c. Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yang
dibahas,
d. Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan
konferensi kasus,
e. Ahli berkenaan dengan masalah yang dibahas
3. Konselor (pembimbing), merupakan penyelenggara konferensi kasus mulai
perencanaan, pelaksanan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara
menyeluruh Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa
teknik sebagai berikut:
a. Pertama, kelompok nonformal, Konferensi kasus menggunakan teknik ini
bersifat tidak resmi, artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang
bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa
pun.
b. Kedua, pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut: (a) Penyebutan nama seseorang harus disertai
penerapan asas kerahasiaan (apabila memungkinkan penyebutan nama
dihindari). (b) Pengungkapan inseling sesuatu dan pembahasannya harus
didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan semua pihak yang
terkait. Dengan perkataan lain, apa pun yang dibahas tidak merugikan
pihak-pihak tertentu. (c) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka,
objektif tanpa pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang.
(d) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima (e)
Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan.
c. Ketiga, pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebas
mengembangkan apa yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami, dan
dibayangkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan,
namun jangan sampai pembicaraan meluas di luar konteks, mengada-ada,
apalagi sampai menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi
tertentu. Untuk itu, konselor harus mampu: (a) membangun suasana
nyaman bagi seluruh peserta dalam mengikuti pembicaraan, (b)
mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam pembahasan
kasus, (c) mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi
pembicaraan.
D. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pengumpulan
data siswa. Cara ini dilakukan dengan mengunjungi tempat tinggal siswa.
Kunjungan rumah dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat lingkungan
keluarga siswa. Secara psikologis dan sosial, kunjungan rumah akan
menimbulkan keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah dan
madrasah secara umum dan pembimbing secara khusus dengan orang tua
siswa. Dalam Perspektif Islam, kunjungan rumah merupakan wujud silaturahim
antara sekolah dan madrasah dengan orang tua siswa, sehingga selain akan
terwujud saling pengertian, juga akan terwujud kerja sama yang baik antara
sekolah dan madrasah dengan orang tua siswa. Selainkan kunjungan rumah
juga untuk memperoleh informasi terutama untuk informasi yang belum
diperoleh secara jelas melalui angket dan wawancara.
Apabila pembimbing akan mengadakan kunjungan rumah, hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pertama, mengadakan persiapan menyangkut informasi-informasi apa yang
akan diperoleh melalui kunjungan rumah.
2. Hndarkan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan (inspeksi). Pembimbing
harus menunjukkan sikap ramah dan rendah hati sehingga orang tua mau
berbicara secara terbuka.
3. Pastikan bahwa kedatangan pembimbing akan diterima secara baik oleh
orang tua siswa. Kepastian itu bisa dipertanyakan kepada siswa yang
rumahnya akan dikunjungi. Apabila tidak ada kepastian tentang penerimaan
oleh orang tua, sebaiknya kunjungan rumah dibatalkan.
4. Kumpulkan informasi yang mencakup: (a) letak dan keadaan dalam rumah
seperti: keadaan fisik rumah, ukuran rumah, perlengkapan di dalam rumah,
sumber penerangan dan sebagainya, (b) fasilitas belajar yang tersedia bagi
siswa, (c) kebiasaan belajar siswa seperti waktu belajar, inisiatif belajar,
belajar bersama teman atau sendirian, (d) suasana keluarga seperti corak
hubungan antara orang tua dengan anak, sikap orang tua terhadap sekolah
dan madrasah, sikap orang tua terhadap teman-teman bergaul anak. harapan
kedua orang tua terhadap anak, keadaan ekonomi dan lain sebagainya.
5. Setelah kembali dari melakukan kunjungan rumah, pembimbing menyusun
laporan singkat tentang informasi yang diperoleh.
E. Alih Tangan Kasus
Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang
selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan Tidak semua masalah
siswa berada dalam pengetahuan, pembimbing atau konselor untuk
memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada
dalam kewenangan konselor atau pembimbing untuk pemecahannya baik
secara keilmuan maupun profesi. Adakalanya kasus-kasus tertentu berada
dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan penanganannya merupakan
kewenangan psikolog atau psikiater. Untuk kasus-kasus tertentu yang
penanganannya merupakan kewenangan psikolog atau psikiater, konselor atau
pembimbing tidak boleh memaksakan diri untuk memecahkannya. Konselor
atau pembimbing harus menyerahkan atau mengalihkan tanggung awab
pemecahannya (merujuknya) kepada psikolog atau psikiater. Prinsip seperti
inilah yang disebut dengan alih tangan lasus (layanan referal). Dengan
demikian, alih tangan kasus dapat dimaknai dengan upaya mengalihkan atau
memindahkan tanggung jawab memecahkan masalah atau kasus-kasus tertentu
yang dialami siswa kepada orang lain (petugas bimbingan lain) yang lebih
mengetahui dan berwenang. Alih tangan kasus sering juga disebut layanan
rujukan
Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk
memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara
lebih tuntas. Sedangkan secara lebih khusus, alih tangan khusus, tujuan alih
tangan kasus terkait dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Apabila
merujuk kepada fungsi pengentasan, alih tangan kasus bertujuan untuk
memperoleh pelayanan yang lebih spesifik dan menuntaskan masalah siswa.
Apabila merujuk kepada fungsi pencegahan, tujuan alih tangan kasus adalah
tercegahnya siswa dari masalah-masalah lain yang lebih parah. Apabila tujuan-
tujuan sesuai fungsi di atas tercapai, maka pencapaian tujuan berdasarkan
fungsi-fungsi lain akan mengiringinya
Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu:
1. klien (siswa) dan masalahnya. Dalam rangkaalih tangan kasus, harus
dikenali masalah-masalah apa yang merupakan kewenangan konselor untuk
memecahkannya dan masalah-masalah apa saja yang bukan kewenangan
konselor (pembimbing) untuk memecahkannya. Beberapa masalah yang
bukan kewenangan konselor (pembimbing) untuk memecahkannya adalah:
a. Penyakit baik fisik maupun kejiwaan yang merupakan kewenangan
dokter dan psikiater,
b. Kriminilitas dalam sebagai bentuk yang merupakan kewenangan polisi,
c. Psikotropika yang di dalamnya dapat terkait dengan masalah kriminalitas
dan psikotropika merupakan kewenangan psikiater, dokter, serta polisi,
d. Guna-guna dalam segala bentuknya dan merupakan kondisi yang berada
di luar akal sehat sehingga merupakan kewenangan paranormal, dan
tokoh-tokoh ke-agamaan lainnya
e. Keabnormalan akut, yaitu kondisi fisik dan mental yang bersifat luar
biasa (dalam arah bawah normal) yang biasanya juga merupakan
kewenangan psikiater.
2. Konselor (pembimbing). Konselor sangat dituntut untuk mampu mengenali
secara langsung keadaan keabnor- malan siswa dan substansi masalah siswa.
Konselor bekerja dengan orang-orang yang sehat, oleh sebab itu hanya
siswa- siswa yang normal saja yang ditangani konselor. Mereka yang tidak
normal baik secara fisik, mental, dan keabnormalan akut) harus
dialihtangankan kepada ahlinya (petugas lain yang lebih berwenang).
Sebelum melakukan alih tangan kasus, konselor harus mengetahui dan
mengidentifikasi ahli-ahli lain yang terkait. misalnya nama, keahlian atau
spesifikasi alamat, dan lain-lain yang terkait dengan ahli tersebut.
3. Ahli lain. Konselor atau pembimbing bekerja juga atas prinsip kerja sama
baik dengan sesama kolega (sesama konselor atau pembimbing lain dan
juga ahli-ahli lain yang terkait). Dengan prinsip kerja tersebut, pemecahan
masalah klien dapat dilakukan secara tuntas. Untuk itu, konselor atau
pembimbing harus mengenali ahli-ahli lain seperti:
a. Dokter (ahli yang menangani masalah-masalah penyakit jasmaniah),
b. Psikiater (ahli yang menangani masalah-masalah psikis),
c. Psikolog (ahli yang mendiskripsikan masalah-masalah psikis),
d. Guru (ahli dalam mata pelajaran tertentu atau bidang keilmuan tertentu),
e. Ahli hidang tertentu (yaitu mereka yang menguasai bidang-bidang
tertentu seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli
pengembangan pribadi tertentu yang memerlukan kekhususan). Ahli-ahli
yang terakhir ini bisa mencakup: tokoh adat, ulama, kyai, hakim, jaksa,
pengacara, polisi, paranormal, dan lain sebagainya)2.

2
Tohirin 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi).
(pekanbaru: PT Rajagrafindo Persada) hal 197
F. Tampilan Pustaka
Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka
yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan
sosial, kegiatan belajar, dan karir atau jabatan. Kegiatan pendukung tampilan
kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan memperkuat diri
berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor
pada khususnya, dan dalam pengembangan diri pada umumnya. Pemanfaatan
tampilan kepustakaan diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan
pelayanaan dan atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk
mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada di perpustakaan
sesuai dengan keperluan. Tampilan kepustakaan merupakan kondisi sangat
memungkinkan klien memperkuat dan memperkaya diri dengan atau tanpa
bantuan konselor3.

3
Zachro dan Yunifa, “Bimbingan dan Konseling” Kegiatan Pendukung Bimbingan
Konseling .
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan pendukung, dilaksanakan
untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang siswa keterangan tentang
lingkungan siswa serta lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan berbagai instrumen, baik bentuk tes maupun non tes
Himpunan Data tentang siswa sangat diperlukan dalam penyelenggaraan
BK. Data yang sudah dikumpulkan baik melalui tes maupun non tes perlu
disimpan di dalam himpunan data atau dikenal dengan cumulative record.
Ada beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh guru bimbingan
konseling, dari siswa seperti yang dikemukakan Prayitno (2004 : 320) sebagai
berikut: (a) Identitas pribadi, (b)Latar belakang keluarga, (c)Kemampuan
mental, bakat dan kondisi kepribadian, (d) Sejarah pendidikan, hasil belajar,
nilai mata pelajaran, (e) Hasil tes diagnostik (f) Data kesehatan (g) Pengalaman
ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah (h) Minat dan cita-cita pendidikan
dan pekerjaan (i) Prestasi khusus yang pernah diperoleh
Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalahan tertentu.
Dikatakan kasus karena kondisi-kondisi yang memengandung masalah tertentu,
hanya terjadi pada individu atau sekelompok individu tertentu saja dan tidak
terjadi pada individu sekelompok individu lain.
Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data
secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang
terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.
Kunjungan rumah dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pengumpulan
data siswa. Cara ini dilakukan dengan mengunjungi tempat tinggal siswa.
Kunjungan rumah dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat lingkungan
keluarga siswa. Secara psikologis dan sosial, kunjungan rumah akan
menimbulkan keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah dan
madrasah secara umum dan pembimbing secara khusus dengan orang tua
siswa. Dalam Perspektif Islam, kunjungan rumah merupakan wujud silaturahim
antara sekolah dan madrasah dengan orang tua siswa, sehingga selain akan
terwujud saling pengertian, juga akan terwujud kerja sama yang baik antara
sekolah dan madrasah dengan orang tua siswa
Alih Tangan Kasus
Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang
selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan Tidak semua masalah
siswa berada dalam pengetahuan, pembimbing atau konselor untuk
memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada
dalam kewenangan konselor atau pembimbing untuk pemecahannya baik
secara keilmuan maupun profesi. Adakalanya kasus-kasus tertentu berada
dalam Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir atau jabatan. Kegiatan
pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan
memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas
bersama konselor pada khususnya, dan dalam pengembangan diri pada
umumnya.kewenangan keilmuan psikologi, dan penanganannya merupakan
kewenangan psikolog atau psikiater.
Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir atau jabatan. Kegiatan
pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan
memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas
bersama konselor pada khususnya, dan dalam pengembangan diri pada
umumnya
B. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah kami, tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
kami perbaiki hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai evaluasi kedepann
DAFTAR PUSTAKA

Febrini, Deni. 2020. Bimbingan dan Konseling. Bengkulu: CV brimedia Global.


Suhertina. 2017. Bimbingan dan Konseling Revisi. Pekanbaru: Cv Mifan Karwa
Sekawan.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Pekanbaru: PT Rajagrafindo Persada.
Zachro, Fahira, and Hilma Yunifa. 2918. "Bimbingan Dan Konseling" Kegiatan
Pendukung Bimbingan Konseling .

Anda mungkin juga menyukai