Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2

A. Latar Belakang.............................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat.........


A. 4

B. Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat 7

C. Bentuk-bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat......11

D. Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat.........................13

BAB III.................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan dan masyarakat adalah faktor
pendidikan yang saling mempengaruhi karena keduanya memiliki timbale balik
yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah mendapat pendidikan dari
keluarganya akan segera berlanjut untuk mencari ilmu di sekolah. Dalam
lingkungan yang baru tersebut peserta didik diberi berbagai macam ilmu
pengetahuan yang berguna bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

Setelah itu ia akan beranjak ke lingkungan berikutnya yaitu masyarakat, di


sinilah ia akan mengaplikasikan segala ilmu yang telah didapatnya ketika
melakukan pendidikan di sekolah.Terkadang seorang anak didik tidak dapat di
terima di dalam masyarakat karena pendidikan yang diterima di sekolah tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan di masyarakat, sehingga peserta didik tersebut
hanya bisa menjadi penonton tanpa terlibat secara langsung di dalam masyarakat.

Pada dasarnya lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan
terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung yang terdiri dari manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati. Keempat kelompok benda-
benda lingkungan pendidikan itu ikut berperan dalam rangka usaha setiap siswa
atau mahasiswa mengembangkan dirinya. Tetapi manajemen pendidikan menaruh
perhatiannya terutama kepada lingkungan yang berwujud manusia yaitu
masyarakat.

Manusia merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, seperti manusia,


pendidikan pun dapat dikatakan sebagai bagian dari masyarakat karena
pendidikan dapat memajukan cara pandang dan cara berperilaku masyarakat.
Lembaga pendidikan tempat pendidikan didapat pun sama pentingnya.Maka dari

2
itu diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan masyarakat demi
terciptanya masyarakat yang lebih maju.

Di sini perlu kita lihat sejauh mana pengaruh sekolah sebagai ladang
pendidikan (formal) dalam mencetak generasi yang siap terjun ke tengah-tengah
masyarakat, karena tidak jarang antara lembaga pendidikan dan masyarakat tidak
saling berinteraksi. Sebagian masyarkat menganggap bahwa pendidikan itu mahal
dan hanya menghabis-habiskan uang. Tetapi pada kenyataannya tidak dapat
dipungkiri bahwa seluruh bagian dari masyarakat membutuhkan pendidikan.
Maka dari itu perlu dibinanya komunikasi antara masyarakat dan lembaga
pendidikan tersebut dengan mengetahui jenis, bentuk dan hubungan lembaga
pendidikan dengan masyarakat, dan cara peningkatkan dan pemberdayaan
partisipasi masyarakat terhadap pendidikan dan lembaga pendidikan itu sendiri,
dan semua itu perlu kita bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,maka rumusan masalah yang diambil, yaitu:
1. Apa Konsep dasar hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat?
2. Apa saja Jenis-Jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan
Masyarakat?
3. Apa saja Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan Dengan
Masyarakat?
4. Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan
dengan Masyarakat
3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
4. Untuk mengethui Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat

Organisasi pendidikan adalah merupakan suatu sistem yang terbuka.


Sebagai sistem terbuka, berarti lembaga pendidikan selalu mengadakan kontak
hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai suprasistem. Kontak
hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah
punah atau mati.

Hanya sistem terbuka yang memiliki negentropy, yaitu suatu usaha yang
terus-menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau
kepunahan. Ini berarti hidup atau matinya sistem itu sebagian terbesar ditentukan
oleh usaha lembaga itu sendiri. Konsep ini bisa dicocokkan dengan praktek-
praktek pendidikan yang telah terjadi. Sekolah yang tidak memiliki nama baik di
mata masyarakat dan akhirnya mati, adalah sekolah yang tidak mampu membuat
hubungan baik dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai sebab
masyarakat enggan menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah itu, hal tersebut
yang membuat sekolah itu tidak mempunyai siswa, dan sebaliknya.

Sejalan dengan konsep diatas, pemerintah menyerukan bahwa pendidikan


adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Dengan demikian tampaklah bahwa lembaga pendidikan itu bukanlah badan yang
berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putri
bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat yang luas.

Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga


pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan merealisasi apa
yang dicita-citakan oleh masyarakat tentang pengembangan putra-putri mereka.

4
Disamping layanan terhadap masyarakat berupa pendidikan dan
pengajaran, lembaga pendidikan juga menyediakan diri sebagai agen pembaru
atau penerang bagi masyarakat.

Lembaga pendidikan sesungguhnya melaksanakan fungsi rangkap


terhadap masyarakat yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaru,
Dikatakan fungsi layanan karena ia melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
dan fungsi pemimpin sebab ia memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-
penemuannya untuk memajukan kehidupan masyarakat.

Selanjutnya dengan mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat


memudahkan organisasi pendidikan tersebut mampu menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah
menempatkan dirinya di masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari
milik warga masyarakat. Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika
masyarakat lingkungannya.

Pendekatan situasional memang diperlukan oleh lembaga pendidikan


sebagai sistem terbuka.Pendekatan ini mengharuskan lembaga-lembaga itu
menaruh perhatian kepada masyarakat dan mengamati aspirasi mereka, kebutuhan
mereka, kemampuan, dan kondisi mereka. Manajer pendidikan bersama warga
masyarakat mencoba berusaha mencari jalan keluar dan mewujudkannya dalam
lembaga pendidikan untuk keputusan bersama.

Hubungan kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarakat, mengikuti


perubahan-perubahan lingkungan dengan pendekatan situasional, memungkinkan
lembaga itu tetap berdiri. Sebab ia berada dalam hidup bersama masyarakat dan
sekaligus penerang/inovator bagi masyarakat. Inilah yang perlu diusahakan oleh
manajer pendidikan.

Secara terperinci manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan


masyarakat adalah sebagai berikut:

Bagi lembaga pendidikan yakni :

5
a. Memudahkan memperbaiki pendidik
b. Memperbesar usaha meningkatkan profesi pengajar
c. Konsep masyarakat tentang guru/dosen menjadi benar
d. Mendapatkan koreksi dari kelompok masyarakat
e. Mendapat dukungan moral dari masyarakat
f. Memudahkan meminta bantuan dari masyarakat
g. Memudahkan pemakaian media pendidikan masyarakat
h. Memudahkan pemanfaatan narasumber

Bagi masyarakat yakni :

a. Tahu hal-hal persekolahan dan inovasinya


b. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah
diwujudkan
c. Menyalurkan kebutuhan berpatisipasi dalam pendidikan
d. Melakukan usul-usul terhadap lembaga pendidikan

Seperti yang sudah diuaraikan diatas, sekolah memanfaatkan hubungan


dengan masyarakat ialah untuk melangsungkan atau mempertahankan hidupnya
dan sebagian untuk melayani masyarakat. Manfaat diatas dapat diperoleh jika
manajer pendidikan mampu mengadakan komunikasi dan kerjasama yang baik
dengan masyarakat. Komunikasi dan kerjasama yang baik ini sekaligus membuat
pandangan masyarakat yang keliru tentang guru/dosen menjadi benar. Bahwa
guru/dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik mereka tidak
mementingkan gaji tetapi mereka adalah mengabdi demi kepentingan yang dididik
maupun yang diajar.

Sama halnya dengan pertahanan hidup, layanan tehadap masyarakat juga


akan semakin meningkat bila hubungan lembaga pendidik dengan masyarakat
semakin baik. Masyarakat akan puas karena banyak warga yang diperhatikan,
lembaga terbuka bagi para warga masyarakat yang ingin berpatisipasi dalam
pendidikan, termasuk mengajukan usul tentang hal-hal yang mereka inginkan
terjadi atau dilaksanakan di lembaga.

6
B. Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat

Menurut Don Begin (1984), public relationsdibedakan menjadi external


public relations ( humas ke luar ) dan internal public relations ( humas ke
dalam ). Oleh karena itu, di sekolah dikenal adanya kegiatan publisitas ke luar dan
publisitas ke dalam.

1. Kegiatan Eksternal

Kegiatan ini selalu berhubungan atau ditujukan kepada publik atau masyarakat
di luar warga sekolah. Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan yakni secara
langsung ( tatap muka ) dan tidak langsung. Kegiatan tatap muka misalnya rapat
bersama dengan pengurus BP3 setempat, berkonsultasi dengan tokoh-tokoh
masyarakat, melayani kunjungan tamu dan sebagainya. Kegiatan eksternal tidak
langsung adalah kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat melalui
perantaraan media tertentu, seperti:

a. Penyebaran informasi melalui televisi


Berhasil tidaknya menggunakan televisi sebagai alat media publisitas
sekolah, tergantung pada program yang telah disiapkan sebelumnya di
dalam program itu disusun hal-hal atau pokok-pokok yang akan disajikan
kepada penontonnya. Maka dari itu, informasi melalui televisi memerlukan
persiapan yang lebih cermat daripada informasi melalui radio. Informasi
melalui televisi dapat dilaksanakan dengan cara ceramah biasa, wawancara,
ceramah dengan alat-alat peraga, diskusi, sandiwara, acara cerdas tangkas,
kegiatan kesenian dan sebagainya.
b. Penyebaran informasi melalui radio

Radio merupakan media massa yang penting yang mampu menjangkau publik
yang luas. Karena itu, sekolah dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya
dari radio ini untuk kepentingan publisitas. Beberapa hal yang penting seperti

7
kapan pendaftaran siswa baru, kegiatan pendidikan dan data sekolah dapat
diinformasikan ke luar melalui radio

c. Penyebaran informasi melalui media cetak

Yang dimaksud media cetak adalah surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya.
Kadang-kadang semuanya ini disebut pers dalam arti sempit. Dalam hubungannya
dengan kegiatan humas, pers dapat dikatakan sebagai penyalur informasi yang
menguntungkan.

d. Pemeran sekolah

Pameran sekolah dimaksud untuk menunjukkan hasil pekerjaan para siswa serta
masyarakat pada umumnya.

2. Kegiatan Internal

Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam, sasarannya tidak lain adalah warga
sekolah yang bersangkutan yakni para guru, tenaga tata usaha dan seluruh siswa.

Pada prinsipnya, kegiatan internal bertujuan untuk:

a. Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah,situasi dan


perkembangannya.
b. Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam
hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.
c. Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antar
warga sekolah sendiri.

Kegiatan internal dapat dibedakan atas kegiatan langsung dan tidak langsung.
Kegiatan langsung ini dapat berupa, antara lain:

a. Rapat dewan guru


b. Upacara sekolah
c. Karyawisata/rekreasi bersama

8
d. Penjelasan lisan pada berbagai kesempatan yang ada, misalnya pada
pertemuan arisan, syawalan dan sebagainya

Sedangkan mengenai kegiatan yang tidak langsung dapat berupa:

a. Penyampaian informasi melalui surat edaran


b. Penggunaan papan pengumuman di sekolah
c. Penyelenggaraan majalah dinding
d. Menerbitkan buletin sekolah untuk dibagikan kepada warga sekolah
e. Pemasangan iklan/pemberitahuan khusus melalui media massa pada
kesempatan-kesempatan tertentu

Pada era di mana terjadi salah kaprah mengenai hubungan antara lembaa
pendidikan dan masyarakat ini, hendaknya kaum akademisi mulai menjelaskan
kembali bagaimana hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat yang
sebenarnya harus terjadi. Pada masa ini, sekolah dianggap hanya sebagai “penjara
akademik” atau sarana untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat akademis
kepada peserta didik. Dengan demikian kebanyakan orang menganggap cukup
dengan adanya komite sekolah dan bagian humas, maka hubungan antara sekolah
dan masyarakat sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Padahal, arti hubungan antara sekolah dan masyarakat sendiri jauh lebih
luas daripada itu dan mencakup beberapa bidang. Bidang-bidang tersebut adalah
bidang-bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan
pendidikan masyarakat pada umumnya.

Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu sendiri dapat digolongkan


menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara
guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini
dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang
dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.

9
Cara kerja sama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan
yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan para orang
tua murid. Di samping itu, dapat pula dilakukan dengan mengadakan kunjungan
ke rumah peserta didik di luar waktu sekolah untuk mengenal lingkungan di mana
peserta didik berkembang. Jika hal tersebut tidak dimungkinkan, dapat pula
dilakukanpertemuan antara guru dengan orang tua peserta didik per kelas untuk
mengadakan dialog terbuka mengenai masalah-masalah pendidikan yang sering
terjadi dalam keluarga, dan bagaimana cara mengatasinya.

b. Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama
antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan
kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan
masyarakat. Demikian pula tentang pemilihan bahan pengajaran dan metode-
metode pengajarannya.

Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa untuk menjelmakan para peserta didik
untuk menbantu dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
di luar lingkunngan sekolah. Kegiatan-kegiatan kerja sama semacam itu berarti
mendidik para peserta didik untuk berpartisipasi dan turut bertanggung jawab
tehadap masyarakat dan lingkungannya.

c. Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan


lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti
hubungan kerja sama antara sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala
pemerintah setempat, ataupun perusahaan-perusahaan Negara, yang berkaitan
dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Sebagai kesimpulan data dikemukakan bahwa dengan dilaksanakannya


ketiga hubungan tersebut, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan dengan
perubahan dan tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang. Sehingga
meskipun digerus oleh arus globalisasi, sekolah tidak lagi hanya menjadi penyalur

10
informasi akademik. Maka dari itu, untuk kembali mendapatkan fungsinya yang
sebenarnya, sekolah harus merupakan salah satu pusat belajar dari banyak pusat
belajar yang kini dikategorikan sebagai pendidikan nonformal.

Adanya hubungan sekolah dan masyarakat ini dimaksudkan pula agar


proses belajara yang berlaku di sekolah mengalami perubahan, dari proses belajar
dengan cara “menyuapi” dengan bahan pelajaran yang telah dicerna oleh guru,
menjadi proses belajar yang inovatif, yaitu belajar secara antisipatoris dan
partisipatoris. Proses belajar yang inovatif ini tidak hanya “belajar memecahkan
masalah”, tetapi justru yang terpenting adalah mengidentifikasi, mengerti, dan bila
perlu merumuskan kembali masalah itu. Peserta didik dididik untuk berpartisipasi
dalam arti luas di dalam kehidupan masyarakat, dan dapat mengantisipasi
kehidupan masyarakat yang akan datang tempat mereka akan hidup dan terlibat di
dalamnya setelah mereka dewasa.

C. Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat

a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat. Bentuk
hubungan ini bisa individual, bisa pula organisatoris:

1. Secara individual:
a. Orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk pemecahan
masalah anaknya.
b. Secara sukarela orang tua datang ke sekoah menyampaikan saransaran bahkan
sumbangan untuk kemajuan sekolah.

Sebagai contoh: seseorang pensiunan Pustakawan secara sukarela datang ke sekolah


untuk “pembenahan” perpustakaan sekolah.

2. Secara Organisasi melalui BP3

Organisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu menggerakkan dan memanfaatkan
potensi yang ada di kalangan orang tua umpamanya:

11
a. Para dokter untuk duduk pada seksi UKS bahkan untuk mendirikan poliklinik
sekolah
b. Para insinyur untuk memberikan saran-saran dalam pembanguna sekolah
c. Para Profesional pejabat dan pengusaha lainnya yang juga akan dengan sukarela
membantu sekolah demi kepentingan anak-anaknya.
d. Para pemuka agama untuk peningkatan Imtaq ( iman dan taqwa )

b. Hubungan Sekolah dengan Alumni

Dari para alumni, sekolah memperoleh masukan tentang kekurangan sekolah


yang perlu dibenahi, upayaupaya yang perlu dilakukan untuk perbaikan. Juga
melalui alumni dapat dihimpun dana bagi peningkatan kesejahteraan guru dan
karyawan maupun perbaikan pembangunan sekolah . Bahkan mengundang para
alumni itu sendiri untuk menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk
motivasi atau menularkan pengetahuannya untuk penyegaran dan tambahan
wawasan bukan hanya untuk para siswa tetapi juga para guru dan warga sekolah
lainnya.

c. Hubungan dengan Dunia Usaha/ Dunia Kerja

Biasanya ini merupakan bidang garapan guru bimbingan dan


konseling. Pelaksanaannya:

1. Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke sekolah, Keberhasilan


tokoh tersebut akan memotivasi semua pihak untuk berbuat yang serupa.
2. Mengirim para ank didik ke dunia usaha/dunia kerja. Tentu saja ini
menguntungkan kedua belah pihak. Dunia kerja memperoleh tenaga yang
murah sedangkan para siswa mendapatkan pengalaman kerja yang
berharga.

12
d. Hubungan dengan Instansi lain

1. Hubungan dengan Sekolah lain:

Hubungan kerjasama ini dapat juga dibina melalui MGMP, MKS, MGP, K3S,
K3M.

2. Hubungan dengan Lembaga/Badan-Badan Pemerintahan Swasta

Sebagai contoh: kerjasama dengan bank dalam rangka penggalangan dana “gemar
menabung” pelajar. Begitu juga kerjasama dengan pertamanan dalam rangka
penghijauan.

D. Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat

Masyarakat memandang sekolah (lembaga pendidikan) sebagai cara yang


menyakinkan dalam membina perkembangan para siswa atau mahasiswa, karena
itu masyarakat berpatisipasi dan setia kepadanya. Namun hal ini tidak otomatis
terjadi terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena banyak warga yang belum paham akan makna lembaga
pendidikan, lebih-lebih bila kondisi ekonomi mereka rendah, merek hampir tidak
hirau akan lembaga pendidikan. Pusat perhatian mereka adalah kebutuhan hidup
sehari-hari.

Untuk mengikut sertakan warga masyarakat ini dalam membangun


pendidikan disekolah maupun perguruan tinggi, sudah sepatutnya para manajer
pendidikan melalui tokoh-tokoh masyarakat aktif menggugah perhatian mereka.
Para manajer dapat mengundang para tokoh inii untuk membahas bentuk-bentuk
kerjasama dalam meningkatkan pendidikan. Keputusan diambil secara
musyawarah untuk memperoleh alternatif yang terbaik.

Yang paling menarik bagi masyarakat adalah bila lembaga pendidikan itu
sanggup mencetak lulusan yang siap pakai. Artinya bila lulusan itu baik mereka
sebagai tenaga menengah maupun sebagai tenaga ahli tidak membutuhkan latihan
lagi sebelum bekerja, melainkan secara langsung dapat melaksanakan pekerjaan

13
dalam bidangnya secara relatif baik. Untuk mewujudkan lulusan seperti ini
memang merupakan tantangan berat bagi para manajer pendidikan.

Bila manajer berhasil, biasanya imbalannya dari warga masyarakat cukup


besar. Mereka secara antusias akan mendukung lembaga pendidikan bersangkutan
baik secara moral maupun material. Makin banyak orang tua yang merasakan
kepuasan itu, makin banyak dan makin besar pula partisipasi masyarakat terhadap
lembaga pendidikan itu.

Inilah beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan :

1. Dalam bentuk partisipasi antara lain :


a. Dewan Pendidikan
b. Komite Sekolah
c. Persatuan orang tua siswa
d. Perkumpulan olahraga
e. Perkumpulan Kesenian
f. Organisai-organisasi yang lain
2. Dalam bidang partisipasi antara lain :
a.  Kurikulum terutama yang lokal
b. Alat-alat belajar
c. Dana
d. Material untuk bangunan gedung
e. Auditing Keuangan
f.  Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah dan sejenisnya.
3. Dalam cara partisipasinya antara lain :
a. Ikut dalam pertemuan
b. Datang ke sekolah
c. Lewat surat
d. Lewat telepon
e. Ikut malam kesenian dan sejenisnya

BAB

14
III

A. Pertanyaan
1. Adakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dengan
masyarakat, apa saja? Dan bagaimana cara menghadapinya?
2. Bagaimana kurikulum terutama muatan lokal?
3. Berikan contoh kerjasama yang menimbulkan hubungan timbal balik antara
sekolah, masyarakat, dan bagaimana cara menghasilkan hubungan yang
baik.
4. Apa yang dimaksud dengan BP3?
B. Jawaban
1. Ada, contohnya seperti dana pendidikan yang kurang
Banyak masyarakat miskin yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang
layak karena masalah biaya yang tinggi. Di indonesia saja, contohnya:
meskipun pemerintah sudah menghilangkan biaya pendidikan sampai
jenjang SMA, tapi masih saja ada dana informal yang hasrus dikeluarkan
para murid. Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah pemerintah hanya
bisa meniadakan biaya pendidikn sampai tingkat SMA saja. Sehingga banyak
siswa tidak bisa mengenyam bangku pendidikan tinggi yang sebenarnya
penting untuk didapatkan.
Cara menghadapinya dengan: kejar paket dan masuk kesekolah terbuka.
2. Program pendidikan yang isi dan media penyamaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
dipelajari oleh murid di daerah tersebut. Menurut kurikulum 1994 kurikulum
muatan lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan secara terpisah,
menjadi kajian tersendiri. Menurut soewardi kurikulum muatan lokal adaah
materi pelajaran dan pengenalan berbagai ciri has daerah tersebut, bukan
saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi juga manipestasi
kebdayaan daerah legenda serta adat istiadat.
3. Dibidang sosial, partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitar, seperti kerja
bakti, perayaan-perayaanhari besar nasional atau keagamaan, dan
sebagainya akan menambah daya tarik masyarakat sekitar akan kepedulian
sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang
senantiasa berwawasan lingkungan demi baktinya terhadap pembangunan
masyarakat.
4. BP3 adalah badan pembantu penyelenggaraan pendidikan.

BAB IV

15
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang MANAJEMEN HUBUNGAN


LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT maka diambil
kesimpulan :
Organisasi pendidikan adalah merupakan suatu sistem yang terbuka.
Sebagai sistem terbuka, berarti lembaga pendidikan selalu mengadakan kontak
hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai suprasistem. Kontak
hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah
punah atau mati.

Menurut Don Begin (1984), public relationsdibedakan menjadi external


public relations ( humas ke luar ) dan internal public relations ( humas ke
dalam ). Oleh karena itu, di sekolah dikenal adanya kegiatan publisitas ke luar dan
publisitas ke dalam.

1. Kegiatan Eksternal
2. Kegiatam Internal

Inilah beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan :

Dalam bentuk partisipasi antara lain :


g. Dewan Pendidikan
h. Komite Sekolah
i. Persatuan orang tua siswa
j. Perkumpulan olahraga
k. Perkumpulan Kesenian
l. Organisai-organisasi yang lain
Dalam bidang partisipasi antara lain :
g.  Kurikulum terutama yang lokal
h. Alat-alat belajar
i. Dana

16
j. Material untuk bangunan gedung
k. Auditing Keuangan
l.  Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah dan sejenisnya.
Dalam cara partisipasinya antara lain :
f. Ikut dalam pertemuan
g. Datang ke sekolah
h. Lewat surat
i. Lewat telepon
j. Ikut malam kesenian dan sejenisnya

17
DAFTAR PUSTAKA

http://syiffa93yuhu.blogspot.com/2013/09/manajemen-hubungan-lembaga-
pendidikan.html?m=1

http://izafaqih.blogspot.com/2011/04/manajemen-hubungan-lembaga-
pendidikan.html?m=1

https://id.scribd.com/doc/259031898/Manajemen-Hubungan-Lembaga-Pendidikan-
Dengan-Masyarakat

18

Anda mungkin juga menyukai