Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
ROMBEL D
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mengenai pokok bahasan Latar belakang,
pengertian, persamaan dan perbedaan bimbingan dan konseling di sekolah yang disusun guna
memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dengan usaha serta bantuan dari berbagai pihak terutama
dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah berkenan untuk meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu,
kami sampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dan ikut
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun supaya kedepannya dapat
kami jadikan sebagai acuan.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
C. Tujuan.................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6
A. Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia....................... 6
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah.......................... 6
C. Pengertian Bimbingan dan Konseling................................................................... 15
D. Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling................................ 21
E. Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah............................ 23
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan sebuah proses tolong menolong antara
individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan,
bimbingan dan konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu individu,
dimana sumbangan bimbingan dan konseling menambah kepemahaman tentang
informasi pendidikan, vaksional, dan sosial yang diperlukan untuk membuat pilihan
secara berpengetahuan bagi pelajar. Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai
individu yang tidak diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor
berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai
pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka
mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan
bersumber dari diri mereka serta bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri
pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan profesional.
Salah satu tugas sekolah adalah untuk menyiapkan siswa agar mencapai
perkembangannya secara optimal. Seorang siswa diartikan telah mencapai
perkembangan secara optimal apabila dia memperoleh pendidikan dan prestasi
belajar yang sesuai dengan bakat dan minat. Kenyataan menunjukkan bahwa di
samping dengan adanya siswa yang berhasil secara gemilang, masih terdapat juga
siswa yang memperoleh prestasi belajar kurang meyakinkan. Bahkan ada pula yang
tidak naik kelas atau tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir. Ketidakberhasilan siswa
itu tidak semuanya disebabkan oleh kelemahan intelegensinya, melainkan dapat pula
disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mewujudkan kemampuan dan bakat yang
dimilikinya. Siswa seperti itu tidak sewajarnya dibiarkan begitu saya, melainkan harus
diberikan upaya agar mereka terbebas dari hambatan-hambatan yang dapat
mengganggu proses perkembangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengn memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, mereka
diharapkan mampu mencapai perkembangan secara optimal sebagaimana yang telah
disebutkan di atas.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia?
2. Apa yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah
jika dilihat dari aspek psikologis, sosial budaya, IPTEK, dan pedagogis?
3. Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling?
4. Apa saja persamaan dan perbedaan antara bimbingan dan konseling?
5. Apa penyebab terjadinya kesalahpahaman dalam bimbingan dan konseling di
sekolah?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah singkat lahirnya bimbingan dan konseling di
Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami apa yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan
dan konseling di sekolah dari beberapa aspek.
3. Mengetahui dan memahami pengertian dari bimbingan dan konseling
4. Mengetahui dan memahami persamaan serta perbedaan antara bimbingan dan
konseling.
5. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya kesalahpahaman dalam
bimbingan dan konseling di sekolah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik merupakan
pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik,
terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Di
samping itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah
laku sebagai hasil proses belajar.
Berikut ini adalah beberapa masalah psikologis yang sering menjadi latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah.
a. Masalah Pekembangan Individu
Sebagai komponen yang terpadu dalam sistem pendidikan, bimbingan
dan konseling memfasilitasi perkembangan peserta didik atau konseli untuk
mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami diri dan
lingkungan, menerima diri, mengerahkan diri, dan mengambil keputusan, serta
merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupannya. Bimbingan dan konseling pada satuan
pendidikan diselenggarakan untuk membantu peserta didik atau konseli dalam
mencapai tugas-tugas.
Sejalan dengan hal tersebut, Havighurst (Hurlock: 1990)
mengemukakan sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh
remaja, diantaranya adalah: (1) mencapai hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya; (2) mencapai peran sosial: (3) menerima keadaan
fisiknya dan menggunakannya secara efektif; (4) mencari kemandirian emosial
dari orang tua dan lainnya: (5) mencapai jaminan kebebasan ekonomi; (6)
memilih dan menyiapkan pekerjaan; (7) persiapan untuk memasuki kehidupan
keluarga.
Mengingat pentingnya tugas-tugas perkembangan tersebut, maka
sekolah mempunyai peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai
taraf perkembangan melalui pemenuhan tugas perkembangan secara optimal.
b. Masalah Perbedaan Individu
Setiap siswa sebagai individu sebenarnya mempunyai ciri-ciri yang
khas dan unik. Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua
orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik dari
7
aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dari individu
yang lainnya, dimana hal tersebut sering disebut dengan istilah individual
deffereces.
Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian
ialah perbedaan dalam hal-hal berikut: (1) kecerdasan; (2) kecakapan; (3) hasil
belajar; (4) bakat; (5) sikap; (6) kebiasaan; (7) pengetahuan; (8) kepribadian;
(9) cita-cita; (10) kebutuhan; (11) minat; (12) pola-pola dan tempo
perkembangan; (13) ciri-ciri jasmaniah; (14) latar belakang keluarga
(lingkungan). Dengan mengetahui data tentang perbedaan-perbedaan ini
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi usaha bantuan yang diberikan
kepada siswa. Kenyataan adanya perbedaan tersebut akan membawa
konsekuensi bagi pelayanan pendidikan khususnya yang menyangkut bahan
pelajaran, metode belajar, alat-alat belajar, penilaian, dan pelayanan lainnya.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya,
maka individu tersebut akan merasakan kepuasan serta kebahagiaan dalam
hidupnya, begitupun sebaliknya. Dalam hubungannya dengan hal tersebut
yang patut dicatat adalah menganalisis kebutuhan mana yang secara spesifik
menimbulkan masalah. Dengan dasar pemikiran ini, maka dapat direncanakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu memecahkan
masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.
d. Masalah Penyesuaian Diri
Pada dasarnya proses penyesuaian diri itu sebenarnya dapat terjadi di
dalam individu itu sendiri maupun dalam hubungannya dengan lingkungan
hidupnya. Proses penyesuaian diri di dalam individu itu sendiri terjadi apabila
individu mampu memahami dan menerima keadaan dirinya baik mengenai
kelebihan maupun kekurangannya sehingga dapat mencapai keseimbangan
pribadi. Di pihak lain, penyesuaian diri memang sering diartikan dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial. Dalam hubungan ini individu yang
melakukan penyesuaian diri dapat berbentuk penyesuaian diri dengan orang
lain maupun masyarakat. Proses penyesuaian diri dengan orang lain akan
8
efektif apabila individu dapat menerima penilaian-penilaian orang lain
terhadap dirinya secara wajar serta mampu menilai orang lain secara objektif.
Kaitannya dengan masalah penyesuaian diri individu ini, guru bidang studi
yang senantiasa memiliki kesempatan bertatap muka dengan para siswa dalam
proses pembelajaran di kelas sudah sewajarnya kalau para guru tersebut dapat
memantau atau mengobservasi secara langsung berbagai perilaku para siswa
yang dapat diidentifikasi mengalami masalah dengan penyesuaian diri mereka.
Untuk masalah yang ringan guru bidang studi dapat menanganinya sendiri,
namun untuk masalah penyesuaian diri yang dianggap berat dan diluar
kemampuan guru bidang studi maka dapat direferal kepada guru bimbingan
dan konseling. Karena kalau masalah penyesuaian diri ini dibiarkan dan tidak
segera dibantu untuk mengatasinya akan mengganggu proses belajar siswa dan
tidak menutup kemungkinan berakibat buruk pada pencapaian
pembelajarannya. Oleh karena itu, diperlukan usaha nyata untuk
menanggulangi gejala-gejala tersebut. Disinilah peranan bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan.
e. Masalah Belajar
Di sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang
dalam belajar, tidak jarang dijumpai adanya siswa yang mengalami kegagalan,
seperti angka-angka raport di bawah standar ketuntasan yang telah ditentukan
oleh sekolah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan prestasi di bawah
kemampuan dasar (underachiever).
Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami
oleh siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau
rendahnya intelegensi. Beberapa penyebab masalah belajar siswa tersebut
misalnya pengaturan waktu belajar yang kurang baik, memilih cara belajar
yang kurang efektif, kurang dalam mempersiapkan ujian atau ulangan, tidak
memiliki cara memusatkan perhatian belajar, dan lain sebagainya. Kegagalan
itu terjadi dapat disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan bimbingan
yang memadai.
9
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Telah lama diketahui kenyataan bahwa makin derasnya perubahan sosial dan
makin kompleksnya keadaan masyarakat akan meningkatkan derajat rasa tidak
aman bagi remaja dan pemuda. Perubahan-perubahan bersejarah yang terjadi pada
beberapa terakhir ini, yang telah mengubah kon disi kehidupan sosial, ekonomi,
politik, dan psikologis setiap orang, membawa pengaruh besar terhadap
perikehidupan dan perkembangan anak-anak, remaja, dan pemuda. Dalam kaitan
ini, dirasakan bahwa sekolah menanggung akibat dari berbagai perubahan besar,
bahkan dapat pula ditegaskan bahwa kehidupan anak-anak dan pemuda dewasa ini
adalah hasil dari perubahan-perubahan yang terjadi saat ini (De Cecco & Richard
dalam Soegiono: 1999).
Adapun untuk arah perubahan sosial budaya, modernisasi dari pembangunan
yang akan dituju oleh semua masyarakat bangsa dimanapun adalah meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran yang diinginkan. Hidup di dunia sekarang dan
masa depan, menuntun penguasa ilmu dan teknologi. Beberapa arah perubahan
sosial budaya menurut Syamsidar (2015), antara lain:
a. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang
dan jasa daripada membuatnya sendiri)
b. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan
merupakan keperluannya).
c. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewahan untuk mengejar prestise atau
gengsi tertentu).
d. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam
proses pembangunan.
Atas dasar keadaan tersebut, sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal
harus bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil
menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang
dihadapinya. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan
yang diberikan di sekolah, namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup
memadai dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang
dialaminya dan menyiapkan siswa terjun di masyarakat dengan berhasil. Oleh
karena itu, sangatlah diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah yang secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk memberi
10
bantuan kepada siswa dalam mencegah terjadi permasalahan sebagai akibat dari
perubahan sosial budaya, memecahkan berbagai masalah, baik masalah belajar,
penyesuaian diri, maupun masalah-masalah pribadi yang apabila dibiarkan akan
menghambat tercapainya tujuan belajar siswa di sekolah.
11
berbagai metode kuasi-psikologis seperti ramalan bintang, garis tangan, aura dan
sebagainya. Ancaman juga bisa datang dari individu yang dirinya sendiri
terganggu namun seolah bersikap bijak karena dalam prosedur ini klien tidak
perlu bertatap muka dengan dirinya.
Kemajuan teknologi selain membawa kemajuan dan pembaharuan dalam
segala bidang, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi ini juga
berdampak negatif pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk bagi bangsa Indonesia.
Banyak persoalan yang menimpa bangsa Indonesia sebagai dampak negatif dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi ini. Persoalan-persoalan itu
meliputi peningkatan epidemi AIDS, ketergantungan pada obat-obat terlarang dan
alkohol, kekerasan pada anak-anak dan remaja, semakin tingginya angka
kehamilan, semakin tingginya kasus bunuh diri, semakin tingginya kasus siswa
putus sekolah (DO), semakain maraknya perkelahian antar pelajar, dan lain-lain.
13
Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para
siswa baik dalam bidang akademik, sosial, maupun pribadi. Para siswa
diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan
pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam
keseluruhan proses belajarnya. Proses penyesuaian diri para siswa
memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling bagi para siswa pada hakekatnya
merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.
b. Peranan Guru
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama
ialah mendidik yaitu membantu subjek didik untuk mencapai kedewasaan.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang guru
hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didik baik segi jasmani
maupun segi psikis. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat
perkembangan anak didik, sistem motivasi/kebutuhan, pribadi, kecakapan,
kesehatan mental, dan tingkat sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan
timbul juga apabila benar-benar memahami seluruh pribadi anak didik.
Di samping memahami siswa, salah satu tugas guru yang tidak boleh
diabaikan adalah mengenal dan mamahami dirinya. Memahami dan mengenal
siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal dan
memahami dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup
untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan
motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang harus
dimilikinya.
Jenis-jenis informasi tentang dirinya sangatlah membantu guru itu
sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam tugasnya,
seperti konflik, ilustrasi, maladjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri),
dan sebagainya. Agar guru dapat memahami dan membantu siswa dengan
sebaik-baiknya, maka guru itu sendiri harus menghindari masalah-masalah
tersebut di atas. Dengan kenyataan seperti di atas, jelaslah kiranya bahwa
gurupun berperan sebagai pembimbing, karena setiap peran guru memerlukan
unsur bimbingan di dalamnya. Dengan demikian pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah bukanlah merupakan usaha yang dicari-cari, melainkan
merupakan kegiatan yang harus ada, baik dilakukan secara khusus oleh
14
konselor sekolah maupun oleh guru-guru bidang studi. Untuk melaksanakan
tugas profesi, guru tidak dapat meninggalkan aspek bimbingan, karena tugas
guru pada hakekatnya tidak hanya mengajar, namun juga mendidik.
16
sendiri, mengembangkan padangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri dan menanggung bebannya sendiri.
f) Jones, Staffire & Stewart (dalam Prayitno 2015) mengemukakan
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat
pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan ini
berdasarkan prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap
individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri
hak orang lain.
g) Bimbingan juga merupakan layanan yang bersifat profesi hal yang
diberikan oleh para konselor yang memiliki latar belakang pendidikan, dan
keahlian di bidang bimbingan dan konseling.
h) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor memiliki
kompetensi (profesional) kepada individu dari berbagai tahapan usia untuk
membantu mereka mengarahkan kehidupannya, mengembangkan
pandangan hidupnya, menentukan keputusan bagi dirinya, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Laksmi, 2003:3).
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut, pada
prinsipnya mengandung berbagai unsur pokok sebagai berikut:
a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa pelayanan
bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melaui liku-liku sesuai
dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini.
b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan di sini tidak
diartikan sebagai bantuan materiel (seperti uang, hadiah, benda, dan
sumbangan, dan lain-lain) melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi
pengembangan pribadi bagi inidividu yang dibimbing.
c. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan klien
sendiri. Dalam kaitan ini, tujuan bimbingan adalah memperkembangkan
kemampuan klien (orang yang diberi bimbingan) untuk dapat mengatasi
masalah-masalah yang sedang dihadapi dan akhirnya dapat mecapai
kemandirian.
d. Bantuan diberikan kepada individu, baik secara perorangan ataupun kepada
kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan adalah orang yang diberi bantuan,
baik orang seseorang secara individul maupun secara kelompok.
17
e. Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagi bahan, interaksi,
nasehat, ataupun gagasan, serta alat-alat tertentu baik berasal dari diri klien
sendiri, konselor, maupun lingkungan.
f. Bimbingan tidak hanya diberikan kepada kelompok-kelompok umur tertentu
saja, tetapi meliputi semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang
dewasa. Dengan demikian bimbingan dapat diberikan disemua lingkungan
kehidupan, di dalam keluarga, di sekolah, dan di luar sekolah.
g. Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang yang
memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh Pendidikan serta
latihan yang memadai dalam bidanhg bimbingan dan konseling.
h. Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginan-keinginannya kepada
klien karena klien memiliki hak dan kewajiban untuk menentukan arah dan
jalan hidupnya sendiri.
i. Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Hal ini berarti bahwa upaya bimbingan, baik bentuk, isi, maupun
tujuan serta aspek-aspek penyelenggaraannya tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku. Namun justru harus menunjang kemampuan
konseli untuk mengikuti norma-norma tersebut. Norma tersebut dapat berupa:
aturan, nilai dan ketentuan yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu,
dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Berdasar atas ciri-ciri pokok tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupum dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan dirinya
sendiri dan mandiri, dengan memanfantkan kekuatan individu yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Pengertian Konseling
Secara etimologis. Istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu
“Consilium" yang berarti "dengan" atau "bersama" yang dirangkai dengan kata
"menerima" atau "memahami". Sebagaimana dengan istilah bimbingan,
konselingpun mengalami perubahan dan perkembangan. Kutipan di bawah ini
akan menampilkan perkembangan sejumlah rumusan konseling yang telah dikutip
oleh Prayitno dan Amti.E. (2015)
18
a. Pendapat Jones (1951) konseling adalah kegiatan dimana semua fakta
dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu
untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi
dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Rumusan ini mengandung arti
bahwa: (1) konseling terdiri atas kegiatan pengungkapan fakta atau data
tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri
masalah-masalahnya, (2) bantuan itu diberikan secara langsung kepada siswa,
(3) tujuan konseling itu adalah agar siswa dapat mencapai perkembangan yang
semakin baik.
b. Pendapat Shertzer dan Stone (1974) konseling adalah interaksi terjadi antara
dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien, yang terjadi
dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat
memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. Rumusan ini
mengandung makna bahwa: (1) konseling merupakan interaksi antara dua
orang individu masing-masing disebut konselor dan klien, (2) dilakukan dalam
suasan professional, (3) berfungsi dan bertujuan sebagai alat untuk
memudahkan perubahan perilaku.
c. Pendapat McCleland dalam Sertzer dan Stone (1974) konseling adalah suatu
proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang
terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasi sendiri
dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan
berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan
terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. Rumusan ini mengandung makna
bahwa (1) konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan, (2)
dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka, (individu yang dikonseling
individu yang sedang mengalami gangguan atau masalah, (4) dilakukan oleh
seorang ahli (profesional), (5) bertujuan untuk mengatasi masalah.
d. Devision of Counseling Psychology. Konseling adalah suatu proses membantu
individu untuk mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan
untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya.
Rumusan ini mengandung makna (1) konseling merupakan suatu proses
pemberian bantuan, (2) bantuan diberikan kepada individu yang sedang
mengalami gangguan atau hambatan dalam mencapai proses perkembangnya,
19
(3) konseling dapat dilakukan setiap waktu, (4) konseling bertujuan agar
individu dapat mencapai perkembangannya secara optimal.
e. Tolbert mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui
hubungan itu menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannnya sekarang, dan kemungkinan keadaan
yang akan datang, lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah yang sedang dihadapinya, dan akhirnya mampu menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan dating. Rumusan ini memiliki makna: (1)
konseling dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka, (2) konseling
dilakukan oleh orang yang ahli, (3) konseling merupakan proses belajar bagi
klien, yaitu belajar memahami diri sendiri, membuat rencana masa depan, dan
mengatasi masalah-masalahnya.
20
hal yang dikemukakan konseli dengan maksud agar konseli memberikan
reaksi berbicara lagi lebih lanjut. Keduanya terlibat dalam memikirkan,
berbicara dan mengemukakan gagasan-gagasan yang bermuara pada
teratasinya masalah klien.
e. Konseling merupakan proses yang dinamis, artinya individu konseli
dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan
kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi klien.
f. Konseling didasari atas pererimaan-penerimaan konselor secara wajar
tentang diri klien, yaitu atas dasar penghargaan terhadap harkat dan
martabat klien.
Atas dasar ciri-ciri pokok tersebut di atas, dapat dirumuskan dengan singkat
bahwa yang dimaksud dengan konseling adalah "suatu proses memberi bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masaah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang diladapi oleh klien".
21
bimbingan dianggap sama dengan pendidikan; sedangkan konseling dianggap
sama dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong individu yang
mengalami masalah yang serius.
3. Pandangan ketiga mengatakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang
terpadu.
Kedua istilah itu tidak terpisah satu sama lain, sehingga istilah bimbingan
selalu diakaikan dengan istilah konseling. Berkenaan dengan pandangan ketiga ini,
Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) sebagaimana yang dikemukakan
oleh Prayitno (2015) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus
yang terorganisasikan dan teritegrasikan ke dalam program sekolah untuk menunjang
perkembangan siswa secara optimal. Sedangkan konseling menyangkut usaha
pemberian bantuan kepada siswa secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru
guna penyesuaian diri. Lebih lanjut, Moser dan Moser (dalam Prayitno, 2015)
menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap
sebagai inti dari proses pemberian bantuan. Sejalan dengan ini Mortensen dan
Schmuller (dalam Prayitno: 2015) lebih tegas menyatakan bahwa konseling adalah
jantung hatinya program bimbingan.
a. Persamaan antara Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-
persamaan tertentu. Persamaan yang lebih jelas antara keduanya terletak pada
tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan
individu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama
mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua
kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu
kesatuan dengan konseling yang mana konseling konseling berada dalam kesatuan
bimbingan tersebut.
b. Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling
22
jurusan, persiapan pekerjaan.
Tujuan Mengutamakan pencegahan Mengutamakan pemecahan
agar siswa terhindar dari permasalah siswa agar siswa
permasalahan. mampu mengatasi permasalahan
yang mereka hadapi.
Layanan Secara kelompok meskipun Lebih bersifat individual,
kadang secara individual. walaupun kadang berkelompok.
Fungsi Preventif dan pengembangan Selain memiliki fungsi-fungsi
bimbingan tetapi lebih fokus
pada kuratif.
Peranan Membantu pencapaian Membantu berlangsungnya
program dan tujuan perkembangan pribadi siswa
pendidikan. secara sehat.
Petugas Guru bidang studi, wali Konselor yang harus
kelas, kepala sekolah yang berpendidikan khusus yaitu
pernah mendapatkan sarjana Bimbingan dan
pengetahuan mengenai Konseling.
dasar-dasar praktis
bimbingan di sekolah.
23
e. Konselor yang harus aktif sedangkan klien pasif
f. Adanya anggapan bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh
siapa saja.
g. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
h. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah
incidental.
i. Guru bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
j. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
k. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumen
l. Bimbingan dan konseling hanyalah menangani masalah yang dianggap ringan.
BAB III
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26