MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Soli Abimanyu, M.Sc.
DISUSUN OLEH:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN (S3)
2019
0
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai salah satu tugas mingguan mata kuliah
Pengembangan Kurikulum dan Model Pembelajaran dengan judul makalah “Model
Induktif Kata Bergambar”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Bapak Prof. Dr. H. Soli Abimanyu, M.Sc. yang telah membimbing dan memberikan
arahan dalam penyusunan makalah ini.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR
(The Picture – Word Inductive Model)
A. RASIONAL
Model induktif kata bergambar (the picture-word inductive model) adalah
sebuah pembelajaran berorientasi penelitian yang mengarahkan peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang cukup kompleks. Emily Calhoun (1996) yang telah
mengembangkan model ini berpendapat bawah model induktif kata bergambar
menyediakan kurikulum multidimensi dalam rangka membelajarkan pembaca dan
penulis pemula.
Dalam beberapa hal, model ini merupakan salah satu model konstruksionis
karena baca tulis umum merupakan dasar di mana bidang baca tulis yang sesuai
dengan kurikulum dikembangkan, yakni untuk menjadi pembaca ahli, seorang harus
banyak membaca, mengembangkan kosa kata, mengembangkan keterampilan dalam
analisis fonetik dan struktural, dan belajar memahami dan memanfaatkan teks-teks
yang cukup luas. Semua ini harus dilakukan oleh siswa saat mereka ingin belajar
memahami bacaan lintas bidang-bidang kurikulum, yang di dalamnya terdapat
penghimpunan, konseptualisasi, dan penerapan informasi sebagai inti pencapaian.
3
yang menjelaskan bahwa sumber pertama kemampuan berbahasa anak berasal dari
perolehan siswa secara alamiah. Siswa usia lima tahun telah mampu membaca,
mengucapkan, dan memahami antara empat hingga enam ribu kata, bahkan mereka
mampu mengembangkan struktur sintaksis dasar dari bahasa. Mereka dapat
mendengarkan sekaligus memahami kalimat-kalimat yang rumit dan komunikasi-
komunikasi yang cukup panjang. Mereka juga mampu menghasilkan kalimat, yang
meliputi preposisi dan konjugsi, dan mampu membuat hubungan sebab akibat.
Dengan demikian, model ini lebih fokus pada upaya peningkatan kemampuan
membaca dan menulis siswa pada tahun-tahun pertama mereka sekolah. Selain itu
juga dirancang untuk menjadi komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya
untuk para pembaca pemula di tingkatan dasar maupun di tingkatan yang lebih tinggi.
Fokus pedagogik model ini adalah seputar penyusunan pelajaran-pelajaran sehingga
siswa dapat meneliti bahasa, bentuk atau teks yang lebih panjang untuk mendukung
komunikasi dalam berbahasa.
B. SINTAKS
Penerapan utuh model ini meliputi pemberian kesempatan-kesempatan yang
digunakan oleh guru untuk memberikan instruksi yang jelas dan kesempatan-
kesempatan yang digunakan oleh siswa untuk membentuk konsep melalui kegiatan-
kegiatan induktif yang telah tersusun dengan baik. Pada keals-kelas pertama, dan
untuk siswa-siswa yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua. Model
difokuskan untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis. Namun, ini
juga merupakan model yang berguna dalam membelajarkan informasi dan konsep-
konsep dalam ilmu-ilmu sosial untuk para siswa yang lebih tua yang sudah cukup
mahir dalam membaca.
4
maupun dengan sekelompok kecil siswa. Secara umum, penerapan model ini selalu
menggunakan gambar/foto yang besar sebagai stimulus umum untuk penulisan kata
dan kalimat.
5
kelompok-kelompok dan membuat alasan-alasan atas klasifikasi yang telah mereka
buat.
Selanjutnya, guru memilih salah satu kategori (isi) atau model kalimat siswa
untuk menulis paragraf yang baik, kemudian mendiskusikan pemikirannya tentang
mengapa dia menggunakan gagasan tersebut dalam kalimatnya dan memodifikasi
struktur, jika dibutuhkan, untuk membentuk pesan tentang gambar yang dia harapkan
dapat tersampaikan pada pembacanya. Apapun strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan keterampilan menulis siwa, guru harus tetap meminta mereka untuk
menggunakan kategori lain dan menghasilkan paragraf sendiri. Langkah pembelajaran
model ini dapat berakhir kapan saja setelah siswa mampu mengembangkan paragraf
dengan baik.
Untuk pemilihan gambar, harus diperhatikan gambar yang dipilih adalah gambar yang
akrab (familiar) dengan siswa anda. Gambar dapat berupa foto, lukisan, kartun, atau
apa saja, yang penting mempunyai makna bagi siswa. Sebaiknya pula gambar
memiliki tema tertentu yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Gambar
berukuran cukup besar (carta) sehingga dapat dilihat oleh seluruh siswa di dalam kelas
anda.
Dalam kegiatan pembelajaran, mintalah siswa mengidentifikasi apa yang yang dapat
mereka lihat dari gambar yang dipajang di papan tulis. Minta mereka memperhatikan
dengan seksama setiap detail gambar, baik berupa obyek, kejadian, situasi, maupun
tindakan-tindakan. Beri waktu beberapa menit bagi mereka untuk berpikir dan
mengidentifikasi bagian-bagian gambar tersebut.
6
3. Beri label (kata)
Beri label pada bagian-bagian gambar yang telah diidentifikasi . (Guru dapat
menggambar garis dari wilayah atau obyek yang telah diidentifikasi, menyebutkan
nama (kata) , tuliskan kata tersebut, minta siswa mengeja kata tersebut, kemudian
minta mereka mengdari obyek, kejadian, situasi, atau tindakan, lalu mengucapkannya
dengan lantang).
Contoh Gambar yang digunakan dalam Picture Word Inductive Model (PWIM) dan
telah diberi beberapa label atau kosa kata oleh siswa
Berikutnya bacalah dan kemudian revieu carta gambar kata yang telah terbentuk
secara lantang sehingga memungkinkan setiap siswa di kelas dapat mendengarnya
dengan baik.
7
5. Siswa membaca kata
Baca dan revieu lagi carta gambar kata seperti langkah sebelumnya (sebutkan kata-
katanya, eja, lalu katakan sekali lagi) dengan suara yang lantang sehingga seluruh
siswa di kelas dapat mendengar dengan baik.
7. Tambahkan kata
Guru dapat kemudian mambahkan kata-kata, bila tidak ditemukan oleh siswa dan
dirasa perlu atau diinginkan guru untuk dimasukkan pada carta gambar kata dan bank
kosa kata siswa. Hal ini seringkali tidak diperlukan apabila siswa telah terlatih menjadi
pengamat carta gambar yang baik.
9. Jadikan kalimat
Selanjutnya minta siswa berpikir tentang informasi pada carta dan apa yang ingin
mereka katakan tentangnya. Bimbing siswa membuat kalimat-kalimat berdasarkan
pemikiran-pemikiran tersebut. Tuliskan satu per satu di papan tulis.
8
10. Klasifikasikan kalimat dan buat paragraf
Baca dan revieu kalimat-kalimat dan paragraf yang dibuat oleh siswa tadi.
Berikan umpan balik pada hasil belajar kelas bahasa. Jangan pelit memberikan pujian
dan respon positif untuk mendorong perilaku positif dalam belajar keterampilan
berbahasa mereka.
Lebih ringkas kita tuliskan dalam tabel dibawah ini, sintaks model induktif kata
bergambar dalam mengawali latihan membaca dan menulis, sebagai berikut :
Sintaks Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase I : 1. Guru memilih gambar. 1. Siswa mengamati gambar.
Memilih 2. Guru meminta siswa 2. Siswa
Gambar dan mengindentifikasi/mengenali mengindentifikasi/mengen
mengali kata- apa yang mereka lihat dalam ali apa yang mereka lihat
katanya gambar. dalam gambar.
3. Guru menandai bagian gambar 3. Siswa menyebutkan kata-
yang diidentifikasi. kata sesuai objek pada
(menggambar sebuah garis yang gambar dan mengejanya.
merentang dari objek gambar ke 4. Siswa menyimak guru
kata, mengucapkan kata itu dan membaca/mereview bagan
mengejanya, serta menunjuk kata bergambar.
setiap huruf dengan jarinya,
mengucapkan kata itu sekali
lagi, dan kemudian meminta
siswa mengeja kata tersebut
bersama-sama).
9
4. Guru membaca/mereview bagan
kata bergambar.
Fase II: 5. Guru meminta siswa 5. Siswa Mengidentifikasi
Menganalisis mengklasifikasikan kata-kata ke konsep-konsep umum
sifat kata dan dalam berbagai jenis kelompok. dalam kata-kata tersebut
megklasifikasi 6. Guru membimbing sisiwa untuk menekankan
nya membaca/mereview bagan kata kelas/golongan kata
bergambar tertentu secara umum.
7. Guru menambah kata-kata lagi, 6. Siswa membaca kata-kata
jika diinginkan, pada bagan kata itu dengan merujuk pada
bergambar dan pada “bank kata” bagan jika kata tersebut
tidak mereka kenali
Fase III : 8. Guru membimbing siswa untuk 7. siswa menyusun sebuah
Membuat membuat sebuah kalimat- kalimat, kalimat-kalimat,
kalimat kalimat atau suatu paragraf yang atau suatu paragraf yang
secara langsung berhubungan berhubungan dengan bagan
dengan bagan kata gambar. kata gambar.
10
Fase VI : 12. Guru membaca/mereview atau 10. Siswa membuat kalimat-
Mengarang – meninjau kalimat dan paragraf kalimat tersebut secara
dari kalimat yang dibuat siswa bersamaan menjadi suatu
menjadi paragraf yang baik.
alinea
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dengan model ini, siswa
dapat belajar tentang simbol-simbol dan komunikasi dengan memanfaatkan hubungan
“antara sesuatu yang nyata,” dari gambar, kata, huruf, kalimat, dan paragraf.
C. SISTEM SOSIAL
Dalam model ini, iklim kooperatif sangat dianjurkan sehingga siswa dapat
melibatkan diri dengan antusias untuk mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam
gambar/foto. Iklim kooperatif tersebut sangat penting untuk mendorong keberanian
siswa dalam mengucapkan kata dan mengejanya sebagai salah satu bagian penting
dalam proses pembelajaran model ini. Namun demikian, iklim kooperatif ini tetap
memposisikan keberadaan guru sebagai pengontrol utama namun guru dan siswa tetap
harus berpartisipasi secara bersama.
D. SISTEM REAKSI
Selama proses pembelajaran berlangsung khusus dalam penerapan model
induktif kata bergambar, guru harus membangun perkembangan kosa kata dan bentuk-
bentuk sintaksis siswa serta memfasilitasi “peralihan” dari tutur menjadi tulisan.
Karena itu, dalam model ini guru disebut pihak yang memegang kunci utama
(menyediakan akses dan pilihan) dalam meningkatkan keterampilan baca tulis untuk
semua siswa. Hubungannya dengan itu, guru harus banyak memperdengarkan kosa
kata sehingga siswa dapat mengetahui banyak kata.
11
E. SISTEM PENDUKUNG
Selama proses pembelajaran berlangsung, model ini mensyaratkan adanya
gambar/foto sebagai stimulan serta jumlah kosa kata yang banyak, maka dapat
dikemukakan bahwa support sistem khususnya hardware dalam model ini diantaranya
adalah gambar/foto yang telah diseleksi dan dikelola dengan cermat dan teliti oleh
guru sehingga dapat memberikan lebih banyak kesempatan untuk perkembangan
bahasa anak, termasuk kartu kata yang harus disiapkan guru kaitannya dengan
gambar/foto yang telah disiapkan. Sementara softwarenya adalah kemampuan guru
dalam menciptakan suatu lingkungan belajar sehingga siswa merasa bebas untuk
mengucapkan kata, mengeja, menciptakan sebuah judul, serta menghasilkan sebuah
kalimat tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan. Selain itu, juga dituntut kemampuan
guru membimbing siswa dalam proses “peralihan” kata yang diucapkan siswa menjadi
tulisan.
12
mendengarkan kata-kata yang dieja dengan tepat setiap saat dan mereka
berpartisipasi dalam mengeja kata-kata tersebut dengan benar.
4. Mengembangkan kontrol konseptual saat membaca dan menulis. Tujuan
instruksional ini dapat dicapai karena melalui model ini, siswa memperoleh
kesempatan menulis kalimat, dimana guru menggunakan pemanfaatan bahasa
Indonesia yang baku (bahkan jika diperlukan guru mengubah kalimat yang
telah dibuat siswa) dan menggunakan pembubuhan tanda baca (koma, huruf
kapital, dan sebagainya) dengan tepat.
Adapun dampak pengiring dari model induktif kata bergambar ini berkaitan
dengan kemampuan berekspresi dengan menulis, membentuk budaya baca, dan
belajar skill-skill kolaboratif.
DAMPAK INSTRUKSIONAL
PWIM
Kemampuan
berekspresi dengan Membentuk budaya Belajar skill-skill
menulis. baca kolaboratif.
DAMPAK PENGIRING
13
G. ALASAN PEMILIHAN MODEL
1. Tujuan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif – Gambar
Kata (Picture Word Inductive Model - PWIM)
Mengembangkan penguasaan kosakata siswa, konsep-konsep tentang struktur
kata-kata, konsep-konsep tentang struktur kalimat-kalimat, konsep-konsep
tentang struktur paragraf-paragraf melalui bacaan dan pada materi
pembelajaran matematika, ipa, ips, dan kesehatan. Sebagai salah satu bentuk
strategi pembelajaran induktif, model pembelajaran induktif – gambar kata
(picture word inductive model - PWIM) telah terbukti melalui berbagai
penelitian, efektif digunakan baik pada pembaca pemula (siswa kelas rendah)
hingga pembaca tingkat lanjut (siswa kelas tinggi).
2. Kelebihan-Kelebihan Model Pembelajaran Induktif – Gambar
Kata (Picture Word Inductive Model - PWIM)
Berikut ini diberikan beberapa kelebihan penggunaan Model Pembelajaran
Induktif - Gambar Kata (Picture Word Inductive Model - PWIM)
Strategi ini dapat membantu siswa mempelajari phonics, grammar,
mechanics, dan penggunaan standar dalam Bahasa Inggris.
Gambar-gambar yang digunakan untuk ditampilkan akan memberikan
visual yang konkret selama siswa belajar tentang kosakata, frase-frase,
dan kalimat-kalimat yang bersifat baru bagi mereka.
Karena guru memberikan gambar yang berhubungan dengan materi
pembelajaran seperti matematika, ipa, atau ips, maka siswa merasa
bahwa mereka tetap merupakan bagian dari komunitas kelas yang
sedang belajar dan dapat berpartisipasi dengan siswa lainnya.
Carta berupa gambar kata dapat berfungsi sebagai referensi langsung,
atau kamus gambar, yang memungkinkan siswa untuk dengan
mudahnya menambahkan kata-kata tersebut ke dalam kosakata yang
mereka miliki. Guru dapat memilih untuk pengembangan berbagai
hubungan antara bunyi dan simbol (kata-kata dapat sekedar
diperkenalkan atau dapat juga dipilih agar benar-benar dikuasai oleh
siswa).
14
Siswa dibimbing untuk menemukan pola dan hubungan pada
pembelajaran Bahasa Inggris, sehingga selanjutnya memungkinkan
mereka untuk menerapkannya pada kata-kata baru lain yang mungkin
akan mereka peroleh di luar kegiatan pembelajaran.
Siswa dapat mendengar dan mengeja kata-kata secara tepat, dan
selanjutnya dapat berpartisipasi dengan menulis dan mengucapkan
kata-kata tersebut dengan benar.
Siswa memperoleh keuntungan lain melalui pemodelan oleh guru
tentang kata-kata kunci dan konsep-konsep baru. Selanjutnya melalui
latihan dan pembelajaran yang lebih ekstensif, siswa dapat belajar
membuat kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang berhubungan
dengan kosakata yang digunakan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN APLIKASI MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR
17