Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

’’Konsep Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling


di Sekolah’’

Dosen Pengampu:

Dr. Israwati

Ruang 11
Di Susun : Kelompok 1

Yuliana Sari ( 1906104040005 )


Roza Anggaraini Manik ( 1906104040014 )
Lindawati ( 1906104040016 )
Tiara Kemiten ( 1906104040030)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Bimbingan Konseling dengan judul ’’Konsep Hakikat dan Urgensi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah’’

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah
memberi kesempatan kepada kami.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banda Aceh, 17 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN
I.A Latar Belakang.................................................................1
I.B Rumusan Masalah............................................................2
I.C Tujuan..............................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
II.B.1 Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling.........3
II.B.2 Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Formal …...............................................................................7
II.B.3 Bimbingan dan Konseling di Sekolah..........................8

BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan..................................................................10
III.B Saran............................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang perlu
dilaksanakan di dalam program pendidikan. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan
konseling berlatar belakang beberapa aspek, yaitu aspek psikologis, sosial budaya, Ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan pedagogis. Bimbingan konseling merupakan komponen
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan,
khususnya untuk membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Bimbingan dan
konseling akan sangat membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga
pendidikan.

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah berupaya


memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Hal yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah demokratisasi dalam bidang pendidikan yang
mengakibatkan peserta didik dari berbagai lapisan  dan suku dalam masyarakat akan
saling bertemu di gedung sekolah serta dihadapkan pada tuntunan untuk saling
mengerti dan saling menerima. Perkembangan teknologi, yang mengakibatkan variasi
besar dalam kesempatan dan tempat mendapat pekerjaan serta dapat menyebabkan
pengangguran karena tenaga manusia diganti dengan tenaga  mesin.

Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup ( life
style ) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar
jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah
pribadi atau penyimpangan perilaku. Program pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya
serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.  Dalam kondisi yang seperti inilah
dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling yang memfokuskan
kegiatannya dalam membantu para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat
berhasil dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya.

Melalui program pelayanan bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap
peserta didik mendapat kesempatan untuk megembangkan setiap potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga mereka dapat menemukan kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial. Bimbingan merupakan proses membantu orang
perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya dan konseling
diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan
1
lingkuangan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau penjelasan
tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa yang akan datang.

Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat


membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi
pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami
problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat membutuhkan suatu
wadah (bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para
kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dalam makalah ini, penulis
akan memaparkan secara khusus peran bimbingan dan konseling dalam sekolah.
Karena dari beberapa literature yang penulis temukan, bimbingan dan konseling di
sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan dari pendidikan.
Selain itu juga sangat jarang sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar institusi
pendidikan.

I.B Rumusan Masalah

I.B.1 Apa Hakikat dan Urgensi dari Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
I.B.2 Bagaimana Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
I.B.3 Bagaimana Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar ?

I.C Tujuan

I.C.1 Untuk Mengetahui Hakikat Dan Urgensi Bimbingan Dan Konseling di Sekolah..
I.C.2 Untuk Dapat Memahami Kedudukan Bimbingan Dan Konseling di Sekolah .
I.C.3 Untuk Mengetahui Seperti Apa Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.B.1 Hakikat dan Urgensi dari Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guindance dan


counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata kerja to guide yang
mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu” (Hallen
2005:2). Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai
bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan bimbingan. Menurut Lefever
dan MCDaniel (dalam Prayitno dan Amti 2004:94) Bimbingan adalah bagian dari proses
pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas
kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada
akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan
sumbangan yang berarti pada masyarakat.

Menurut Shertzer dan Stone ( dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6 Pengartian
bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami
diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja (dalam Yusuf dan Nuhrisan
2010:6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Sementara, Winkel
(2005:27) mendefiniskan bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan
pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk
memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara
efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3)
sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan,
menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka
hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan
lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya
sendiri. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan (arahan, masukan) terhadap
seseorang.

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
sama dengan pemberian bantuan kepada seseorang yang membutuhkan bantuan untuk
membantu seseorang mengatasi masalahnya atau mengungkapkan kemampuan yang
dimilikinya. Bimbingin diberikan oleh seorang ahli dibidangnya kepada orang yang
membutuhkan bimbingan. Dan bimbingan juga dapat diartikan sebagai upaya pemberian
bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembanganya yang optimal.

3
Bimbingan dapat diberikan kepada seseorang individu atau sekumpulan individu,
ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individual dan juga diberikan secara
kelompok. Bimbingan diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa
memandang umur sehingga baik anak maupun orang dewasa, dengan demikian
bimbingan ini sangat penting bagi sekolah untuk membantu para siswa yang mengalami
masalah agar dapat teratasi secara optimal, sebab itu dibutuhkan pelayanan yang baik,
menyenangkan, menarik, dan profesional.
     
Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin,
yaitu     “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima
atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari
“sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”. Sebelumnya telah dijelaskan
pengertian bimbingan selanjutnya akan dijelaskan pengertian konseling. Walgito, (dalam
Aqib 2012:29) mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-
cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan
hidupnya.
Menurut McDanial, (dalam Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah suatu
rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujuakan pada pemberian bantuan
kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri
dan dengan lingkungannya. Maclean (dalam Prayitno dan Amti 2004:100) konseling
adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara sesorang individu
yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan
seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman
membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan
pribadi.
Tolbert, (dalam Prayitno dan Amti 2004:101). Konseling adalah hubungan pribadi
yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui
hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun
masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah
dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

Menurut Robinson, M. Surya, (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:7) mengartikan


konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu
klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya.

Pietrofesa (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:8) menunjukan sejumlah ciri-ciri


konseling profesional sebagai berikut : (a) Konseling merupakan suatu hubungan
profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya
4
itu. (b) Dalam hubungan ynag bersifat profesional itu, klien mempelajarari keterampilan
pengambilan keputusan,pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru. (c)
Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.

Sherrtzer dan Stone (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8) mengelompokan


konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupkan kepuduliannya, yaitu yang
berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepuduliannya, yaitu yang berorientasi
pada ranah konitif dan ranah afektif. Patterson (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8)
secara rinci menglompokan pendekatan konseling menjadi lima kelompok, yaitu:
penekatan rasional,teori belajar, psikoanalitik, perseptual-penomenologis, dan
eksistensial.

Dari uaraian tersebut dapat menggambarkan betapa sulit merumuskan definisi


konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran.
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna
bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh
kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan
mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam hal ini tugas
konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan klien.

Dari beberapa rumusan definisi konseling tersebut dapat diperoleh beberapa unsur
yang terkandung di dalam definisi konseling sebagai berikut :
a. Pembimbing/konseling, yaitu seseorang yang karena keahlian dan kewenangan
memberikan bantuan.
b. Terbimbing konseling, yaitu seseorang yang karena masalahnya yang dihadapinya dan
ketidakmampan dalam menyelesaiakan.
c. Masalah, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konseli untuk memperoleh
penyelesaian yang terbaik.
d. Proses, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konselor dengan konseli secara
tatap muka (langsung berhadapan muka) dalam upaya penyelesaian masalah.
e. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembimbing/konseli, dalam arti dapat
memberi bantuan dan mencapai hasil yang baik; dalam arti dapat terselesaikan maslanya.
Aqib (2012 : 30)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat di simpulkan, bahwa


konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha
membantu konsele secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus, dengan tujuan
agar individu dapat memahami dirinya sendiri, dapat memberikan reaksi (tanggapan)
terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan, dan dapat mengembangkan serta memperjelas
tujuan-tujuan hidupnya atau dapat dirumuskan tentang pengertian Bimbingan dan
Konseling (BK) yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli pada konseling dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang
5
dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami
oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis.

Dasar pemikiran penyelenggaran bimbingan dan konseling bukan semata-mata


terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan
dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik
yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangan (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, social,
dan moral-spiritual).Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang (on becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan Karena mereka
masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya,
juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Proses perkembangan itu selalu
berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai -nilai yang
dianut.

Perkembangan seorang anak tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik


fisik, psikis maupun sosial. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup (life skill) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi
itu sulit diprediksi, atau diluar jangkawan kemampuan, maka akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandengan)
perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan
lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan
tersebut, diantaranya: pertumbuhan dan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-
kota, kesenjangan tingkat social ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi,
pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris
ke industri.
Iklim lingkungan yang kurang sehat, seperti: maraknya penyalagunaan minuman
keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol, ketidak harmonisan dalam
kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola
perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung
menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang muliah), seperti: pelanggaran tata
tertib, tawuran, meminum-minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA
(Narkoba, Psikoterapika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, extasi, putau,
dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).

Penampilan perilaku remaja seperti diatas sangat tidak di harapkan, Karena tidak
sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional (UU NO. 20 Tahun 2003), yaitu:
1.      Beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa
2.      Berakhlak mulia
3.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan
4.      Memiliki kesehatan jasmani dan rohani
5.      Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri
6
6.      Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

Tujuan-tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif ( mengharuskan ) bagi


semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya
secara bermutu kearah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Upaya menangkal dan
mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah
mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan
terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan
wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan
berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang
mempengaruhinya.

            Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang
administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang
bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan
instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, maka hanya akan
menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang
memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian. (sunaryo, 2008) . Pada
saat ini telah terjadi perubahan paradigm pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari
pendekatan yang berorientasi trdisional, remidial, klinis, dan terpusat pada konselor,
kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan
bimbingan dan konseling perkembangan (Development Guidance and Counseling), atau
bimbingan dan konseling (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan
bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas-tugas
perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli.
Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai
konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar
(Standard Based Guidance and Counseling).
            Dalam pelaksanaan, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dan
para pendidik), orang tua konseli, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pendekatan ini
terintegrasi dengan proses pendidikan secara keseluruhan dalam upaya membantu para
konseli agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik
menyangkut aspek pribadi, social, belajar, dan karir. Atas dasar itu, maka implementasi
bimbingan dan konseling dalam pendidikan diorientasikan perkembangan konseli, yang
meliputi aspek pribadi, social belajar, dan karir, atau terkait dengan pengembangan
pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospritual (biologis, psikis,
social, dan spiritual).

II.B.2 Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal bimbingan
konseling yang berkedudukan sebagai integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan di
sekolah. Kedudukan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan

7
sekolah yaitu sebagai salah satu upaya pembinaan pribadi peserta didik, kedudukan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan
yaitu:
1. Bidang Intruksional dan Kurikulum
Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap
kepada peserta didik Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan
pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf pengajaran.

2. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan


Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah
administrasi dan kepemimpinan yaitu masalah yang berhubungan dengan
cara melakukan kegiatan secara efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung
jawab dan otoritas pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-
kegiatan seperti perencanaan organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf.
Pada umumnya bidang ini merupakan tanggung jawab pimpinan dan para
petugas administrasi lainnya

3. Bidang Pembinaan Pribadi


Dalam bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
agar para peserta didik memperoelh kesejahteraan lahiriah dan batiniah
dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.

Kegiatan pendidikan yang baik harus mencakup ke-3 bidang tersebut. Karena jika
tidak sekolah hanya akan menghasilakn individu yang pintar dan bercita-cita tinggi
namun mereka tidak mampu memahami potensi yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan
mereka mengalami kegagalan atau kesulitan sewaktu terjun ke dunia kerja. Dalam
kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling yang
memfokuskan kegiatannya dalam membantu para peserta didik secara pribadi agar
mereka dapat berhasil dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Dengan
melalui program pelayanan bimbingan dan konseling yang baik. maka setilap peserta
didik diharapkan mendapat kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin.

II.B. 3 Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar


kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan
berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka
terhadap orang lain,penuh inisiatif, kreatifitas,dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap
bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab
untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak. Bimbingan itu
sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang
8
mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan kolektif.proses yang terpenting
dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri.
Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi
baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya
dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya
mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran
tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan
kemampuan yang harus berkembang.

1. Tindakan preventif di sekolah dasar


Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh
para ahli bimbingan karena:
-kepribadian anak masih luwes,belum menemukan banyak masalh hidup,mudah
terbentuk dan masih akan banyak mengalami perkembangan.
-orang tua murid sering berhubungan dengan guru dan mudah dibentuk hubungan
tersebut,orang tua juga aktif pendidikan anaknya disekolah.
-masa depan anak masih terbuka sehingga dapat belajar mengenali diri sendiri dan dapat
menghadapi suatu masalah dikemudian hari.

Bimbingan tidak hanya pada anak yang bermasalah melainkan pandangan


bimbingan dewasa ini yaitu menyediakan suasana atau situasi perkembangan yang
baik,sehingga setiap anak di sekolah dapat terdorong semangat belajarnya dan dapat
mengembangkan pribadinya sebaik mungkin dan terhindar dari praktik-praktik yang
merusak perkembangan anak itu sendiri.

2. Kesiapan disekolah dasar


Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukkan bahwa
hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu
cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang
terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan
situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif
pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang tua dan murid.

9
BAB III

PENUTUP

III.A Kesimpulan
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangnnya.
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, social dan moral).
Adapun kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah:
a) Bidang instruksional dan kurikulum
b) Bidang administrasi dan kepemimpinan
c) Bidang pembinaan pribadi

III.B Saran
Pembaca diharapkan mampu memahami hakikat dan urgensi bimbingan dan
konseling di sekolah.
Pembaca diharapkan mampu mengetahui kedudukan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Pembaca diharapkan agar dapat memahami seperti apa bimbingan dan konseling di
sekolah dasar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Irfad Faiq, 2012. Hakikat Dan Urgensi Bimbingan Dan Konseling.
http://irfadfaiq.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Januari 2022 pukul 20.00 wib.

Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.

Anonim. 2017. Makalah Pentingnya Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan.


https://gapurakampus.blogspot.com/2017/12/makalah-pentingnya-bimbingan-
dan.html diakses pada 19 Januari 2022 pukul 21:00 wib

Anggia, dkk. 2017. kedudukan BK dalam pendidikan dan kurikulum serta pelayanan di
sekolah dan luar sekolah. http://opiseo-baca.blogspot.com/2017/07/kedudukan-
bk-dalam-pendidikan-dan_30.html diakses pada 19 Januari 2022 pukul 22:0 wib

Undang-Undang No 20 Tahun 2003

11

Anda mungkin juga menyukai