Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KEGIATAN PENDUKUNG BK

DISUSUN OLEH :

PUTRI SOLA GRATIA NABABAN (1233311030)


NISSARIZKIYANA (1233311077)
HOTMAULI ERNANDA DAMANIKI (1233311080)
ANGELINE MEY CHRISTI BR TARIGAN (1233311023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

2023
KATA PENGANTAR

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat seperti

saat ini, pendidikan menjadi salah satu fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam

konteks ini, Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran yang sangat penting dalam

membantu individu, terutama siswa, menghadapi berbagai tantangan dan perkembangan

dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami akan membahas peran

serta kegiatan pendukung BK dalam konteks pendidikan modern.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam

tentang pentingnya BK dalam membantu individu mencapai potensi maksimal mereka,

mengatasi masalah, dan merencanakan masa depan yang lebih baik. Kami juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami

dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam

menggali lebih dalam tentang peran BK dalam dunia pendidikan.

Penulis,

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

LANDASAN TEORI.................................................................................................................1

 BUKU 1(Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar).........................................................10

Buku 2(BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH)..................................................12

Buku 3(Bimbingan Konseling di Sekolah)..............................................................................15

BUKU 1: PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI DENGAN BIMBINGAN


KONSELING ISLAM..............................................................................................................18

BAB II......................................................................................................................................35

MINI RISET.............................................................................................................................35

BAB III.....................................................................................................................................40

RELEVANSI KASUS DAN MATERI...................................................................................40

3.1. Kasus Siswa Bunuh Diri dan Bimbingan Konseling.................................................40

3.2 Kasus Nilai Akademik Siti Menurun Signifikan dan Bimbingan Konseling............41

BAB IV....................................................................................................................................45

PENUTUP................................................................................................................................45

4.1 Kesimpulan................................................................................................................45

4.2 Saran..........................................................................................................................46

iii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................47

iv
BAB I

LANDASAN TEORI

A. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan Konseling(PUTRI SOLA GRATIA)

1
2
 Buku 1Bimbingan Konseling(Bimbingan konseling konsep teori dan aplikasi)
Penulis: Dr. Henni Syafriana Nasution, MA
Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan
data dan keterangan tentang klien, tentang lingkungan klien dan lingkungan yang
lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes
maupun non tes dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala
karakteristiknya dan karakteristik lingkungan.
Tujuan umum aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya data hasil
pengukuran terhadap kondisi tertentu klien data ini kemudian digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan konseling atau menjadi isi dari
layanan yang dimaksudkan dengan menggunakan data tersebut, penyelenggaraan
layanan konseling terhadap klien akan lebih efektif dan efisien.
Dikaitkan dengan fungsi konseling, kegiatan aplikasi instrumentasi di
dominasi oleh fungsi pemahaman data hasil aplikasi instrumentasi di gunakan untuk
memahami kondisi klien seperti potensi dasar bakat dan minat, kondisi diri dan
lingkungan masalah yang dialami dan sebagainya pemahaman yang diperoleh melalui
data yang dimaksudkan itu digunakan oleh konselor sebagai bahan pertimbangan
dalam dalam upaya membantu klien sesuai dengan kebutuhan dan masalah-masalah
yang dialami. Dalam hal ini fungsi pencegahan dan pengentasan jelas terlihat.
Materi umum dari aplikasi instrumentasi yaitu meliputi :
a. Kebiasaan dan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Kondisi mental dan fisik siswa pengenalan terhadap diri sendiri
c. Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial
d. Tujuan, sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar
e. Informasi karir dan pendidikan
f. Kondisi keluarga dan lingkungan
 Buku 2(Teori Manajemen dan Bimbingan Konseling)
Oleh: Darmawan Harefa, S.Pd., M.Pd., Kaminudin Telaumbanua, S.Pd., M.M. ·
2020

3
aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik. Bidangpribadi adalah
layanan bimbingan yang diberikankepada siswa untuk mengembangkan diri
pribadinya
sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri sertamampu
mengoptimalkan potensi yang dimilki. Bimbingan sosial, yaitu bidang layanan
pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam
kehidupan keluarga, disekolah, maupuin dimasyarakat juga upaya dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Bimbingan soaila adalah bimbingna
yangdiberikan kepada siswa untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu
bersoaialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang bertanggungjawab.
Bimbingan karier, yaitu layanan yang merencanakan danmempersiapkan
masa depan karier peserta didik.karir adalah layanan bimbingan yangdiberikan
kepada siswa untuk dapat merencanakan danmengembangkan masa depannya,
berkaitan . Tujuan dan fungsi aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling

4
bermaksud mengumpulkan data darn keterangan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok, keterangan tentang lingkungan yang termasuk di
dalamnya informasi pendidikan dan jabatan.
Pengumpulan data dan keterangan ini dilakukan dengan berbagai
instrumen baik tes maupun non-tes. Fungsiutama bimbingan yang diemban oleh
kegiatan penunjang aplikasi instrumenasi ialah fungsi pemahaman.
Himpunan data atau pengumpulan data ialah kegiatan mengumpulkan
menyeleksikan, menata dna mernyimpandata serta keterangan siswa. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik test dan teknik
non test. Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.informasi
pendidikan dan jabatan. Penyelenggaraan himpunan data umumnya menjadi isi
yang dianggap penting dalam himpunan data. Lebih dari itu himpunan
data juga dapat meliputi hasil wawancara, konferensi kasus, kunjungan
rumah, analisis hasil belajar,pengamatan dan hasil upaya pengumpulan
bahanlainnya yang relevan dengan pelayanan bantuan kepada siswa.
Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk
membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat meberikan
penyelesaian. Konferenis kasus diselenggarakan untuk membicarakan kasus yang
dialami siswa. Kasus tersebut biasanya melibatkan banyak pihak,
sehingga pemecahannya juga memerlukan dianggap memilki kemampuan dan
kewenangan yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi siswa.Konselor
bukanlah manusia yang serba bisa dan selalu berhasil dalam menyelesaikan
masalah.
Namun perlu disadari bahwa konselor adalah manusia yang penuh
dengan keterbatasan. Terkadang diperlukan orang lain untuk membantu dan
bahkan perlu dialihkan kepada orang lain yang lebih ahli untk masalah-masalah
yang lebih berat. Kegiatan alih tangan dapat berupa pengiriman, yaituv konselor
mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani kepada orang lain yang lebih
ahli.
Bentuk lain adalah penerimaan, vaitu konselormeneriam klien dari pihka
lain seperti orang tua, guru,kepala sekolah atau pihka lain.Alih tangan meliputi
dua jalur, yaitu jalur kepada.konsclor (menerima klien "kiriman" klien dari pihak-
pihak lain) dan jalur dari konselor ("mengirimkan" klien yang belum tuntas
ditangani kepada ahli-ahli lain. Secara khusus materi.

 Buku 3(bimbingan konseling di sekolah dasar)


 Oleh: Nur Afni, S.Pd., M.Pd, Sri Hastati, SE., M.Pd., Abdul Wahid, S.Pd.,
M.Pd

5
A. Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan


melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument
tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan
konseling.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya
6
data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien. Sata
ini kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penyelenggaraan layanan konseling. Dengan menggunakan
data tersebut, penyelenggaraan layanan konseling terhadap
klien akan lebih efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
Kegiatan aplikasi instrumentasi mempunyai fungsi
pemahaman. Data hasil aplikasi instrumentasi digunakan
untuk memahami kondisis klien seperti potensi dasar, bakat
dan minat, kondisis diri dan lingkungan, masalah yang dialami,
dan sebagainya. Pemahaman yang diperoleh melalui data
ahkan ke Koleksiku
yang dimaksudkan itu digunakan oleh konselor sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya membantu klien sesuai dengan
kebutuhan dan kemungkinan masalah-masalah yang dialaminya.
Dalam hal ini fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan jelas
terlihat. Lebih jauh, berdasarkan hasil aplikasi instrumentasi
konselor dapat berupaya sehingga potensi individu (klien)
dapat dikembangkan dan kondisis-kondisi baik yang ada pada
diri klien terpelihara, dari sini fungsi pengembangan dan
pemeliharaan terjalankan. Disamping itu, data yang terungkap
boleh jadi dapat juga digunakan sebagai bukti dalam rangka
membela hak-hak klien.
Kegiatan aplikasi instrumentasi mensinergikan tiga
komponen pokok, yaitu instrumen, responden, dan pengguna.
1. Instrumen
Berkenaan dengan instrumen ada dua hal yang prlu
diperhatikan, yaitu (a) materi yang hendak diungkapkan oleh
instrument, dan (b) bentuk instrument.
a. Materi yang diungkapkan,
Materi yang diungkapkan melalui instrument atau
alat ukur tertentu jenisnya bermnacam-nacam. Ksususnya
yang dimaksudkan itu digunakan oleh konselor sebagai bahan

7
pertimbangan dalam upaya membantu klien sesuai dengan
kebutuhan dan kemungkinan masalah-masalah yang dialaminya.
Dalam hal ini fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan jelas
terlihat. Lebih jauh, berdasarkan hasil aplikasi instrumentasi
konselor dapat berupaya sehingga potensi individu (klien)
dapat dikembangkan dan kondisis-kondisi baik yang ada pada
diri klien terpelihara, dari sini fungsi pengembangan dan
pemeliharaan terjalankan. Disamping itu, data yang terungkap
boleh jadi dapat juga digunakan sebagai bukti dalam rangka
membela hak-hak klien.
Kegiatan aplikasi instrumentasi mensinergikan tiga
komponen pokok, yaitu instrumen, responden, dan pengguna.
1. Instrumen
Berkenaan dengan ins Instrumen
Berkenaan dengan instrumen ada dua hal yang prlu
gmh diperhatikan, yaitu
(a) materi yang hendak diungkapkan oleh
instrument, dan
(b) bentuk instrument.
a. Materi yang diungkapkan,
Materi yang diungkapkan melalui instrument atau alat ukur tertentu
jenisnya bermacam-macam. Ksususnya untuk keperluan konseling, materi
tersebut pada umumny menyangkut diri individu atau konseli,yaitu seperti:
kondisi fisik individu, meliputi keadaan dan kesehatan jasmanih.Kondisi dasar
psikologis, meliputi potensi dasar, bakat,minat, sikap. Kondisi dinamik-
fungsional psikologis, kondisi kegiatan dan hasil belajar (khusus untuk pelajar),
kondisi hubungan social, kondisi keluarga dan lingkungan, kondisi
arah pengembangan dan kenyataan karir, permasalahanyang potensial dan
atau sedang terjadi.
b. Bentuk instrument
Bentuk instrument pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu instrument tes
dan non-tes. Disebut instrument tes jika jawaban responden atas soal-soal
yang ada diperiksa tes aigunakan unuk mengeranul kondIsI responden apa
adanya.Berbagai bentuk alat ukur dapat digolongkan ke dalam instrument non-
tes seperti angket, inventori, wawancara, sosiometri, dan sebagainya. Seperti
instrument tes, instrument non-tes juga ada yang diselenggarakan melalui

8
tulisan atau lisan, secara individual atau kelompok. Berkenaan dengan isi dan
bentuknya, konselor harus benar-benar cermat memilih instrument mana yang
akan dipakai yang sesuai dengan apa yang akan diungkap dari responden dan
kondesi pribadi responden atau konseli itu.
2. Responden
Responden adalah mereka yang mengerjakan instrument,baik tes maupun non-
tes. Kondisi responden terbentang dala rentangan semua karakteristik individu
seperti umurjenis kelamin, kondisis fisik dan psikologis, indivial atau
kelompok,yang memungkinkan disclenggarakannya administrasi instrument
yang dimaksudkan. Tentu saja tidak semua instrument cocok dan perlu
digunakan untuk semua responden,bahkan sering kali suatu instrument hanya
dapat digunakan untuk kelompok responden dengan kondisi tertentu.

Oleh: Nur Afni, S.Pd., M.Pd, Sri Hastati, SE., M.Pd., Abdul Wahid, S.Pd., M.Pd

B. Himpunan Data (ANGELINE)

 BUKU 1(Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar)


OLEH: Oleh Maliki, M.Pd.I

9
Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan
secara berkelanjutan sistematik, komprehensif, terpadu dan sifat tertutup. Jadi,
himpunan data merupakan kegiatan pendukung dalam kegiatan bimbingan konseling
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan. Fungsi himpunan data
yaitu :

10
a. Fungsi pemahaman, dengan data yang lengkap memungkinan dan tersusun
dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkan.
b. Fungsi pencegahan, setelah proses pemahaman berjalan baik, maka yang di
perlukan adalah pencegahan berdasarkan data yang lengkap.
c. Fungsi pengentasan, setelah data diperoleh dengan lengkap maka bisa
dilakukan pengentasan.
d. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan, dengan digunakannya data yang
lengkap di dalam himpunan data secara efektif potensi mereka yang
memperoleh pelayanan konseling akan busa berkembang
e. Fungsi advokasi, data yang di dapat seharusnya melindungi data secara rapi
dan tersusun
Tujuan umum himpunan data adalah menyediakan data dalam kualitas yang baik
dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan
kebutuhan sasaran layanan.

Buku 2(BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH)


 Oleh YARMIS SYUKUR, NEVIYARNI, TRIAVE NUZILA ZAHRI

11
2. Himpunan data

Himpunan data merupakan upaya guruBK/konselor untuk


mengumpulkan data, digolong-golongkan dan dikemas dalam bentuk
12
tertentu guna keperluan pelayanan bimbingan dan konseling.Terhadap
sejumlah data yang diperoleh dari hasil aplikasi instrumentasi perlu
ditindaklanjuti dengan kegiatan mengelompokkan dan menghimpun
sesuai dengan jenis dan unsur-unsur lainnya tentang data tersebut.
Tujuannya, supaya mudah ditemukan apabila suatu saat diperlukan.
Himpunan data adalah upaya guru BK/konselor untuk menghimpun.
mengklasifikasi dan mengemas data dalam bentuk tertentuuntuk
memahami lebih dari 150 peserta didik dalam satu tahun.
Kegiatan himpunan data merupakan kegiatan pendukung BK.
dimana konselor atau staf BK berusaha menghimpun, menggolong-
golongkan data yang telah ada tentang sesuatu untuk keperluan
pendidikan orang tersebut pada waktu selanjutnya. Data tersebut dinami
seiring dengan perkembangan orang tersebut,
ehingga perlu
diperbaharui dan ditingkatkan.
Kegiatan himpunan data mempunyai tujuan yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan BK, tujuan himpunan data ialah menyediakan
data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang pelayanan
konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan individu-individu lain yang
menjadi tanggung jawab konselor (Prayitno, 2012). Ada tiga
pengelompokan data yang dilakukan. yaitu; data pribadi, data kelompok
dan data umum.
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh pengertian yang
lebih luas, lebih lengkap. dan lebih mendalam tentang peserta
didik.Selain itu membantu peserta didik memperoleh pemahaman
tentang diri.Hal ini membuat pelayanan lebih bersifat objektif (Winkel
& Hastuti, 2013).Himpunan data dalam mendukung pelayanan konseling
diselenggarakan secara berkelanjutan. sistematik, komprehensif.
terpadu, dan tertutup.Ada lima jenis data yang harus dikumpulkan untuk
menjadi isi dari himpunan data. yaitu: data identitas anak, catatan hasil
sekolah, catatan hasil tes, laporan penilaian diri, laporan lain yang
berguna. Himpunan data itu dibuat untuk menmberikan informasi yang
berarti secara sistematik lepang pertumbuhan dan perkembangan

13
bagaimana peluangnya di masa depan. Himpunan data peserta didik yang
mudah untuk diakses dan sistematis dapat membantu pelaksanaan proses
bimbingan. Program bimbingan dan konseling, menjadi bagian integral
dari sistem pendidikan, yang dirancang untuk membantu peserta didik
mengembangkan dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri
mereka sendiri. Pengelolaan bank data peserta didik yang baik dirasa
menjadi salah satu pendukung yang paling penting dalam pelak sanaan
program bimbingan dan konseling. Penilaian berdasarkan data akurat
dari bank data adalah salah satu layanan utama scbagai analisis dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Himpuanan data dengan penggunaan media dapat dinyatakan
bahwa himpunan data peserta didik bimbingan dan konseling sewajarnya
disajikan dalam kemasan mutakhir sesuai dengan perkembangan jaman,
teknologi, dan informasi guna memperoleh apresiasi serta partisipasi
penuh dari peserta didik dan orang tua scbagai sekmentasi layanan. Pada
akhirnya program bimbingan dan konseling khususnya tentang
himpunan data peserta didik memiliki kebermanfaatan yang tinggi dalam
membantu peserta didik mengenai diri, memperkaya wawasan,
mengarahkan diri, hingga orang tua peserta didik mampu menjadi
partisipan yang baik dalam memotivast peserta didik.hasil penelitian
menunjukkan secara umum Sistem Himpunan Data berbusis Weh
digunakan dapat dijadikan scbugai media utuk membantu guru
BKkonselor dalam menmberikan layanan secara opimal kepada peserta
didik(Prasetyoaji & landayani. 2018

Buku 3(Bimbingan Konseling di Sekolah)


Oleh: Safrianus Haryanto Djehaut

14
bagaimana peluangnya di masa depan. Himpunan data peserta didik yang

mudah untuk diakses dan sistematis dapat membantu pelaksanaan proses

bimbingan. Program bimbingan dan konseling, menjadi bagian integral


15
dari sistem pendidikan, yang dirancang untuk membantu peserta didik

mengembangkan dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri

mereka sendiri. Pengelolaan bank data peserta didik yang baik dirasa

menjadi salah satu pendukung yang paling penting dalam pelak sanaan

program bimbingan dan konseling. Penilaian berdasarkan data akurat

dari bank data adalah salah satu layanan utama scbagai analisis dalam

pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

Himpuanan data dengan penggunaan media dapat dinyatakan

bahwa himpunan data peserta didik bimbingan dan konseling sewajarnya

disajikan dalam kemasan mutakhir sesuai dengan perkembangan jaman,

teknologi, dan informasi guna memperoleh apresiasi serta partisipasi

penuh dari peserta didik dan orang tua scbagai sekmentasi layanan. Pada

akhirnya program bimbingan dan konseling khususnya tentang

himpunan data peserta didik memiliki kebermanfaatan yang tinggi dalam

membantu peserta didik mengenai diri, memperkaya wawasan,

mengarahkan diri, hingga orang tua peserta didik mampu menjadi

partisipan yang baik dalam memotivast peserta didik.hasil penelitian

menunjukkan secara umum Sistem Himpunan Data berbusis Weh

digunakan dapat dijadikan scbugai media utuk membantu guru

BKkonselor dalam menmberikan layanan secara opimal kepada peserta

didik(Prasetyoaji & landayani. 2018)

C. Kunjungan Rumah(NISSA&HOTMAULI)

16
BUKU 1: PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI DENGAN
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
 Oleh Dr. H. NURDIN, M.Si, Penerbit Adab

17
Kunjungan rumah adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengujungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan teknik
lain. Alasan penggunaan kunjungan rumah yaitu hanya sebagian kecil waktu anak
berada di sekolah dan selebihnya berada di rumah, untuk melengkapi pengalaman
18
membimbing tentang seseorang perlu mengetahui kehidupan keluarganya diama
anaka itu tinggal dan banyak melakukan kegiatan sesudah pulang sekolah.
Langkah-langkah kunjungan kerumah yaitu :
a. Persiapan : menentukan waktu pelaksaan, mengirim surat pemberitahuan
kepada orang tua yang di ketahui oleh kepala sekolah, mempersiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan misalnya daftar pertanyaan dan pedoman
observasi.
b. Pelaksanaan : dimaksudkan untuk mengadakan kontak yang baik agar
konsep orang tua tidak bersifat defensif, mengadakan observasi
seperlunya, wawancara yang secukupnya.
c. Penutup : mengakhiri kunjungan rumah dan pamit diri

BUKU 2:bimbingan konseling di sekolah

Oleh: Hidayah Quraisy, Suard

19
Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, dan kemudahan, serta komitmen bagi
20
terselesaikannya permasalah peserta didik melalui kunjungan ke rumahnya.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya.

Dalam kegiatan kunjungan rumah pada kegiatan bimbingan konseling


merupakan salah satu cara dalam memberikan penyelesaian masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Kegiatan kunjungan rumah bertujuan untuk
mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan pemahaman tentang
lingkungan dan pemahaman tentang peserta didik. Selain itu juga bertujuan
untuk pembahasan permasalahan peserta didik dan pemecahan
permasalahannya. Kegiatan kunjungan rumah dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pengamatan dan wawancara mengenai keadaan rumah
tangga peserta didik, fasilitas belajar, hubungan antar anggota keluarga dalam
kaitannya dengan masalah peserta didik. Masalah peserta didik yang dibahas
dapat berupa masalah pribadi, masalah sosial, masalah belajar dan masalah
karier. Kunjungan rumah oleh guru dapat dilakukan namun membutuhkan
perencanaan dan persiapan yang matang karena harus mendapatkan
persetujuan kerjasama dengan orang tua dan mendapatkan persetujuan dari
kepala sekolah

Buku 3(Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling Di Sekolah/Madrasah


Oleh Shilphy A. Octavia

21
perubahan atas kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara
pihak yang bermasalah. Seperti kondisi awal antara kedua pihak sebelum
layanan mediasi, rasa ber- musuhan terhadap pihak lain, adanya perbedaan
atau kesenjangan disbanding pihak lain, sikap menjauhi, sikap mau menang
sendiri, sikap ingin membalas, sikap kasar dan negative, sikap mau benar
sendiri, sikap bersaing dan sikap destruktif terhadap pihak lain. Kondisi yang
dikehendaki setelah layanan MED adalah, rasa damai terhadap pihak lain,
adanya kebersamaan, sikap mendekati pihak lain, sikap mau memberi dan
menerima, sikap memaafkan, sikap lembut dan positip, sikap mau memahami,

22
sikap toleran, sikap konstruktif. Hasil layanan MED tersebut diharapkan tidak
terhenti pada tingkat pemahaman dan sikap saja, melainkan teraktualisasikan
dalam tingkah laku nyata yang menyertai hubungan kedua pihak. Hubungan
yang positif kondusif dan konstruktif itu dirasakan membahagiakan pihak
terkait dan memberikan manfaat yang cukup besar bagi mereka. Fungsi utama
bimbingan yang didukung oleh layanan mediasi ialah fungsi pemahaman dan
pengentasan. Layanan pendukung, aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.

Dalam pedoman kurikulum berbasis kompetensi bidang bimbingan dan


konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling
berbasis kompetensi di sekolah tidak mungkin akan tercipta, terselenggara dan
tercapai dengan baik apabila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(managemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis dan
terarah. Untuk itu diperlukan tenaga kependidikan, khususnya guru
pembimbing yang profesional dalam mengelola sistem layanan bimbingan dan
konseling berbasis kompetensi yang terintegrasi di sekolah. agar guru
pembimbing itu profesional dalam mengelola sistem layanan bimbingan dan
konseling

 Aprilli, E. (2021). KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN


KONSELING.

Dalam jurnal yang berjudul "Kegiatan Pendukung BK" yang ditulis oleh Aprili pada

tahun 2021, penulis mengupas peran penting kegiatan pendukung dalam konteks Bimbingan

dan Konseling (BK) dalam dunia pendidikan modern. Dengan semakin kompleksnya

tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam perkembangan sosial, emosional, dan akademik

mereka, peran BK menjadi semakin vital. Makalah ini memiliki tujuan utama untuk

menganalisis berbagai jenis kegiatan pendukung yang telah diterapkan dalam pendekatan BK

modern. Dalam eksplorasi yang dilakukan, jurnal ini mencoba untuk menyoroti bagaimana

berbagai kegiatan pendukung ini mampu membantu siswa mengatasi masalah, merencanakan

masa depan, dan mencapai potensi maksimal mereka. Selain itu, dalam kajian ini juga

23
dibahas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para konselor dalam pelaksanaan kegiatan

pendukung ini serta dampaknya terhadap hasil akademik dan kesejahteraan siswa. Melalui

penelusuran yang cermat, jurnal ini berhasil memberikan wawasan mendalam tentang upaya

yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas BK di masa yang akan datang.

Dalam jurnal yang berjudul "Kegiatan Pendukung BK" yang ditulis oleh Aprili pada

tahun 2021, penulis mengadakan analisis mendalam mengenai peran krusial kegiatan

pendukung dalam konteks Bimbingan dan Konseling (BK) di dalam dunia pendidikan yang

terus berkembang pesat. Dalam era di mana siswa dihadapkan pada tantangan yang semakin

kompleks, baik dalam aspek sosial, emosional, maupun akademik, peran BK menjadi

semakin penting. Makalah ini merinci berbagai jenis kegiatan pendukung yang telah berhasil

diterapkan dalam pendekatan BK modern, mengungkap bagaimana kegiatan-kegiatan ini

berfungsi sebagai sarana yang efektif dalam membantu siswa mengatasi berbagai masalah

yang mereka hadapi sehari-hari. Dalam tinjauan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana

perencanaan masa depan, pengembangan potensi diri, serta peningkatan kesejahteraan siswa

dapat dicapai melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan ini. Selain itu, jurnal ini juga mengulas

tentang tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para konselor dalam melaksanakan kegiatan

pendukung ini, termasuk batasan sumber daya dan kurangnya dukungan yang mungkin

mereka hadapi. Lebih jauh, jurnal ini mempertimbangkan dampak yang signifikan dari

kegiatan pendukung ini terhadap hasil akademik siswa dan kesejahteraan mereka secara

keseluruhan, menciptakan landasan yang kuat untuk memahami betapa pentingnya dukungan

ini dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan menggali lebih dalam

tentang peran dan dampak kegiatan pendukung BK, makalah ini berusaha untuk memberikan

wawasan yang mendalam kepada para praktisi, akademisi, dan pengambil kebijakan

pendidikan untuk merancang strategi yang lebih efektif dan holistik dalam mendukung

perkembangan siswa di masa depan.

24
 Luddin, A. B. M. (2013). Kinerja kepala sekolah dalam kegiatan bimbingan

dan konseling. Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(2).

Jurnal yang berjudul "Kinerja Kepala Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan

Konseling" karya A. B. M. Luddin (2013), yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmu

Pendidikan, merupakan kontribusi yang berharga terhadap pemahaman kita tentang peran

penting kepala sekolah dalam mendukung pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Dalam jurnal ini, penulis mengkaji secara mendalam bagaimana kepala sekolah dapat

berperan sebagai pemimpin yang efektif dalam mengintegrasikan kegiatan BK ke dalam

budaya dan sistem pendidikan sekolah. Analisis tersebut meliputi strategi kepala sekolah

dalam memberikan dukungan, mengatasi tantangan, dan mengembangkan lingkungan yang

kondusif bagi penerapan BK. Jurnal ini juga menggambarkan dampak positif yang dapat

diberikan oleh kepala sekolah yang berkinerja tinggi dalam menggerakkan program BK di

sekolah, termasuk peningkatan prestasi akademik dan kesejahteraan siswa secara

keseluruhan. Dengan fokus pada peran kepala sekolah dalam kegiatan BK, jurnal ini

memberikan pandangan yang penting bagi praktisi pendidikan, pengelola sekolah, dan

peneliti dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas BK di tingkat sekolah.

Dalam jurnal berjudul "Kinerja Kepala Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan

Konseling" yang ditulis oleh A. B. M. Luddin pada tahun 2013 dan diterbitkan di Jurnal Ilmu

Pendidikan, terungkap analisis yang mendalam mengenai peran krusial kepala sekolah dalam

mendukung pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (BK) di lingkungan sekolah. Jurnal ini

menghadirkan landasan penting yang menguraikan bagaimana kepala sekolah, sebagai

pemimpin utama di sekolah, berkontribusi terhadap integrasi efektif BK dalam budaya dan

sistem pendidikan sekolah. Penulis membahas beragam strategi yang dapat digunakan oleh

kepala sekolah untuk memberikan dukungan aktif terhadap pelaksanaan BK, termasuk

25
pengembangan kebijakan sekolah yang mendukung BK, mengidentifikasi sumber daya yang

diperlukan, dan memotivasi staf pendidik untuk terlibat dalam kegiatan BK.

Jurnal ini juga mengulas tantangan yang mungkin dihadapi oleh kepala sekolah dalam

upaya memastikan efektivitas BK di sekolah, seperti keterbatasan sumber daya dan

kompleksitas tuntutan tugas kepala sekolah yang lain. Dalam konteks ini, penulis mencermati

peran kepala sekolah sebagai mediator yang dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan

ini dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerapan BK. Lebih jauh, jurnal ini

menyoroti dampak positif yang mungkin dicapai oleh sekolah ketika kepala sekolah memiliki

kinerja yang tinggi dalam menggerakkan program BK, termasuk peningkatan prestasi

akademik siswa, kesejahteraan siswa secara umum, serta pencapaian tujuan pendidikan yang

lebih luas.

Dengan fokus pada peran dan kinerja kepala sekolah dalam kegiatan BK, jurnal ini

memberikan pandangan yang berharga bagi para praktisi pendidikan, pengelola sekolah, serta

peneliti. Informasi dan wawasan yang disajikan dalam jurnal ini menjadi landasan untuk

perbaikan dan pengembangan program BK yang lebih efektif di sekolah-sekolah di seluruh

dunia. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang peran kepala sekolah dalam mendukung

BK, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di tingkat sekolah dapat menjadi lebih holistik

dan mendukung perkembangan seluruh siswa.

 Harahap, A. C. P., Rahmi, A. M., Jahara, A., Purba, A. A., Sembiring, A. A.

L. B., & Hasibuan, A. A. (2022). Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Pendukung

oleh Guru BK di MAN 3 Langkat. Jurnal Pendidikan dan Konseling

(JPDK), 4(5), 57-61.

Jurnal berjudul "Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Pendukung oleh Guru BK di MAN

3 Langkat" yang ditulis oleh A. C. P. Harahap, A. M. Rahmi, A. Jahara, A. A. Purba, A. A. L.

B. Sembiring, dan A. A. Hasibuan, diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan dan Konseling


26
(JPDK) edisi 4(5) pada tahun 2022, merupakan sebuah karya penelitian yang

mengungkapkan realitas pelaksanaan kegiatan pendukung oleh guru Bimbingan dan

Konseling (BK) di lingkungan MAN 3 Langkat. Jurnal ini memberikan gambaran yang

komprehensif tentang peran dan kinerja guru BK dalam membantu siswa dalam mengatasi

berbagai tantangan dan masalah yang mereka hadapi selama proses pendidikan. Para penulis

melakukan penelitian lapangan yang melibatkan observasi, wawancara, dan analisis data

untuk mendokumentasikan berbagai kegiatan pendukung yang dilakukan oleh guru BK di

MAN 3 Langkat.

Jurnal ini menyoroti berbagai aspek penting, termasuk jenis-jenis kegiatan pendukung

yang dilakukan oleh guru BK, efektivitas pelaksanaannya, serta tantangan yang mungkin

dihadapi dalam menjalankan peran mereka. Dengan pemahaman yang lebih mendalam

tentang bagaimana guru BK berinteraksi dengan siswa dan berkontribusi pada perkembangan

mereka, jurnal ini memberikan wawasan yang berharga bagi komunitas pendidikan dan

konseling. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan pendidikan,

kepala sekolah, guru BK, dan praktisi pendidikan lainnya untuk merancang program-program

yang lebih efektif dan berfokus pada pelayanan siswa di tingkat sekolah. Selain itu, jurnal ini

juga menyediakan kontribusi berharga terhadap literatur dalam bidang bimbingan dan

konseling di Indonesia, dan menggarisbawahi pentingnya peran guru BK dalam menciptakan

lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung pertumbuhan siswa.

 Febrini, D. (2011). Editor: Samsudin, Bimbingan dan Konseling.

Buku yang berjudul "Bimbingan dan Konseling" yang diterbitkan pada tahun 2011

dan disusun oleh D. Febrini dengan editor Samsudin, adalah sumber literatur yang berharga

dalam konteks pendidikan dan bimbingan. Buku ini menyajikan pemahaman yang

komprehensif mengenai berbagai aspek bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan.

27
Dalam buku ini, pembaca akan dibimbing untuk memahami esensi dari bimbingan dan

konseling, peran serta fungsi konselor dalam membantu individu mengatasi berbagai

tantangan kehidupan, baik dalam aspek akademik, sosial, maupun emosional. Buku ini juga

membahas berbagai teori dan metode yang digunakan dalam praktik bimbingan dan

konseling, memberikan pandangan yang mendalam tentang cara pendekatan yang berbeda

untuk membantu individu mencapai potensi maksimal mereka.

Buku ini juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi para praktisi bimbingan dan

konseling, guru, konselor sekolah, atau siapa pun yang tertarik dengan bidang ini. Dengan

kontribusi dari D. Febrini dan penyunting Samsudin, buku ini memberikan landasan yang

kokoh bagi pembaca untuk memahami serta menjalankan prinsip-prinsip bimbingan dan

konseling secara efektif. Buku ini juga menjadi referensi yang berharga bagi mahasiswa,

peneliti, dan akademisi yang tertarik untuk menggali lebih dalam tentang dunia bimbingan

dan konseling di konteks pendidikan. Dengan demikian, buku "Bimbingan dan Konseling"

ini memiliki nilai penting dalam pengembangan pendidikan dan pengembangan pribadi, serta

berpotensi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang peran konselor dalam membantu

individu mencapai tujuan mereka dalam kehidupan.

Buku berjudul "Bimbingan dan Konseling di Sekolah" yang ditulis oleh Y. Syukur

dan T. N. Zahri pada tahun 2019 merupakan sebuah sumber literatur yang bertumpu pada

landasan teori yang kuat dalam konteks bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah.

Buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang teori-teori utama yang menjadi dasar

bagi praktik bimbingan dan konseling di dunia pendidikan.

Salah satu landasan teori yang mungkin dijelaskan dalam buku ini adalah Teori

Konseling. Teori ini mencakup berbagai pendekatan dan metode dalam memberikan

dukungan konseling kepada individu. Di dalamnya, pembaca mungkin akan menemukan

pemaparan tentang pendekatan kognitif, pendekatan psikoanalitik, pendekatan perilaku, dan

28
banyak lagi yang membantu memahami bagaimana konselor dapat menghadapi masalah yang

berbeda-beda yang dihadapi oleh siswa. Buku ini mungkin juga mencakup teori-teori yang

berhubungan dengan pengembangan pribadi, psikologi perkembangan, dan aspek-aspek

psikologis lainnya yang relevan dengan praktik bimbingan dan konseling di lingkungan

sekolah. Teori-teori ini berperan penting dalam membantu konselor memahami

perkembangan individu, masalah-masalah yang mungkin muncul, dan cara terbaik untuk

memberikan dukungan yang sesuai.

Selain landasan teori, buku ini mungkin juga mencakup studi kasus, strategi praktis,

dan panduan bagi para konselor dalam menjalankan tugas mereka secara efektif di sekolah.

Dengan demikian, buku "Bimbingan dan Konseling di Sekolah" ini memiliki potensi untuk

menjadi referensi yang berharga bagi para praktisi, mahasiswa, peneliti, dan semua yang

tertarik dalam memahami lebih lanjut tentang peran bimbingan dan konseling dalam dunia

pendidikan. Buku berjudul "Bimbingan dan Konseling di Sekolah" yang ditulis oleh Y.

Syukur dan T. N. Zahri pada tahun 2019 merupakan sebuah sumber literatur yang

membangun landasan teori yang kokoh dalam konteks bimbingan dan konseling di

lingkungan sekolah. Buku ini mengeksplorasi sejumlah teori yang membentuk dasar bagi

praktik bimbingan dan konseling, memberikan pembaca pemahaman mendalam tentang

kerangka kerja konseptual yang diperlukan untuk memahami serta menerapkan prinsip-

prinsip bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan. Landasan teori yang dapat

ditemukan dalam buku ini adalah Teori Konseling yang mendalam tentang berbagai

pendekatan dan metode dalam memberikan dukungan konseling kepada individu. Dalam

konteks ini, pembaca akan merinci pemahaman tentang pendekatan kognitif, pendekatan

psikoanalitik, pendekatan perilaku, dan lainnya yang membantu memahami cara konselor

dapat menghadapi masalah yang beragam yang dihadapi oleh siswa. Buku ini juga mungkin

menguraikan pendekatan konseling berdasarkan teori perkembangan individu yang

29
memahami tahap-tahap perkembangan, tantangan, dan perubahan psikologis yang dialami

siswa selama masa pertumbuhan mereka.

Buku ini membahas teori-teori psikologi yang relevan dengan bimbingan dan

konseling, seperti teori perkembangan psikososial Erikson atau teori kebutuhan maslow, yang

dapat membantu konselor memahami faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dan

perkembangan individu. Kemungkinan besar, buku ini juga mengintegrasikan elemen-elemen

psikologi pendidikan dalam pemahaman tentang bagaimana lingkungan sekolah dan proses

pembelajaran memengaruhi perkembangan siswa.

Selain landasan teori, buku ini juga dapat menghadirkan studi kasus, strategi praktis,

dan panduan bagi para konselor dalam menjalankan tugas mereka secara efektif di

lingkungan sekolah. Buku "Bimbingan dan Konseling di Sekolah" ini dengan demikian dapat

menjadi referensi yang sangat berharga bagi para praktisi bimbingan dan konseling,

mahasiswa, peneliti, dan siapa pun yang ingin memahami lebih dalam peran serta

kompleksitas bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan.

 Aqib, Z. (2020). Bimbingan dan Konseling. Yrama Widya.

Buku yang berjudul "Bimbingan dan Konseling" yang ditulis oleh Z. Aqib dan

diterbitkan oleh Yrama Widya pada tahun 2020 merupakan sumber literatur yang penting

dalam konteks bimbingan dan konseling. Buku ini menawarkan pemahaman komprehensif

tentang konsep, teori, metode, dan praktik bimbingan dan konseling dalam berbagai konteks,

termasuk pendidikan.

Dalam buku ini, pembaca dapat menemukan pembahasan yang mendalam mengenai

dasar-dasar bimbingan dan konseling, serta konsep-konsep kunci yang berkaitan dengan

praktik tersebut. Penulis kemungkinan besar menjelaskan berbagai teori psikologi yang

30
relevan, seperti teori perkembangan, teori kepribadian, dan teori konseling yang berperan

dalam membentuk kerangka kerja dalam praktik konseling.

Selain teori, buku ini juga membahas strategi dan teknik konseling yang digunakan

dalam berbagai situasi, mulai dari konseling individu hingga konseling kelompok. Buku ini

dapat memberikan panduan bagi calon konselor, mahasiswa, atau siapa pun yang tertarik

untuk memahami praktik bimbingan dan konseling, serta bagaimana menerapkannya dalam

berbagai konteks. Juga mencakup studi kasus dan contoh-contoh nyata yang memperkuat

pemahaman tentang bagaimana bimbingan dan konseling diterapkan dalam praktek sehari-

hari. Dengan begitu, buku "Bimbingan dan Konseling" ini memiliki potensi untuk menjadi

referensi yang bermanfaat bagi mereka yang ingin menjalani profesi konselor atau yang ingin

memahami peran bimbingan dan konseling dalam mendukung perkembangan pribadi dan

sosial individu. Buku "Bimbingan dan Konseling" karya Z. Aqib yang diterbitkan oleh

Yrama Widya pada tahun 2020 adalah sebuah sumber yang sangat berharga dalam konteks

landasan teori dalam bimbingan dan konseling. Dalam buku ini, pembaca dapat menemukan

pemahaman mendalam tentang berbagai teori dan kerangka kerja yang menjadi landasan bagi

praktik bimbingan dan konseling.

Salah satu landasan teori yang mungkin dibahas dalam buku ini adalah Teori

Konseling Rogerian. Teori ini menekankan pentingnya empat elemen kunci dalam proses

konseling: ketulusan (genuineness), pemahaman (empathy), penerimaan (unconditional

positive regard), dan refleksi diri (self-reflection). Teori ini menekankan hubungan yang

hangat dan empati antara konselor dan klien sebagai elemen utama dalam pencapaian

perubahan dan perkembangan yang positif dalam klien.

Buku ini mungkin juga menjelaskan teori kognitif-perilaku yang berfokus pada peran

pikiran dan perilaku dalam membentuk perasaan dan tindakan individu. Teori ini mencakup

31
konsep-konsep seperti kognisi negatif otomatis, restrukturisasi kognitif, dan teknik-teknik

seperti desensitisasi sistematis dan pengendalian impuls.

Buku ini juga mungkin membahas teori psikoanalitik Sigmund Freud yang

menekankan pada pemahaman mengenai konflik internal dan pertumbuhan pribadi melalui

proses konseling. Selain itu, teori perkembangan seperti teori Erik Erikson tentang tahap-

tahap perkembangan psikososial individu dapat memberikan landasan yang kuat bagi

pemahaman perkembangan individu dalam konteks konseling. Penggunaan berbagai landasan

teori membantu pembaca memahami bahwa tidak ada pendekatan yang tunggal dalam

bimbingan dan konseling yang cocok untuk semua situasi. Sebaliknya, pemahaman yang baik

tentang berbagai teori ini memungkinkan konselor untuk memilih dan menerapkan

pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan individu klien mereka. Buku ini dengan

demikian menjadi alat yang berharga bagi mahasiswa, praktisi bimbingan dan konseling, dan

siapa saja yang tertarik dalam memahami landasan teori yang mendasari praktik bimbingan

dan konseling yang efektif.

32
33
BAB II

MINI RISET

Terdapat banyak spek penting dalam studi kasus bimbingan konseling yang menjadi

landasan bagi praktisi di bidang ini. Studi kasus adalah sebuah pendekatan yang mendalam

dalam menganalisis dan memahami masalah individu atau kelompok dengan lebih

komprehensif. Proses ini melibatkan pengumpulan data yang sangat terinci, seperti riwayat

hidup, observasi perilaku, wawancara, dan bahkan penggunaan tes psikologis yang relevan.

Semua informasi ini membantu para konselor memahami konteks, sejarah, dan dinamika

yang mendasari masalah klien. Selain itu, studi kasus juga membantu dalam mengidentifikasi

faktor-faktor penyebab yang mungkin terlibat dalam masalah tersebut, baik itu berupa konflik

interpersonal, tekanan psikologis, trauma masa lalu, atau masalah lingkungan. Dengan

pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah klien, konselor dapat merancang rencana

intervensi yang lebih sesuai dan efektif.

Lebih dari sekadar alat diagnostik, studi kasus juga merupakan alat pembelajaran

yang berharga bagi mahasiswa dan praktisi bimbingan dan konseling. Dalam studi kasus,

mereka dapat melihat bagaimana teori-teori bimbingan dan konseling diterapkan dalam

konteks nyata. Mereka bisa melihat berbagai strategi dan teknik intervensi yang berhasil

digunakan dalam kasus-kasus sebelumnya. Studi kasus memungkinkan praktisi untuk

memahami bagaimana pengambilan keputusan klinis dilakukan, termasuk pemilihan

pendekatan terapeutik yang sesuai, pengelolaan risiko, dan pengukuran hasil intervensi.

Dengan demikian, studi kasus bukan hanya memberikan wawasan tentang penanganan

masalah konseling, tetapi juga menjadi sumber berharga untuk pengembangan pengetahuan

dan keterampilan di bidang ini.

Studi kasus juga membantu dalam membangun hubungan terapeutik yang kuat antara

konselor dan klien. Dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati terhadap
34
cerita hidup klien, konselor dapat menciptakan ikatan yang mendalam dan saling percaya. Ini

adalah faktor penting dalam keberhasilan intervensi konseling, karena klien cenderung lebih

terbuka untuk menjalani perubahan ketika mereka merasa didengar dan didukung. Studi

kasus memungkinkan konselor untuk melihat melampaui simptom-simptom yang tampak dan

mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang individu sebagai individu yang unik.

Studi kasus bimbingan konseling adalah alat penting dalam bidang ini yang tidak

hanya membantu memahami masalah klien secara lebih mendalam tetapi juga berfungsi

sebagai sumber pembelajaran dan pengembangan keterampilan bagi para praktisi. Ini

membantu menciptakan intervensi yang lebih efektif dan membangun hubungan terapeutik

yang kuat antara konselor dan klien, yang pada gilirannya membantu individu atau kelompok

mencapai kesejahteraan psikologis yang lebih baik.

Berikut adalah contoh studi kasus bimbingan konseling:

Kasus: "Siti", seorang remaja perempuan berusia 17 tahun, telah mengalami

penurunan signifikan dalam prestasi akademiknya selama setahun terakhir. Dia adalah anak

tunggal dalam keluarganya dan tinggal dengan kedua orang tuanya. Siti adalah siswa yang

cerdas dan berprestasi sebelumnya, tetapi sekarang ia sering tidak masuk sekolah dan tampak

tertutup. Orang tuanya mengatakan bahwa mereka telah mencoba berbagai pendekatan, tetapi

Siti tetap enggan berbicara tentang masalahnya.

 Contoh Kasus 1

Studi kasus ini dimulai dengan pengumpulan data, termasuk wawancara dengan Siti,

orang tuanya, dan guru-guru sekolahnya. Hasilnya, ditemukan bahwa Siti mengalami tekanan

yang signifikan di sekolah karena ekspektasi yang tinggi dari orang tuanya. Mereka

mengharapkan Siti untuk berhasil dalam ujian masuk universitas. Selain itu, Siti merasa

35
kesepian karena ia tidak punya teman dekat di sekolah dan merasa sulit untuk berinteraksi

sosial.

Dalam rencana intervensi, konselor memutuskan untuk menggabungkan beberapa

pendekatan. Pertama, mereka bekerja dengan Siti untuk mengatasi tekanan akademik dengan

mengembangkan strategi manajemen waktu dan belajar yang efektif. Kedua, mereka

memfasilitasi pertemuan dengan teman sebaya Siti untuk membantu membangun jejaring

sosialnya. Selain itu, mereka mengadakan sesi konseling keluarga untuk membantu orang tua

Siti memahami dampak tekanan yang mereka berikan padanya dan mengembangkan

ekspektasi yang lebih realistis.

Selama berjalannya intervensi, Siti mulai menunjukkan perbaikan dalam prestasinya

di sekolah dan mulai merasa lebih nyaman dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Dia

juga mulai membuka diri lebih banyak dalam sesi konseling dan berbicara tentang

perasaannya. Orang tuanya juga menjadi lebih sadar akan peran mereka dalam masalah ini

dan mulai memberikan dukungan emosional yang lebih besar kepada Siti.

Melalui studi kasus ini, konselor berhasil merancang pendekatan yang komprehensif

untuk membantu Siti mengatasi masalahnya. Mereka memahami bahwa masalah ini tidak

hanya berkaitan dengan prestasi akademik, tetapi juga melibatkan aspek sosial dan hubungan

keluarga. Dengan pendekatan yang sesuai, Siti dapat mengatasi kesulitannya dan

meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan. Kasus Siti menggambarkan betapa

pentingnya studi kasus dalam bimbingan dan konseling sebagai alat untuk memahami dan

mengatasi masalah individu secara holistik. Studi kasus tidak hanya membantu dalam

mengidentifikasi akar masalah, tetapi juga memungkinkan konselor untuk merancang

intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Kasus ini menunjukkan bahwa masalah

psikologis tidak selalu memiliki penyebab tunggal, tetapi seringkali merupakan hasil dari

berbagai faktor yang saling terkait, seperti tekanan akademik, masalah sosial, dan dinamika

36
keluarga. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang baik, individu seperti Siti dapat

mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan mengalami perubahan positif dalam hidup

mereka. Oleh karena itu, studi kasus tetap menjadi salah satu instrumen yang paling berharga

dalam praktik bimbingan dan konseling untuk membantu individu mencapai kesejahteraan

psikologis dan perkembangan yang lebih baik.

 Contoh Kasus 2

Kasus Bunuh Diri Siswa menjadi sebuah peringatan penting yang mengundang kita

untuk mengevaluasi serius penerapan bimbingan konseling di sekolah. Sebuah sekolah di

suatu daerah mengalami kejadian tragis ketika salah seorang siswanya mengambil tindakan

ekstrem dengan bunuh diri. Dalam mengkaji kasus ini, terungkap bahwa siswa tersebut telah

mengalami tekanan mental dan masalah pribadi yang serius, namun tidak mendapatkan

bimbingan konseling yang memadai. Guru dan staf sekolah tidak memiliki sistem yang

efektif untuk mendeteksi atau menangani masalah mental siswa. Kasus ini menjadi pengingat

bahwa penerapan bimbingan konseling yang komprehensif dan aksesibilitasnya di sekolah

sangatlah penting untuk mendukung kesejahteraan mental siswa. Evaluasi menyeluruh

tentang bagaimana bimbingan konseling dapat ditingkatkan perlu dilakukan agar kasus

serupa dapat dicegah di masa depan dan siswa-siswa dapat mendapatkan dukungan yang

mereka butuhkan.

Dalam pembahasan mengenai kasus bunuh diri siswa dan evaluasi terhadap penerapan

bimbingan konseling di sekolah, kita harus mengakui bahwa kesejahteraan mental siswa

adalah aspek krusial dalam pendidikan. Kasus ini menggarisbawahi perlunya tindakan

konkret dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling di sekolah. Pertama-tama,

sekolah harus memiliki tim konselor yang terlatih dengan baik dan berpengalaman dalam

mendeteksi masalah mental siswa serta memberikan dukungan yang sesuai. Selain itu,

pentingnya menciptakan lingkungan yang terbuka dan mendukung bagi siswa agar merasa
37
nyaman untuk berbicara tentang masalah pribadi mereka. Guru dan staf sekolah juga perlu

dilatih untuk mengenali tanda-tanda masalah mental dan cara mengarahkan siswa ke konselor

yang sesuai.

Penting untuk mendorong kesadaran tentang kesehatan mental di antara siswa, orang

tua, dan komunitas sekolah. Program-program pendidikan yang mengajarkan keterampilan

pengelolaan stres, komunikasi efektif, dan peningkatan kesadaran diri dapat membantu siswa

mengatasi tekanan dan masalah pribadi mereka. Sistem pelaporan dan intervensi cepat juga

perlu diperkuat agar kasus serupa dapat ditangani dengan segera.

Kasus bunuh diri siswa harus menjadi momentum untuk mendorong perubahan dalam

pendekatan terhadap kesejahteraan mental di lingkungan pendidikan. Sekolah harus menjadi

tempat yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga memberikan perhatian

serius terhadap kesehatan mental siswa. Dengan langkah-langkah perbaikan yang tepat, kita

dapat berharap bahwa kasus serupa dapat dicegah, dan siswa dapat tumbuh dalam lingkungan

yang mendukung dan memahami.

38
BAB III

RELEVANSI KASUS DAN MATERI

3.1. Kasus Siswa Bunuh Diri dan Bimbingan Konseling

Kasus siswa bunuh diri di sekolah merupakan isu yang sangat kompleks dan

mengharukan. Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya peran bimbingan konseling

dalam lingkungan pendidikan modern. Bimbingan konseling tidak sekadar berfokus pada

pemberian nasihat atau solusi cepat, melainkan juga bertujuan menciptakan lingkungan yang

mendukung perkembangan emosional, sosial, dan psikologis siswa. Siswa yang menghadapi

tekanan mental, depresi, atau masalah emosional seringkali memerlukan bantuan profesional

untuk membantu mereka mengatasi beban yang mereka rasakan. Konselor sekolah berperan

penting dalam mengenali tanda-tanda stres, ketidakbahagiaan, atau risiko bunuh diri pada

siswa, dan mereka harus berkomunikasi secara terbuka dengan siswa tersebut serta

memberikan dukungan yang sesuai. Namun, upaya bimbingan konseling tidak hanya terbatas

pada respons terhadap masalah yang ada. Program-program pencegahan bunuh diri di sekolah

39
juga harus ditekankan, dengan melibatkan pelatihan bagi staf sekolah dalam mengidentifikasi

risiko bunuh diri dan mengarahkan siswa ke sumber daya yang tepat. Selain itu, promosi

kesadaran tentang kesehatan mental dan stigma terkait harus menjadi bagian penting dari

pendekatan sekolah terhadap bimbingan konseling. Dengan demikian, kasus bunuh diri di

sekolah harus dianggap sebagai panggilan mendesak untuk memperkuat upaya dalam

memberikan bimbingan konseling yang efektif dan menciptakan lingkungan yang aman,

mendukung, dan peduli bagi semua siswa, sehingga mereka dapat mengatasi tantangan yang

mereka hadapi dalam perjalanan pendidikan mereka. Kasus siswa bunuh diri di sekolah

secara langsung menggarisbawahi betapa esensialnya peran bimbingan konseling dalam

mengatasi dan mencegah masalah kesejahteraan mental di kalangan siswa. Bimbingan

konseling tidak hanya sekadar menyediakan jaring pengaman saat siswa menghadapi masalah

psikologis, tetapi juga berfungsi sebagai sarana proaktif untuk membantu mereka

membangun kecerdasan emosional, menjalin hubungan interpersonal yang sehat, dan

mengembangkan keterampilan penanganan stres. Konselor sekolah harus memainkan peran

utama dalam mempromosikan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan mendorong

siswa untuk mencari bantuan ketika mereka membutuhkannya. Selain itu, mereka dapat

mengorganisir program-program dukungan kelompok yang memungkinkan siswa berbagi

pengalaman dan strategi untuk mengatasi tekanan mental. Melalui pendekatan holistik ini,

bimbingan konseling dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih peduli dan

responsif terhadap kebutuhan psikologis siswa, dengan harapan dapat mengurangi insiden

bunuh diri di kalangan pelajar dan membantu mereka meraih potensi penuh mereka dalam

proses pendidikan.

3.2 Kasus Nilai Akademik Siti Menurun Signifikan dan Bimbingan Konseling
Relevansi yang kuat antara penurunan nilai akademik Siti dan bimbingan konseling dapat
dijelaskan dalam sebuah paragraf yang panjang. Penurunan nilai akademik Siti merupakan
permasalahan serius yang memerlukan pendekatan holistik untuk memahami penyebab dan
40
mengatasi dampaknya. Dalam konteks ini, bimbingan konseling memainkan peran sentral
dalam membantu Siti menghadapi tantangan ini. Pertama-tama, melalui bimbingan konseling,
konselor dapat bekerja sama dengan Siti untuk mengidentifikasi akar masalah yang mungkin
menyebabkan penurunan nilai tersebut. Dengan melakukan wawancara dan evaluasi,
konselor dapat menggali informasi tentang apakah masalahnya berkaitan dengan faktor
pribadi, seperti kecemasan atau depresi, atau mungkin ada faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi kinerjanya, seperti konflik dengan teman sekelas atau masalah di rumah.

Kemudian, bimbingan konseling juga memberikan dukungan emosional yang sangat


diperlukan bagi Siti. Penurunan nilai akademik bisa menjadi pengalaman yang sangat
menekan, dan konselor dapat menjadi pendengar yang baik, membantu Siti mengatasi stres,
kecemasan, atau perasaan rendah diri yang mungkin muncul akibat penurunan ini. Selain itu,
dalam kerangka bimbingan konseling, Siti dapat merasa lebih nyaman berbicara tentang
perasaan dan tantangan yang dia hadapi, sehingga membantu dia mengatasi perasaan isolasi
atau kebingungannya.
Bimbingan konseling juga memungkinkan untuk merencanakan pemulihan yang
terarah. Konselor dan Siti dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi area di mana Siti
mengalami kesulitan dan mengembangkan strategi dan rencana untuk meningkatkan
kinerjanya secara akademis. Ini bisa melibatkan saran tentang manajemen waktu, teknik
belajar yang efektif, atau bahkan bantuan dalam mengevaluasi pilihan mata pelajaran yang
sesuai dengan minat dan potensinya.
Selanjutnya, bimbingan konseling berfungsi sebagai wadah bagi Siti untuk mencari
solusi yang sesuai dengan masalahnya. Konselor dapat memberikan pandangan objektif,
membantu Siti mengevaluasi pilihan yang tersedia, dan mengidentifikasi langkah-langkah
konkret untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam kehidupannya yang
memengaruhi nilai akademiknya. Dalam jangka panjang, bimbingan konseling juga
memungkinkan pemantauan dan evaluasi terus-menerus terhadap kemajuan akademik Siti.
Konselor dapat mengawasi perkembangan Siti setelah tindakan pemulihan diambil, dan jika
diperlukan, menyesuaikan rencana yang ada agar sesuai dengan perkembangan Siti. Ini
membantu memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil benar-benar efektif dalam
meningkatkan prestasi akademiknya. Konseling juga dapat melibatkan orang tua Siti dalam
proses ini. Konselor dapat berkomunikasi dengan orang tua untuk membantu mereka
memahami situasi anak mereka dan memberikan dukungan tambahan di rumah, seperti
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif atau memberikan dukungan emosional

41
tambahan. Secara keseluruhan, relevansi antara penurunan nilai akademik Siti dan bimbingan
konseling sangatlah penting, karena bimbingan konseling dapat membantu Siti
mengidentifikasi akar masalah, memberikan dukungan emosional, merencanakan pemulihan,
memberikan solusi, memantau kemajuan, dan melibatkan orang tua dalam proses ini. Hal ini
menciptakan pendekatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi tantangan
akademik yang dihadapi Siti dan membantunya mencapai potensinya yang sebenarnya di
sekolah.

42
43
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 PUTRI

Makalah yang membahas tentang kegiatan bimbingan konseling menyoroti

pentingnya layanan ini dalam membantu individu mengatasi berbagai masalah serta

mengembangkan potensi diri mereka. Dalam kesimpulan, dapat disebutkan bahwa

bimbingan konseling memiliki peran krusial dalam dunia pendidikan dan pelayanan

sosial. Metode-metode yang beragam, seperti konseling individu, konseling

kelompok, dan konseling keluarga, dapat disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Melalui bimbingan konseling, individu dapat memperoleh dukungan yang mereka

butuhkan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka, meningkatkan

kesejahteraan psikologis, dan meraih potensi terbaik mereka.

 ANGELINE

Dari hasil analisis data yang peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut: 1. Penggunaan himpunan data siswa dalam mendukung penyusunan

program Bimbingan dan Konseling: a. Guru Bimbingan dan Konseling

memanfaatkan himpunan data siswa dalam kegiatan konseling seperti

konseling individual dan konseling kelompok. b. Guru Bimbingan dan

Konseling memberikan angket perkelas. c. Guru Bimbingan dan Konseling

memanfaatkan himpunan data siswa sebagai acuan dalam penyusunan

program BK. d. Guru Bimbingan dan Konseling menggunakan himpunan data

siswa untuk kegiatan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut. 2. Faktor

pendukung dan faktor penghambat penggunaan himpunan data siswa dalam

mendukung penyusunan program Bimbingan dan Konseling: a. Faktor

44
pendukung penggunaan himpunan data siswa: 1) Pemahaman guru Bimbingan

dan Konseling tentang penggunaan himpunan data siswa. 2) Pemahaman Guru

Bimbingan dan Konseling tentang pelaksanaan teknik himpunan data siswa

 HORMAULI DAN NISA

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kunjungan rumah dalam mengatasi

masalah siswa broken home adalah: a. Faktor Pendukung 1) Kemampuan

Guru BK; mampu dan mendukung dalam melaksanakan kunjungan rumah, 2)

Format; Guru BKmenggunakan format lapangan dan politik dalam kunjungan

rumah 68 3) Kegiatan;Guru BKmelaksanakan kunjungan rumah melalui

anggota keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya sesuai dengan

permasalahan siswa 4) waktu dan tempat; efektif dalam melaksanakan

kunjungan rumah b. faktor penghambat 1) Kemampuan Guru BK; kurang

memahami tentang layanan BK dan kegiatan pendukung BK 2) siswa;

keikutsertaan (peran) siswa dalam kunjungan rumah belum maksimal

diterapkan 3) undangan terhadap keluarga; undangan masih berbentuk

panggilan 4) evaluasi; masih belum mencakup proses dan hasil-hasilnya.

4.2 Saran

Sebagai saran, penting bagi lembaga-lembaga pendidikan dan pelayanan sosial

untuk terus memperkuat program bimbingan konseling, memberikan pelatihan yang

memadai bagi konselor, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat

layanan ini sehingga lebih banyak individu yang dapat mendapatkan bantuan yang

mereka perlukan.

45
DAFTAR PUSTAKA

PUTRI

Aprilli, E. (2021). KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING.

Aqib, Z. (2020). Bimbingan dan Konseling. Yrama Widya.

Aqib, Z. (2020). Bimbingan dan Konseling. Yrama Widya.

ANGELINE

Febrini, D. (2011). Editor: Samsudin, Bimbingan dan Konseling.

Harahap, A. C. P., Rahmi, A. M., Jahara, A., Purba, A. A., Sembiring, A. A. L. B., &

HasibuaA.

HOTMAULI&NISSA

A. (2022). Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Pendukung oleh Guru BK di MAN 3

Langkat. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(5), 57-61.

Luddin, A. B. M. (2013). Kinerja kepala sekolah dalam kegiatan bimbingan dan

konseling. Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(2).

46

Anda mungkin juga menyukai