Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

NAMA NIM
1. HASNI KAIMUDIN 22376GSD0667
2. MAHELSA INDA PRATAMA 22376GSD0668
3. HUSNA SAHRILA 22376GSD0669
4. IMELDA 22376GSD0670

PROGRAM STUDI PGSD


STKIP PELITA NUSANTARA BUTON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah ini dengan judul Bimbingan di SD. Makalah ini dapat

digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar,

dan sebagai referensi tambahan dalam Bimbingan SD.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu

dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan Makalah ini.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan Makalah ini, namun tidak

mustahil apabila dalam Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat

dijadikan masukan dalam penyempurnaan Makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah

pengetahuan dan wawasan tentang Bimbingan di SD, Aamiin.

Pasarwajo, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 4
A. Bimbingan di SD ................................................................................................................... 4
B. STRATEGI BIMBINGAN BELAJAR DI SD ................................................................... 7
C. Jenis- Jenis Masalah Belajar ........................................................................................ 15
D. Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah
Belajar ................................................................................................................................... 16
E. Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah
Dasar ...................................................................................................................................... 18
F. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar ...................... 20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................. 25
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 25
B. Saran ....................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu

dengan yang lainnya, disamping persamaannya. Perbedaan menyangkut

perbedaan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap,

kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain.

Perbedaan ini cenderungakan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam

belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang

dicapai murid itu sendiri.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3

dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan

pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga

negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti

pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan

Dasar).

1
Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan

pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada

sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang

berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia,

maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan

negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses

pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses

interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah

peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka,

tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi

dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi

serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).

B. Rumusan Masalah

1. Macam-macam bentuk layanan bimbingan di SD ?

2. Macam-macam Strategi bimbingan di SD ?

3. Apa saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?

4. Bagaimana mengetahui murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar?

5. Apa saja yang merupakan faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid

di SD?

6. Bagaimana cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang

dihadapi?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bentuk layanan bimbingan di SD

2. Untuk mengetahui strategi bimbingan di SD

3. Menyebutkan jenis-jenis masalah belajar yang di alami di SD

4. Mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar

5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di SD

6. Mengungkapkan cara-cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar

yang dihadapinya

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bimbingan di SD

Berdasarkan beberapa penjelasan dan pemaparan bimbingan konseling

pada bab sebelum nya, sekolah selaku institusi pendidikan harus menyadari

pentingnya bimbingan dan konseling pada anak. Maka dari itu sekolah dituntut

untuk mempunyai dan menjalankan program dari bimbingan konseling secara

berkelanjutan.

Macam-macam layanan bimbingan di SD yaitu :

a. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu

selutuh siswa dalam mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan hidup

yang mengacu pada tugas perkembangan siswa.

b. Layanan Responsif

Layanan reponsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu

memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat

ini. Layanan ini bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang

digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan konsultasi.

c. Layanan Perencanaan

Individual perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu

seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana pendidikan,

membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan

sendiri.

4
d. Dukungan Sistem

Dukungan sistem adalah kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,

memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Hal

itu dilaksanakan melalaui pengembangan profesionalitas, hubungan

masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru dan staf. Adapun menurut

Prayitno, menjelaskan bahwa layanan bimbingan adalah mencakup layanan

meliputi :

1) Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu

peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan

pendidikan bagi siswa baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk

menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di

lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.

2) Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu

peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial,

belajar, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.

3) Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan

penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas

minat/pendalaman minat, program latihan, dan kegiatan ekstrakurikuler

secara terarah, objektif dan bijak.

4) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi

dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu

yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan

5
masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang

terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.

5) Layanan Konseling Perseorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya

melalui prosedur perseorangan.

6) Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan

hubungan sosial, kegiatan belajar, dan pengambilan keputusan, serta

melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji

melalui dinamika kelompok.

7) Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah

yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui

dinamika kelompok.

8) Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan,

pemahaman, dan cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan

kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

9) Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu

peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki

hubungan dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang

terpuji

Pihak Yang Terlibat dalam proses bimbingan pendidikan. Pelaksana utama

pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru Bimbingan dan Konseling atau
6
Konselor.Penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling di SD/MI adalah Guru

Kelas. Penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling di SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK adalah Guru Bimbingan dan Konseling. Pelaksana Pelayanan bimbingan

dan konseling pada SD

a) Guru wali kelas yang di serahi tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru

BK. Tugas tersebut di berikan karena seorang guru walikelas dekat dengan

siswanya sehingga dengan segera wali kelas dapat mengetahui berbagai

persoalan siswanya

b) Guru pembimbing yaitu seorang yang selain mengajar mata pelajaran tertentu

terlibat terlibat juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Guru BK

model ini termasuk memiliki tugas rangkap. Guru yang bisa di serahi tugas dan

tanggung jawab ini antara lain guru maple agama, PKN, dan guru-guru lain

yang tidak memiliki jam pelajaran.

c) Guru mata pelajaran tertentu yang di serahi tugas jhusus sebagai petugas BK.

d) Kepala sekolah atau madarasah yang bertanggung jawab atas sekurang-

kurangnya 40 orang siswa. Pertimbangan penetapan BK model ini karena

secara fungsional kepala sekolah adah guru sedangkan jabatan kepala sekolah

adalah secara structural. Agar fungsi secara fungsional tidak tanggal maka

kepala sekolah di serahi tugas dan tangung jawab membimbing 40 orang siswa

B. STRATEGI BIMBINGAN BELAJAR DI SD

Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa macam strategi

pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu Strategi pembelajaran

ekspositori, Strategi pembelajaran inquiry, Strategi pembelajaran berbasis

masalah, Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, Strategi


7
pembelajaran kooperatif, Strategi pembelajaran kontekstual CTL, dan Strategi

pembelajaran afektif yang didefinisikan sebagai berikut.

1. Strategi pembelajaran ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi

secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud

agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi

pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran

yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini

guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dalam sistem ini

guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,

sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan

mencernanya saja secara tertib dan teratur. Metode pembelajaran yang tepat

menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara

lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.

Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori

tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.

b. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa

suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik

sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang

sedang dipelajari kepada siswanya.

8
c. Metode sosiodrama Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku

dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran guru

memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk

memberikan contoh kepada siswa.

2. Strategi pembelajaran inquiry Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya

dari suatu masalah yang ditanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi utama

strategi pembelajaran inquiry:

a) Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan

menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek

belajar.

b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang

sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap

sesuatu.

d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki

kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil

diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan

oleh guru.

f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang

berpusat pada siswa

9
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual

anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh

4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan

equilibration. Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan,

diantaranya :

a. Metode diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran

dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem

produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa

melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru,

sehingga siswa menjadi aktif.

b. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah cara mengajar

atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu

pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk

diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.

c. Metode eksperimen Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan

pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode

ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu

aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

d. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran

dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan

waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.

10
3 Strategi pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran berbasis masalah dapat

diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Metode

pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode problem solving Metode problem solving bukan hanya sekedar

metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab

dalam metode problem solving dapat menggunakan metodemetode lainnya

yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

b. Metode diskusi

Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari

masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.

4. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir Strategi

pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi

pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam

pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa,

akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang

harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan

memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan

kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada

pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau

pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan,

diantaranya :

11
a. Metode diskusi Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan

masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.

b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran

dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan

waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.

c. Metode eksperimen Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang

siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman

yang ia alami.

5. Strategi pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kelompok adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh

penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang

dipersyaratkan. Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran

yang relevan, diantaranya :

a. Metode diskusi Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan

masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.

b. Metode karya wisata Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk

mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.

12
c. Metode eksperimen Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen

atau percobaan tentang suatu hal guna melatih kemampuan dan

pemahaman mereka.

d. Metode tugas atau resitasi Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar,

kemudian mereka diberi tugas guna menggali kemampuan, kekompakan,

dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

6. Strategi pembelajaran kontekstual CTL Contoxtual Teaching Learning (CTL)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh

dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan

baru ketika ia belajar. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning),

menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan

(modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement). Karakteristik

pembelajaran kontekstual:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling

mngoreksi antar teman (learning in a group).

13
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang

lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask

an enjoy activity).

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode demonstrasi Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari

kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa

lebih memahami.

b. Metode sosiodrama Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan

dengan mendramatisasikan tingkah laku yang berhubungan dengan

masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa,

sehingga siswa lebih paham.

7. Strategi pembelajaran afektif Strategi pembelajaran afektif memang berbeda

dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan

dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran

seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi

dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk

sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan

ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk

dilakukan.

14
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan,

diantaranya :

a. Metode tugas atau resitasi Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan

dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

b. Metode latihan Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki

dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.

Demikianlah macam-macam strategi pembelajaran secara umum yang dapat

digunakan dalam pembelajaran, walaupun beberapa macam strategi tersebut

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Semoga bisa menjadi referensi

ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dalam memnggunakan strategi

pembelajaran yang benar di sekolah dasar.

C. Jenis- Jenis Masalah Belajar

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan

menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan

dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikianya

dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi

dirinya.

Jenis-jenis maslaah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada

murid-murid yang mengalami :

1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki

intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara

optimal.

2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat

akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
15
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan

belajarnya yang amat tinggi.

3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat

akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat

pendidikan atau pengaaran khusus.

4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat

dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang

kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan

seharusnya.

6. Sering tidak sekolah.

D. Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar

Murid yang mengalami masalah belajar, dapat didefinisi melalui tes hasil

belajar, tes kemampuan dasar skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.

1) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan kapan

sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengjaran yang ditetapkan

sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia

telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari

belajar tuntas (mastery lerning) yang didasarkan bahwa setiap murid dapat

mencapai hasil belajar yang diharapkan jika deiberi waktu yang cukup dan

bimbingan yang mamadai untuk mempelajari bahan yang disajikan, yaitu

presentase minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan
16
pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai

tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang

mengalami masalah belajar dan memerlikan bantuan khusus, sedangkan murid

yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum

waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat cepat

dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.

2) Tes Kemampuan Belajar

Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecenderungan tertentu.

Tingat kempuan ini biasanya diukur atau diungkapkan denganmenggunakan tes

kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat

kecerdasan (IQ) 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat

mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan

dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang

murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang

dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami

masalah belajar.

3) Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu fakktor yang penting

dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan

yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada

bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.

Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui

pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi pengamatan biasanya terbatas

pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan

17
sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa

“Skala sikap dan kebiasaan belajar”.

E. Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah


Dasar

Setelah seorang guru mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam

belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat

melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang

dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung sangat kompleks, karena

masalah belajar mengandung pengertian, bahwa:

Pertama, masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan.

Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum

tentu disebabkan oleh faktor yang sama.

Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan seringkali

suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun menimbulkan

masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing individu.

Ketiga, sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang

satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh seorang

murid tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai

sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid

dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid it sendiri).

Antara lain :

18
1) Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan,

alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun

(alergi, asma, dsb).

2) Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti

menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasanya

cenderung kurang.

3) Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa

menyesuaikan diri (maladjustment), tercekam rasa taku, benci dan

antipasti, serta ketidak matangan emosi.

4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan da sikap yang salah, seperti

kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam

belajan, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

b. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari luar diri individu) yaitu berasal dari :

1) Sekolah, antara lain : sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat

beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru), metode mengajar yang

kurang memadai, kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.

2) Keluarga, antara lain : keluarga tidak utuh dan atau kurang harmonis, sikap

orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, keadaan

ekonomi.

3) Masyarakat, antara lain; adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang

mendukung kegiatan belajar di sekolah, teman sebaya yang memiliki

perilaku kurang baik.

Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang menyebabkan masalah belajar

adalah:

19
a. lemahnya motivasi belajar,

b. kurang intensifnya bimbingan pengajar,

c. kurangnya kesempatan berlatih atau berprak-tik,

d. tidak ada upaya dan kesempatan reinforcement,

e. kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan.

Lebih lanjut Callis (dalam Depdikbud, 1995) menje-laskan bahwa masalah

belajar disebabkan oleh :

a) kurang informasi dan kurang pengertian tentang diri sendiri (lack of

informatiaon and undertanding about self),

b) kurang informasi dan kurang pengertian tentang lingkun-gannya (lack of

information and understanding of the envi-ronmentaly)

c) kurang terampil (lack of skill).

F. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar

antara lain:

1. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat

menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik.

Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus,

karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan

latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga

disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan

lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

20
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk

menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa

tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat

memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu

proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol

dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi

objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung

sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228)[1][2].

2. Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada

seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar,

dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan

keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid

merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan

dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif

apabila murid merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai.

3. Peningkatan Motivasi Belajar

Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid

meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah

dengan :

a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila

ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.

b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.

21
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan

menyenangkan.

d. Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat

membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.

e. Menciptakan suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid,

serta antara murid dengan murid.

f. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana

yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.

g. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

h. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

4. Peningkatan Keterampilan Belajar

Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :

a. Membuat catatan waktu guru mengajar.

b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.

c. Menegrjakan latihan-latihan soal.

5. Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang

efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan,

melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana,

terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid hendaknya dibantu

dalam hal:

a. Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.

b. Memelihara kondisi kesehatan yang baik.

c. Mengataur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.

22
d. Memilih tempat belajar yang baik.

e. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.

f. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.

g. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian

yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik adalah :

1) Membantu murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok

dan subpokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-

cara mempelajari bahan-bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan

dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.

2) Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.

Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam

hal ini, murid perlu mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum

mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan

mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang

harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah sampai

di rumah).

3) Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-

kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca

cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu

pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.

4) Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan

efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3

23
(Survey, Question, Read, Recite, Write den Review) yang dikemukakan oleh

Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).

5) Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.

6) Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah

disusunnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang

berkesinambungan.

7) Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya

dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala,

membetulkan posisi duduk murid (tidak terlalu membungkuk jarak mata

denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku dan sebagainya.

8) Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi

persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal

ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk- bentuk layanan di SD seperti layanan orientasi, layanan informasi,

layanan penyimpanan san penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan

perseorangan, layanan kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediatasi. Dan

beberapa strategi bimbingan di SD yang bisa diterapkan.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat saya susun, semoga bermanfaat dan

memberikan tambahan pengetahuan kita sebagai calon pendidik agar dapat

memahami tentang layanan bimbingan di SD

25
DAFTAR PUSTAKA

Garry,R & Kingsley,H.I. (1987). The Nature and Condition of learning. New Jersey:
Practice Hall.
http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/bimbingan-belajar-di-sekolah-
dasar.html
Jusmawati, Satriawati, Irman R. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Makassar :
Rezky Artha Mulia.
Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Tohirin. (2008). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.

26

Anda mungkin juga menyukai