Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT BELAJAR, HAKIKAT BAHASA, DAN PRINSIP BELAJAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Teori Belajar Bahasa

Dosen Pengampu : Rani Jayanti, S.Pd., M.Hum

Disusun Oleh :

1. Arni Yuniar Prastika (52106130003)


2. Muhitotun Nadhifah (52106130006)

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PERIODE 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HAKIKAT BELAJAR,
HAKIKAT BAHASA, DAN PRINSIP BELAJAR”.

Makalah “HAKIKAT BELAJAR, HAKIKAT BAHASA, DAN PRINSIP


BELAJAR”. Disusun guna memenuhi tugas dari dosen Rani Jayanti, S.Pd., M.Hum
pada bidang studi/mata kuliah Teori Belajar Bahasa di Universitas Islam Majapahit.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang “HAKIKAT BELAJAR, HAKIKAT BAHASA, DAN PRINSIP
BELAJAR”. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Rani
Jayanti, S.Pd., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Teori Belajar Bahasa. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 15 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B.Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C.Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Hakikat Belajar..........................................................................................................5

B. Hakikat Bahasa..............................................................................................................6

C. Prinsip Belajar Bahasa.................................................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................20

PENUTUP................................................................................................................................20

A.KESIMPULAN ............................................................................................................20

B. SARAN........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri,


peserta didik memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan
perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi
keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan


peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia
teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.

Pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan di sekolah maupun pendidikan


luar sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi
serta model apa pun harus benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif
dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam
menyajikan secara optimal tiga dimensi pembelajaran sebagai proses, produk
dan sikap. Dimensi proses pembelajaran menuntut guru untuk melibatkan
peserta didik secara aktif kedalam kegiatan-kegiatan dalam upaya
memperoleh hasil belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Apa Saja Yang Ada Didalam Hakikat Belajar ?
2. Jelaskan Apa Saja Yang Ada Didalam Hakikat Bahasa ?
3. Jelaskan Apa Saja Yang Ada Didalam Prinsip Belajar Bahasa ?

C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui Apa Saja Yang Ada Didalam Hakikat Belajar
2. Dapat Menegetahui Apa Saja Yang Ada Didalam Hakikat Bahasa
3. Dapat Mengetahui Apa Saja Yang Ada Didalam Prinsip Belajar Bahasa

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT BELAJAR
1. PENGERTIAN HAKIKAT BELAJAR
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat
penting untuk dibahas yaitu kata “perubahan” atau “Change”.

Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan, maka


pembicaraan sudah menyangkut permasalah mendasar dari maslah belajar.
Apapun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk
memberikan pengertia belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah
“perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang
dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang
diinginkan atau dikehendaki oleh pengertian belajar dimaksud.

Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan di akhir
aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya degan pemilikan
pengalaman baru,  maka individu itu telah dikatan belajar. Tetapi perlu
diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan
yang bersentuhan dengan asfek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.
Sedangkan perubahan tingkah akibat mabuk karena meminum minuman
keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukan kata gori belajar
dimaksud.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar adalah “perubahan” dan


tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

2. PENGERTIAN HAKIKAT BELAJAR BAHASA


Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang
memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi, sehingga
tidak ada tidak ada sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup ujaran,
membaca dan menulis, melainkan sistem kebahasaan. Pada dasarnya setiap
pengajaran bahasa bertujuan agar peserta didik atau para murid mempunyai
keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (1991: 40) bahwa “Terampil dalam
berbahasa meliputi empat hal, yakni: terampil menyimak, terampil berbicara,
terampil menulis dan terampil membaca”. Keempatnya merupakan catur
tunggal dalam pengajaran bahasa Indonesia. Keempat aspek tersebut dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:  keterampilan yang bersifat

5
menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak, dan
keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi
keterampilan menulis dan berbicara (Muchlisoh, 1992).
Pembelajaran bahasa Indonesia pada satuan pendidikan sekolah dasar dibagi
dalam dua kelompok utama yakni peringkat pemula (kelas I–III) dan
peringkat lanjutan (kelas IV–VI). Penerapan pembelajaran bahasa untuk
kedua kelompok tersebut berbeda karena sasaran dan tujuan
pengajarannyapun berbeda. Bagi peringkat pemula penguasaan keterampilan
membaca–menulis permulaan dan menyimak–berbicara tingkat sederhana
bertujuan untuk mengarahkan pada pelatihan penggunaan keterampilan
berbahasa yang lebih kompleks dan mendekati kenyataan (Subana dan
Sunarti, 2005).
Pembelajaran yang ditujukan untuk tingkat lanjutan (kelas IV–VI) dimaksud-
kan untuk melatih dan mengembangkan penguasaan keterampilan berbahasa
murid secara integral yang meliputi keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan
berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan secara lisan.
Sebagai proses, di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat,
yaitu pembicara, isi pembicaraan, saluran, penyimak, dan tanggapan
penyimak (Anonim, 2009).

B. HAKIKAT BAHASA

Dalam kehidupan sehari-hari sangat mudah mengadakan kontak antara


seseorang atau individu yang satu dengan seseorang atau individu yang lain.
Kontak yang terjadi itu menjalin suatu ko munikasi antara individu-individu
dalam kehidupannya. Dalam menjalin komunika-si itu bahasalah yang
menjadi medianya.

Dalam kenyataan sehari-hari terlihat bahwa manusialah yang memiliki


kemampuan menggunakan komunikasi verbal, yak ni komunikasi yang
dilaksanakan antara anggota masyarakat de ngan isyarat bahasa (Parera,
1993:162). Kita amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya.
Kenyataan inilah yang membedakan tingkah laku manusia dengan tingkah
laku binatang secara esensial.

Keberadaan bahasa menjadikan kita sebagai makhluk yang bermasyarakat.


Kemasyarakatan kita tercipta dengan bahasa, dibina dan dikembangkan

6
dengan bahasa, yang disebutkan oleh Lindgren bahwa bahasa itu sebagai
"perekat masyarakat dan disebutkan oleh Broom & Selznik bahwa bahasa
sebagai "faktor penentu dalam penciptaan masyarakat manusia". (Subyakto-N,
1992:1).

Bahasa merupakan warisan manusia yang paling berharga dari satu generasi
ke generasi selanjutnya. Walaupun bahasa itu merupakan warisan, bahasa
berbeda dengan warisan yang lain, se perti harta benda. Warisan yang berupa
bahasa adalah warisan yang hidup dan berkembang yang harus dipelajari.
Seorang anak yang tidak pernah diajar berbicara tidak akan pernah memiliki
kemam puan berbahasa Kenyataan tentang hal tersebut dapat ditemukan pada
anak yang dipelihara oleh serigala sejak bayi. Anak kecil yang dipelihara oleh
serigala itu, selain tidak mampu berbicara seperti manusia, ia juga tidak
memiliki kemampuan berpikir sebagaimana halnya manusia biasa. Ia hanya
mampu meraung-raung dan menje rit-jerit seperti hewan. Kenyataan tersebut
membuktikan bahwa bahasa yang meliputi berbicara, berpikir dan
mengungkapkan hasil pe-mikiran itu, menanggapi pembicaraan orang lain
secara normal, dan lain-lain harus diperoleh dengan cara belajar (Mustansyir,
1988:17-18).

1. Pengertian Bahasa
Pengertian bahasa sebagaimana didefinisikan oleh para ahli bahasa dengan
cara yang berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan sudut
pandang masing-masing. Untuk memperjelas pengertian bahasa itu,
berikut dikemukakan definisi yang dirujuk dari beberapa pendapat para
ahli.
(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
"Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang diha silkan
alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan kon vensional
yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahir kan perasaan dan
pikiran." (Depdikbud, 1993:66).
(2) Jos Daniel Parera
"Bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer dan bermakna
konvensional, yang dengannya satu kelompok masyarakat ber
komunikasi antarsesama anggota (linguistik)." (Parera, 1993:15)
"Bahasa adalah warisan sosial dalam bentuk ujaran atau satu lambang
kesatuan masyarakat. (sosiolinguistik)" (Parera, 1993:15). "Sarana
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan pesan, dan memahami

7
pikiran, perasaan, dan pesan dari orang lain. (komu nikasi)" (Parera,
1993:15).
(3) Louis Kattsoff
"Bahasa tersusun dari perangkat-perangkat tanda yang diga bungkan
dengan cara tertentu. Ada tanda-tanda satu demi satu seperti yang
ditunjukkan oleh huruf-huruf abjad. Bila huruf-hu ruf itu digabungkan
dengan cara-cara tertentu, maka sejumlah daripadanya menimbulkan
apa yang dinamakan kata-kata' atau istilah-istilah dasar bahasa."
(Kattsoff, 1986:41).
(4) Harold H. Titus dkk.
"Bahasa sangat erat pengalamannya dengan pengalaman manu sia,
lebih daripada yang biasa diakui. Ada orang yang mengata kan bahwa
bahasa itu hanya merupakan rekaman-rekaman ten tang pengalaman
yang dirasakan penting bagi perorangan dan masyarakat. Ada pula
yang mengatakan bahwa bahasa itu men cerminkan atau melukiskan
dunia apa adanya. Akan tetapi ba hasa itu sendiri tidak hanya
mencerminkan pengalaman kita serta kondisi lingkungan di mana
pengalaman itu berkembang. tetapi juga mempunyai pengaruh atas
pengalaman-pengalaman tersebut. Bahasa itu memaksa pandangan-
pandangan perseptual dan konseptual tertentu, dan dengan cara itu
memengaruhi pi kiran dan tindakan kita. Kita dapat pula mengatakan
bahwa ba hasa itu kadang-kadang mempunyai sayap, dan
menciptakan alamnya sendiri." (Titus et al., 1984:361).

2. Fungsi Bahasa
Para ahli bahasa membagi fungsi bahasa lebih daripada se kadar fungsi
ekspresif dan komunikatif. Untuk memperjelas ten tang fungsi bahasa
tersebut berikut ini dikutip beberapa pendapat para ahli
(1) Harold H. Titus dkk.
Fungsi kognitif, yakni bahasa menerangkan proposini yang kita dapat
mencoba kebenarannya dan dapat menerima atau menolaknya.
Fungsi emotif, yakni terdapat dua kemungkinan, yaitu bersifat
ekspresif tentang perasaan dan keadaan, atau mungkin bersifat
evokatif dan menghendaki responsi emosional dari orang lain.
Fungsi imperatif, yakni memerintah atau mengarahkan agar dapat
mengontrol tindakan orang lain.

8
Fungsi seremonial, yakni seperti yang kita pakai dalam menghormati
orang lain atau dalam percakapan dan ritual." (Titus et al., 1984:360)
(2) Karl Bühler
Buhler membagi jenis bahasa yang didasarkan pada fungsi ba hasa
sebagai berikut.
1. Appel, yaitu bahasa yang berisi perintah atau permintaan yang
ditujukan oleh pembicara kepada lawan bicara agar apa yang
diperintahkan atau diminta, dikerjakan oleh lawan bicara.
Misalnya, bahasa hukum, instruksi pejabat, peratur an pemerintah,
dan komando militer.
2. Ausdruck, yakni bahasa yang ditujukan bukan kepada lawan
bicara, melainkan oleh pembicara ditujukan kepada dirinya sendiri.
Fungsinya bukanlah untuk mengomunikasikan se suatu, tetapi
hanyalah untuk
3. Derstallung, hahasa yang tidak langsung menyuruh atau
menyatakan sesuatu, melainkan hanya bermaksud menun juk objek
tertentu yang berada di luar diri pembicara dan la wan bicara.
Fungsinya menunjuk dan menjelaskan sesuatu. Puncak bahasa
jenis ini adalah bahasa analitis yang diguna kan dalam ilmu
pengetahuan. (Kleden, 1987:249 & 254).
(3) Roman Jakobson
Jakobson membedakan fungsi bahasa atas:
(a) emotif,
(b) konatif;
(c) konteks;
(d) pesan;
(e) kontak; dan
(f) kode
(4) Jos Daniel Parera
Parera membedakan fungsi bahasa secara tradisional. Fungsi bahasa
menurut Parera tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fungsi kognitif, yang untuk mengungkapkan pikiran, ide. dan
konsep,
2. fungsi evaluatif, yakni mengungkapkan sikap dan nilai;
3. fungsi afektif, yakni menyalurkan emosi dan perasaan.(Parera,
1993:42).
(5) Karl Raimund Popper

9
Popper, seorang filsuf kenamaan yang banyak menaruh perha tian
terhadap masalah epistimologi, mengajukan empat fungsi bahasa
sebagai berikut.
1. Fungsi ekspresif, merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke
luar. Pada manusia menjadi suatu ungkapan diri pribadi.
2. Fungsi signal, merupakan level yang lebih tinggi dan seka ligus
mengandaikan fungsi ekspresif. Pada manusia tanda menyebabkan
reaksi, sebagai jawaban atas tanda.
3. Fungsi deskriptif, yakni mengandaikan fungsi ekspresif dan signal
Ciri khas fungsi ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu
pernyataan yang dapat benar, dapat juga salah.
4. Fungsi argumentatif, menambahkan keterangan pada ketiga
argumen di bawahnya sebagai alasan, argumen, pembuktian yang
menyatakan bahwa ungkapan yang disampaikan, di nyatakan, dan
dikemukakan itu merupakan tanda yang be nar atau salah karena
alasannya memang sah atau tidak sah. (Mustansyir, 1988:31-32).

3. Bahasa dan Pikiran


Subyakto-N (1992:140) mengajukan pertanyaan: "(1) Lain kah bahasa dari
pikiran?; apakah keduanya merupakan hal yang sa ma?; (2) kalau dua hal
itu berbeda, adakah hubungan di antaranya?; (3) kalau ada hubungan,
manakah yang utama?" Selanjutnya, perta nyaan tersebut dijawabnya
dengan mengikuti pendapat ahli psiko linguis bahwa antara bahasa dan
pikiran (1) adalah dua hal yang berbeda; (2) amat erat hubungannya; (3)
dapat dianggap sebagai dua macam penampilan dari hal atau kegiatan
yang sama atau de ngan kiasan "dua sisi dari mata uang yang sama": (4)
tidak sama ni lainya, sebab bahasalah yang utama, dalam arti kita tidak
akan tahu adanya pikiran jika kita tidak memiliki bahasa, dan bahwa kita
da pat melihat atau mendengar orang berbahasa tanpa tahu bahwa dia
berpikir.
Manusia telah dianugerahkan dua kelebihan yang membe dakannya
dengan makhluk ciptaan lainnya. Pertama, manusia telah diberikan Tuhan
bahasa yang sempurna. Kesempurnaan bahasa ma nusia terlihat dari
kemampuannya mengomunikasikan pengetahu annya kepada orang lain.
Kedua, manusia telah dianugerahkan Tu han suatu kemampuan berpikir.
Karena manusia mempunyai baha sa yang sempurna, ia mampu berpikir

10
dengan baik dan mengaku mulasikan pengetahuannya melalui proses
komunikasi.
Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak Hal ini berarti
bahwa manusia mampu berpikir tentang suatu objek. yang objek tersebut
tidak dapat dilihat secara nyata. Manusia mam pu mentransformasikan
objek-objek yang faktual menjadi simbol simbol yang abstrak. Dengan
adanya transformasi ini manusia da pat berpikir mengenai suatu objek
tertentu walaupun objek tersebut secara faktual tidak berada di tempat
kegiatan berpikir itu dilaku kan. Sebaliknya, binatang mampu
berkomunikasi dengan binatang yang lain namun terbatas selama objek
yang dikomunikasikan itu berada secara faktual waktu proses komunikasi
itu dilakukan.

C. PRINSIP BELAJAR BAHASA


1. Pengertian Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kata prinsip dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Tim Redaksi (2008: 1127) berarti asas (kebenaran yang menjadi pokok
dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya), prinsip juga diartikan sebagai
dasar.
Prinsip pembelajaran merupakan salah satu usaha pendidik dalam
menciptakan dan mengondisikan situasi pembelajaran agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar secara optimal (Sudjana dalam Ali, 2013: 32-
33).
Prinsip dapat disebut juga sebagai landasan. Prinsip pembelajaran menurut
Larsen dan Freeman 1986 dalam Supani dkk. (1998) adalah represent the
theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah
representasi dari kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran.
Persoalan tentang bagaimana sebuah metode diarahkan oleh beberapa
teori disebut sebagai kerangka teoretis. Metode dapat dilihat dari segi 1)
bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana guru
dengan siswa ketika mengajar dan belajar), 3) guru, dan 4) siswa (Supani
dkk., 1998).
Merujuk pada pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerangka
teoretis yang merupakan petunjuk-petunjuk teoretis bagi penyusunan
sebuah metode pembelajaran bahasa dapat disebut sebagai prinsip
pembelajaran bahasa.
Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran bahasa.

11
a. Pemilihan dan penyusunan bahan pembelajaran bahasa yang akan
dibelajarkan.
b. Pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan
mempelajarinya; hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan;
teknik; media; dan sebagainya.
c. Guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki,
serta aktivitas yang harus dilaksanakan.
d. Siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya.
e. Hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

Secara ringkas, dalam pengertian pembelajaran, prinsip dapat disebut


sebagai kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.

Adapun kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menekankan pada


kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi
kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan
kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan.

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran yang menekankan


keaktifan siswa belajar secara mandiri (Shafa, 2014: 85). Beberapa hal
yang ditekankan oleh kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa adalah
sebagai berikut.

1. Materi yang diajarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai


alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan.
2. Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta
meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri.
3. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif
melalui latihan-latihan penyusunan teks.
4. Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak
rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan
kondisi: siapa, apa, di mana).
5. Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan
pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan.

12
2. Tujuan Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Jika ditinjau dari pengertian prinsip pembelajaran, maka tujuan dari
prinsip pembelajaran bahasa adalah memastikan proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dengan mengatur perencanaan proses pembelajaran
sebelum, ketika, dan akhir dari kegiatan pembelajaran yang bertumpu
pada keterampilan berbahasa.
3. Fungsi Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Fungsi adalah kegunaan suatu hal. Adapun fungsi prinsip pembelajaran
bahasa adalah sebagai kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi
komponen-komponen pengajaran bahasa. Sebagai pedoman/kerangka
teori, setiap butir prinsip pengajaran bahasa memberikan arah yang harus
ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran.
4. Klasifikasi Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip
umum dan 2) prinsip khusus (Supani, dkk. 1998).
1. Prinsip Umum
Prinsip umum yakni prinsip pembelajaran yang dapat
diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu
sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di
antaranya sebagai berikut.
a. Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang
dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru
harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.
b. Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami, yaitu dalam mempelajari
sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah
melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus
menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
c. Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu
dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing
siswa untuk memecahkannya.
d. Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki
perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak,
latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan
demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut
memperhitungkan perbedaan-perbedaan itu.

13
2. Prinsip Khusus
Prinsip khusus adalah prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya
berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran
bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip
khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di
antaranya sebagai berikut.
a. Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa
Pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa
mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur
bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya
dikuasai melalui praktik berbahasa.
Pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui
praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran
bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang
bahasa.
b. Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga
wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas.
Kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk
mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses
pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam
berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam
setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar
bahasa (pendekatan komunikatif).
c. Gunakan bahasa otentik
Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam
konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat
kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
d. Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri Untuk itu, dalam
mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi
interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua
yang dipelajari.
5. Jenis Teori Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Beberapa teori prinsip pembelajaran bahasa Indonesia yakni prinsip
kontekstual, fungsional, integratif, dan apresiatif (Hairuddin et al., n.d.:
12).

14
1. Prinsip Kontekstual
Purnomo dalam (Hairuddin et al., n.d.: 12) mengungkapkan bahwa
kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik
konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Teori konstruktivisme adalah teori yang menjelaskan bahwa
struktur pengetahuan dikembangkan oleh otak manusia melalui
dua cara, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur
pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah
ada. Sementara itu, akomodasi adalah struktur pengetahuan yang
sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan
hadirnya pengalaman baru. Bagaimana pelaksanaannya di kelas
dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehari-hari adalah dapat
diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh
menulis/mengarang dan atau bercerita di depan kelas.
b. Menemukan (Inquiry)
Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh peserta didik bukan hasil mengingat seperangkat
fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri (Hairuddin et al.,
n.d.: 13).
Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.

1) Merumuskan masalah

2) Mengamati/melakukan observasi

3) Menganalisis dan menyajikan hasil

4) Mengkomunikasikan kepada pembaca

c. Bertanya (Questioning)

Menurut Hairuddin et al., (n.d.: 13) bertanya merupakan strategi


utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Tujuan bertanya
adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang

15
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang
belum diketahuinya.

Kegiatan bertanya dapat diterapkan dalam bentuk ketika peserta


didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok, menemui kesulitan,
mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapat dilakukan antara
sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan guru, peserta didik dengan nara sumber.

c. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Ciri kelas berbasis masyarakat belajar adalah pembelajaran
dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama. Kelompok belajar disarankan terdiri atas
peserta didik yang kemampuannya heterogen. Yang pandai
mengajari yang lemah, yang sudah tahu membimbing yang belum
tahu, yang memiliki gagasan segera menyampaikan usulnya.
Kelompok belajar bisa bervariasi, baik jumlahnya, maupun
keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik di kelas
atasnya (Hairuddin et al., n.d.: 13).
d. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara
memberikan model atau contoh yang perlu ditiru. Jika dirasa
merasa kurang mampu membacakan puisi, atau bermain drama,
tidak perlu cemas karena guru bukan satu-satunya yang dapat
dijadikan model. Pengajar dapat meminta kepada teman sejawat,
atau mendatangkan pihak luar, pembaca puisi, atau pemain drama
yang sudah terkenal (Hairuddin et al., n.d.: 13). Dengan demikian
pengajar dapat melaksanakan pembelajaran puisi drama lewat
model tadi. Demikian pula pembelajaran menulis/mengarang kita
dapat memberikan contoh-contoh tulisan yang baik yang telah kita
pilih.
e. Refleksi (Reflection)
Menurut (Hairuddin et al., n.d.: 14) refleksi yang dimaksud di sini
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa yang baru dilakukan. Refleksi juga
merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau
pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, kita

16
menyediakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan
refleksi. 
Kegiatan refleksi ini diwujudkan dalam beberapa bentuk sebagai
berikut:

1) pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya;

2) catatan di buku peserta didik

3) kesan dan saran peserta didik tentang pembelajaran yang telah


berlangsung;

4) diskusi; dan

5) hasil karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian pembelajaran berbasis kontekstual ini dilakukan dengan


mengamati peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari
proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian bukan hanya oleh
guru, melainkan bisa juga dari teman atau orang lain. Asesmen
autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi. Asesmen
tersebut pun dilaksanakan untuk keterampilan performansi
(Hairuddin et al., n.d.: 14).

2. Prinsip Fungsional
Prinsip fungsional adalah pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan
fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi
keterampilan untuk hidup (Purnomo dalam Hairuddin et al., n.d.: 15).
Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan
dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep
pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah
penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu[1]satunya pemberi
informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru sebagai penerima
informasi (Hairuddin dalam (Hairuddin et al., n.d.: 15). Jadi
pembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan
terdekat adalah kelas.

17
Lebih tegas lagi Tarigan dalam Hairuddin et al., (n.d.: 15)
mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran
guru adalah sebagai pembelajar dalam proses belajar-mengajar, di
samping sebagai pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalah
menggunakan teknik bermain peran.
3. Prinsip Integratif
Salah satu hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan
pendapat Maksan dalam Hairuddin et al., (n.d.: 14) yang mengatakan,
bahwa bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu
keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan
untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Manakah yang
dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu? Subsistem bahasa adalah
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat subsistem ini
tidak dapat berdiri sendiri.
Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya
menggunakan salah satu unsur tersebut saja. Pada waktu berbicara,
kita menggunakan kata. Kata disusun menjadi kalimat. Kalimat
diucapkan dengan menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini,
secara tidak sadar, kita telah memadukan unsur fonologi (lafal,
intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna
kalimat). Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa
hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran Bahasa
Indonesia harus secara terpadu atau terintegratif. Kita mengajarkan
kosa kata, bisa dipadukan pada pembelajaran membaca, menulis, atau
berbicara. Mengajarkan kalimat, bisa kita padukan dengan menyimak,
berbicara, membaca, atau menulis. Demikianlah pula pada saat
pembelajaran keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan, kita
tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapi secara tidak langsung
kita pun mengajarkan menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat
berlangsung tanpa ada kegiatan menyimak. Begitu pula pada saat
pembelajaran menulis atau mengarang berlangsung, akan berpadu
pulalah dengan pembelajaran membaca.
4. Prinsip Apresiatif
Prinsip apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Istilah
prinsip apresiatif berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris
‘appreciati’ yang berarti menghargai, menilai, menjadi kata sifat

18
‘appresiative’ yang berarti senang . KBBI (Tim Redaksi, 2008: 85)
kata apresiasi berarti “penghargaan”. Dalam tulisan ini istilah
apresiatif dimaknai yang ‘menyenangkan’. Jadi prinsip apresiatif
berarti prinsip pembelajaran yang menyenangkan. Menilik artinya
tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku bagi pembelajaran
sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang lain, bahkan untuk
mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa Indonesia (Hairuddin et
al., n.d.: 16).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang
bermasyarakat. Dengan bahasa kemasyarakatan kita tercipta, dibina dan
dikembangkan dengan bahasa, yang disebutkan oleh Lindgren bahwa
bahasa itu sebagai "perekat masyarakat" dan disebutkan oleh Broom &
Selznik bahwa bahasa berupa "faktor penentu dalam penciptaan
masyarakat manusia". (Subyakto-N, 1992:1).

Manusia telah dianugerahkan dua kelebihan yang membe dakannya


dengan makhluk ciptaan lainnya. Pertama, manusia telah diberikan Tuhan
bahasa yang sempurna. Kesempurnaan bahasa ma nusia terlihat dari
kemampuannya mengomunikasikan pengetahu annya kepada orang lain.
Kedua, manusia telah dianugerahkan Tu han suatu kemampuan berpikir.
Karena manusia mempunyai baha sa yang sempurna, ia mampu berpikir
dengan baik dan mengaku thulasikan pengetahuannya melalui proses
komunikasi.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata
sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar
harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsi pada suatu saat terhadap makalah tema yang
sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua selaku mahasiswa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Saifuddin, Idham Muhammad. 2019. Teori Belajar Bahasa. Banda Aceh.
Syiah Kuala University Press Darussalam.

Syah, Muhibbin.2003. psikologi belajar. Jakarta: PT.RajaGrafindo pesada.


Musari dan Fakhri, Muhammad. 2009. Bahan ajar psikologi belajar. Mataram:Fak.
Tarbiyah. 

Ali, S. H. G. (2013). Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan Implikasinya terhadap


Pendidik dan Peserta Didik. Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6(No. 1 Januari-Juni).

Hairuddin, H., Puspita, L., Mirizon, S., & Zahra, A. (n.d.). Pembelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sapani, H. Suardi, dkk. (1998). Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen


Dikdasmen, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D

Shafa, S. (2014). Karakteristik Proses Pembelajaran Kurikulum 2013. Dinamika


Ilmu, Vol. 14(No. 1 Juni 2014).

Tim Redaksi. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.

21

Anda mungkin juga menyukai