MENTAL
“Pengembangan peluang kerja untuk konselor mental kesehatan
professional”
Dosen Pengampu:
Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Oleh Kelompok 5:
Aditya Fahrul 20006122
Cladiva Muthia Wigra 20006131
Rachmi Isnania 20006104
Reza Alsa Fitri 20006108
Yunidar 20006121
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat beserta salam juga kami hantarkankepada
baginda Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapat syafaat Beliau di Yaumil
Akhir kelak. Amin ya Robbal „Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Kesehatan Mental, dengan judul makalah “Pengembangan peluang kerja untuk konselor
mental kesehatan professional”Kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kesehatan
Mental dan kepada teman-teman anggota kelompok yang sudah membantu dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat kekurangan dan
kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar teman- teman
berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta wawasan bagi kita semua.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, bahwa sekolah merupakan seting utama untuk
perkembangan profesi konseling. Namun dalam dua puluh tahun terakhir di kalangan
masyarakat peranan konselor mulai bangkit. Seting yang paling dinamis bagi profesi
konseling adalah konseling pada masyarakat
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting baik bagi individu
yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga (keluarga), maupun masyarakat pada
umumnya. Salah satu misi dari bimbingan dan konseling adalah misi pengembangan, yaitu
memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan kearah perkembangan
optimal melalui strategi upaya pengembangan individu, pengembangan lingkungan
belajar, dan lingkungan lainnya, serta kondisi tertentu sesuai dengan dinamika
perkembangan masyarakat.
Layanan bimbingan dan konseling baik itu di pendidikan formal maupun pendidikan
non formal mempunyai landasan hukum yang kuat. Dalam undang-undang Sisdiknas
Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka pengertian konseling di
dalamnya sepenuhnya terkandung segenap makna dan unsur-unsur pendidikan. Untuk
mewujudkan itu semua, bimbingan dan konseling mempunyai berbagai macam bidang
pelayanan dengan berbagai setting.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Setting Pelayanan Konselor Kesehatan Mental?
2. Bagaimana Konselor kesehatan mental pada praktik privat?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Setting Pelayanan Konselor Kesehatan Mental
2. Untuk mengetahui Bagaimana Konselor kesehatan mental pada praktik privat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
peserta didik pada jenjang sekolah menengah (SLIP & SLTA) sebagaimana kita
ketahui merupakan masa yang labil dan membutuhkan pendampingan guna
mengarahkan pada hal-hal yang bersifat positif tanpa mengabaikan sisi aktualisasi
peserta didik dan sekolah sebagai pihak yang mendapatkan amanah dari orang tua
sedapat mungkin mampu mengakomodasi hal tersebut. Pada masa ini peserta didik
yang pada umumnya remaja sedang mengalami fase trasinsisi (peralihan) antara sikap
bergantung (dependent) menuju sikap bebas (independent) pada usia dewasa.
Ketidaksiapan dalam menghadapi ujian, ketidakpercayaandiri, kehamilan di luar nikah,
bahkan perilaku bunuh diri karena tidak lulus UN merupakan beberapa indikasi adanya
ketidakmampuan pada pribadi siswa dalam menangani masalah pada dirinya yang juga
merupakan tanda adanya gangguan kesehatan mental, mengingat remaja merupakan
fase yang rawan, labil, dan dinamis.
Jadi, didalam ruang lingkup pendidikan sangatlah penting sarana dan prasarana
yang sangat menunjang bagi kesehatan mental anak didik, dan perlu diketahui pula
peran serta orang tua, masyarakat, tenaga pengajar serta anak itu sendiri untuk dapat
mencapai kekuatan mental. Disamping kesehatan mental, aspek perilaku menyimpang
juga menjadi masalah serius dalam hal kesehatan mental
Upaya untuk menjaga kesehatan mental di sekolah .
Secara umum kita harus mampu memahami kesehatan mental siswa di
lingkungan sekolah Maka beberapa hal yang dapat diupayakan untuk menerapkan
prinsip kesehatan mental di lingkungan sekolah. Dr. Muh Surya, 1985
(Edukasi.Kompasiana.Com: 2010) mengungkapkan beberapa saran diantaranya:
1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah (at home) bagi
anak didik, baik secara sosial, fisik, maupun akademis
2. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak.
3. Usaha pemahaman anak didik secara menyeluruh baik prestasi belajar,
sosial,maupun seluruh aspek pribadinya.
4. Menggunakan metode dan alat belajar yang dapat memotivasi belajar.
5. Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
6. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat membesarkan motivasi belajar.
7. Menciptakan situasi sosial yang baik dan membantu perkembangan pribadianak.
4
8. Peraturan/tata tertib yang jelas dan difahami oleh murid.
9. Penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan pribadi anak.
10. Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.
11. Kerjasama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan
kegiatanpendidikan di sekolah.
12. Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (konseling) yang sebaik
baiknya.
13. Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik
pada murid maupun pada guru.
14. Hubungan yang erat dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua murid
dan masyarakat.
15. Kerjasama yang baik dengan berbagai instansi yang berhubungan dengan Inggris.
c. Setting Komunitas/Masyarakat
Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam mengembangkan kesehatan mental
masyarakat adalah pemerintah, para pimpinan organisasi sosial politik, para pimpinan
organisasi keagamaan, para pengusaha, pimpinan informal, dan warga masyarakat itu
sendiri. Semua pihak tersebut hendaknya menjalin kerjasama dan
5
memiliki visi yang sama dalam upaya-upaya untuk mengembangkan kesehatan mental
masyarakat.
Upaya-upaya yang seyogyanya dilakukan (khususnya oleh pemerintah sebagai
pengambil kebijakan) untuk mengembangkan kesehatan mental warga masyarakat
adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan iklim kehidupan sosial - politik - ekonomi yang kondusif, yang
stabil, yang dapat memberdayakan kehidupan warga masyarakat yang sejahtera.
2. Menciptakan iklim kehidupan beragama yang kondusif bagi masing-masing
pemeluknya.
3. Mengembangkan sikap saling menghormati, dan toleransi antar umat beragama,
suku, dan ras.
4. Menghilangkan atau memberantas berbagai faktor yang memicu merebaknya
dekadensi moral, seperti : menutup pabrik-pabrik minuman keras dan hiburan-
hiburan malam, memberantas perjudian dan menghukum para bandarnya,
menghukum mati para pengedar atau pengguna narkoba/naza, menghukum
seberat-beratnya para produser dan pengedar film-film atau majalah-majalah
porno, menghentikan tayangan-tayangan televisi yang merusak moral atau
keyakinan beragama masyarakat, menghukum seberat-beratnya kepada para
koruptor atau penjahat yang merampas hak rakyat, dan mengontrol secara ketat
penggunaan obat atau alat - alat kontrasepsi.
5. Para pemimpin atau pejabat memberikan uswah hasanah, contoh tauladan yang
baik kepada masyarakat dalam melaksanakan nilai-nilai moral, seperti : hidup
sederhana, bersikap jujur, amanah atau bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
6
2. Lingkungan yang tidak aman
3. Sering terjadi kemacetan lalu lintas
4. Sering dilanda bencana alam
5. Minimnya lapangan kerja
6. Kurang tersedianya air bersih
7. Maraknya peredaran majalah, buku dan film
8. Maraknya perjudian
Psikiater, konselor, pekerja sosial klinis yang membuka praktek pribadi menawarkan
beragam layanan bagi anak, remaja, dan keluarga untuk membantu perkembangan
pendidikan, psikologis, dan sosial. Dengan mengidentifikasi para praktisi pribadi dalam
masyarakat, konselor sekolah memperluas daftar sumber yang tersedia bagi siswa, orang
tua, dan guru. Lebih panjang daftar tersebut, lebih banyak pilihan dan alternatif yang
tersedia. Ketika konselor sekolah menyarankan sumber masyarakat untuk membantu siswa
dan orang tua dengan masalah tertentu, lebih baik memiliki daftar yang dimana orang tua
dan siswa dapat memilih. Dengan cara ini, maka konselor menyerahkan pemilihan akhir
kepada klien mereka, sehingga kesannya menunjukkan penghargaan kepada kemampuan
mereka untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab. Biasanya orang tua dan siswa
mempertimbangkan biaya, kecenderungan pribadi, dan faktor lain ketika memilih agen dan
ahli sebagai layanan tambahan. Konselor lebih baik menyediakan informasi sebanyak
mungkin, menawarkan daftar dengan dua pilihan atau lebih, dan membiarkan individu
membuat keputusan mengenai bantuan lebih lanjut. Dalam semua hubungan kolaboratif
dengan orang tua, guru, pihak administrasi, para ahli, agen masyarakat, dan praktisi
pribadi, konselor sekolah melatih komunikasi dan keterampilan konsultasi mereka untuk
mengembangkan hubungan yang berhasil. Dalam banyak aspek, keterampilan konsultasi
ini serupa dengan kompetensi yang digunakan konselor dalam hubungan-hubungan
konseling kelompok dan individu (Schmidt & Osborne, 1981). Sementara ini, peran
konsultatif yang dimainkan oleh konselor sekolah ketika bekerja dengan orang tua dan para
profesional lain, memiliki perbedaan tujuan dan membuat kontribusi yang unik kepada
perkembangan dan implementasi program konseling sekolah yang komprehensif.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa ini konseling dan mengajar seakan merupakan dua hal yang
berlawanan. Pada akhir 1950-an jumlah konselor di sekolah bertambah, konflik tentang
fungsi dan peranan juga meningkat. Konselor berusaha untuk lepas daritugas-tugas
administrasi. Konflik peranan yang dihadapi konselor disebabkan karena belum
jelasnya konsepsi terhadap peranannya , karena ide dan sikap yang diajarkan dalam
program koselor lebih cocok untuk seting privat dari pada seting sekolah.
Jadi, didalam ruang lingkup pendidikan sangatlah penting sarana dan prasarana
yang sangat menunjang bagi kesehatan mental anak didik, dan perlu diketahui pula
peran serta orang tua, masyarakat, tenaga pengajar serta anak itusendiri untuk dapat
mencapai kekuatan mental. Disamping kesehatan mental, aspek perilaku menyimpang
juga menjadi masalah serius dalam hal kesehatan mental
Walaupun praktek privat merupakan lahan yang relatif baru bagi profesi
konseling, namun jumlah konselor yang bergerak dalam bidang ini semakin banyak.
Layanan diberikan kepada kelompok/lembaga berdasarkan kontak, seperti layanan
kepada lembaga bisnis untuk program bantuan bagi pekerja, atau program seleksi
pegawai.
B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyajian bahan maupun
dalam segi penulisan. Kami meminta maaf kepada semua pihakapabiladalam penulisan
makalah ini masih ada kata yang salah atau ada yang menyinggungperasaan para pembaca.
Oleh sebab itu, kami selaku penulis akan menerima kritikandan saran dari pembaca dengan
tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arifin M. 1976. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Bulan
Bintang.
Dadang Hawari. 1997. Al-Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa, dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa.
Havighurst. 1961. Human Development dan Education. New York: David Mckay Co.
Hunainah, Ujang Saprudin. 2015. Manajemen Bimbingan Dan Konseling, Bandung : Rizki Press.
Jalaluddin Rahmat & Muhtar (Ed). Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Kompasiana.(2010).Kesehatan Mental Di Lingkungan Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sanjaya Duradit.(1985). Kesehatan Mental Psikologi l. Jakarta: Gunung Agung.
Syamsu Yusuf L.N. 2009. Mental Hygiene . Bandung : Maestro.