KONSELING
Disusun Oleh
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Dian Oktary M.Pd selaku dosen pengampu dari mata kuliah Bimbingan
Konseling yang telah membimbing kami, kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membatu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis.
Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami meminta maaf
jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran dan kritiknya untuk
memperbaiki pembahasan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1.1Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................................
1.4 Kasus yang Diangkat..........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................
2.1 Urgensi Bimbingan Konseling...........................................................................................
2.2. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran………………………..
BAB III
PENUTUPAN.............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa urgensi bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana Kedudukan Bimbingan Konseling dalam pembelajaran?
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan
yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan)
perkembangan, masalahmasalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan
yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya:
pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial
ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan
perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri (Umum, dkk., 1998).
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi
di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan
dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidahkaidah moral (akhlak yang
mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras,
menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya,
seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu- sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free
sex) (Dewa Ketut Sukardi, 2002).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai
dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6)
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa
memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan
tersebut
Di lapangan apabila ditanya apa itu pendidikan, maka jawaban yang sering terdengar
adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi pendidikan saat ini terutama tidak dapat
semudah itu. Banyak aspek yang perlu dikembangkan daripada hanya sekadar mengubah suatu
ketidaktahuan menjadi tahu. Sebab, manusia tidak hanya diciptakan dari segi kognitifnya saja,
dan kenyataan bahwa tidak semua baik dari segi akademik. Banyak individu yang lebih unggul
di suatu bidang selain akademik, semisal menggunakan fisiknya, menggunakan motorik
halusnya, atau kemampuan lainnya. Sehingga pendidikan harus dilaksanakan secara
komprehensif.
Menyoroti jenjang pendidikan Indonesia yang membagi menjadi beberapa jenjang, yang disusun
secara sistematis sesuai dengan tingkat perkembangan dan tujuan yang ingin dicapai secara
formal terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 14. Oleh karena setiap individu berbeda
dari segi kecerdasan, keterampilan, watak, minat, dan bakatnya, maka pendidikan yang menuntut
tercapainya tujuan mencerdaskan semua anak bukan hanya membutuhkan pengajaran yang
bersifat akademik saja, tetapi perlu pemahaman akan diri dan lingkungan serta bagaimana cara
mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat hidup secara mandiri. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Amini dkk., (2014), yang menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan adalah tidak
ada anak yang perkembangannya sama persis meskipun anak kembar sekalipun.
Salah satu komponen pendidikan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan adalah
bimbingan dan konseling dalam setiap satuan pendidikan, baik dasar maupun menengah, tidak
terkecuali di Sekolah Dasar. Sebagaimana dalam PERMENDIKBUD RI No. 111 tahun 2014
tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan menengah, bahwa penyelenggaraan
bimbingan dan konseling dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling sudah tidak asing lagi didengar di sekolah, karena bimbingan
dan konseling sendiri seperti sudah dikaji memiliki peranan penting dalam pendidikan.
Bimbingan dan konseling terdiri dari kata yang masing-masing memiliki pengertian. Pertama
bimbingan, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor kepada seorang konseli yang bertujuan agar konseli mampu
mengembangkan kemampuan dirinya dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sehingga menjadi pribadi yang mandiri. Sedangkan konseling yang dalam bukunya Prayitno dan
Amti (2015) menggantikan istilah sebelumnya, yaitu penyuluhan, serta memberikan definisi
bahwa konseling merupakan upaya pemberian bantuan berupa wawancara secara langsung yang
diberikan oleh seorang yang kompeten yang disebut konselor kepada konseli yang sedang
mengalami suatu permasalahan dengan tujuan agar individu tersebut dapat mengatasi
permasalahannya tersebut (Hanum, 2015).
a. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam
bimbingan konseling, hal ini didasari bahwa peserta didik atau klien sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam
lingkungan serta senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan seseorang tidak selamanya berlangsung secara linear (sesuai dengan apa
yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat stagnasi atau bahkan diskontinuitas perkembangan.
(Lubis, 2012)
Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah stagnasi perkembangan,
sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti lahirnya perilaku menyimpang
(delinquency), frustrasi, depresi, agresi atau bersifat kekanak-kanakan.
Agar perkembangan pribadi peserta didik atau klien dapat tumbuh dan berkembang secara
seimbang serta terhindar dari masalah-masalah psikologis, maka setiap peserta didik atau klien
perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi (pendekatan inilah pada akhirnya menjadi
konseling individu), yaitu bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik atau
klien melalui pendekatan psikologis. Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing
harus memahami aspek-aspek psikologis pribadi pelajar atau klien, sehingga dengan modal itu
pulalah para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga pelajar atau
klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, yaitu suatu
kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang
yang ada di sekitarnya.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh
konselor, yaitu (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan
individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian. (Yusuf, 2006).
b. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling (BK), karena landasan ini dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi perilaku
individu. Setiap individu pada dasarnya merupakan produk dari lingkungan sosial-budaya tempat
mereka tinggal. Sejak lahirnya, individu tersebut sudah diajarkan untuk mengembangkan pola-
pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam
memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Budaya dan pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang tua atau peranan keluarga
terhadap seseorang, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang
itu dilahirkan dan dibesarkan serta pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang
tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor, yang
mana konselor harus mampu memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap peserta
didik atau klien yang memerlukan bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang berbeda
budaya, pandangan hidup, dan agama, karena memberikan layanan terhadap orang yang
membutuhkan atau memerlukan merupakan tuntutan dari tugas profesionalismenya sebagai
seorang konselor.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan-teknologi dan globalisasi
memiliki multifungsi terhadap berbagai aspek dalam kehidupan manusia, artinya berbagai
disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu pendidikan, filsafat, antropologi, sosiologi, komunikasi,
ekonomi, dan agama sangat berfungsi dalam bimbingan konseling. Sumbangan berbagai disiplin
ilmu lain kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan
pengembangan teori-teori bimbingan konseling, melainkan juga kepada praktik pelayanannya.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor di dalamnya
mencakup sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan
pengetahuan dan teori mengenai bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran
kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian, sehingga proses dan layanan
bimbingan konseling semakin hari semakin baik.
PENUTUPAN
3.1.Kesimpulan
Posisi atau kedudukan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan terdapat tiga
wilayah yang tidak dapat terpisahkan yaitu wilayah manajemen dan kepemimpinan, wilayah
pembelajaran yang mendidik, wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan. Kedudukan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, yaitu
sebagai salah satu upaya pembinaan pribadi peserta didik, untuk dapat melaksanakan kegiatan
pembinaan pribadi peserta didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang
mempunyai keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling.
Alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan
terutama dalam lingkup sekolah adalah karena beberapa hal, yaitu karena perkembangan IPTEK,
makna dan fungsi pendidikan, tugas dan tanggung jawab guru, dan faktor psikologis peserta
didik.
Peran BK dalam aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilailah yang
menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan. Lembaga
bimbingan dan konseling dapat menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem
dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan.
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca makalah ini antara lain.Pembaca
membuka referensi lain yang mendukung isi makalah ini. Pembaca membuka buku bimbingan
dan konseling agar dapat lebih memahami isi.
DAFTAR PUSTAKA
Lase, Berkat Persada. "Posisi dan urgensi bimbingan konseling dalam praktik
pendidikan." Warta Dharmawangsa 58 (2018).
Lase, B. P. (2018). Posisi dan urgensi bimbingan konseling dalam praktik pendidikan. Warta
Dharmawangsa, (58).
LASE, Berkat Persada. Posisi dan urgensi bimbingan konseling dalam praktik pendidikan. Warta
Dharmawangsa, 2018, 58.
Manuardi, Ardian Renata. "Kedudukan Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling:
Konsep, Karakteristik, dan Prinsip." QUANTA 3.3 (2019): 101-109.
Rosada, U. D., Kurniasih, C., & Aji, B. S. (2019, August). BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH DASAR BERBASIS LOCAL WISDOM. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PAGELARAN PENDIDIKAN DASAR NASIONAL (PPDN)
2019 (Vol. 1, No. 1, pp. 236-242).