Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Latar Belakang Perlunya Bimbingan Konseling Dalam Dunia Pendidikan”


Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Dasar dasar BK
Dosen Pengampu : Siti Juriah, S.Psi.,M.Pd

Oleh :

1. Algifari (522110029)
2. Faiz
3. Siti Aminah

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Latar Belakang Perlunya Bimbingan Konseling
Dalam Dunia Pendidikan” untuk memenuhi tugas individu mata kuliah dasar dasar BK.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Siti Juriah,
S.Psi.,M.Pd pada mata kuliah dasar dasar BK. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengantar psikologi itu sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Juriah, S.Psi.,M.Pd, selaku dosen mata
kuliah Dasar Dasar BK yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Penulis tahu bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bekasi, Oktober 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I ................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................................... 1

BAB II ............................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan ............................................................................ 2
B. Peran Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan .................................................................. 3
C. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan
D. Urgensi Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan ............................................................... 5

BAB III .............................................................................................................. 9

PENUTUP ......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman problematika peserta didik di sekolah semakin beragam.


Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan masalah diluar sekolah dan di dalam sekolah.
Suatu tindak layanan sekolah pada peserta didik dengan bimbingan konseling yang
mengarahkan para peserta didik untuk mengetahui bakat dan potensi dalam diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek psikologis, ini akan sangat
penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta didik yang biasanya tertekan masalah
dan tidak mampu menangkap pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat penting
posisinya untuk membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu pribadi
yang unik dan mampu bersaing.
Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa
yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa
untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki akar
permasalahan yang biasanya beruntun.

B. Rumusan Masalah

• Bagaimana bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?


• Bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?
• Bagaimana tujuan bimbingan dan konseling dalam pendidikan ?

C. Tujuan Masalah

• Mengetahui bimbingan dan konseling dalam pendidikan


• Mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan
• Mengetahui tujuan bimbingan dan konseling dalam Pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan

Perlunya usaha pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan dilatar belakangi oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah faktor perkembangan pendidikan itu sendiri, faktor sosio-
kultural dan faktor psikologis.
1. Faktor Perkembangan Pendidikan
Faktor perkembangan pendidikan ditemukan pada kenyataan-kenyataan yang
menunjukkan perlunya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, diantaranya
sebagai berikut:
a. Demokratisasi Pendidikan
Azas demokratisasi yang dianut dan berkembang sebagai falsafah hidup bangsa di
hampir segenap penjuru dunia dewasa ini, telah menyebabkan munculnya demokrasi dalam
segala aspek kehidupan, termasuk di dalam aspek pendidikan. Yang sering dikenal dengan
istilah “demokratisasi pendidikan”, mengandung pengertian “pemberian kesempatan yang
sama kepada setiap individu untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah ataupun badan-badan swasta”.
b. Perubahan Sistem Pendidikan
Pada faktor ini ditemui kenyataan bahwa banyak para peserta didik yang tidak mampu
menyesuaikan diri terhadap perkembangan dan perubahan sisitem pendidikan. Namun mereka
tetap dituntut untuk mampu menyesuaikan diri, sedangkan suatu pendidikan akan akan
senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Kesulitan dalam penyesuaian diri serta masalah-masalah yang dihadapi para peserta didik
inilah yang jelas tidak mungkin dapat diselesaikan oleh para tenaga edukatif (guru/dosen). Oleh
sebab itu di lembaga-lembaga pendidikan diadakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
di tangani oleh tenaga-tenaga yang kompeten.
c. Perluasan Program Pendidikan
Sehubungan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat yang dinamis itu, maka
perluasan program pendidikan terlihat mengarah pada 3 dimensi, yakni dimensi meniggi,
mendatar, dan mendalam.

2
Dalam program pendidikan ke arah dimensi yang meninggi termasifestasi dalam
bertambahnya kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mencapai tingkat
pendidikan setinggi mungkin, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Yang akan
menimbulkan kebutuhan terhadap bimbingan dan konseling yakni dalam hal membantu peserta
didik dalam memilih sekolah jurusan yang paling tepat untuk menuju ke jenjang yang lebih
tinggi.
Sedangkan perluasan program pendidikan ke arah dimensi yang mendatar terlihat dalam
pembagian jenis sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan.
Adapun perluasan program pendidikan ke arah dimensi yang mendalam termanifestasi
dalam meningkatkan kesukaran hidup yang menuntut seseorang untuk menguasai
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang matang untuk menghadapi segala tantangan dalam
hidupnya.
2. Faktor sosial kultural
Faktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya yang menimbulkan
kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.

3. Faktor psikologi
Dari segi psikologis anak adalah pribadi yang sedang berkembang yang menuju kearah
kedewasaan, perubahan tersebut menyebabkan berada dalam keadaan yang sulit. Untuk itu,
mereka perlu mempersiapkan diri dari segala intelektual emosional

B. Peran Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan

Bila melihat faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah atau lembaga pendidikan, maka nampaknya kehadiran pelayanan
bimbingan dan konseling tidak hanya merupakan keharusan, tetapi juga menuntut suatu
lembaga dan tenaga professional dalam pengelolaannya.
1. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Seperti diketahui di dalam kegiatan pendidikan di sekolahatau lembaga pendidikan
formal,pada umumnya sekurang-kurangnya ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan, yaitu:
a) Bidang intruksional dan kurikulum.bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam
kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
dan sikap kepada peserta didik.

3
b) Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang
menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang
berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien.
c) Bidang pembinaan pribadi. Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan bathiniyah
dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
2. Pola Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.
Bimbingan dan konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan
kegiatan pendidikan di sekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau
kemungkinan operasionalnya.
a) Pola pertama, bimbingan identik dengan pendidikan. Karena baik prinsip maupun
tujuannya mampu mengantarkan individu peserta didik untuk mempertumbuhkan dan
memperkembangkan dirinya secara optimal.
b) Pola kedua, bimbingan sebagai pelengkap pendidikan. Dalam pola ini beranggapan bahwa
sistem pendidikan yang yang berjalan sekarang, banyak ditemukan celah-celah dan
kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, peran bimbingan dan konseling
sangatlahh penting. Yakni sebagai jembatan yang mengantarai atau menutupi celah-celah
atau kekurangan yang ditemukan dalam sistem pendidikan tersebut.
c) Pola ketiga, bimbingan dan konseling bagian dari kurikuler. Pola ketiga ini di tandai dengan
disediakannya jam-jam pelajaran khusus memberikan pelayanan bimbingan secara
kelompok.
d) Pola keempat, yakni bimbingan dan konseling bagian dari layanan urusan keseiswaan. Pada
pola ini BK merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pembinaan pribadi peserta didik,
yang melembaga untuk mendukung kesuksesan kelancaran studi para peserta didik.
e) Pola kelima, BK sebagai sub sisitem pendidikan. Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa
bimbingan merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
3. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yaitu sesuai dengan
urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia No 2 Tahun 1989. Peran ini dimanifestasikam dalam bentuk membantu para peserta
untuk mengembangkan kompetensi relegius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial,
4
serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik dan
profesional ssesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan
konseling.

C. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan

Ada 7 kategori besar penekanan tujuan bimbingan yaitu :


1. Pengembangan diri secara maksimum (maximum self development)
2. Arah diri yang sepenuhnya (ultimate self direction)
3. Memahami diri (self understanding)
4. Membuat keputusan pendidikan dan jabatan (uducational-vocational decition making)
5. Penyesuaian (adjusment)
6. Belajar yang optimum di sekolah (optimum school learning)
7. Pernyataan-pernyataan gabungan (omnibum statements)[5]
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk
guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No.
20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga
pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik,
termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik
yang mengandung keunikan dan perbedaan.

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling


di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum,
undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-
tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).

Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah
peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri
dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan

5
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek
ketenagaan maupun manajemen.

Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam


pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan
terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi
untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik
tertentu atau yang perlu ‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.

Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di


sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk membantu peserta didik
dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan
pengembangan karir. Karena itu, Struktur kurikulum yang dikembangkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tugas Bimbingan Konseling pada
pengembangan diri peserta didik.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik :
1. untuk mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin
2. untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
3. untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi ling- kungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan
4. untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya
5. untuk mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya.

D. URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Ada beberapa alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang, diantaranya:

1. Perkembangan IPTEK.
Karena di era modern ini semakin maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan
kerugiannya sangat tipis perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:
a Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti: sosial,
budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
b. Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.

6
c. Timbul masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan
lain sebagainya.
d. Membawa dampak positif dan negatif, pertumbuhan penduduk semakin kompleks
masalahnya.
e. Berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah.
Lembaga pendidikan bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
(berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi. Sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
2. Makna dan fungsi pendidikan
Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya
untuk membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya
kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.
3. Guru
Tugas utama guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan
pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan
mampu:

a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
b. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
d. Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya.
e. Menilai keberhasilan siswa
Guru mewujudkan fungsi dan peran seperti di atas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap
calon guru dan guru untuk menguasi bimbingan dan konseling.

4. Faktor psikologis
Terdapat perbedaan individual antara siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah psikologis
yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis
antara lain melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa masalah psikologis yang
menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:
7
a. Masalah perkembangan individu.
b. Masalah perbedaan individu.
c. Masalah kebutuhan individu.
d. Masalah penyesuaian diri.
e. Masalah belajar.

Pada hakikatnya manusia mengalami masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan
sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya keluarga tidak
dapat membantu maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk membantu memecahkan
masalah tersebut.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai alat untuk Pemahaman
terhadap perkembangan siswa dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses
pembelajaran yang membantu siswa mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru
Perkembangan siswa di sekolah meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan
kepribadian. Kenyataan menunjukan bahwa pada setiap siswa memiliki karakteristik pribadi
atau perlaku yang relatif berbeda dengan siswa lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung
implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap siswa.
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan
kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta
didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi
sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi
akademik dan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan
bimbingan dan konseling.
Adapun tujuan khusus dari bimbingan dan konseling di sekolah yaitu mengembangkan
seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, memahami kesulitan yang dialami oleh
peserta didik, mengatasi masalah yang terjadi pada peserta didik, dan membantu peserta didik
dalam menyalurkan kemampuan, bakat dan minatnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pres, 2005).


Tohirin, Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah berbasis intregasi (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007).
Mappiare, Andi, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usana Offset
Printing, 2008).

10

Anda mungkin juga menyukai