Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESANTUNAN BAHASA

PERSENTASI ILMIAH, DAN SMINAR

Disusun oleh :
Kelompok 1
A Danang Dwi S (1910103028)
Renza Aldikasari (1910103005)
Yunita (1910103022)

DOSEN PENGAMPUH :
HAKIKI PANGESTU M.Pd

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYRIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “KESANTUNAN BAHASA, PERSENTASI ILIAH, DAN
SMINAR” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini
tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan
moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Hakiki Pangestu Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Universitas Islam Negeri Raden
Fatah
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah
ini dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini
dapat di selesaikan
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia . Makalah ini membahas
tentang kalimat efektif.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Palembang, 2 september 2019

Penyusun

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................2

Daftar Isi....................................................................................................................3

BAB 1 Pendahuluan ..................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Manfaat....................................................................................................4
D. Tujuan......................................................................................................5

BAB II Pembahasan ..................................................................................................6

A. Kesantunan Bahasa........................................................................................6
B. Persentasi Ilmiah............................................................................................9
C. Sminar............................................................................................................12

BAB III Penutup .......................................................................................................15

Daftar Pustaka............................................................................................................16

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat


meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam komunikasi, penutur dan
petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk
menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap terjaga
apabila masing- masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan
perkataan lain, baik penutur maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga
muka. Kesantunan (politeness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat, atau
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Presentasi ilmiah adalah kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan
itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual
yang berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan
presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan.

Seiring berjalannya waktu dan seiring perubahan zaman, manusia telah sangat
berkembang mulai dari penggunaan fasilitas dan juga cara berbicaranya. Dengan berbicara
manusia bisa menjalin hubungan atau saling berkomunikasi baik melalui facebook, tweeter,
dll. Dengan berbicara manusia terkadang menyinggung sehingga menimbulkan dampak
negatif. Berbicara juga dapat di gunakan pada saat berpresentasi ataupun seminar, namun
masih banyak orang yang belum mampu berbicara dengan baik di depan umum sehingga
manusia masih perlu belajar berbicara di depan umum ataupun untuk keperluan
akademiknya.

B. Rumusan Masalah

Dasar teori kesantunan berbahasa apa yang dipakai dalam penelitian ini ?

Bagaimana penerapan teori kesantunan berbahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?

Pengertian Presentasi Ilmiah ?

Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah ?

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4
Apa saja yang termasuk dalam berbicara untuk keperluan akademik ?

Bagaimana cara membuat presentasi yang baik ?

D. Tujuan

Dengan pembuatan makalah kesantunan berbahasa ini, diharapkan kepada mahasiswa


dan pembaca khususnya dapat memahami dan mengetahui tentang kesantunan berbahasa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan di buatnya makalah ini adalah memberi gambaran tentang teknik pembuatan proposal
yang baik dan benar. Dapat mengetahui keperluan akademik dan agar para mahasiswa
mengetahui apa saja yang diperlukan dalam keperluan akademik

D. Manfaat

Dengan pembuatan makalah kesantunan berbahasa ini, diharapkan kepada mahasiswa


dan pembaca khususnya dapat memahami dan mengetahui tentang kesantunan berbahasa
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat dari penulisan presentasi ilmiah ini dapat kita pahami bagaimana tata cara
dan etika presentasi ilmiah. Diharapkan agar para mahasiswa, terutama mahasiswa Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang dapat mengetahui keperluan akademiknya.
Diharapkan agar para mahasiswa, terutama mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang dapat mengetahui keperluan akademikny

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kesantunan Bahasa

kesatunan berbaasa adalah hal yang memperlihatkan kesadaran akan martabat orang
lain dala berbahasa,baik saaat menggunakan bahaa lisan maupun Bahasa tulis kesantunan
berbahasa merupaan bidang kajian pragmatia, kesantunn juga dapat di artikan sebagai cara
berbahasa dengan tujuan mendekatkan jarak social antara para penuturnya.kesantunan di
dalam asfek Bahasa dapat dilihat pada ppilihan kata,nada,intonasi,dan struktur
kalimatnya.pada tingkah laku kesantunan dapata diihat pada expresi,sikap,dan gerak gerik
tubuh lainya.egoisme dan keinginan untuk mennonjolkan diri sendiri harus dihindari dalam
kesantunan.

B.Teori Wajah oleh Goffman, Brown dan Levinson

Konsep atau prinsip kesantunan dikemukakan oleh banyak ahli. Dasar pendapat ahli
tentang konsep kesantunan itu berbeda-beda. Ada konsep kesantunan yang dirumuskan dalam
bentuk kaidah, ada pula yang diformulasi dalam bentuk strategi. Konsep kesantunan yang
dirumuskan di dalam bentuk kaidah membentuk prinsip kesantunan, sedangkan konsep
kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk strategi membentuk teori kesantunan (Rustono,
1999:67-68). Dari banyak teori kesantunan, salah satunya adalah teori wajah yang
dikemukakan oleh Goffman, Brown, dan Levinson. Dasar teori yang digunakan oleh mereka
adalah sebagai berikut :

1. Teori Wajah oleh Goffman, Brown dan Levinson

Menurut Brown dan Levinson (1987), yang mana terinspirasi oleh Goffman (1967),
bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada “wajah” atau “muka,” baik milik
penutur, maupun milik mitra tutur. “Wajah,” dalam hal, ini bukan dalam arti rupa fisik,
namun “wajah” dalam artian public image, atau mungkin padanan kata yang tepat adalah
“harga diri” dalam pandangan masyarakat.

Konsep wajah ini berakar dari konsep tradisional di Cina, yang dikembangkan oleh
Konfusius terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan (Aziz, 2008). Pada wajah, dalam tradisi
Cina, melekat atribut sosial yang merupakan harga diri, sebuah penghargaan yang diberikan
oleh masyarakat, atau dimiliki secara individu. Wajah, merupakan “pinjaman masyarakat,”

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6
sebagaimana sebuah gelar akademik yang diberikan oleh sebuah perguruan tinggi, yang
kapan saja bisa ditarik oleh yang memberi. Oleh karena itu, si pemilik wajah itu haruslah
berhati-hati dalam berprilaku, termasuk dalam berbahasa.

Jika Goffman (1967) menyebutkan bahwa wajah adalah atribut sosial, maka Brown
dan Levinson (1987) menyebutkan bahwa wajah merupakan atribut pribadi yang dimiliki
oleh setiap insan dan bersifat universal. Dalam teori ini, wajah kemudian dipilah menjadi dua
jenis: wajah dengan keinginan positif (positive face), dan wajah dengan keinginan negatif
(negative face). Wajah positif terkait dengan nilai solidaritas, ketakformalan, pengakuan, dan
kesekoncoan. Sementara itu, wajah negatif bermuara pada keinginan seseorang untuk tetap
mandiri, bebas dari gangguan pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap
kemandiriannya itu (Aziz, 2008:2). Melihat bahwa wajah memiliki nilai seperti yang telah
disebutkan, maka nilai-nilai itu patut untuk dijaga, dan salah satu caranya adalah melalui pola
berbahasa yang santun, yang tidak merusak nilai-nilai wajah itu.

Kesantunan itu sendiri memiliki makna yang berbeda dengan kesopanan. Kata sopan
memiliki arti menunjukkan rasa hormat pada mitra tutur, sedangkan kata santun memiliki arti
berbahasa (atau berprilaku) dengan berdasarkan pada jarak sosial antara penutur dan mitra
tutur. Konsep wajah di atas benar-benar berkaitan dengan persoalan kesantunan dan bukan
kesopanan. Rasa hormat yang ditunjukkan melalui berbahasa mungkin berakibat santun,
artinya, sopan berbahasa akan memelihara wajah jika penutur dan mitra tutur memiliki jarak
sosial yang jauh (misalnya antara dosen dan mahasiswa, atau anak dan ayah). Meskipun
demikian, bersikap santun dalam berbahasa seringkali tidak berakibat sopan, terlebih lagi jika
penutur dan mitra tutur tidak memiliki jarak sosial yang jauh (teman sekerja, konco, pacar,
dan sebagainya). Untuk lebih memahami konsep wajah ini, berikut akan saya suguhkan
contoh-contoh, baik wajah positif maupun negatif, dalam konsep kesantunan berbahasa.

Macam-macam teori wajah menurut Goffman, Brown dan Levinson:

1. Wajah Positif (Positive Face)

Sebagaimana telah disebutkan bahwa wajah positif berkaitan dengan nilai-nilai


keakraban antara penutur dan mitra tutur. Hal ini mengacu pada citra diri orang yang
berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan
nilai-nilai yang diyakininya diakui orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, patut
dihargai, dan seterusnya.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7
2. Wajah Negatif (Negative Face)

Berbeda dengan wajah positif, yang mana penutur dan mitra tutur mengharapkan
terjaganya nilai-nilai keakraban, ketakformalan, kesekoncoan, maka wajah negatif ini dimana
penutur dan mitra tutur mengharapkan adanya jarak sosial. Hal ini mengacu pada citra diri
orang yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan penutur membiarkannya bebas
melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.

3. Pengancaman Wajah (Face Threatening Act)

Sebagaimana telah dijelaskan dengan berbagai contoh, kesantunan (dan kesopanan)


berbahasa dapat diartikan sebagai sebuah penunjukan mengenai kesadaran terhadap wajah
orang lain (Yule, 2006:104). Wajah seseorang akan mengalami ancaman ketika seorang
penutur menyatakan sesuatu yang mengandung ancaman terhadap harapan-harapan individu
yang berkenaan dengan nama baiknya sendiri (hal.106). Pengancaman wajah melalui tindak
tutur (speech act) akan terjadi jikalau penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa
sesuai dengan jarak sosi

C.Penerapan Teori Wajah Negatife (Negative Face)

Dalam penulisan saat ini penerapan dari teori wajah yang diambil adalah yang
menyangkut teori wajah negatife (Negative Face). Perhatikan contoh percakapan antara
tukang parkir dan pelajar yang terjadi saat di tempat parkir berikut ini:

Tukang parker : Mas,panggonan iki duduk kangge parker sepeda motor. (Mas,tempat ini
bukan untuk tempat parkir sepeda motor)

Pelajar : Yow opo seh mas, iki onok tandane parker nek kene. (Bagaimana sih mas, ini
ada tandanya disini)

Tukang parkir : Iyow mas, tapi iki parker kangge mobil. (Iya mas, tapi ini tempat parkir buat
mobil)

Pelajar : Masak seh mas, kayag’e parker motor ta nek kene kie? (Masak sih mas,
kayagnya disini tempat parkir sepeda motor)

Tukang parkir : Piye seh arek iki, di omongi gag percoyo.iki low mas tandane. (bagaimana
sih orang ini, dibilangin tidak percaya, ini loh mas tandanya)

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8
Pelajar : Waduh, iyo mas. Salah panggon iki, sepurane mas, suwun wes ti elengno mas.
(Haduh, iya mas. Salah tempat ini, ma’af mas, terima kasih sudah diingatkan mas)Tukang
parkir : Iyo, podo-podo. (Iya, sama-sama)

Dari percakapan diatas terlihat jelas bahwa kedua orang tersebut tidak menunjukkan
hubungan keakraban, atau menggunakan situasi yang formal saat berbicara. Hal ini bisa
dilihat dari penggunaan kata “maaf” yang di gunakan oleh pelajar. Penggunaan kata “maaf”
oleh pelajar ini untuk menjaga wajah negatif dari tukang parkir. Dapat dikatakan bahwa
pelajar tidak ingin terkesan akrab dan sesuka hati selain itu dia juga tidak ingin menggunakan
tempat parkir mobil tersebut. Demikian pula dengan penggunaan kata “mas” yang digunakan
oleh kedua partisipan diatas merupakan sapaan sopan untuk pelajar yang dicurigai sebagai
pendatang, bukan masyarakat asli daerah tersebut. Dengan menggunakan dan mengulang kata
“mas”, pelajar berusaha untuk menunjukkan bahwa dia menghargai jatidiri tukamg parkir
sebagai individu yang dihargai atribut individualnya, termasuk sebagai pendatang, tamu dan
bukan masyarakat asli sehingga belum terbiasa pada tempat tersebut.

Melalui dua contoh yang menjelaskan dua konsep wajah di atas, jelaslah bahwa dalam
berbahasa, kita harus senantiasa mempertimbangkan jarak sosial antara kita dan mitra tutur
( orang yang diajak berbicara). Kesantunan berbahasa bukan terletak pada diksi, melainkan
terletak pada tingkat keakraban atau jarak sosial, termasuk usia, gender, strata sosial, dan
strata akademik. Sehingga dengan demikian kita harus menghormati dan menghargai orang
lain yang kita ajak bicara tanpa harus melihat dari mana dia berasal

D. Pengertian Presentasi Ilmiah

Presentasi ilmiah adalah kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan
itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual
yang berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan
presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan.

E. tujuan persentasi

a.memberikan informasi

persentasi yang bertujuan memberikan informasi dilakukan ketika peserta belum


mengenal topik yang dibahas ,persentasi jenis ini biasanya banyak memberikan fakta dan
data agarpeserta memahami apa yang akan terjadi.pada akhir persentasi diharapkan peserta
mengerti akan informasi baru yang sebelumya tidak diketahui.
ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9
b.mempengaruhi atau membujuk peserta

persentasi bertujuan memengaruhi orang lain, memiliki call to action , yaitu apa yang
harus dilakuakn oleh peserta setelah selesai mendengarkan persentasi. Persentasi yang
membujuk harus mampu menggugah emosi peserta sehinggga dapat mengubah sikap dan
mengajak mereka melakukan sesuatu.

Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan,
yakni :

a.menarik minat dan perhatian peserta.

b. menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, dan

c. menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.

F. Tata Cara Dan Etika Presentasi Ilmiah

Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji menaati tata cara yang lazim.

1.penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai.

Informasi tersebut akan dipahami dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis,
baik bahan lengkap maupun bahasan presentasi powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat
dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan. Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa
semua peserta dapat melihat layer dan dapat membaca tulisan yang disajikan.

2. penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia. Untuk itu, penyaji perlu
merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang diberikan oleh moderator.

3. penyaji menaati etika yang berlaku di forum ilmiah.

Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip mengenai mana yang benar dan mana
yang salah serta mana yang patut dan mana yang tidak patut. Satu nilai yang harus dipegang
dalam menjaga etika adalah “menjaga perilaku agar tidak merugikan orang lain”.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penyaji dalam etika adalah kejujuran. Dalam
dunia ilmiah, kejujuran merupakan butir etis terpenting. Setiap orang wajib bersikap sangat
terbuka dalam segala hal menyangkut informasi yang dsajikan. Jika menyajikan data, penyaji
harus secara jujur menyebutkan apakah data itu hasil penelitiannya ataukah diambil dari
sumber lain.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10
Adapun etika yang harus dijaga oleh peserta antara lain adalah sebagai berikut.
Pertama, setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan bertanya jika memang
tidak tahu, akan mencari klarifikasi apabila masih bingung atau belum yakin, akan mengecek
apakah pemahamannya sudah benar ataukah belum. Terkait dengan perilaku bertanya untuk
memperoleh klarifikasi atau informasi, satu kewajiban penanya adalah menyimak jawaban
dari penyaji. Akan lebih bagus jika penanya menunjukkan apresiasi positif terhadap jawaban
yang telah diberikan. Apabila dengan terpaksa penanya meninggalkan ruangan sebelum
jawaban diberikan, dia wajib meminta maaf dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan.

Jalannya forum ilmiah banyak ditentukan oleh moderator sebagai pemandu.Selain adil,
seorang moderator juga harus menaati jadwal atau waktu yang telah ditentukan.

1. moderator seyogianya tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk berkomentar yang
tidak fungsional.

2. moderator harus mengatur waktu yang digunakan oleh semua pihak, baik penyaji
maupun peserta.

Oleh sebab itu, moderator harus punya keberanian untuk menginterupsi dengan
santun pembicaran seseorang agar taat waktu. Semua hal yang terungkap selama forum, baik
inti uraian penyaji, pertanyaan, maupun jawaban perlu dicatat secara rapi oleh notulis. Hasil
catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya dicetak dan dibagikan minimal kepada semua
orang yang terlibat dalam forum tersebut. Hal ini memberi kesempatan bagi pemilik
gagasan/konsep untuk meluruskannya jika ada hal-hal yang kurang tepat.

Teknisi wajib memastikan bahwa peralatan teknologi yang digunakan bekerja dengan baik.
Menyiapkan Bahan Presentasi Ilmiah dengan Multimedia

Dalam era teknologi informasi, presentasi ilmiah dengan memakai multimedia sudah
menjadi kebutuhan karena beberapa alasan.

1. presentasi akan menjadi menarik karena penyaji dapat membuat manuver dalam
memvariasi teknik penyajian bahan, termasuk melalui animasi.

2. penyaji dapat menghemat waktu karena dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu


diperlukan.

3. penyaji dapat memberikan penekanan pada butir permasalahan yang dikehendaki secara
menarik.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11
4. penyaji sangat dimudahkan karena membawa bahan dalam bentuk flashdisc.

5. bahan presentasi dapat sangat ringkas sehingga membantu peserta menangkap esensi
bahan yang dibahas.

6. peserta dapat langsung mengopi file presentasi yang diperlukan.

G. Pengertian Berbicara Untuk Keperluan Akademik

Menurut bahasa akademik berarti pendidikan atau proses belajar mengajar. Pengertian
akademik itu sendiri jika dilihat dari latar belakang terminologis adalah sebuah keadaan
dimana orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, dan atau ilmu
pengetahuan sekaligus melakukan pengujian terhadapnya secara jujur, terbuka, dan leluasa.
Selanjutnya jika atmosfer akademik tumbuh maka kemudian akan berkembang menjadi
kultur akademik, hal ini ditandai dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi, tradisi
berdiskusi dan berbeda pendapat, kreativitas menulis, serta proses belajar mengajar yang
kondusif. Berbicara untuk keperluan akademik meliputi : Presentasi, Seminar, berpidato
dalam situasi formal, dan belajar mengajar

H.Macam – macam Berbicara Dalam Keperluan Akademik

Berbicara untuk keperluan akademik meliputi : Presentasi, Seminar, berpidato dalam


situasi formal, dan belajar mengajar

a) Presentasi

Presentasi berhubungan erat dengan komunikasi. Presentasi adalah suatu proses


pertukaran informasi, gagasan, dan pikiran diantara dua orang atau lebih dalam
berkomunikasi. Bertujuan menginformasikan menghibur dan menggerakan untuk bertindak.

Teknik yang digunakan diantaranya adalah bersikap hormat, menghargai khalayak,


menunjukan empati, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan menggunakan media
sebagai pelengkap. Untuk keperluan akademik harus menggunakan bahasa yang baku. Orang
yang mempresantasikan biasanya mempunyai sebutan yang berbeda seperti : MC, presenter,
entertainer, protocol, public speaker, moderator dan lain-lain.

Persiapan yang harus anda lakukan sebelum pelaksanaan presentasi yaitu :


ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12
1.Kenali audience

2. Kuasai materi

3. Buat outline

4.Siapkan alat peraga/bantu

5.Siapkan introduction

6.Siapkan penutup

· Agar lebih baik dalam melaksanakan presentasi maka lakukan latihan, latihan adalah
cara yang paling efektif yaitu :

• Dapat mengeliminir kejelekan dalam presentasi.

• Melatih transisi antar bagian supaya lebih halus.

• Memberi gambaran waktu yang diperlukan

• Meningkatkan percaya diri.

Adapun teknik latihannya yaitu dengan Mengumpulkan audience dan saat melakukan
presentasi rekamlah latihan itu dengan tujuan agar anda dapat tahu kekurangan anda saat
berpresentasi.

· Kemudian ada juga hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
presentasi diantaranya :

• Tentukan cara mengulang poin utama tanpa terlihat adanya pengulangan

• Ciptakan transisi antar bagian dengan mulus

• Kenali betul alat bantu / alat peraga yang digunakan.

• Menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan muncul

• Mengembangkan gaya sendiri

Hal-hal yang diperhatikan saat pelaksanaan presentasi yaitu :

• Kuasai alat peraga yang digunakan

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13
• Kuasai diri sendiri (be confident)

• Jangan membelakangi audience

• Jangan membaca materi presentasi

• Gunakan terminologi yang umum

• Singkat, padat (tepat waktu)

• Bicara lugas, tegas

• Selingi dengan sedikit humor

B. Seminar

Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, baiklah kita
perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini. Yang pertama adalah
apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide yang kedua
adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam seminar. Seminar adalah satu pertemuan di
mana semua para pesertanya terlibat aktif. Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak ada
pembicara dan peserta, seperti yang dikenal dalam seminar pada umumnya. Tidak ada
perbedaan antara pembicara dan peserta. Dengan demikian seminar dibedakan dari kuliah, di
mana ada seorang rektor membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan
dan bertanya. Rektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan peserta
adalah orang yang mempelajari tema tersebut.

Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik perlulah dipikirkan beberapa syarat:

a) Ruang seminar

b) Peserta

c) Moderator

d) Jalannya semina

BAB III

PENUTUP
ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Melalui pembahasan dalam kesantunan berbahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam kegiatan berbahasa yang kita lakukan sehari-hari merupakan bentuk dari tingkah laku
kita kepada orang lain. Dengan penggunaan bahasa yang santun kkita akan mengetahui sifat
dari seseorang. Tapi disisi lain, teori kesantunan berbahasa yang ada saat ini banyak juga
yang menekankan pada kita agar kita melakukan suatu tindakan pada lawan bicara kita
sehingga akan menimbulkan suatu interaksi bersama.
Presentasi ilmiah adalah kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan
itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual
yang berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan
presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, pembicara selayaknya memahami makna atau segala sesuatu yang
ingin disampaikan
B. SARAN
Diharapkan setelah berpedoman pada tata cara presentasi ilmiah dalam makalah ini,
mahasiswa dapat melaksanakan presentasi ilmiah dengan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar dengan warna yang
menarik, ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan menjaga suara agar tidak
monoton serta terdengar jelas oleh seluruh peserta yang berada di suatu ruangan. Untuk
menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah yang dibahas, penyaji harus menaati bahan
yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir inti.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 15
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, E. A. (2000). Refusing in Indonesian: Strategies and Politeness Implications. Disertasi,


Australia: Monash University.

Aziz, E. A. (2008). Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak,
Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar,
Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia.

Brown, P & S.C. Levinson. (1987). Universals in Language Usage: Politeness Phenomena. In
E.N. Goody (ed). Questions and Politeness: Strategies in social interaction, 56-289.
Cambridge: Cambridge University Press.

Goffman, E. (1967). Interaction Ritual. Garden City, NY: Doubleday.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Thomas, J. (1995). Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics. London:


Longman.

Yule, G. (2008). Pragmatik. Indonesia: Pustaka Pelajar.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 16

Anda mungkin juga menyukai